Permaisuriku~

By BeautifulSea25

1M 89.9K 14.2K

[BUKAN NOVEL TERJEMAH] "Tiada kasta dalam cinta," .. Dewi Harnum adalah seorang pelayan di suatu Kerajaan. Ia... More

Permaisuriku~
Bab 1. Kecantikan Seorang Pelayan
Bab 2. Pangeran Yang Tersohor
Bab 3. Isteri Pangeran Mahkota
Bab 4. Tak Selamanya Terwujud
Bab 5. Sebuah Keputusan
Bab 6. Harum Sang Permaisuri
Bab 7. Surat Perintah Kerajaan
Bab 8. Sosok Lain
Bab 9. Kembali ke Istana
Sekilas Info---Jangan Di Bikin Pusing
Bab 10. Deklarasi Kepemilikan
Bab 11. Bukan Satu-satunya
Bab 12. Menuju Perang Kerajaan
Bab 13. Penantian Berharga
Bab 14. Kedatangan Sang Mahadewi
BUKAN UPDATE - Marhaban Ya Ramadhan
Bab 15. Menjaga Sikap
Bab 16. Kelopak Bunga Mawar Basah [SPECIAL BAB]
Bab 17. Kaalillya --- Nama Yang Terlarang
Bab 18. Kaalillya --- Gadis Cantik Berhargaku Yang Tersayang
BUKAN UPDATE - Meluruskan Suatu Hal
Bab 19. Pelayan Tiada Duanya
Bab 20. Pesona Seorang Pelayan
Bab 21. Perang Kerajaan---Bringtham VS Kashi
Bab 22. Perang Pangeran---Laksya VS Leonard
Bab 23. Datang Untuk Pergi
Bab 24. Hari Kebangkitan Cinta
Bab 25. Tanpa Sadar Terikat
Bab 26. Pernikahan Politik
Bab 27. Selir Sita Hamil?
Bab 28. Merasa Terancam
Bab 29. Perihal Pengaman
Bab 30. Dewi Harnum Meninggal?
Bab 31. Pertemuan Dua Insan [SPESIAL BAB]
Bab 33. Kehilangan
Bab 34. Hatiku Hanya Menginginkanmu [SPESIAL BAB]
Bab 35. Ikhlaskan
Bab 36. Berpisah Untuk Bersatu
Bab 37. Kelicikkan Raja Alardo
Bab 38. Kesalahan Satu Malam
Bab 39. Keresahan Hati
Bab 40. Menunggu
Bab 41. Ujung Penantian
BUKAN UPDATE - Meluruskan Hal Lain
Bab 42. Akhir Penantian [SPESIAL BAB]
Bab 43. Ratu dari Pancakanta
Bab 44. Hadiah Pernikahan [1]
Bab 44. Hadiah Pernikahan [2]
Bab 45. Tinggal Kenangan
Bab 46. [Tidak] Berharga
Bab 47. Bulan Purnama Sempurna [SPESIAL BAB]
Bab 48. Dunia Milik Kita [SPESIAL BAB]
Bab 49. Terungkap [1]
Bab 49. Terungkap [2]
Bab 50. Kilas Balik [SPESIAL BAB]
BUKAN UPDATE - PLAGIAT ...? (YES/NO)

Bab 32. Cinta Sepanjang Masa [SPESIAL BAB]

18.6K 1.7K 690
By BeautifulSea25

Didedikasikan untuk pidipaii

Alhamdulillah, banyak yang love LENUM berarti, ya? 😅

***

SPESIAL LENUM❤

Next bab bukan lagi spesial LENUM😅
Soalnya, pemeran lain juga pengin tayang perdana😅

***

Komentar terkait bab ini;

Jadi ... kayak semacam, bertanya gitu sama dirinya. Ada apa dengan nya? Mengapa ia seperti ini? Mengapa bisa begitu? Ya ... seperti itulah kurang lebih😊

Atau ... ada yang lebih paham? Yukk, bantuin Author😅

Bisa dari warna mata, warna rambut, pict nya kalau Author post, atau ... bisa juga dari yang Author tulis. Misal; ucap Leonard, atau ucapan Leozard ... kecuali kalau Author nya typo, itu mah beda lagi😅

Warna mata dan rambut Ln: Biru terang, hitam legam

Warna mata dan rambut Lz: Keemasan, putih salju

Dll...

[Ntar juga tahu kalau pantengin cerita ini, xixixi]

Capek nggak? Nggak capek kok, soalnya, aku suka, seneng gitu kalau pada antusias komen. Plus, selagi aku masih bisa balas komen. Kedepan nya aku gak tahu bisa balas setiap komen kalian atau nggak. Well, selagi masih bisa dan luang, ya ... aku sempetin balas😊

OK. Sekian cuap-cuap receh nya, selamat membaca❤

***

"Memaksaku untuk menerima mu atau menyakinkanku untuk menerima mu adalah dua hal yang berbeda~"

---Dewi Harnum---



Tatapan Pangeran Leonard terpusat penuh pada manik indah Sang Dewi, seolah gadis itu adalah miliknya yang paling berharga dalam hidupnya. Manik biru nya berkilat serius, seakan tengah bertanya apa yang gadis itu inginkan. Dewi Harnum balas menatap iris indah Sang Pangeran lekat---mencari-cari secuil kebohongan atau candaan di dalam sana. Namun, tak ia temukan. Manik biru Sang Pangeran berkilat serius dengan menjanjikan kebahagiaan yang menggiurkan. Tetapi, mengingat mereka baru saja bertemu, ia jadi sangsi, jika pria itu memintanya untuk menikah adalah karena cinta.

