Never Gone [On going]

By Ricilll

1.3K 1.1K 1K

❗TINGGALKAN JEJAK SETELAH MEMBACA❗ "Jika kau bahagia, Tak ada alasan untuk aku tidak bahagia." -START PUBLISH... More

PROLOG-NG
NG- Bad Day[1]
NG-Angel[2]
NG-Mahreen Drop?[3]
NG-Penguntit?[4]
NG-Kazthan Gila![5]
NG-Misterious.[7]
NG-SARAPAN[8]
NG-UPACARA[9]
NG-Drama[10]
NG-Virus[11]
NG-Mimpi[12]
NG-Berteman[13]
NG-Calon mertua?[14]
NG- He's back! [15]
NG-Who's?[16]
NG- berteduh[17]
NG-Sandaran [18]

NG-Who dis?[6]

82 63 38
By Ricilll

TANDAI APABILA ADA TYPO!


Selamat membaca...


****

Hari terakhir dimana Gea melepaskan diri dari ruangan yang dominan berbau obat ini. Rasanya memuakkan diam selama satu minggu diruangan pengap ini.

Perasaannya kali ini tak seburuk sebelum menginjakkan kaki di rumah sakit. Gadis itu merasa tenang karena Kazthan tak ada dihadapannya selama satu minggu penuh, Lega rasanya.

Gea yang terdiam bosan menyandarkan tubuh di kepala ranjang itu. Sembari menunggu Navi menjemput, Gea benar-benar terdiam bosan diruangan itu.

Demi menghilangkan rasa jenuh didalam dirinya. Gadis itu menuruni ranjang rumah sakit dan mulai mengelilingi seisi ruangan disana.

Langkahnya terhenti didepan jendela besar. Pandangannya melihat kebawah dasar rumah sakit itu, Sejenak ia terdiam disana dengan wajah sayu.

Matanya memandangi luasnya kota didepannya ini.

Pikirannya kini tak lepas dari hal paling memalukan dalam hidupnya ini. Yaitu, Mengenal orang gila seperti Kazthan. Jika saja dulu ia tak membiarkan pria itu mendekatinya, Ini semua tak akan terjadi.

Bayangkan, Dulu pria itu mendekati Gea dengan cara yang manis. Hampir setiap hari pria itu tak henti henti nya menemui Gea. Hal itu hampir membuat Gea sedikit goyah oleh perasaannya.

Karena cara memperlakukan Gea adalah hal yang paling mengesankan. Gea membiarkan Kazthan dekat dengannya. Bukan mengikat hubungan, Mungkin seperti komitmen. Bisa seperti itu.

Setelah keputusan itu, Kazthan sepertinya puas telah mendapatkan Gea meski tak memiliki hubungan. Ia dengan leluasa mendekati Gea tanpa ragu.

Gea, Gadis itu tak pernah melawan siapapun. Itu dulu saat sebelum mengenal seorang Kazthan. Dan setelah mengenal pria itu, Ia sering melawan. Bukan! Bukan melawan karena hal buruknya.

Namun, Hal semena-mena Kazthan kepadanya yang membuat ia melawan. Ayo kita cermati ini.

Pertama, Mentang-mentang Gea tak pernah melawan. Ia mulai berlaku kasar kepadanya.

Kedua, Karena Gea tak pernah marah. Kazthan dengan seenaknya melakukan hal buruk dibelakangnya. Ya, Mungkin itu bisa dibayangkan sendiri.

Ketiga, Kazthan tak menyadari dirinya bahwa ia tak mempunya ikatan apapun dengan Sang gadis. Mereka dekat karena perlakuan Kazthan yang manis. Namun, Apa untungnya ketika hal itu hilang? Lalu berubah menjadi perlakuan buruk?

Cukup untuk dimengeti mungkin. Apabila dipikirkan, Kazthan yang tak mempunyai hubungan apapun. Mengapa ia memperlakukan Gea dengan buruk? Ingat! Mereka tak mempunyai hubungan apapun.

Pikirannya buyar ketika bahunya merasakan tepukan. Ia tersentak kaget hingga tubuhnya menabrak nakas dibelakangnya.

"Hahahaha ... Lo mikirin apa, Je?" Tanya Arika seraya dengan tawa kecilnya melihat wajah terkejut Gea.

Gea hanya diam, Ia malah memutar matanya dengan kesal. Ia berjalan dan duduk di tepi ranjangnya.

"Buat lo." Ucap Arika sembari memberikan Bouquet ditangannya.

Gea mengernyit dengan mengerutkan dahinya. Arika yang melihat raut wajah Gea kini menarik nafasnya dengan kasar.

" Ini dari gue ya! Lo jangan mikir yang aneh-aneh!" Ucapnya dengan nada kesal.

" Punya uang darimana?"

