Never Gone [On going]

By Ricilll

1.3K 1.1K 1K

❗TINGGALKAN JEJAK SETELAH MEMBACA❗ "Jika kau bahagia, Tak ada alasan untuk aku tidak bahagia." -START PUBLISH... More

PROLOG-NG
NG-Angel[2]
NG-Mahreen Drop?[3]
NG-Penguntit?[4]
NG-Kazthan Gila![5]
NG-Who dis?[6]
NG-Misterious.[7]
NG-SARAPAN[8]
NG-UPACARA[9]
NG-Drama[10]
NG-Virus[11]
NG-Mimpi[12]
NG-Berteman[13]
NG-Calon mertua?[14]
NG- He's back! [15]
NG-Who's?[16]
NG- berteduh[17]
NG-Sandaran [18]

NG- Bad Day[1]

175 139 158
By Ricilll

Tandai apabila typo bertebaran!😘

Selamat membaca readers!😘









Kringgggg ... kringgg ...

Dering alarm begitu nyaring terdengar keras. Tubuh kecil yang di tutupi selimut tebal itu nampak tak bisa lepas dari kasur itu . Namun, suara alarm itu sungguh mengganggu. Dengan lengan lemas gadis itu coba menyusuri nakas dengan mata yang masih tertutup.

Lengannya mendapatkan benda yang mengeluarlan suara alarm yang mengganggu tidurnya itu. Matanya terasa masih berat terbuka untuk melihat pukul berapa sekarang. Dan dengan terpaksa ia membuka matanya. Sial! Gadis itu terlambat jam pendek menunjuk pada angka 6 dan jarum panjang menunjuk angka 2.

Kini gadis itu melompat mengambil handuk Bergegas mandi. Tak lama ia dari kamar mandi. Ia langsung bersiap tak sempat untuk mengeringkan rambutnya yang masih sangat basah, sungguh ia sangat terlambat.

Tanpa menghiraukan apapun, ia telah bersiap dengan seragam lengkap dan penampilan rapih. Dengan waktu singkatnya itu bisa dibilang hebat.

Kini tubuh kurus yang menggendong sebelah tasnya itu keluar dari kamarnya. Saat berada di tangga paling atas, Ia menatap lantai bawah yang sangat sepi seperti tanpa penghuni.

Ia berjalan dengan tubuh lemas menuruni anak tangga rumahnya itu. Sampai di ujung tangga, matanya melihat ke arah dapur dan melihat wanita tua yang tengah berjalan kearahnya.

"Nona, maaf bibi lupa untuk membangunkan Non," Ucap wanita tua dengan wajah yang sudah berkeriput sembari menghampirinya.

Gadis itu tak menjadikan itu masalah. Gea mengangguk dengan senyuman tipis membuat maid itu tersenyum lega.

Ia rasa tak ada waktu untuk mengisi perutnya yang kosong itu. Maid itu memberitahu Gea itu mengisi perutnya terlebih dahulu. Namun, ia sangat keras kepala.

Perasaannya pagi ini mendadak menjadi sangat buruk sesaat ia baru saja satu langkah meninggalkan rumah. Matanya tertuju pada mobil si brengsek yang berada di depan rumahnya.

Gea selalu menghargai seseorang melakukan sesuatu kepadanya, meski ia tak pernah sedikitpun menyuruhnya. Dengan langkah terpaksa, langkahnya kini mendekati mobil berwarna silver itu dan memasukinya.

Pria berseragam dan berlogo sama itu menyadari akan kehadirannya yang tiba-tiba masuk kedalam mobil. pria itu menoleh kearahnya meski Gea tak dibalas kembali olehnya.

Kini mobil milik pria ini meninggalkan area pekarangan rumah. Pikirannya masih teringat kejadian tadi malam, ucapan menjijikan itu masih terngiang di telinga gadis itu. Malas, kesal, emosi saat ini yang ia rasakan berada disampingnya.

Pria yang bernama Raykazthan Azhdhana Permana. Ya, Pria semalam yang tercyduk dengan wanita lain oleh Gea. Pria yang mengejar seorang gadis disampingnya ini.

"Maaf" sesalnya. Permintaan maafnya memecah keheningan diantara mereka.

Gea yang sedari tadi hanya memandang jalanan dari luar jendela mobil hanya mengabaikan pria itu. Dengan hembusan nafas kasar yang bisa ia lakukan.