Manik Dewi Harnum menyipit serius. "Tidak ada orang asing yang meminta orang yang baru di temui nya untuk menikah."

"Ada." sahut Pangeran Leonard menyipit serius.

Dewi Harnum mengernyit. "Siapa?"

"Aku." jawab Pangeran Leonard tenang dengan manik biru berpendar polos---menggemaskan.

Dewi Harnum tertegun sesaat. Terpesona. Ia berdehem canggung, menatap Sang Pangeran sesal. "Maaf. Aku tak bisa mewujudkan keinginanmu itu, Kiraz."

"Apa?" tanya Pangeran Leonard tenang---sarat bahaya.

"Jika bisa, mintalah hal lain." bujuk Dewi Harnum menunduk.

Pangeran Leonard tersenyum samar. Namun rahang nya mengeras---menahan marah. "Aku sudah memiliki segala nya." ucap nya dengan mata berkilat. "Permintaanku sangat sederhana. Tetapi, kau tak bisa mewujudkan nya?" tanya nya tenang---penuh bujuk rayu.

"Itu bukan permintaan sederhana." Dewi Harnum menggeleng sesal. "Kau meminta hidupku atas kebaikan yang telah kau lakukan padaku beberapa saat yang lalu."

"Demi menyelamatkan nyawamu---hidupmu, aku mempertaruhkan nyawaku---hidupku." geram Pangeran Leonard dengan mata berkilat tajam. "Jadi ... apa yang ku minta, sebanding dengan apa yang ku lakukan untukmu." imbuh nya menyudutkan.

Dewi Harnum menggigit bibir nya---membenarkan ucapan pria itu dalam hati. Tetapi, masalahnya ... pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Ia ingin menikah dengan orang yang ia cintai, bukan menikah karena hutang budi. Ia berdiri---menggeleng beberapa kali. "Maafkan aku. Aku tidak bisa." sesal nya tak enak hati. "Jika ada hal lain yang kau ingin---"

"Kau! Aku hanya ingin kau!" sela Pangeran Leonard berdiri dengan cepat. Gelegar emosi mulai membayangi suara nya, selaras dengan mata nya yang semakin berkilat tajam.

"Tetapi aku tak bisa menikah denganmu, Kiraz." lirih Dewi Harnum. "Aku tak bisa membalas jasamu. Semoga Dewi Mata membalas jasamu." imbuh nya menyorot tulus. Ia memutar tubuh---hendak pergi, namun suara Pangeran Leonard membuat nya mematung di tempat.

"Aku belum selesai, Dewi Harnum!"

Dewi Harnum kembali memutar tubuh, melempar tatapan terkejut sekaligus penasaran pada Pangeran Leonard yang tengah berdiri di dekat tebing---tak jauh dari nya. "Bagaimana kau bisa tahu namaku?"

"Tadi kau bertanya; apakah aku seorang Pangeran." geram Pangeran Leonard---mengabaikan pertanyaan Dewi Harnum.

Dewi Harnum waspada. Mendadak perasaan nya tak enak. Jangan bilang...

"Ya! Aku adalah seorang Pangeran dari salah satu Kerajaan terbesar di dunia ini." desis Pangeran Leonard menatap Sang Dewi kesal. "Aku adalah seorang Putra Mahkota."

Dewi Harnum tercengang. Ternyata dugaan nya benar. Bagaimana ini? Firasat nya tak enak. Ia merasa, pria itu akan menekan dan memaksa nya untuk menikah dengan kekuasaan yang di miliki nya. Sang Dewi menunduk. Bagaimana cara nya, ia bisa menghadapi Pangeran di hadapan nya ini? Ia bisa saja melawan, tetapi pria itu telah menyelamatkan nyawanya. Terlebih, ia terikat oleh rasa bersalah ketika melihat tangan pria itu terluka demi menyelamatkan nya. Dewi Harnum menunduk dengan menggigit bibir gelisah.

"Menikahlah. Denganku!" pinta Pangeran Leonard penuh penekanan dan paksaan.

"A---aku hanya seorang pelayan biasa, Pangeran," ucap Dewi Harnum terbata sembari menunduk hormat.

"Hem. Itu masalahnya," balas Pangeran Leonard datar.

Dewi Harnum mendongkak---menyorot Pangeran tampan di hadapannya bingung.

"Bukan aku yang memilihmu, Harnum," jelas Pangeran Leonard ambigu.

Dewi Harnum semakin mengernyit bingung.

"Hatiku yang telah memilihmu, Permaisuriku~"

"Permaisuriku?" Mengernyit, Dewi Harnum semakin tak mengerti.

Bukankah kata 'Permaisuri' begitu di larang untuk di sebut kecuali oleh Pangeran Leonard? Bukankah Permaisuri adalah sosok tersohor yang membuat semua orang penasaran sekaligus di cari selama ini oleh Pangeran Leonard?

"A---apakah kau adalah Pa---pangeran Leonard?" tanya Dewi Harnum gugup, ragu-ragu, manik nya menatap Sang Pangeran lekat---memastikan.

Senyum dingin di bibir Sang Pangeran semakin membuat Dewi Harnum yakin, jika pria di hadapan nya---penyelamatnya adalah sosok Pangeran Leonard de Zeuss yang begitu di segani---di takuti oleh semua orang karena kekejaman nya.