Tanya Gea santai dengan wajah datarnya. Tidak, Bukan ia meremehkan gadis itu. Gea hanya aneh bouquet ini pasti mahal dan Gea masih penasaran mengapa ia bisa mendapatkan bouquet ini.

Arika sontak membulatkan matanya ketika mendengar pertanyaan Gea.

"Ngepet!"

"Yakali gue ngepet. Yang ada lo ngepet gue jaga lilin!"

Gea terkekeh kecil mendengar itu. Lalu, Pandangannya kembali keluar jendela dihadapannya.

"Je! Si Kazthan di Dry Out!"

Ucap Arika secara tiba tiba di tengah keheningan ruangan. Entah mengapa raut wajah Arika terlihat bahagia. Seketika Gea dengan wajah terkejutnya langsung menoleh kearah Arika.

"Eh! Sumpah gue puas banget!"

"Ngomong lo dijaga..." Lirih Gea.

Arika memutar matanya dengan kesal. "Heh! Lo pikir gue nggak kesel liat lo sakit gini gara gara si brengsek itu?"

Ucapnya, Kali ini ia terlihat seperti orang darah tinggi. Ia berdiri dan menyimpan kedua lengan di pinggungnya.

"Dahlah, Gue jadi kurang puas jadinya!"

"Gue mau datengin si Kazthan terus gue pukul gue benyek benyek tuh muka so' gantengnya itu!" Ucapnya lagi dengan menonjolkan kedua matanya.

"Yaudah gih." Ucap Gea yang membuat Arika lemas mendengar jawabannya. Ia kira Gea akan menghalanginya bahkan ia tak akan berteman lagi. Sungguh ia diluar dugaannya.

"Kok lo nggak halangin gue sih?,"

" Dia mungkin bakal bunuh gue sampai kehilangan aura kecantikan gue."

Ah sudahlah, Gea tak ingin lagi mendengar omong kosong itu. Kini Gea bangkit dan bersiap untuk kembali ke rumahnya. Ia mengambil ponsel dan kopernya.

***

Siang di akhir pekan ini, Pria paruh baya yang tengah duduk tenang sembari membaca selembaran koran akhir pekan. Ia membaca dengan tenang tanpa beban. Kacamata yang bertender di atas hidung dan kopi yang telah tersedia di meja menjadi pelengkap.

Pria itu kini menyimpan koran diatas meja dan mengambil Coffe. Ia meneguknya sembari memegang ujung pisin yang dipakai sebagai alas Gelas.

Tubuh tuanya itu disandarkan ke sofa hitam yang mengarah tepat pada jendela besar didepannya.

" Ayah..." Panggilan dari seorang putra tampannya diambang pintu, Pria tua itu menoleh dan tersenyum tipis.

Pria muda bertubuh tinggi itu menghampiri Reino dan memasuki ruangannya. "Katakan, Kau butuh apa Gevan?" Tanya sang ayah kepada putra tersayangnya

Putranya yang bernama Gevan terlihat tengah berfikir untuk menjawab pertanyaan sang ayah. Ia memutar ponsel dengan kedua lengannya, bahkan kepala nya kini menunduk tak seperti biasa ketika ia berbicara normal dengan Ayahnya.

"Gea pulang dan Bunda sudah pulang dari masa penyembuhannya." Kini Gevan berbicara dengan nada keraguan. Jawaban Gevan membuat Ayahnya terkejut dengan membulatkan matanya.

"Gevan, Dimana ibumu?" Gevan terdiam sesaat dengan pertanyaan ayahnya. Pertanyaan yang membuat raut muka sangat khawatir. Ayahnya menyadari akan perubahan raut wajah sang anak.

" Tadi ibu menelfon seseorang, Dan..,"

" Ibu sekarang menuju rumah ayah."

Seketika Pria paruh baya itu berdiri tegap dengan memasukkan kedua lengannya di kedua saku celananya. Pandangannya masih setia menghadap kearah jendela besar yang menunjukan pemandangan kota dari atas.

Gevan hanya bisa terdiam dan menunduk. Tampak sebuah kekecewaan dan kesedihan yang ia rasakan. Namun ada apa dengan hal itu? Apakah itu mengganggunya? Ah sungguh konyol.

***

Mobil hitam mewah yang tak lama terparkir di halaman perumahan. Sang pemilik belum memunculkan wajahnya sama sekali. Ia hanya menyandarkan tubuhnya di kursi kemudi dengan kacamata hitamnya. Tampak sebuah senyuman menyungging di bibirnya.

Perempuan itu kini memperhatikan sekekeling halaman. Matanya tak diam untuk meneliti setiap halaman rumah yang berada di hadapannya sekarang.

Mulutnya membulat dengan secara tidak langsung mengucapkan kata 'Waw!' Takjub pada rumah besar dihadapannya ini.

