Bunga Terakhir

Por Malseyes

20.9K 2.1K 363

"Aku menyayangi adikku dengan sepenuh hati. Apapun akan kulakukan demi membuatnya bahagia, termasuk mendapatk... Más

Pertemuan
Mama
Secercah Cahaya
Krist
Mengenal Janji
Ruang
Menerima
Rumah
Impian
Belajar
Rinai Bahagia
Tak Selalu Manis
Akar
Keyakinan Lama
Hadir
Patah
Arah yang berbeda
Satu demi satu
Luka Bersama
Akankah kembali?
Kelanjutan Bunga Terakhir
Bunga Terakhir 2
CERITA BARUUUU

Bunga Terakhir

988 78 10
Por Malseyes

"Bunga terakhir...
Kupersembahkan kepada yang terindah,
Sebagai suatu tanda cinta untuknya
." – Bebi Romeo, Bunga Terakhir.

Krist dan Sea saling bertukar cerita sepanjang malam. Mereka sangat merindukan satu dengan lain. Merasa sudah seperti tidak bertemu lama sekali.

Tidak satu kata pun keluar mengenai perpisahan Krist dengan Singto. Tidak perlu, toh Sea sudah mengetahui semuanya melalui Singto. Tidak ada hal indah di dalamnya, jadi untuk apa diingat kembali?

Krist bercerita bahwa ia sudah mempelajari banyak resep masakan. Bahkan menciptakan beberapa resep baru karyanya sendiri. Semua itu membantu proses sakit hatinya. Krist langsung menyetujui saat Sea meminta untuk mengajarinya memasak. Sea akan hidup sendiri nanti. Untuk menghemat ia harus bisa memasak, menurutnya.

Sea berceloteh riang tentang rencananya melanjutkan studi ke Amerika. Awalnya memang tidak mudah, Singto nyaris mengubah pikiran dan ingin membatalkan rencana Sea. Tapi Sea sekali lagi menjelaskan pada Singto tentang keinginannya mengejar mimpi. Walaupun masih merengut, Singto akhirnya setuju kembali.

"Kau mengantuk?" tanya Krist begitu melihat Sea menguap. Akhirnya mereka menyudahi bercerita karena esok hari Sea masih harus sekolah.

Pintu kamar Sea terbuka dan Singto muncul setelahnya. Tadi ia membiarkan saja Krist asik bersama Sea, sudah bisa dipastikan Sea sangat merindukan Krist. Tersenyum manis ketika melihat Sea sudah tertidur pulas. Adiknya itu pasti akan bermimpi indah malam ini.

"Kita kembali ke kamar?" ajak Singto pada Krist lalu meraih tangannya, meninggalkan kamar Sea.

***

Krist berbaring dengan lengan Singto sebagai bantalnya. Jam di dinding sudah menunjukkan tengah malam tetapi baik Singto maupun Krist belum juga mengantuk. Mereka berbincang seperti tidak ada habisnya.

Krist kembali bercerita tentang keputusan Sea. Ia berkata tadi nyaris sekali melarang Sea. Tetapi begitu mendengar bahwa Singto sudah melakukannya, membuat Krist tidak tega. Sea sudah memiliki tekad yang tinggi. Percuma saja melarangnya. Lagi pula Sea memang harus belajar mandiri.

Singto mengusap lembut wajah Krist. Ia sangat menyayangi orang di hadapannya ini. Singto jatuh cinta setiap harinya dengan Krist. Perpisahan tempo hari hanya ujian yang menguatkan cinta mereka.

"Aku merindukanmu..." mata Singto berubah menjadi sendu. Sedih sekali berkata demikian, walaupun mungkin tadi ia sudah mengatakannya tetapi seakan tidak berkurang. Ia sangat rindu.

Krist tersenyum, tangannya terulur mengusap wajah Singto,"Aku juga,"

Singto menarik tubuh Krist pelan, mengurungnya dalam kehangatan yang ia punya. Tidak lama kemudian, Krist jatuh terlelap. Dan Singto mengikutinya kemudian.

Malam yang sangat panjang dan indah bagi mereka. Semesta memang memiliki banyak sekali kejutan.