"Aku begitu tersohor di seluruh pelosok Negeri. Tetapi, kau tak mengenaliku." Pangeran Leonard menggeleng takjub. "Apakah kau hidup di zaman purba, Permaisuriku?" goda nya mengejek.

Dewi Harnum menunduk malu. "Anda berbohong tentang Kiraz, Pangeran." protes nya lirih.

"Kiraz adalah nama kesayanganku." Pangeran Leonard menggedikan bahu acuh. "Ah, jangan tegang begitu. Panggil saja; Leon." imbuh nya tenang. Dewi Harnum menggeleng. Sang Pangeran terkekeh geli, "Baiklah, terserah kau saja. Karena kau sudah mengenaliku, aku tak perlu lagi menjelaskan kekuasaan yang ku miliki, bukan?" Pangeran Leonard tersenyum miring---menyudutkan.

Dewi Harnum tampak resah.

"Menikahlah denganku, maka kau tak perlu merasa berhutang nyawa padaku." ucap Pangeran Leonard dingin---tak terbantahkan. "Lagipula, aku menginginkanmu, Permaisuriku~" imbuh nya serius.

"Siapa yang kau anggap Permaisurimu, ha?!" tukas Dewi Harnum mulai emosi---kesal. Sejak tadi Permaisuri dan Permaisuri! Persetan dengan rasa hormat. Pangeran yang sial nya sangat tampan ini terlalu menyebalkan.

"Kau." jawab Pangeran Leonard datar.

"Aku bukan Permaisurimu!" tolak Dewi Harnum tak terima.

"Aku tak mungkin salah mengenali Permaisuriku~" Pangeran Leonard menggedikkan bahu acuh. "Menikahlah denganku. Akan ku ceritakan segala nya setelah pernikahan kita." imbuh nya membujuk.

"Jawab satu pertanyaan ku." ucap Dewi Harnum bergetar. Pangeran Leonard mengernyit. "Terlepas dari akulah---Permaisurimu ... Mengapa kau sangat menginginkanku, Pangeran?"

"Karena aku ingin benar-benar hidup! Bersamamu aku merasa hidup!" tukas Pangeran Leonard mulai kesal.

"Kau sudah hidup, Pangeran!" sentak Dewi Harnum ikut kesal. "Aku bahkan tak mengenalmu! Jangankan itu, mengingat pertemuan kita saja tidak."

"Kau tak mengerti!" Pangeran Leonard mengusap wajah nya kasar. "Aku menginginkanmu! Aku membutuhkan mu! Aku mencintaimu!" tukas nya frustasi.

Dewi Harnum terkesiap. "Apa?!"

"Sepuluh tahun yang lalu, kita bertemu. Kau membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama, Dinda." ungkap Pangeran Leonard menyorot Sang Dewi lembut.

Dewi Harnum mengerjap. "Sepuluh tahun yang lalu? Kau bercanda, Pangeran?"

"Aku serius. Saat itu, kau masih kanak-kanak. Mungkin usiamu sekitar tujuh tahun. Kita bertemu, lalu berpisah di hari itu juga. Saat itu aku merasa hidup dan mati di waktu yang sama." Pangeran Leonard terkekeh miris.

Dewi Harnum bergeming, namun mendengarkan.

"Sepuluh tahun aku mencarimu---menunggumu, menantimu." ungkap Pangeran Leonard tersenyum getir. "Tetapi, begitu kita bertemu kembali---kau malah menolakku?" imbuh nya terkekeh miris---seperti bicara pada diri nya sendiri.

Dewi Harnum mengerjap. "Aku---"

"Aku memiliki cinta sepanjang masa untukmu, Dinda. Bisakah hal itu menjadi pertimbanganmu untuk menerimaku, Permaisuriku?" tanya Pangeran Leonard lirih.

Dewi Harnum tak tahu harus berkata apa. Ia menunduk dalam, manik nya berkaca-kaca---tampak sangat bersalah.

"Baiklah." Pangeran Leonard mengangguk sekali. Lalu, menyorot Dewi Harnum dengan mata berkilat geram---penuh siasat. "Tak ada guna nya aku hidup jika kau menolakku!" ucap nya penuh emosi---sarat ancaman.

Dewi Harnum terbelalak ketika menyadari jika posisi Pangeran Leonard berdiri adalah di dekat tebing. Jangan bilang...

"Sekalipun aku mati, aku akan selalu mencintaimu, Dinda." ucap Pangeran Leonard tenang sembari mundur perlahan---mendekati Jurang Kematian di bawah sana, namun tatapan nya terpusat penuh pada Sang Dewi.

"Jangan lakukan itu, Pangeran!" pekik Dewi Harnum menggeleng panik.

"Sekalipun aku mati, aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Dinda." ucap Pangeran Leonard sangat tenang---seolah kematian adalah sahabat nya. Langkah nya terhenti. Ia sudah berada di ujung tebing, melempar senyum manis yang membuat Dewi Harnum meringis. "Aku mencintaimu, Dinda. Selamat---"

"Tunggu, tunggu!" seru Dewi Harnum terisak. Manik nya banjir airmata. Langkah Pangeran Leonard terhenti---menunggu. "Baiklah. Aku menerimamu. Aku mau menikah denganmu." putus nya lirih---tertekan. Lagipula, Pangeran Leonard berkata, mereka pernah bertemu sepuluh tahun yang lalu, 'kan? Artinya, mereka sempat mengenal, walau berakhir lupa---tak ingat ... seperti sekarang.