Merasa diabaikan kembali, dengan kasar Kaztan menarik tengkuk leher Gea kehadapannya. Membuat gadis itu terkejut bukan main.

"LO TULI HAH?!." Teriaknya didalam mobil itu tanpa memperhatikan jalanan.

Namun, Gea tak ingin sampai matanya bertatapan dengan mata pria dihadapannya ini.

Dengan cengkraman keras di tengkuk lehernya itu, Gea merasakan sakit yang dalam. Hal itu membuat gadis itu sedikit meringis dengan wajahnya yang sedikit memelas.

Namun, Gea tak ingin sampai matanya bertatapan dengan mata busuk itu. Ia mengalihkannya ke depan jalan. Betapa terkejutnya mobil yang ia tumpangi itu hampir menabrak gerobak di depan. Dengan singgap ia menghempas lengan Kazthan dan gadis itu meninjak rem dengan cepat. Meski sulit karena posisinya di samping kemudi, Ia mencoba meninjak rem sampai mobil itu mengeluarkan decitan yang sangat keras.

Kazthan sama halnya terkejut saat ia hampir menabrak gerobak itu. Nafasnya terengah engah meski ia tak berlari. Matanya menoleh kearah Gea yang sedikit syok saat kejadian itu.

"Kalo ngajak mati, jangan ajak gue. Gue gak mau masuk neraka bareng lo!" teriak Gea.

Pria itu tak berkutik karena memang itu murni kesalahannya. Ia kembali menjalankan mobilnya itu dengan sangat hati-hati.

Masalah cengkraman tadi, ini bukan pertama kalinya. Sudah beberapa kali ia bertindak kasar bahkan sampai menjambak gadis itu. Namun, Gea tak pernah melawannya. Entah alasan apa yang membuat Gea enggan melawan pria itu.

Mobil silver Kazthan kini sudah terparkir mulus di parkiran sekolah.Posisi gadis itu tak berubah, masih terdiam didalam mobil milik Kazthan.

Sedari tadi gadis itu belum menoleh lagi kepadanya. Belum mengeluarkan suara pula kepadanya. Kazthan merasa lebih bersalah atas kejadian tadi yang hampir menyelakai gadis itu. Ah rasanya ia ingin menggantung dirinya.

Tanpa basa-basi, Ia keluar dari mobil itu. Langkahnya itu sangat cepat, gadis itu tak mau sampai Kazthan mengikutinya.


Pria 'Most Wanted' Itu ketinggalan jauh dari langkah Gea saat ia keluar dari mobilnya. Ia mengacak rambutnya Frustasi hingga banyak manik mata menatap Kazthan aneh.

Saat dirinya merasakan sudah jauh dari pandangan pria tak tahu diri. Ia memelankan langkahnya dengan langkah santai. Di sepanjang koridor sekolah banyak sekali sapaan manis yang tertuju kepada Gea. Dengan tulus Gea membalas sapaan itu.

"JEJE!!" Teriak suara gadis dengan suara mirip tikus terjepit. Teriakan itu sangat mematikan hingga terdengar sampai satu sekolah. Membuat semua murid menutup telinganya. Bila setiap hari gadis itu berteriak, semakin lama semakin tuli dengan teriakan bagaikan geledek menyambar.

Namun, anehnya saja sampai sekarang telinga Gea-Sahabat gadis itu baik baik saja. Mungkin saja telinga itu sudah kebal dengan teriakan itu.

Menyadari teriakan panggilan itu adalah namanya, Gea berbalik dan mencari pusat suara itu. Gothcha! Ia mendapatkan dia tengah berlari diantara siswa siswi yang berlalu lalang disana.

Dengan nafas terengah-engah ia berdiri dihadapan Gea sembari memegang dadanya yang sedikit sesak.

"Jangan buat telinga orang tuli mendadak." Ucap gadis itu dengan nada yang sinis. Lalu ia kembali berbalik dan berjalan melanjutkan memasuki kelasnya.

Gea melihat jelas Arika menghembuskan nafas kasar. Ia mengerti maksud helaan nafas kasar nya ini, Gea terkekeh kecil.

Setelah menetralkan nafasnya ia membenarkan poninya dan menyusul langkah Gea didepan.