***

"Nanon, fokus!" sudah 2 jam Sea memaksa Nanon untuk menemaninya berbelanja. Kaki dan lengan Nanon sudah pegal luar biasa, puluhan kali ia menguap. Sea mengganggu tidur siangnya yang suci.

"Aku harus memilih warna apa? Merah muda atau biru?" tanya Sea sekali lagi sambil menarik wajah Nanon, meminta perhatian.

Nanon memandang Sea malas,"Sejak kapan kau menyukai warna merah muda? Pilih saja yang biru,"

Sea tersenyum senang diiringi dengan mulutnya yang membentuk huruf o. Nanon sangat memahami Sea. Tidak salah memang membawa Nanon bersamanya.

"Kapan kita selesai?" keluh Nanon, sekarang ia menjadi sangat lapar. Sea tega sekali tidak membiarkannya makan siang terlebih dahulu.

"Hm..." Sea bergumam sambil membaca kembali daftar belanja yang sudah ia buat tadi. Maklum saja, baik Krist maupun Singto tidak ada yang bisa menemaninya. Maka dari itu Krist membuatkan Sea daftar belanja khusus agar tidak ada yang terlupakan.

"Sudah!" teriak Sea girang lalu berjalan menuju kasir, Nanon ingin berteriak juga. Akhirnya penderitaannya usai.

Setelah Sea selesai melakukan pembayaran, Nanon segera menariknya menuju tempat makan terdekat. Nanon berkata berkali-kali jika tidak segera makan maka ia akan pingsan saat itu juga. Sea hanya memutar bola matanya malas, sebenarnya ia juga merasa lapar.

"Jadi, kapan kau berangkat?" setelah perutnya terisi sesuatu, akhirnya Nanon bisa berpikir.

"Seminggu setelah kita perpisahan kelulusan sekolah," kata Sea masih sibuk dengan makanan di hadapannya. Itu berarti 3 minggu dari sekarang.

Perkataan Nanon setelahnya nyaris membuat Sea melemparkan garpu yang sedang ia pegang,"Memangnya kau yakin bisa lulus?"

"Hei!"

Nanon tertawa terpingkal-pingkal. Ia yakin mereka akan lulus, hanya 2 mata pelajaran lagi yang belum mengumumkan nilai tetapi baik Sea dan Nanon mendapat nilai A pada mata pelajaran yang lain. Jadi bukan masalah.

Sea teringat sesuatu,"Bukankah kau ingin mengatakan sesuatu?" tadi malam Nanon berkata ingin memberikan kabar baik, entah apa.

Nanon berdeham, menyiapkan diri,"Aku..."

"Aku..."

"Ya, Kau?" Sea tidak tahan.

"Aku lulus test di Chulangkorn University!" Nanon segera bangkit, bersorak sorai dan menari-nari. Sea terpekik, ikut merasa senang. Lalu mengikuti Nanon, menarikan tarian aneh sambil tertawa-tawa. Mereka sangat berisik hingga pengunjung lain memerhatikan. Selangkah menuju impian mereka, Sea tidak bisa lebih bersyukur dari ini.

Biarlah 2 sahabat ini bergembira.

***

Hari kelulusan tiba. Sea, Nanon, dan teman seangkatan mereka menunggu dengan gugup. Walaupun mereka tahu, mereka sudah pasti lulus. Tapi entah mengapa terasa gugup sekali. Apalagi sekali dua guru berkata bahwa ada 2 orang di antara mereka yang tidak lulus. Jahil sekali.

TET... TET... TET...

Bunyi bel terdengar di seantero sekolah. Pertanda pengumuman kelulusan sudah ditempel di mading sekolah mereka. Mereka langsung berlari menuju mading. Tidak sabar ingin melihat nama mereka terpampang di dinding.

Setelahnya teriakan heboh terdengar di mana-mana. Nanon, Sea, dan semua temannya lulus. Bahagia sekali melempar balon berisi air satu dengan yang lain. Ya, mereka memutuskan untuk merayakannya seperti itu.