Perlahan, senyum puas terbit di bibir Sang Pangeran, membuat nya terlihat lebih santai dan mempesona di saat bersamaan. Batin nya berjingkrak ria. Tak sia-sia ia berpura-pura ingin bunuh diri karena mendapat penolakan. Pangeran Leonard menatap Sang Dewi lembut. "Kau bilang apa?"

"Aku mau menikah denganmu." lirih Dewi Harnum.

Pangeran Leonard menahan senyum. "Apa?"

"Aku mau menikah denganmu." ulang Dewi Harnum menunduk.

"Kau bicara apa, Dinda? Aku tak dengar," goda Pangeran Leonard tersenyum jahil.

"AKU MAU MENIKAH DENGANMU! JADI, JANGAN MELAKUKAN HAL BODOH SEPERTI BUNUH DIRI!!!"

Pangeran Leonard berkedip dua kali---pura-pura tak mengerti, tertawa renyah sembari menyorot Sang Dewi geli.

"Mengapa kau tertawa?" Dewi Harnum mengernyit---tak mengerti. Ia merasa tak ada yang lucu, tetapi mengapa pria itu malah tertawa bak orang gila. Apakah Pangeran Alaska itu memang benar-benar sudah gila?

"Ah, kau sangat lucu, Permaisuriku~" kekeh Pangeran Leonard geli. Dewi Harnum mengernyit. "Siapa yang ingin bunuh diri, Sayang? Setelah sekian lama, akhir nya aku menemukanmu. Aku tak ingin mati dulu. Aku ingin hidup lama bersamamu." seloroh Sang Pangeran riang.

Dewi Harnum mengerjap. "Tetapi, tadi kau..." ia menggantungkan kalimat nya dengan sorot bingung yang semakin mendominasi mata indah nya.

"Oh, aku hanya ingin mengambil Pedangku." Pangeran Leonard menggedikkan bahu acuh lalu terkekeh geli. "Ah ... apakah kau begitu mengkhawatirkan ku, Dinda?" imbuh nya mengerling menggoda.

"Kau!" seru Dewi Harnum terbelalak---kesal.

Benarkah di hadapan nya ini adalah Pangeran Leonard yang tersohor itu? Bukankah Pangeran Leonard adalah sosok yang terkenal dingin, kejam, dan tak tersentuh? Apakah berita yang selama ini ia dengar dari mulut ke mulut itu adalah berita bohong? Karena yang ia lihat, sosok Pangeran Leonard di hadapan nya ini adalah pria yang jahil, menyebalkan, gila namun sial nya---sangat tampan. Terlalu tampan.

Pangeran Leonard terkekeh geli. Ia mengambil Pedang nya yang berdarah dan memasukan kembali ke dalam sarung Pedang nya. Ia berjalan penuh karisma ke arah Permaisurinya yang terpaku di tempat nya, dengan Pedang di tangan kiri nya. Ia mengusap lembut wajah halus Dewi Harnum yang basah karena airmata dengan tangan kanan nya yang terluka, sorot mata nya penuh cinta dan puja---seolah hanya Dewi Harnumlah dunia nya.

Tubuh Dewi Harnum bergetar pelan dengan hati berdesir hangat. Ia menunduk saat tak sengaja melirik luka di tangan pria itu. Melihat nya saja, membuat hati Dewi Harnum di liputi rasa bersalah dan sesak. Ada rasa tak rela melihat pria itu terluka. Mengapa ia seperti ini? Ada apa dengan nya? Entahlah. Ia hanya merasa mereka memang pernah memiliki hubungan di masalalu. Artinya ... Sang Pangeran tak berbohong padanya.

"Kau masih ragu padaku, ya?" tanya Pangeran Leonard lembut.

Dewi Harnum semakin menunduk. "Maaf," cicitnya lirih---bersalah.

"Tak apa, Sayang." Pangeran Leonard menepuk-nepuk lembut puncak kepala Dewi Harnum---menenangkan.

Ia merengkuh erat dan rapat tubuh Sang Dewi dalam dekapan nya yang canggung dan kaku, namun hangat sekaligus mendebarkan. Kepalanya ia tumpukan pada kepala Dewi Harnum, menutup mata---menikmati kebersamaan mereka. Ia tersenyum manis saat tanpa sadar, tangan Dewi Harnum bergerak melingkari pinggang proposional nya---balas memeluknya. Dewi Harnum menyandarkan kepala nya dengan nyaman dalam dada bidang Pangeran Leonard. Ia tersenyum tipis saat mendengar detak jantung Sang Pangeran yang menggila.

"Kau merasakan nya, bukan? Di dekatmu, aku benar-benar merasa hidup. Jantungku berdetak dengan gila-gilaan hanya saat bersamamu." oceh Pangeran Leonard manja.

Dewi Harnum terkekeh geli. "Kau pun sama gila nya, Pangeran."

"Hanya bersamamu." sahut Pangeran Leonard geli---sama sekali tak marah.

Dewi Harnum tertegun sesaat. "Pangeran..."

"Hem?" gumam Pangeran Leonard seakan bertanya sembari mengusap rambut basah Sang Dewi penuh kelembutan dan hati-hati, seolah gerakan kasar sedikit saja, dapat melukai nya.

