π‘¬π’Œπ’”π’•π’“π’π’—π’†π’“π’•

By cigarettesaftermess

67K 4.6K 117

Muhammad Rian Ardianto, pria yang harusnya bisa menikmati hidup tenangnya lebih lama kini harus dihadapkan ke... More

Chapter 1 - Arshinta Kirania Pratista.
Chapter 2 - Temu paling menarik.
Chapter 3 - Seribu jalan menuju Ciumbrella.
Chapter 4 - MasterChef.
Chapter 5 - Kan! Jodoh emang nggak kemana.
Chapter 6 - Rania si cantik.
Chapter 7 - I want you to the bone.
Chapter 8 - Mas Rian dan mbak-mbak cantik pilihannya.
Chapter 9 - Family time.
Chapter 11 - Rian yang terhibur.
Chapter 12 - Keluarga baru?
Chapter 13 - Keluarga lawak.
Chapter 14 - Australia
Chapter 15 - Back to Reality.
Chapter 16 - Rania yang salah paham.
Chapter 17 - Fenhan bersekongkol.
Chapter 18 - Nemenin latihan dan Mantan
Chapter 19 - Mas Rian marah.
Chapter 20 - Abah Musa dan Ibu Juah.
Chapter 21 - Keluarga baru Rania.
Chapter 22 - Nyawa Rania.
Chapter 23 - Masalah selesai
Chapter 24 - Ditinggal dan Memanfaatkan
Chapter 25 - Malu!
Chapter 26 - Izin dan Main
Chapter 27 - Ibu Rian
Chapter 28 - Rian like the view.
Notes from me.
Chapter 29 - Komunikasi
Chapter 30 - Rania masuk RS.
Chapter 31 - Impor
Chapter 32 - Duluan
Chapter 33 - Ijab kabul dan Resepsi
Chapter 34 - Isi dan Keluar
Selesai

Chapter 10 - Babu cantik.

1.8K 139 2
By cigarettesaftermess

Rania memutuskan untuk libur hari ini, selain karena ingin membuat makan malam spesial untuk sang bunda yang sedang berulang tahun, ini juga bentuk perayaannya setelah menjadi budak Asiette selama 3 bulan tanpa libur satu hari pun.

"RANIAA!!! BUNDA MAU NGERAYAIN SAMA TEMEN-TEMEN ARISAN DULU YA," ucap sang bunda terburu-buru.

"Mau Rania anter nggak?" teriak Rania dari atas kamarnya.

"Nggak usah! Bunda di jemput Bu Tia!!" suara sang bunda makin memelan, pertanda ia ditinggalkan sendirian di rumah karena sang ayah sudah berangkat kerja sejak dua jam yang lalu.

'Halo Bun,'

'HAH?! IDAN MAU DITITIPIN?!!!'

'YAUDAH OKE,'

'Waalaikumsalam,'

Rania menyesali keputusannya untuk libur hari ini, mas Pandu dan Kak Tita akan menitipkan anaknya, si gembul Idan di rumah hingga nanti malam karena harus menghadiri acara pernikahan yang jaraknya jauh.

Rania memang suka dengan anak kecil, terlebih Idan adalah keponakannya, tapi masalahnya, ini hari satu-satunya dia libur setelah hampir tiga bulan bekerja.

"Semesta, terimakasih. Kamu memang suka ada-ada aja," ucap Rania.

Ponselnya bergetar lagi, entah untuk keberapa kali, ia mungkin memang harus melempar alat komunikasi ini ke kolam renang seperti yang ia rencanakan.

'HALO?!!!!!! Kenapa Bun?" sapa Rania frustasi.

Rania tidak membaca nama orang yang menghubunginya, ia berpikir itu pasti Mas Pandu, kak Tita atau kedua orangtuanya.

'Bun?' tanya orang di sebrang bingung.

Rania langsung melihat caller id yang tertera, hanya nomor telepon tanpa nama.

'Maaf, saya kira dari orang tua saya. Dengan siapa saya bicara?'

Beruntung urat malu Rania sudah hilang sejak beberapa tahun yang lalu.