Teguran dari beberapa dewan guru yang menyuruh mereka untuk berhati-hati, tidak dihiraukan. Siapa yang perduli, mereka sedang berbahagia. Satu dua malah jatuh berguling saat menghindari lemparan balon. Tertawa kembali seperti tidak ada hari esok.

Siapa yang perduli, mereka sedang sangat bahagia.

***

"Selamat ya, Sayang," Singto dan Krist masuk ke dalam kamar Sea dengan membawa kue yang sudah dihiasi lilin.

"Wah, Cake!" seru Sea girang. Singto jarang sekali melakukan hal manis seperti ini padanya. Tapi demi kelulusan Sea, Singto rela.

Singto mencium lembut pipi Sea setelah adiknya meniup lilin. Tidak menyangka adiknya sudah akan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Rasanya seperti kemarin Singto mengajari adiknya berhitung.

Sea mengadahkan sebelah tangannya pada Singto,"Mana hadiahku, Phi?"

Dahi Singto berkerut,"Bukankah ini hadiah?" tanyanya sambil menunjuk kue yang bahkan belum tersentuh sama sekali.

Krist berdeham, meminta perhatian. Dari balik punggungnya Krist mengeluarkan sebuah kotak yang cukup besar,"Untukmu."

Sea berteriak heboh, lantas langsung membukanya. Matanya terharu begitu ia melihat sebuah gaun sederhana namun sangat indah. Krist menjelaskan, ia selalu ingin melakukan hal ini tetapi belum ada kesempatan. Krist ingin sekali Sea memakainya ketika ia berkencan nanti.

Sea memeluk Krist erat,"Terimakasih, Phi Krist..."

Singto cemberut, merasa iri."Baiklah, kau ingin apa?" Singto mencoba memberikan penawaran walaupun semua orang di ruangan itu tahu, Singto dapat mengabulkan apapun permintaan Sea.

Krist tertawa melihat wajah Singto. Andai saja ia berani, mungkin Krist akan langsung memotret wajah Singto.

Sea berpikir keras hingga alisnya mengkerut,"Aku tahu!"

"Apa?"

"Bagaimana jika kita ke taman bermain?"

"APA?"

***

Krist luar biasa kesal. Ia tidak setuju untuk ikut ke taman bermain. Maksudnya, Singto, Sea, dan Nanon saja. Ia ingin berdiam diri di rumah. Tapi Sea dan juga Singto sudah mendaulatnya untuk ikut. Tidak ada penolakan.

Jadi saat Sea, Nanon, dan juga Singto bernyanyi riang di dalam mobil, Krist memilih untuk diam. Singto beberapa kali mencolek dagunya, tentu saja langsung Krist tepis. Singto itu sungguhan tidak bosan menggodanya.

Sea mencolek-colek pipi Krist,"Ayolah, Phi. Sebentar lagi kan aku akan berangkat ke Amerika," Krist melotot geram ketika Singto kembali menggodanya dengan menganggukan kepala lucu. Ini tidak lucu sama sekali. Krist merasa masih trauma. Membayangkannya saja sudah membuat Krist mual.

"Nanti aku traktir ice cream deh, Phi! Bagaimana?" rayu Sea lagi sambil tersenyum manis.

Ditatap seperti itu membuat Krist akhirnya tertawa juga. Ia tidak akan pernah menang melawan Sea.

***

Senja telah menampakkan diri. Krist bahagia sekali. Singto berjanji tidak akan memaksanya menaiki wahana yang menyeramkan, dan ia menepati janji. Singto tidak mengeluh, ia menemani Krist sepanjang hari.

Senja terlihat luar biasa cantik. Krist menikmati pemandangan dari bianglala yang ia naiki bersama Singto. Tadi ia sangat takut tetapi Singto berjanji akan selalu menggenggam tangannya. Dan lihatlah, sekarang siapa yang seperti terhipnotis?

Singto juga menikmati pemandangan di hadapannya. Dengan pancaran cahaya senja, Krist terlihat begitu memesona. Krist sangat cantik. Genggaman Krist yang akan bertambah erat saat bianglala mereka bergoyang sedikit, membuat Singto tersenyum geli. Ia sudah menyiapkan sesuatu.

"Bukankah cantik sekali?" tanya Krist, Singto hanya mengangguk. Masih terus menatap Krist.