"Memaksaku untuk menerima mu atau menyakinkanku untuk menerima mu adalah dua hal yang berbeda, Pangeran~" cicit Dewi Harnum penuh arti.

Tubuh Pangeran Leonard menegang, selaras dengan pelukan nya yang mengerat---seolah takut kehilangan. Ia menelan ludah gusar. "Apa kau masih ingat? Sepuluh tahun yang lalu ... kau mengobati kaki seekor Singa yang berwarna seputih salju. Kaki Singa itu terluka karena jebakan yang di pasang oleh para Pemburu di hutan ini." ungkap Sang Pangeran tiba-tiba---mengingatkan.

Tubuh Dewi Harnum menegang. Ia mendongkak---menatap Pangeran Leonard gugup sekaligus menunggu. Jadi, pria itu...

"Ya, Dinda. Akulah---Singa menyedihkan yang kau tolong itu. Sejak saat itu, aku menginginkanmu, Permaisuriku~" jelas Pangeran Leonard lembut.

"Te---tentang cinta?" tanya Dewi Harnum gugup.

"Aku memang mencintaimu." Pangeran Leonard menyatukan kening mereka, hidung mereka pun saling bersentuhan. Dewi Harnum terpana. "Sangat mencintaimu. Terlalu mencintaimu."

Sang Dewi bergeming dengan dada berdesir hangat, hatinya membuncah bahagia dengan manik berkaca-kaca---terharu.

"Bagaimana jika kita cari sungai dulu? Kau harus membersihkan diri lebih dulu. Setelah itu, akan ku ceritakan segala nya padamu. Bagaimana?"

"Ceritakan dengan jujur." pinta Dewi Harnum memaksa, kembali menyandarkan kepala dengan nyaman di dada bidang Sang Pangeran.

Pangeran Leonard terkekeh renyah, mengeratkan pelukan nya sembari mengecupi puncak kepala Sang Dewi dengan lembut---gemas.

"Aku memang tak bisa berbohong padamu, Permaisuriku~"

♥♥

Setelah menemukan sebuah sungai, Dewi Harnum membersihkan tubuh nya, sedangkan Pangeran Leonard menunggu---menjaga nya dengan memunggungi Sang Dewi. Selesai membersihkan diri dari darah Sang Pangeran, kini ... Dewi Harnum tengah berganti pakaian di balik pohon besar. Sedangkan Pangeran Leonard memperhatikan sekitar nya dengan tajam dan waspada---jika sewaktu-waktu bahaya mendekat.

"Apakah yang kau katakan di Alun-Alun Kota adalah benar, Dinda?"

"Hem." gumam Dewi Harnum memakai pakaian mewah yang Pangeran Leonard datangkan melalui sihir nya. Sesaat, ia mengernyit, "Tunggu ... apakah kau ada di sana saat itu, Pangeran?"

"Ya. Aku berhenti di sana saat mencium harum tubuhmu." jawab Pangeran Leonard masih memperhatikan sekitar. "Harum kelopak bunga mawar basah," imbuh nya.

Dewi Harnum terdiam. "Siapa kau sebenarnya, Pangeran? Mengapa kau bisa mencium harum tubuhku yang tersembunyi?"

"Apakah kau lupa, siapa dirimu yang sebenarnya, Dinda?" tanya balik Pangeran Leonard tenang.

"Aku ... reinkarnasi dari Dewi Hanum---Sang Mahadewi."

Pangeran Leonard mengangguk. "Begitupun denganku. Aku adalah reinkarnasi dari Iblis Leozard---Sang Mahadewa."

"Itu artinya ... kita memang terikat karena memiliki hubungan di masalalu." gumam Dewi Harnum menyimpulkan.

"Hem."

"Tetapi, mengapa aku tak ingat apapun tentang kita di masalalu, Pangeran?" tanya Dewi Harnum heran.

"Ingatanmu akan kembali, Dinda. Bersabarlah." ucap Pangeran Leonard lembut. "Tetapi, jika kau ingin cepat mengetahui semua kisah kita---kau harus secepatnya menikah denganku." goda nya jujur.

Dewi Harnum mencebik. "Sekalipun kita memiliki hubungan di masalalu, kita adalah sosok reinkarnasi. Kita berdua tetaplah orang asing, Pangeran. Apakah kau lupa, jika Selir Sita tengah mengandung?" tukas nya mendadak kesal---cemburu, walaupun ia tahu, jika bayi itu bukan milik Sang Pangeran.

"Dia bukan Selirku lagi. Aku sudah menceraikan nya karena pengkhianatan yang telah dia lakukan." jelas Pangeran Leonard datar.

Dewi Harnum terkesiap. "Benarkah?"

"Hem."

Gemerisik kecil dari arah semak, membuat Pangeran Leonard memicing tajam. Ia menghadirkan dua buah belati dengan sihir nya---melempar nya ke arah semak yang tadi bergerak padahal tak ada angin. Tak lama, geraman seekor Harimau liar terdengar mengerikan---kesakitan.

Pangeran Leonard menghampiri nya---tersenyum puas dengan rahang mengeras saat melihat seekor Harimau tergeletak karena belati yang membutakan kedua mata nya. Sedangkan Dewi Harnum yang telah selesai berpakaian, menoleh cepat ke sumber suara. Lalu, segera berlari---menyusul Sang Pangeran.

"Apa kau yang telah melakukannya, Pangeran?" tanya Dewi Harnum tak suka.

