š‘¬š’Œš’”š’•š’“š’š’—š’†š’“š’•

By cigarettesaftermess

67K 4.6K 117

Muhammad Rian Ardianto, pria yang harusnya bisa menikmati hidup tenangnya lebih lama kini harus dihadapkan ke... More

Chapter 1 - Arshinta Kirania Pratista.
Chapter 2 - Temu paling menarik.
Chapter 3 - Seribu jalan menuju Ciumbrella.
Chapter 4 - MasterChef.
Chapter 5 - Kan! Jodoh emang nggak kemana.
Chapter 6 - Rania si cantik.
Chapter 7 - I want you to the bone.
Chapter 8 - Mas Rian dan mbak-mbak cantik pilihannya.
Chapter 9 - Family time.
Chapter 10 - Babu cantik.
Chapter 11 - Rian yang terhibur.
Chapter 12 - Keluarga baru?
Chapter 13 - Keluarga lawak.
Chapter 14 - Australia
Chapter 15 - Back to Reality.
Chapter 16 - Rania yang salah paham.
Chapter 17 - Fenhan bersekongkol.
Chapter 18 - Nemenin latihan dan Mantan
Chapter 19 - Mas Rian marah.
Chapter 20 - Abah Musa dan Ibu Juah.
Chapter 21 - Keluarga baru Rania.
Chapter 23 - Masalah selesai
Chapter 24 - Ditinggal dan Memanfaatkan
Chapter 25 - Malu!
Chapter 26 - Izin dan Main
Chapter 27 - Ibu Rian
Chapter 28 - Rian like the view.
Notes from me.
Chapter 29 - Komunikasi
Chapter 30 - Rania masuk RS.
Chapter 31 - Impor
Chapter 32 - Duluan
Chapter 33 - Ijab kabul dan Resepsi
Chapter 34 - Isi dan Keluar
Selesai

Chapter 22 - Nyawa Rania.

1.6K 130 1
By cigarettesaftermess

Rania baru saja selesai berbicara dengan pemilik rumah yang akan dijual perihal rumah sederhana yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah bunda dan ayah. Rumah lama yang memiliki kesan sederhana dengan satu kamar yang luas, ruang makan, kamar mandi dan dapur tentu saja menarik perhatian Rania, terlebih sang pemilik rumah memang akan menjual murah rumah tersebut karena sedang ada kebutuhan mendesak.

"Oke mas David, besok sore kita ketemu lagi di restoran saya ya, sekalian saya lihat sertifikat tanah, saya udah buat janji sama PPAT," ucap Rania yang diangguki mas David, pemilik rumah.

"Mas, pamit dulu ya,"

Rania meninggalkan rumah sederhana tersebut, hujan mulai turun dengan deras, membuat udara di mobil bertambah dingin.

Rania menyadari ada mobil lain yang mengikutinya dari belakang, dan mobil Alfi nampak dengan jelas sekali mengikutinya, membuat Rania otomatis keringat dingin.

Mobil Alfi mengejar mobil Rania beberapa kali dikarenakan jalanan yang lenggang, Rania buru-buru mengaktifkan GPS, lalu menghubungi ayahnya.

"Sial," sambungannya masuk kedalam pesan suara.

"Bunda, angkat, Rania takut bunda," Rania berkali-kali merapalkan nama bundanya yang masih tak kunjung mengangkat panggilan telepon darinya.

Rania akhirnya memilih nomor ponsel milik Rian selanjutnya.

'Mas, mas Rian!'

'Halo? Putus putus ran suaranya'

'mas Rian tolongin Rania,'

'Hah?!'

Mobil Alfi berhasil memberhentikan jalan mobil Rania, membuat Rania buru-buru mengunci semua pintu mobilnya.

"Buka!" Alfi menggebrak kaca mobil milik Rania dengan tenaga yang cukup kuat.

'HALO RANIA?!!! KAMU DIMANA?!!!!' sambungan telepon Rian masih belum terputus.

'Mas Rian, ada Alfi yang ngejar-ngejar, mas Rian Rania udah nyalain GPS, mas Rian bisa liat lokasi Rania di zenly,'

'Sambungan ini putus, kamu telfon polisi!'

Dug
Dug

Rania buru-buru menghubungi nomor telepon polisi yang sialnya sedang sibuk.

Rania menangis sambil sesekali tersentak ketika suara Alfi menembus kaca mobilnya.

"RANIA BUKA! KITA BERDUA BISA NIKAH, GUE AKAN DATENGIN ORANGTUA LO ABIS KITA BICARA!!"

Alfi mengambil batu besar yang ia temui di pinggir jalan, suasana hujan deras membuat badan Alfi yang terus memukul jendelanya basah kuyup bukan main, dan suara teriakan Rania tersamarkan oleh hujan.

Alfi baru saja ingin mengayunkan tangannya yang berisikan batu ke kaca jendela mobil Rania, tetapi teriakan seorang pria yang Rania tahu betul itu siapa menghentikannya.

"WOI!!!!!!" Rian menerobos hujan berniat menghajar Alfi, disusul Fajar dari belakang, mencoba menahan Rian.

Sirine polisi terdengar semakin mendekati Rian, Fajar, Alfi dan Riani.

Rania langsung membuka pintu mobilnya, dan gerakan itu langsung terbaca oleh Alfi yang kemudian membuka pintu mobil Rania lalu menariknya, dengan batu besar yang ia pegang, Alfi mengancam semua orang yang melihat akan memukul kepala Rania dengan batu besar tersebut.

Rania menangis takut, badannya menggigil hebat, belum lagi suhu tubuhnya turun drastis karena hujan.