"Krist?"

"Ya?"

Singto terdiam lagi, mendadak gugup. Padahal sudah sejak malam ia berlatih dan menyiapkan kata demi kata bersama Sea. Sea berkata bahwa Singto pasti akan berhasil. Dan walaupun Singto sudah mengetahui jawaban Krist tapi entah mengapa rasa gugup mendadak datang dan mengacaukannya. Bagaimana jika Krist berubah pikiran dan menolaknya?

Tidak kunjung mendapat jawaban dari Singto, Krist menoleh. Krist mengernyit, mengapa Singto mendadak aneh sekali?

Singto menghela napas, mencoba mengendalikan diri. Tangannya terulur menggenggam kedua tangan Krist,"Krist, walaupun kita belum lama bersama tetapi aku ingin sekali kita melanjutkan hubungan ini ke tahap yang lebih serius—"

"Maksudmu?" potong Krist.

"Semua mungkin tidak akan berjalan sangat lurus, tetapi aku sangat yakin."

Krist terdiam, jantungnya berdegup kencang. Ia mengerti maksud Singto. Gerakan Singto selanjutnya membuat napasnya tertahan, Singto berlutut dan mengeluarkan kotak beludru dari saku celananya.

"Will you marry me?"

Pandangan Krist menjadi buram karena air mata. Momen ini begitu indah. Krist tahu bahwa Singto adalah orangnya. Pertama dan terakhir untuknya. Tetapi Krist tidak pernah berharap akan seperti ini. Krist tidak berani berharap.

Singto menghapus lelehan air mata pada wajah Krist,"Jangan menangis..."

Krist bergerak maju, mengalungkan kedua lengannya pada leher Singto. Memeluknya erat. Krist terisak. Ia sangat bahagia.

"YES, I DO!" teriak sekumpulan suara dari arah bawah. Krist menoleh dan melihat Nanon dan juga Sea sudah memegang balon bertuliskan YES, I DO sambil berteriak. Krist tersedak oleh air matanya sendiri.

Krist melihat pada Singto yang tersenyum lembut. Senyuman yang mampu membuatnya yakin. Senyuman yang dapat memberikannya kekuatan saat ia sudah begitu lelah menghadapi dunia. Dan kalian semua pasti sudah tahu jawaban Krist. Ya, kalian benar!

"Yes, I do..."

Kita akhiri sampai di sini. 


Halo, teman-teman? Gimana kabar kalian? Semoga selalu diberi kesehatan, aamiin!

Mungkin akan ada pertanyaan,"Kenapa tiba-tiba tamat?" 

Sebenarnya nggak mendadak juga, karena Singto, Krist, Sea, dan Nanon sudah menemukan jalan menuju masa depan yang mereka inginkan. Nggak ada alasan buatku untuk bertele-tele lagi. Hehehe.

Aku juga sebenarnya nggak tega mau mengakhirkan cerita ini. Tapi semua cerita pasti memiliki akhir. Dan aku bersyukur dan sangat senang sudah menyelesaikannya. 

Terimakasih untuk kalian yang sudah mau komentar, vote, dan membaca cerita ini. 

Kalian bisa menghubungiku melalui instagram @malseyes 

I'll see you on my next story. 

With love, Mal. 

Seguir leyendo

También te gustarán

13.5K 1.9K 29
Kejadian naas menimpa sepasang suami-istri ketika pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dalam perjalanan liburan. "Apa takdir sedang mem...
Elliot Por accismus

Historia Corta

3.2K 423 5
Hanya berkisah tentang Elliot-pemuda cantik namun memiliki sifat yang suram dan acuh tak acuh yang masuk ke dunia novel.
1.5K 133 4
Crown Prince Han Ye x Prince Xu Jin Book ini tercipta gara-gara akun tt ku ditag sama Arra (anaknya Bapak Xu Feng) di videonya... Huhu~haluku langsun...
6.6K 807 126
Kumpulan lirik lagu Tf family gen 3 (Pinyin lirik) ✍︎ boleh request lagu/cover!!✨ TF家族 (juga dikenal sebagai TFFamily) Generasi ke-3/Tf Family Gener...