"Siapa lagi?" Pangeran Leonard tampak acuh.

"Mengapa kau melakukannya, Pangeran?!" pekik Dewi Harnum tak terima. "Kau telah melukai hewan yang tak berdosa! Kau membuat Harimau ini buta!" imbuh nya kecewa.

Ujung bibir Pangeran Leonard berkedut sinis. "Dia pantas menerimanya. Dia sangat berdosa karena telah berani mencuri pandang dengan mengintip Permaisuriku yang tengah berpakaian!" ketus Sang Pangeran menatap Harimau yang mulai tak sadarkan diri dengan penuh permusuhan.

Harimau sialan! Karenamu, aku bertengkar dengan Permaisuriku! Batin Sang Pangeran.

Mulut Dewi Harnum terbuka lalu menutup kembali setelah mendengar pembelaan Sang Pangeran. Ia menatap Pangeran Leonard lekat, sedikit ngeri---bagaimana jika manusia yang tadi mengintip nya? Mungkin, Pangeran Leonard akan memberikan hadiah kematian untuk mengapresiasi atas tindakan memalukan yang telah di lakukan nya.

"Kau adalah milikku! Aku tak suka---aku benci membagi keindahan milikku yang berharga pada siapapun!" geram Pangeran Leonard berapi-api---serius sekaligus sarat akan bahaya.

Dewi Harnum tersadar dari lamunan nya. Ia menatap Pangeran Leonard dengan kengerian yang masih sedikit terpancar di mata coklat terang nya. Pangeran Leonard benar-benar egois dan terlalu posesif terhadap dirinya. Tetapi anehnya, ia malah menyukai nya. Hati nya menghangat seketika saat Pangeran Leonard menunduk---memeluk nya erat dan menumpukan kepala di bahu nya.

"Aku tidak suka berbagi milikku pada siapapun, Dinda. Terlebih itu adalah dirimu. Aku tidak suka. Aku benci itu. Kau hanya milikku! Dewi Harnum adalah milik Pangeran Leonard seorang," oceh Pangeran Leonard lirih---merancau.

Dewi Harnum menepuk-nepuk lembut punggung kokoh Sang Pangeran---menenangkan. "Tenanglah~" bujuk nya tak kalah lembut. Ajaibnya, tubuh kaku dan tegang Pangeran Leonard langsung terkulai tenang dalam pelukan nya. Dewi Harnum takjub, sedikit tak percaya---jika ia memiliki pengaruh yang teramat besar atas kewarasan Sang Pangeran.

Pangeran Leonard menarik wajah nya, tetapi tangan nya masih melingkar manis di pinggang ramping Sang Dewi---menatap nya lekat. "Untuk sementara waktu ... menghilanglah, Dinda."

"Apa maksudmu, Pangeran?" tanya Dewi Harnum terkejut. "Apakah ... kau ingin membunuhku, Pangeran?" tambah nya menatap Pangeran Leonard sakit hati.

"Demi Dewa! Aku mencintaimu! Tak mungkin aku akan membunuh orang yang ku cintai dan ku nanti kehadiran nya selama ini, Dinda!" erang Pangeran Leonard sebal. Ia menangkup wajah Sang Dewi, menatapnya dengan sorot membujuk. "Jika yang kau katakan di Alun-Alun Kota memang benar, maka nyawamu berada dalam bahaya, Sayang. Tolong mengertilah..."

Dewi Harnum menepis pelan tangan Sang Pangeran, mundur selangkah---keluar dari rengkuhan lengan nya yang kokoh. "Kau ingin menyembunyikan ku dari dunia? Kau ingin mengurungku? Bukankah aku adalah Permaisurimu yang berharga, Pangeran?" tanya Dewi Harnum bertubi-tubi---masih tak mengerti dengan cara berpikir Pangeran Leonard.

"Justru karena kau---Permaisuriku yang berharga, aku memintamu untuk menghilang sementara waktu, Dinda. Bukan untuk menyembunyikan mu dari dunia atau berniat untuk mengurungmu, tetapi semata-mata ku lakukan karena aku mencintaimu. Aku ingin melindungi mu karena aku tak ingin lagi kehilanganmu, Dinda." jelas Pangeran Leonard jujur. Ia membawa kedua tangan Dewi Harnum, menggenggam nya---mengecup nya mesra. "Mengertilah, Permaisuriku~"

Dewi Harnum membuang muka. Ia benci tak bisa bergerak bebas. "Pengumuman yang di buat oleh Raja Alardo ... apakah kau mengetahuinya, Pangeran?"

"Sama sekali tidak." jawab Pangeran Leonard jujur. "Dinda, Ayahku telah mengetahui jika Permaisuriku bernama Dewi Harnum, tetapi Ayahku belum tahu rupamu. Ia belum tahu akan dirimu---kehadiranmu dan pertemuan kita. Untuk itulah, Dinda. Selama aku menyelesaikan segalanya ... kau harus menghilang, Sayang," seloroh nya lembut---penuh bujuk rayu.

"Aku pernah datang ke Kerajaan Alaska. Raja Alardo dan semua orang sudah mengetahui tentang diriku, Pangeran." sahut Dewi Harnum masih enggan menatap wajah tampan Sang Pangeran.

Pangeran Leonard mengangguk. "Ayahku---semua orang di Kerajaan Alaska mengenalmu sebagai Kaalillya. Tak ada yang tahu, jika kau adalah Dewi Harnum---kecuali orang-orang yang mengenalmu." papar nya serius.

Dewi Harnum menoleh cepat---menatap Pangeran Leonard lekat, namun tatapan nya seolah memikirkan dan mengaitkan segala hal yang berhubungan. Inikah alasan Madhuri meminta nya merahasiakan nama nya, saat ia hendak pergi ke Alaska? Jika itu benar, itu artinya ... Madhuri tengah berusaha untuk melindungi nya agar tetap aman dan hidup. Jika benar begitu, Dewi Harnum tak, 'kan membiarkan usaha Sang Nenek berakhir sia-sia.

"Kekasihku..." panggil Pangeran Leonard lembut. Ia mengecupi jari-jemari kekasihnya gemas dan mesra.

Dewi Harnum mendengkus samar. Kekasih? Ya, setelah Pangeran Leonard menceritakan segala nya dengan jujur, mereka memang resmi menjadi sepasang kekasih. Tentunya atas paksaan Pangeran gila tersebut. "Aku akan tinggal bersama Nenekku." putus nya menghela napas pasrah.

"Aku akan mengantarmu." Pangeran Leonard merapikan rambut indah kekasihnya yang masih basah menggoda.

"Sampai kapan aku harus menghilang?" cebik Dewi Harnum menahan tangis.

Pangeran Leonard menarik Sang Dewi dalam pelukan nya, menghela napas gusar. "Sampai aku menyelesaikan segala nya."

Dewi Harnum mengangguk, balas memeluk nya erat. "Sampai kapan?" lirih nya separuh terisak. "Aku benci kekangan. Aku ingin hidup bebas." imbuh nya sedih.

"Secepatnya, Sayang." Pangeran Leonard menghela napas berat, lalu mengecupi rambut harum Sang Dewi sekaligus mengusapi nya lembut. "Maafkan aku, Permaisuriku~" lirih nya tak berdaya.

Dalam hati, ia berjanji dan bertekad untuk menyelesaikan segala nya secepat mungkin dan menyingkirkan siapapun yang menghadang jalan nya untuk menjadikan Dewi Harnum sebagai satu-satu nya Permaisuri yang berkuasa atas dirinya. Ia bersumpah!

"Kau tak berniat menjadikanku sebagai simpananmu, 'kan, Pangeran?" tanya Dewi Harnum masih ragu. Ia meremas pakaian Pangeran Leonard kuat---gusar.

"Demi dirimu, Dinda! Aku tak mungkin memberikan status rendahan itu padamu. Aku bersumpah atas nama cintaku, Sayang. Kau lebih mulia dari itu, Kekasihku. Kau---Permaisuriku yang berharga." ungkap Pangeran Leonard serius. Ia mengurai pelukan nya, menangkup wajah Dewi Harnum lembut---menyorot nya penuh puja dengan kesetiaan yang menjanjikan. "Tiga hari. Beri aku waktu tiga hari untuk menyelesaikan segalanya. Aku janji, setelah tiga hari---kau akan kembali bebas dan kita akan bersama selamanya. Percayalah padaku, Permaisuriku~"

"Baiklah." Dewi Harnum menghela napas pasrah---mengalah. "Hanya tiga hari, Pangeran. Tak lebih dari itu." imbuh nya tegas. Pangeran Leonard mengangguk dengan perasaan lega. "Tetapi, aku memiliki syarat."

Pangeran Leonard mengernyit. "Syarat apa, Dinda?"

"Selama tiga hari, kita tak boleh bertemu."

"Dinda!" protes Pangeran Leonard keberatan. Setelah sekian lama mereka berpisah, haruskah mereka berpisah lagi sekarang?

"Tiga hari setelah nya, kau buktikan segalanya ... tentang janjimu dan pertemuan pertama kita." tambah Dewi Harnum tegas---mengabaikan protes tak terima Sang Pangeran. Saat Pangeran Leonard hendak mendekatinya, Dewi Harnum mundur seraya menggeleng, membuat Sang Pangeran mengerang frustasi. "Termasuk sapu tangan yang ku berikan untuk mengobati kaki Sang Singa."

Tubuh Pangeran Leonard menegang sesaat. Sapu tangan. Mungkinkah pengumuman yang di buat oleh Ayah nya berpacu pada nama yang terukir di sapu tangan tersebut? Jika benar, itu artinya ... Sang Ayah telah mencurangi nya dengan mencuri sapu tangan itu dari kamar nya. Sesaat, tatapan Pangeran Leonard berubah menjadi sedingin salju, rahang nya mengeras dengan tangan terkepal kuat. Seperti nya ... ia memang harus menyingkirkan Ayah nya itu.

"Pangeran..." panggil Dewi Harnum sedikit takut dengan perubahan Sang Pangeran. "Apakah kau marah? Apakah kau keberatan dengan syaratku, Pangeran?" cicit nya menunduk takut.

Pangeran Leonard langsung tersadar. Ia tersenyum ringan. Sorot lembut kembali menghiasi mata biru nya---menenangkan Dewi Harnum. "Peluk aku dulu," pinta nya merajuk manja.

Ragu, Dewi Harnum mendekat. Sedikit berjinjit, memeluk leher Pangeran Leonard erat. Pangeran Leonard balas memeluk tak kalah erat. Hidungnya menghirup rakus harum tubuh Sang Dewi.