"Je, Lo tau gak?," Tanya Arika kepada gadis disampingnya. Tak ada hirauan dari gadis itu.

"Demi apa lo nggak tau Je? Oh my god , Omg! Je, lo hidup di Planet mana sih nggak tau berita panas minggu ini!" Ucap Arika dengan rusuh. Dia berbicara tanpa henti kepada Gea. Bahkan, Air ludah gadis itu bertebaran sampai mengenai Gea.

"Bisa gak pake hujan lokal?!" serunya membuat Arika menahan malu dan menghapus bekas sisa air liur yang berada tepat di sekitar mulutnya.

"Sorry , Ah seriouly? Lo gak tau berita panas pagi ini apa?!" tanya Arika. Gadis itu hanya diam saja menunggu keterusan pembicaraan dari gadis ini.

Gea mengerutkan dahi dengan raut wajah heran. Saat berada di pertengahan anak tangga Arika manahan Gea berheti disana. Namun, Tatapan yang ditonjolkan Gea membuat Arika mencebikkan bibirnya.

"Lo jangan natap gue kayak gitu!"

"Lo tau Bu Kokom? Yang gendut, buntet, galak, hidup lagi.  Yang mirip kayak beruang afrika itu? Lo tau?"

"Nah itu mirip banget sama lo Je!" Ucap Arika dengan kekehan kecilnya.

Gea membiarkan saja dia berbicara tanpa henti, percuma saja selama pembicaraan itu tak penting Gea tak peduli.

Namun, ini gila dan ini kesialannya.

Arika masih membicarakan guru yang ia ejek sedari tadi. Sedangkan wanita itu sekarang tepat berada dibelakangnya sekarang.

Gea membulatkan mata, mengisyaratkan sahabatnya itu untuk berhenti berbicara. Matanyapun tak henti bergerak kearah belakang arika.

Namun, Arika sangat tak mengerti akan kode yang Gea berikan. Gadis itu berserah diri dan menempelkan tubuhnya ke tembok dengan lemas.

"Lo nggak usah main kode kayak gitu. Gue peka kok!" Gea menghembuskan nafas lega dan syukurlah dia mengerti akan kode yang ia berikan.

Ellata memutar tubuhnya dengan tenang dan masih dengan senyum seringainya.

"Pagi Bu!" sapa Arika debgan senyuman lebarnya dan berbalik menghadap Gea. Lalu, Ia kembali memaki guru itu dan ia tak menyadari wanita itu adalah guru yang ia maki sedari tadi. Percuma saja Gea memberinya kode, Sia-sia.

Bodoh.

Namun, selang beberapa detik dari itu. Arika berhenti berbicara dan menyadari guru dibelakangnya itu. Ia berbalik dengan ragu.

"BUKOM?!" teriak Arika dan terperanjat kaget sampai terduduk di salah satu anak tangga disana.

Arika membulatkan matanya tanda terkejut dan memutar kembali menghadap Gea.

"JE, LO SENGAJA NGGAK NGASIH TAU GUE hah?!!! " Bisik Arika namun dengan nada kesal. Gea hanya memutar matanya kesal dan memalingkan wajahnya.

Kini, Dengan percaya diri Arika memasukkan kedua lengannya ke dalam saku rok dan mengangkat kepalanya. Lalu, Ia berbalik dan kembali menundukan kepalanya dengan cepat. Kemana kepercayaan dirinya sesaat lalu?

Wanita paruh paya berpakaian seragam navy itu berdecak kesal. Saat bel berbunyi seharusnya para murid telah memasuki kelasnya. Namun, Ada saja murid yang melanggar itu.

"Ckckck! KALIAN TULI? JELAS BEL TELAH BERBUNYI NAMUN KALIAN MASIH TERDIAM DISINI?,"

Teriak Ibu kokom sembari berkecak pinggang membuat Gea yang memalingkan mukanya lalu menatap wanita itu.

Tak ada cara lain selain diam dan menuruti perkataan wanita itu. Gea tanpa menunggu lama ia menarik lengan sahabatnya meninggalkan guru itu.

"OH INI TERNYATA MURID YANG SELALU NONGKRONG DITANGGA? LALU, MENGGODA MURID LAINNYA?,"

"BAHKAN MEMALAK MEREKA?! IYA?,"

Langkahnya seketika berhenti dibeberapa anak tangga yang telah ia naiki. Terasa tak nyaman mendengar ucapan yang telah dilontarkan oleh wanita tua itu.