'Saya Rian, Ran,'

Rania benar-benar hampir menutup sambungan suaranya saat nama mas-mas glowing yang diidamkannya disebut, gini-gini dia masih punya hati.

'Saya bisa bicara sama kamu?' ucap Rian yang membuat Rania disebrang sana terheran-heran.

'Bicara apa ya mas? Saya sedang tidak di Asiette,' ucap Rania mencoba sabar.

'Saya nggak bisa bicara di telfon, saya bisa jemput kamu untuk bicara, kamu dimana sekarang?' tanya Rian yang mampu membuat Rania menghela nafas panjang.

'Saya di rumah,' jawab Rania.

'Saya kerumah kamu,'

'EH TAPI MAS!'

'Kirimin saya alamatnya,'

'EH MAS RI...'

TUT

Sialan. Rania akhirnya berhasil memaki Rian setelah perbuatan semena-mena miliknya berakhir, walaupun ujungnya ia tetap mengirimkan alamat tempat tinggalnya.

'GUE KAN PERNAH NGASIH KARTU NAMA KE MEREKA?!!!!!!'

Lagi-lagi jika Rania bisa memilih, ia mungkin akan memilih untuk bekerja saja, bahkan mungkin bersedia untuk lembur.

TIN

TIN

Rania berlari dengan dasternya ke depan pintu rumahnya, mas sepupunya satu itu harusnya ia depak ke Pluto sejak Rania suka jadi korban kejahilannya waktu kecil.

"KAN BISA MASUK ASTAGFIRULLAH!"

Rania makin berkesempatan darah tinggi dan mati muda dengan lingkup kehidupannya. Mungkin besok ia harus ke dokter penyakit dalam jika punya waktu luang untuk memeriksa kondisi kesehatannya.

"Buru-buru!" jawab mas Pandu seadanya.

"Ran, ini ada perlengkapannya Idan, di dalam aku siapin 5 baju ganti, takut ada emergency atau gimana, terus ada susunya juga, ada beberapa mainan, popok, makanannya, terus jam makan siang Idan tuh jam 12, jam 1 kalo bisa dia tidur, kalo udah bangun kasih snack aja, terus ajak main aja, ntar jam 6an kamu kasih dia makan malem, karena giginya udah ada, dia bisa kok makan nasi," kali ini kak Tita mulai berbicara.

"Iya kak Titaaaa, iyaaaaa. Rania inget," ucap Rania.

Idan baru saja bisa berjalan, giginya pun sudah tumbuh, Rania bersyukur karena Idan nggak kecil-kecil amat untuk ia urusi, bayangkan Idan dititipkan padanya saat umurnya masih satu tahun? Mungkin ia akan kesetanan menjemput sang bunda yang sedang merayakan ulang tahunnya dengan teman arisannya.

"Dadah Idan!! Bunda sama ayah pergi dulu," ucap kak Tita.

"Idan! Itu bunda mau pergi, dadah dulu," Rania sedang menggendong Idan yang kelihatan ngantuk.

Rania yang lebih mirip ART dibanding Chef sedang menggendong Idan di pelukannya sembari menepuk-nepuk punggungnya pelan, berniat untuk menidurkannya.

Impian Rania untuk berenang, berendam air hangat di bathtub dengan lilin aromaterapi yang menemaninya seketika sirna, musnah ditampar kenyataan.

Ia mengisi liburnya dengan outfit daster batik selutut favoritnya, menepuk-nepuk punggung Idan sambil berkeliling menggendongnya.

Rian sedang menyemprotkan parfum mahalnya ke kaos yang saat ini ia kenakan, membuat Kevin, teman sekamarnya terbatuk-batuk karena tersedak parfumnya.

"WOI WANGI AMAT KAYA KUBURAN BARU!" ucap Kevin.

"Protes aja lo," ucap Rian.

"Mau kemana Jom?" tanya Kevin yang tentu saja tetap tidak mengalihkan pandangannya ke Rian.

"Kemana kek, ngurusin amat lo" jawab Rian sewot.

"Sewot amat sih lo," ucap Kevin.

"Serius Jom! Mau kemana?" tanya Kevin tak sabaran.

"Ke rumah chef Rania?" tanya Kevin yang mampu membuat Rian melotot kaget.

"Nggak usah sok tau!" Rian memasang jam tangan miliknya di pergelangan tangannya.

"Jom, tau nggak sih tadi malem lo ngigo nyebut nama Chef Rania?" tanya Kevin.

"HAH?! SERIUSAN?" tanya Rian panik.

"Iya, keras banget, kamar sebelah mungkin kedengeran," jawab Kevin santai.

"Jangan bilang gue yang ngigo lo Vin, awas aja," ucap Rian.

"Ya ngomong dulu, mau kemana?" tanya Kevin.

"Jangan ngomong sama yang lain tapi Vin, seriusan," ucap Rian yang frustasi karena rahasianya tak pernah aman dengan Kevin dan partnernya, Fajar.

"Iye,"

"Mau ke rumah Chef Rania, dari waktu gathering PBSI, kepikiran mulu, padahal tuh cewe aneh banget, lawak lagi," jelas Rian.

"Ngapain ke rumahnya Jom?" tanya Kevin.

"Mau jelasin yang kemarin Vin, yang foto sama anak JKT48,"

"Lah? Emang dia siapa lo sampe harus repot-repot jelasin?" tanya Kevin memandang aneh Rian.

"Bukan siapa-siapa sih Vin, tapi gue kayaknya sedikit tertarik,"

"HAH?!!!! JOMBANG TERTARIK SAMA RANIA?!" Rian memang harus menjahit mulut partner satu lapangannya yang tiba-tiba membuka pintu kamar mereka berdua.

"JAR! BACOT LO!!!" marah Rian yang hanya dibalas cengiran oleh Fajar.

"Sejak kapan lo nguping Jar?" tanya Kevin yang akhirnya mengakhiri game di ponselnya.

"Dari awal Rian ngomong," ucap Fajar sembari mengunyah coklat milik Kevin.

"Lo tertarik sama Chef Rania beneran Jom?" tanya Fajar.

"Iya, tapi belum sampe ketahap yang gimana-gimana, emang sekedar pengen bales niat baiknya aja," balas Rian yang sudah kepalang basah.

"Bales kebaikan dari Hongkong," jawab Fajar.

"Udah sono lu jalan," ucap Fajar.

Rian mengambil kunci mobilnya yang tergantung lalu pergi meninggalkan geng rusuhnya.

Rian akui bahwa jarak pelatnas Cipayung menuju rumah Rania cukup jauh, tapi Rian tak menyesali keputusannya untuk pergi ke rumah chef iseng itu dengan bayangan senyuman lebar khasnya yang mampu membuat jantung Rian berdegup tak karuan.

Rania masih dengan Idan di dekapannya, ia kemudian berjalan cepat menuju pintu yang diketuk beberapa kali.

'Waalaikumsalam! Sebentar!" teriak Rania dari dalam rumah.

Ia kemudian membuka pintu rumahnya, dan entah yang dihadapannya harus ia syukuri sebagai berkah atau musibah karena Mas Rian tampil sempurna dengan celana jeans dan kaos yang membalut tubuhnya, dan kenyataan bahwa Rania masih dengan dasternya dan Idan di gendongannya, Rania berniat kabur, siapapun boleh menenggelamkannya ke pusat bumi.

"Kamu udah punya anak?" itu kata yang Rian ucapkan begitu melihat Rania tampil cantik dengan daster batik, dan rambutnya yang berantakan, tak lupa anak laki-laki di gendongannya.

"HAH?!!! ENGGAK!!!!" jawab Rania keras yang mampu membuat Idan terlonjak kaget mendengar suara Rania, diikuti tangisan nyaring di dua detik selanjutnya.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 86.4K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
94.3K 9.2K 25
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
11.6K 1.6K 44
ZONA BAPER⚠️ "Tolong menikahlah dengan Gretha. Biarkan dia yang menjaga kamu dan anak kita," pintanya kepada sang suami. "Kamu tidak keberatan kan, G...
834 69 19
Luan Tanvir Satyanegara merupakan seorang CEO Rainbow Company, perusahaan farmasi yang terkenal di Indonesia dan luar negeri. Di usianya tidak lagi m...