"Maaf, jika tadi aku membuatmu takut." lirih Pangeran Leonard sesal. Dewi mengangguk. "Kau tahu? Aku menyesal mengajukkan tiga hari untuk menyelesaikan segala nya." gerutu Sang Pangeran sebal pada diri nya sendiri. Lalu, menghela napas, "Aku memang keberatan harus berpisah lagi denganmu, Permaisuriku. Sangat keberatan. Tetapi, jika itu keinginanmu sebelum kita bersama untuk selama nya ... aku akan mencoba mengerti dan menghormati keputusanmu itu." seloroh Pangeran Leonard mengecupi leher jenjang nan indah Permaisurinya serakah.

Dewi Harnum melenguh kegelian, menarik wajah nya---menatap Pangeran Leonard lekat lalu tertawa pelan saat melihat wajah merajuk Sang Pangeran yang tampak manis---menggemaskan. "Terimakasih, Pangeran." ucapnya tersenyum tulus.

Pangeran Leonard tertegun, terpesona. Dewi Harnum adalah hal tercantik dan terindah yang pernah ia lihat. Ingin rasanya, Pangeran Leonard mengurungnya untuk dirinya saja, agar hanya ia yang dapat melihat dan menikmati kemurnian surgawi di hadapan nya ini. Egois memang, tetapi itulah faktanya. Ia terlalu khawatir jika Dewi Harnum berkeliaran di dunia yang penuh akan marabahaya ini.

"Setelah tiga hari, kita bertemu di tempat pertemuan pertama kita di waktu yang sama. Jika yang kau katakan adalah kebenaran, kau tak, 'kan kesulitan untuk membuktikan nya, Pangeran." seloroh Dewi Harnum tersenyum menantang.

Pangeran Leonard berdehem, mengangguk. "Aku sudah menunggumu selama sepuluh tahun, Dinda. Seperti nya, tak, 'kan sulit Jika harus menunggu tiga hari lagi untuk mendapatkanmu seutuhnya." sahut nya yakin, namun mata nya berkilat gamang---ragu.

Bisakah ia menahan diri selama tiga hari untuk tak menemui Permaisurinya yang berharga?

Dewi Harnum tersenyum menguatkan. Tak lama, ia memekik terkejut saat tubuh nya melayang di udara. Ia refleks melingkarkan lengan di leher Pangeran Leonard---berpegangan, seakan takut jatuh. Ia menatap Sang Pangeran terkejut sekaligus kesal. "Apa yang kau lakukan, Pangeran? Turunkan aku!" rajuk nya berontak kecil. Sulit. Pangeran Leonard terlalu kuat.

Pangeran Leonard menyeringai lebar. "Aku hanya ingin membuktikan ucapanmu, Dinda."

"Ucapan yang mana?" Dewi Harnum mengernyit.

"Tentang kau yang kata nya ... berat," Pangeran Leonard bersiul menggoda. Mulut Dewi Harnum terbuka menutup saking terkejut nya---menggemaskan. "Tetapi, aku tak tahu. Jika berat menurutmu berarti sama dengan seringan kapas." tambah nya mencibir, lalu mengedipkan mata---jahil.

"Aku tak seringan itu!" jerit Dewi Harnum memukul bahu Sang Pangeran kesal. Pangeran Leonard tertawa renyah. Tampan. "Turunkan aku! Turunkan aku, Kiraz!" oceh Dewi Harnum sebal.

"Tidak dengar. Tidak dengar." sahut Pangeran Leonard tersenyum geli. Ia mulai berjalan ke arah Kuda nya berada.

"Kau sangat menyebalkan, Kiraz!"

"Dan ... kau sangat cantik, Kaalillya."

"Dasar gila!" rutuk Dewi Harnum kesal.

"Hanya padamu."

♥♥

HOPE YOU LIKE IT!

Janganlah lupa jejak nya, ya :D

------------------

SPOILER NEXT BAB:

"Baiklah!" tukas Pangeran Leonard dengan rahang bergetar---saking emosi nya. Ia bisa urus segalanya nanti, saat ini ... mendapatkan Sang Permaisuri secepat nya jauh lebih penting dari apapun. "Aku bersedia menjadikan Si Putri jalang itu sebagai Selirku---menggantikan Si Putri pengkhianat itu!"

-------------------

Huaa ... Leon gimana, sih?! Kok nambah Selir lagi?! Hiks...

Nah, lho ... mau nethink atau posthink, Author serahkan pada kalian <3

PS: JANGAN TUNGGU KELANJUTAN NYA, soalnya setelah ini, Author mau nengok My Mr. OPPO. Kalau sempet, mau nengok My Possessive Fiance juga ^^

Makasih atas apresiasi kalian❤

See you soon😘

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 151K 55
terbangun dengan tubuh yang berbeda membuat luna harus menahan nasib buruk dimana dia adalah istri seorang DUKE. yang di kenal kasar dan juga tidak...
3M 321K 49
Canaria Adelia atau kerap di sapa Kana harus menjalani sisa hidupnya dengan cara yang menyakitkan, saat berada diambang kematian Kana dikejutkan deng...
1.3M 121K 32
Lelah melawan penyakit selama bertahun-tahun, Bella berdoa kepada Tuhan untuk segera mencabut nyawanya dan diberikan kehidupan baru yang lebih baik...
13.5K 1.1K 34
FOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Louis Xavier Adelard. Seorang vampire murni yang merupakan penerus kerajaan dan sudah menggembara selama 24 tahun atau 240...