"Alfi," Rania mencoba berbicara dengan Alfi.

"Alfi, sampe sekarang saya masih yakin kamu punya hati yang baik," ucap Rania tersedu-sedu.

"Diam!! Mendekat sama dengan kalian semua membiarkan saya membunuh Rania!!!" teriak Alfi membawa Rania menuju mobilnya.

DOR

Tembakan polisi tersebut berhasil mengenai Alfi di kakinya, membuat pertahanannya sedikit goyah.

"KALIAN SEMUA YANG MINTA!!!" ucap Alfi kemudian berniat mengayunkan kepalan batu pada kepalanya.

Rania yang teringat di saku lengannya terdapat pairing knife yang masih menempel langsung mengambilnya dengan cepat, ia kemudian menyikut perut Alfi lalu menusuk tangan Alfi menggunakan pairing knife tersebut, membuat Alfi roboh seketika.

Rania langsung berlari sekuat tenaga mendekati Polisi

Kemudian,

Gelap.

Rania pingsan.

Rian kalut saat mendengar telpon dari Rania dengan suara panik, ia kemudian mengajak Fajar untuk menemaninya, Rian benar-benar menyetir mobilnya secara kencang, ia mengklakson semua orang yang menghalanginya, terdengar sambungan Fajar yang berhasil masuk ke polisi.

"Pak, ada percobaan penculikan yang terjadi dan melibatkan teman saya, daerahnya ada di sekitaran jalan Mutiara," jelas Fajar panik.

"Baik, terimakasih,"

Keinginan Rian untuk menghajar pria itu kalah ketika melihat Alfi, pria psikopat sinting itu mencoba untuk menahan leher Rania, lalu memegang batu besar di tangan kirinya mengancam untuk memukul kepala Rania dengan batu tersebut.

Rian dan Fajar, serta paramedis yang sampai langsung membawa tubuh kecil Rania yang sudah basah kuyup masuk ke ambulance.

Rian dan Fajar sedang dimintai keterangan oleh polisi setelah Rian selesai menghubungi ibu dari Rania 5 menit yang lalu.

"Mas Rian kenal pria bernama Alfi ini?" tanya sang polisi.

"Saya pernah bertemu sebelumnya, itupun sedang ada Rania, Rania bilang Alfi adalah mantannya, yang selama dia berada di Indonesia terus menerornya, muncul di restoran, dan acap kali mengikuti Rania," jelas Rian.

"Yang kedua, ketika kami berdua di mall, Rania bilang bahwa pria ini mengawasi kita," ucap Rian yang kemudian mencatat keterangan Rian.

"Baik, terimakasih," polisi tersebut kemudian pergi meninggalkan Rian dan Fajar yang duduk di kursi tunggu depan ruangan periksa Rania.

"Mbaknya nggak papa, dia pingsan karena syok, dan suhu tubuhnya turun, mungkin akan bangun sebentar lagi," ucap Dokter yang membuat Rian dan Fajar mampu bernafas lega.

"Jar, lo bawa mobil balik aja, gue mau jagain Rania sampe orangtuanya dateng, nanti gue balik sama taksi aja, lo menggigil juga," ucap Rian.

"Serius?" tanya Fajar.

"Iya, udah balik sana,"

Rian melemparkan kunci mobilnya pada Fajar yang kemudian Fajar tangkap dengan mudah.

"RANIA! RANIA KENAPA NAK RIAN?" tanya ibu Rania panik.

Ibu Rania datang beberapa menit setelah Fajar pamit pergi.

Rian menjelaskan secara rinci kejadian yang dialami oleh Rania, membuat untuk pertama kalinya Rian melihat wajah ayah Rania yang memerah karena marah sedangkan sang istri masih menangis tersedu-sedu.

"BAJINGAN ITU HARUS KETEMU SAYA!!" ucap ayah Rania.

Rian memaklumi perkataan yang ayah Rania ucapkan, mau bagaimana pun, Rania adalah anak perempuannya, putri kecil kesayangannya. Jika terjadi sesuatu yang sama pada gadis kecilnya suatu saat nanti, Rian mungkin akan bersikap sama seperti ayah Rania.

"Sekarang gimana kondisi Rania, Rian?" tanya Ayah.

"Rania cuma pingsan karena syok Bu, pak, ditambah badannya kedinginan karena kehujanan, tapi kata dokter nggak lama lagi dia bangun," jelas Rian.

"Bajingan itu?" tanya Ayah Rania.

"Sudah polisi tangkap pak, karena Rania berhasil merobohkan Alfi dengan menusuk tangannya dengan pisau yang ia punya tadi,"

"Polisi yang sempat menembak kaki Alfi, nggak berani nembak lagi karena resiko ancaman, juga karena posisi Rania yang ada di depan Alfi,"

Rania dibawa ke ruangan rawat inapnya, diikuti Rian, Ayah dan Bunda Rania.

"Nak Rian, mobil saya ada dibawah, disana ada kemeja sama celana, muat sama mas Rian kayaknya, ganti dulu, mas Rian basah kuyup, nanti sakit," ucap Ayah Rania sembari memberinya kunci mobil.

Continue Reading

You'll Also Like

252K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
14.9K 1.4K 31
Kisahku dan Ivy. Kisah dari aku Declan Alva Reuven, yang tidak Ivy tau. Mari dengarkan, mari ikuti. Akan aku ceritakan sebaik mungkin.
1K 115 20
Lanjutan dari cerita "Anakku Bukan Anakmu"
160K 12K 36
Pernikahan yang sudah hancur sejak awal, menjadi seorang istri dan mommy yang tidak diinginkan. Apalagi yang menjadi alasanku bertahan disaat mereka...