Gea melepaskan genggaman tangan Arika dan berjalan menuruni anak tangga. Langkahnya terhenti tepat di depan tubuh besar wanita itu.

"Iya,"

"Sudah saya duga!."

"Mungkin itu jawaban yang ingin Ibu dengar,"

"Maksud kamu apa?!"

"Tidak, silahkan ibu maki tukang malak sekolah ini."

Sungguh, tak ada hubungannya dengan gadis ini yang sedang berdiri ditangga dengan tukang malak.

Coba pikirkan, bagaimana bisa hanya saja berdiri dan mengobrol ditangga lalu langsung menyimpulkan itu tukang malak?

Hei! Mereka hanya berdiri dan mengobrol bukan membuat onar atau membuat masalah apalagi membolos.

Gea kini meninggalkan wanita yang berprofesi sebagai guru itu tanpa menghiraukan emosinya. Sahabatnya yang sedari tadi melohok tak percaya dengan apa yang telah Gea lakukan.

Tepat di tempat kejadian itu kini hanya tinggal berdua disana. Arika menoleh kearah Gurunya dengan hawa seram. Saat menoleh wanita itu tengah marah dan ia memalingkan kembali wajahnya.

"Saya ke kelas, permisi bu," Pamit Arika dengan sopan.

Bisa saja gadis itu, Dibelakang ia maki sampai perut kenyang. Waktu telah tepat berada didepan wanita itu nyali dari dirinya langsung ciut.

Setelah meninggalkan Guru itu dengan perasaan tenang, Gea berjalan menuju kelasnya. Sejujurnya ia sangat malas memasuki kelasnya sekarang. Banyak alasan untuk tidak memasuki kelasnya. Namun, Hanya satu alasan untuk masuk dalam kelas. Absen.

Langkah santainya itu kini masih berderu di koridor sekolah. Tak banyak yang masih berkeliaran dikoridor itu. Namun,pria yang dijuluki ' Nyamuk belang ' itu juga termasuk yang berada dikoridor sana.

Gea yang berjalan santai itu tiba tiba terhenti dan menyembunyikan dirinya dibalik tembok. Dasar berandal kampungan. Sepertinya ia hanya mempermainkan Gea saja. Lihat saja, Bagaimana bisa pria itu bergandengan dengan gadis lain?

Setelah beberapa menit kemudian, Pria yang bernama Raykazthan itu berjalan melewati tembok penghalang itu. Gea dengan cerdik mencoba agar tubuhnya tak terlihat oleh Kazthan.

Keduanya itu tak melihat keberadaan Gea. Setelah tubuh mereka menghilang dari pandangannya. Hembusan nafas leganya kini ia keluarkan. Lalu, Ia kembali berjalan menuju kelasnya.






















Cerita ini hanya hasil dari sebuah imajinasi semata. Dan juga kegabutanku aja. Jadi, Apabila ada sedikit yang tidak masuk akal tolong kritikannya ya!

Apabila kalian tidak suka dengan cerita ini, Mohon jangan menghujat. Aku masih punya hati:).

Apabila kalian suka cerita ini tinggalkan jejak ya! Aku gak akan maksa kalian ngasih vote ataupun follow. Tapi kalo kalian dengan senang hati sih ya gapapa!😘

Aku gak akan publish langsung lanjutan cerita ini untuk bagian kedua. Nunggu seenggaknya ada 10 atau 15 orang yang baca aja untuk cerita baru ini. Aku publish deh!😘

Kayaknya bakal lama deh hm:(. Tapi gapapa deh masih cerita baru ini hehe😘

Nah, Readers. Takutnya ada kesamaan dengan cerita lain. Kasih tau ya. Takutnya aku kena report. Cerita ini bener bener bener dapet jelas dari imajinasi aku tanoa jiplak milik orang.

Terimakasih telah datang di lapak imajinasi!❤


I will back!😘




[Cerita ini akan di Revisi kembali]

28 Agustus 2020
19.40WIB

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 202K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
231K 4.8K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
649K 19K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
1.2M 87.7K 55
BOOK 1 > Remake. 𝘐𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘬⚠️ ⚠️𝘥𝘪𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘰𝘮𝘰𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘤 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵...