Hollow

By mockingjaybirdx

139K 17.6K 4.2K

In which Jeff and April broke up and learn to navigate their life through a series of heartbreaks and misfort... More

Prologue: Congratulations, glad you're doing great
Shouldn't you be out there breaking hearts?
I think we should stay in love
She's thunderstorms
How do I recover from you?
Nobody's winning in this tale of past and future love
The best at being the worst
and I spend all night stuck on a puzzle
If you know that I'm lonely
Untuk Apa / Untuk Apa?
All my demons run wild
All my demons have your smile
I don't want your body but I hate to think about you with somebody else
Drive safe
You were the sweetest apparition, such a pretty vision
Both of you and I we're hollow
Along with its consequences
Still a part of your home
Be my mistake
Do you feel that I can see your soul?
Liability
Break my heart again
Lose
I think I've seen this film before
Right where you left me
You know when it's time to go
I'm so proud I got to love you once
Credits
After Credits Scene

50 Proof

3.9K 601 222
By mockingjaybirdx

—Jeff

I'm still trying to wrap my head around what happened that day.

Hampir seminggu telah berlalu, tapi entah mengapa benak gue masih menolak untuk melupakan bagaimana rasanya kembali mendekap Senja dalam pelukan gue.

Rasanya seperti pulang.

Dan gue sama sekali tidak siap untuk itu.

Gue kira, apa yang gue lakukan hari itu hanya impuls semata. Nothing much, nothing deep. Sesuatu yang mungkin akan gue lupakan dalam 3 hari, maksimal, seraya rutinitas gue berjalan seperti biasa.

But it's not. Not even with all these shots of alcohol I took that's starting to cloud my head.

Lo semua tau nggak rasanya dengerin satu record lagu lama yang baru juga mulai note pertama, lo udah kayak kelempar balik ke masa lalu. Lo bisa liat, denger, rasain apa-apa aja yang terjadi di masa lagu itu bolak-balik lo puter buat nemenin hari-hari lo.

That day when I hugged her, I felt like I was thrown back into those days. The days when everything was... simpler.

"...Ini mah kangen..."

Gue menoleh ke arah Jamile yang sedang bertukar lirik dengan Bram di lantai apartemen gue malam ini. Anak itu kemudian mengangsurkan gelas yang ia pegang kepada Bram, menggestur bassist kami untuk mengisi kembali cairan yang mulai menipis di dalamnya dengan Captain Morgan yang berdiri gagah di atas karpet.

"No I'm not??" gue membantah, mengabaikan ringan yang mulai mengangkat kepala gue. "Gue cuma kepikiran aja anjir dulu... dulu tuh... we..."

"...were beautiful?" Bram terkekeh sebelum menyesap minuman di gelasnya sendiri.

"Taeeee" Jamile menyikutnya sambil tertawa. "Udah lah jujur aja, sama kita-kita ini juga. Kalo kangen bilang, jangan denial ntar nyesel" lanjutnya.

"Nggak kangen juga..." gue masih berusaha membantah. "I'm just saying... I'm just saying that... is it normal to miss something without really actually missing them...?"

Bram dan Jamile berpandangan sejenak dan bertukar senyuman penuh arti. Gue menghela nafas.

"Wir, Dod, Sat... Chris? Anyone? Help me out here?" gue melongok ke arah tempat tidur di mana empat orang yang barusan gue panggil namanya sedang sibuk dengan ponsel yang dimiringkan dalam berbagai macam posisi.

ENEMY HAS BEEN SLAIN!

"YES MAMPUS! MAMPUS! YESSS!" Chris jadi yang pertama merubah posisinya. Anak itu mengepalkan satu tangan di udara sambil berteriak-teriak heboh pada ponsel yang masih digenggamnya dengan tangan yang lain.

"Sat sat sat! WOY anjir fak anjir anjir! FAAAK!" Wira jadi yang kedua. Ia melempar ponselnya dan berlutut di kasur dengan ekspresi penuh kekalahan.

"WOOOO YES! Mantap gan..." Dodi yang ketiga.

Dan yang terakhir...

"Anjing!"

"Astaghfirullah Bapak..." Jamile dan Bram menyahut nyaris bersamaan kala umpatan tersebut keluar dari mulut Satria.

Keempat orang yang tadi sibuk bergerombol di area tempat tidur pun satu per satu melangkah menghampiri kami yang duduk di sofa.

"Mil, mau..."

"Bram bagi Bram"

"Di sini nggak ada minuman yang halalan dikit apa? Jeff air putih lo abis ya?" Satria melongok ke dalam kulkas gue mencari minuman yang lebih sesuai dengan prinsipnya.

"Astaga!" terdengar suara Dodi yang tiba-tiba menepuk dahinya.

"Kenapa, Dod?" Wira bertanya dengan alis berkerut.

"Gara-gara Bang Satria nanya air putih gue jadi inget kalo tempat minum gue ketinggalan di motor..." ia meringis sebelum mengambil duduk di sela-sela Jamile dan Bram.

"Astag—Dodi!" terdengar suara ibu manager kami itu menggerutu. "Mohon maap nih ya di sebelah Jeff masih luas 'kan tuh, kenapa demen banget lo nyempil-nyempil nih saya tanya" omelnya sambil menepuk-nepuk lengan dodi.

"Hehehe..." Dodi hanya cengengesan, tanpa memindahkan posisi tubuhnya sama sekali.

Gue menyeruput minuman gue lagi sembari membiarkan riuh yang memenuhi ruangan ini merasuki benak gue.

"Tumben lo udah pada teler aja jam segini?" Satria yang akhirnya menyerah mencari minuman 'halal' memposisikan dirinya duduk di sebelah gue dan Wira di sofa.

"Bukan gue bukan gue" Bram dengan cepat meletakkan gelas minumannya di lantai dan mengangkat tangan. "Jeff noh, belom-belom udah curhat aja"

"Kaga anjirrrr" gue merengut. "Gue tuh tadi cuma kepikiran—"

"Kepikiran April?" Wira memotong.

Bram menjentikkan jarinya sambil mengangguk-angguk pelan. "Tepat sekali"

"Kenapa lagi sih lo sama April? Ada apaan lagi nih?" Chris mendongak untuk menatap gue dengan alis terangkat.

"Lah lo nggak tau?" Jamile dengan cepat menyambar. "Kan kemarenan baru ketemu lagi tuh mereka gara-gara bapaknya April masuk RS"

"Hah bokapnya Kak April masuk RS kenapa?" Dodi bertanya.

"Serangan jantung." gue menyahut cepat.

"Asli??" Chris membulatkan matanya, tampak terkejut dengan jawaban tersebut.

"Eh, ngomong-ngomong gimana keadaan bokapnya sekarang, Jeff?" Satria bertanya, nadanya terlihat benar-benar ingin tahu.

Gue mengangkat bahu. "Pas kemarin ke sana sih syukurnya udah stabil, nggak tau deh sekarang masih dirawat di RS apa nggak..."

"Lo nggak kabar-kabaran lagi sama April setelah kemaren itu?" tanya Jamile dengan kedua alis tertaut.

Gue menggeleng pelan. "Nope..."

"Jadi waktu itu lo langsung cabut aja gitu abis lo ketemu dia di RS?" kini giliran Bram yang bertanya.

"Yep..." Gue menyesap minuman di gelas gue sebelum mengangguk lagi dengan berat. "Lagian emang gue mau ngapain lagi coba?"

"Ya follow-up kek. Gimana keadaanya sekarang, masih dirawat apa udah pulang, gitu-gitu" Jamile menyerocos. "Emang ya laki tuh pada nggak peka semua."

"Wetsetsetsets... mohon maap, ibu kenapa jadi ikutan curhat?" Wira melongokkan kepalanya untuk menoleh ke arah Jamile dengan senyum jenaka.

"Coba, coba... siapa yang nggak peka, Mil, hm?" Satria menimpali dengan senyuman sejenis.

"Siape sih?" Bram menatap kami dengan bingung, kemudian menoleh ke arah Jamile. "Siapa, Mil? Janu? Emang masih?"

"YEAAAAAA KESEBUT" Wira tertawa keras sambil bertepuk tangan.

Jamile mendengus dan menenggak minumannya cepat. "Ck kenapa jadi guaaaaa. 'Kan kita lagi ngomongin dia nih" ia menggesturkan dagunya ke arah gue yang tengah ikut tergelak bareng Wira.

"Lah lah, nggak lah. Siapa coba yang mancing ngomong-ngomong nggak peka? Hm? Hm?" gue mencondongkan tubuh ke arah Jamile sambil menaik-naikkan alis gue.

"Ish rese lo emang!"

Satu geplakan dari Jamile, dan tawa pun kembali merebak di 'ruang tengah' apartemen satu kamar ini.

Gelas-gelas minuman saling bergantian terisi, semetara percakapan dan canda terus mengalir di antara kami. Malam yang seharusnya kami agendakan untuk membicarakan rencana showcase dan syuting video klip ini pun perlahan bergeser menjadi sesi curhat tentang kehidupan. Tentang cinta yang telah pergi, yang belum sempat terjadi, keresahan masa lalu, masa kini, masa depan, dan apa-apa yang ada di antaranya.

Semakin larut malam, semakin larut pula saturasi alkohol yang masuk ke sistem gue. Tapi gue belum mabuk, nope, segini sih itungannya gue masih tahan. You know, kalau urusan minum, gue nggak se-lemah Senja yang baru dua gelas aja biasanya udah langsung berisik dan sempoyongan.  Hahaha.

"Fix aku nggak akan pernah ngizinin kamu minum sendiri, EVER"

"Whaaaaat whyyyyy? I'm fine? I'm... look at me, liat aku sini liat. Aku bisa berdiri aku bisa jalan... nih, nih tuh I'm walking... I'm walking to the car..."

"Sayang, itu mobil orang."

"...whoops. Mirip... Hehe..."

"Nope. I will never let you drink on your own."

"Sama Dena sama Theta boleh?"

"...Ya oke mereka pengecualian"

"Sama... anak-anak kantor?"

"Uh-huh. Nope."

"Saammmaaaa... anak-anak Komunikasi?"

"Asal ada Dena sama Theta, okay."

"Sama Mila? Sama Enam Hari? Sama kamu?"

"Mereka sepaket sama aku. So yeah sure. I'll just make sure you don't go too hard"

"Hehehehehehehehe. Love you."

"I know."

"Cuma 'i know' doang????"

"Hahaha iya iya, Cantik. Love you too... and more"

...

...

...

Sial, Jamile benar. Maybe I do miss her.

***


***

A/N:

Fyi... Ngechat-nya dalam kondisi sadar lho itu... Hehe...

Continue Reading

You'll Also Like

2.1K 301 13
"Selama ini aku baik-baik saja meski sendirian. Tapi sejak mengenalmu, aku benci kesepian." Naureen, Namira, dan Angelika... Tiga sahabat yang tak me...
202K 12.8K 57
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...
593K 83.8K 36
Mili sangat membenci kondisi ini. Di usianya yang baru 22 tahun, dia dikejar-kejar oleh Mamanya yang ingin menjodohkannya karena Mili harus menikah s...
17.5K 1.7K 9
Kebucinan Mark pada Jaemin yang gak ada habisnya. MARKMIN SHORT STORY Mark Lee! Dom Jaemin Na! Sub