Lengannya sekarang menggapai pintu mobilnya, ia membuka pintu dan mengeluarkan kedua kaki yang berbalut high heels hitamnya untuk berpijak di halaman itu. Tubuhnya masih terduduk belum bangkit dari mobil yang ia tumpangi itu.

Terlalu lama ia terdiam, Ia bangkit lalu melangkahkan kakinya yang tinggi sembari membenarkan kacamata yang ia pakai.

Langkahnya menaiki satu persatu menaiki tangga menuju pintu rumah tersebut. Kini ia berhasil bertepatan tepat di depan pintu putih mewah itu.

Lengannya terangkat untuk mengetuk pintu itu. Namun , Tak terduga lengannya kini tertahan diatas. Wanita itu menoleh ke arah kanannya. Ia memutarkan bola matanya dan memunculkan sebuah seringaiannya.

" Mengapa kau tahan, Dude?" Ucap wanita itu dengan menatap manik mata Pria tua itu.

"Kau takut aku membunuh anakmu?!" Seringaian itu kini menjadi sebuah tawa jahat, Dengan kesan sebuah balas dendam.

"Tenang saja, Aku hanya ingin menjenguk putrimu saja."

"Eh, Putriku juga..."

Reino mengepalkan lengannya mendengar perkataan wanita dihadapannya ini."Kau gila?! Mengapa kau datang kesini? Pergi! "

Bentakan itu membuat mata wanita itu memerah, Ia menepis lengan Reino yang memegang lengannya.

Tak jauh dari gerbang perumah itu, Mobil silver kini tengah memasuki halaman rumah. Gea yang tengah memandang keluar, Terpaku terhadap objek di depannya. Ia mengerutkan dahi dan menatap sebuah mobil hitam di halaman rumahnya.

Matanya pun kini membulat seketika saat melihat Pria tua dan wanita didepan pintu rumahnya. Ia memicingkan matanya dengan tajam. Pria itu seperti ayahnya , Pikirnya.

Saat mobil Gea terparkir dihalaman rumahnya. Pria tua menarik wanita itu dengan keras ke arah belakang halaman rumah.

Gea yang melihat pemandangan itu semakin yakin bahwa itu ayahnya. Lengannya kini membuka pintu dan menutup pintu mobil dengan keras.

Ketiga orang didalam mobil itu terkejut saat melihat Gea tengah berlari. Navi membunyikan klakson mobil dengan keras agar penghuni rumah keluar untuk membantu membawa Gea yang belum tentu kesehatannya membaik.

Mata Gea menyapu seluruh halaman belakang. Tak ada siapapun. Lalu, Siapa pria tadi? Apakah itu hanya bayangannya?

" Lo kenapa, Je?" Ujar Navi sembari menarik Gea kedalam dekapannya. Ia mengusap kepala Gea dengan lembut dan tulus.

Gea hanya diam tak menjawab pertanyaannya. Navi melepaskan pelukannya dan menatap Gea dengan tenang "Kita masuk ya?" Lanjutnya sembari menarik lengan Gea.

Wiwin membuka pintu dengan perlahan.

Sreeeettt...

Pintu mewah bernuansa modern itu kini sudah terbuka lebar. Wiwin terkejut tak main dengan pemandangan yang ia lihat saat membuka pintu itu.

"Welcome back to home, Arin!"




















Kok aku malah luluh sama perlakuannya Navi ke Gea ya?:( Manis manis lembut gitu😭

------------------------------------------------------------

Chapter paling pendek yang aku tulis. Xixixixixi.

Sengaja aku nulis pendek untuk chapter ini.
Tapi entah untuk chapter selanjutnya hihi. Tunggu ajadeeeh.

Aku publish chpter ini karena aku nggak sabar yaampun maaf ya😭 nunggu views sampe 40 lama juga dan aku kesel😭 jadi maaf aku publish sekarang aja:)

Gaeeeeeseuuu, Untuk up selanjutnya. Aku mau double up, Insyaallah ya.

Tapi, Aku mau tembus vote sampe 20 aja ga jauh jauh kok.

Tapi lagi, Votenya buat kalian yang suka cerita aku gitu. Bisa gak?

Setelah vote tembus 20 aja aku janji double up!

Tadinya mau target views, Tapi itu butuh waktu lama banget buat dapetin target views itu😭 aku itu gak sabaran astaga:( Jadi aku target vote aja gapapa ya?😭

Untuk Readers setiakuu, Terimakasih banyak telah membaca ceritaa aku. Caranya gimana ya biar aku balas kebaikan kalian yang udh baca cerita aku😭

Udahlah malah sad, Nanti gimana kalo tiap chapter notenya sad semua. Kan gamau ya😭









23 September 2020, GSmrg

Continue Reading

You'll Also Like

10.6M 675K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
3.4M 174K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.7M 123K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...