My Mysterious Dosgan : Dosen...

De NengKarisma

68.1K 6.1K 295

Seri Mental Disorder Story ke-1 (Afka & Aruna) ⚠️ Budayakan follow Author sebelum membaca ⚠️ 🍀🍀 Aruna Green... Mais

Prolog
Kosan +62
Perkara Duit Kos
Malam Jum'at
Bakos = Bapak Kos
Badmood
Mr. Evill
Gembel Cinta
Menyebalkan
Dekat
Pacaran
Cupang
Keluarga Pacar
Ajakan Hangout
Cemburu
Stay With Me
Bertahan
Putus
Puncak Rasa Sakit
Mantan
Mantan (Lagi)
Cabe-Cabean
Menyelesaikan masalah
Bukan Sekedar Halusinasi
Ajakan Berkomitmen
Go Publick
Perkara Cincin
Bahagia
Suprise
Kegagalan
Tidak Baik-Baik Saja
Simpati
Melarikan diri
Faktanya
Sakit
Perhatian
Kesempatan kedua
Hamil
Visual
Memungut Restu
Sentuhan Akhir Cerita
VC
Janji Suci
Epilog
Penting Dibaca ⁉️

Kecewa

1.1K 104 10
De NengKarisma

Kecewa

"Kekecewaan datang karena sebuah kepercayakan disia-siakan begitu saja."-Aruña Greenidia Cheistriyani

****

Sinar mentari yang cerah hari ini, nampak menyinari bumi seharian ini. Kicauan burung terdengar mulai menjauhi sarangnya untuk mencari makan. Rerumputan mulai mengering dari embun paginya. Kedua kakiku berjalan santai menginjak rerumputan tanpa alas kaki.

Sambil mengendong si kecil Abel hati hati. Aku bersenandung kecil agar si kecil nyaman dalam gendonganku. Pagi ini, sudah untuk kedua kalinya aku menemani keponakanku ini berjemur di bawah sinar mentari pagi yang baik untuk pertumbuhanya. Abel nampak menggeliat kecil, saat tubuh mungilnya terkena sinar mentari pagi. Bayi satu bulan lebih empat hari ini, memang sudah menjadi rutinitasnya dalam dua hari ini berjemur bersamaku.

Ini sudah hari ke-6 setelah aku menjalani ritual pingitan, yang katanya wajib dilakukan. Selama itu pula, aku dan Afka LDR-an. Tapi walaupun begitu, komunikasi kami tetap terjaga. Hanya telephone, pesan suara, dan chat bentuknya. Jika VideoCall di larang oleh ibuku. Katanya, ini harus di lakukan dan dilalui oleh para calon pengantin menurut kepercayaan beberapa pihak tentunya.

"Mbak udahan berjemurnya, Abelnya bawa masuk."

"Iya, sebentar."

Hari ini acaranya kami akan mengadakan siraman. Sengaja diadakan hari ini, tepatnya pukul sepuluh nantinya. Hal ini bertujuan untuk membersihkan segala hal negatif yang dianggap mengganggu proses pernikahan dan ijab kabul. Prosesi siraman biasanya dilakukan pada pukul 10.00 - 15.00, sehari sebelum dilakukannya ijab kabul. Pada waktu ini diyakini sebagai saat ketika bidadari turun kebumi untuk mandi.

"Siniin putriku, kamu siap siap gih."

"Iya mbak."

Setelah memberikan Abel aku memilih bersiap diri. Acara siraman dilakukan setelah semua keperluan prosesi telah terkumpul. Acara berikutnya dilanjutkan dengan prosesi prosesi lainya. Hingga hari menjelang sore, kini kami duduk dipondok belakang rumah.

Kami--Aku, Doyyeng, Cika, Arinda dan ibuku. Kami duduk sambil memenyortir bunga melati yang bagus dan tidaknya. Beliau katanya mau memberi aku sedikit wejangan sebelum menikah.

"Nduk, setelah menikah nanti kamu harus mandiri. Menuruti semua perintah suamimu dengan hati yang lapang. Ingat, saat sudah menjadi seorang istri baktimu berarti sudah berpindah cah ayu. Utamanya, suamimu adalah kepala keluarga yang harus kamu layani setiap saat."

"Iya bu, Runa ngerti."

"Ngerti apaan coba?" Sela Doyyeng yang tengah duduk disisiku.

"Lah itu barusan, yang ibuku bilangin."

"Apaan?" Tinggal Cika menimpali.

Aku memang sengaja mengundang mereka lebih awal, agar bisa menemaniku di setiap sesi upacara adat yang aku lalui.

"Gyèh nduk, dengerna, ibu selalu bilangin kepadamu. Supaya kamu selalu menghormati dan berbakti kepada orang yang nantinya menjadi suamimu. Iya, itu karena mereka adalah kepala keluarga bagi kita. Semua kebutuhan batiniah dan lahiriah-nya kita yang memcukupi. Jangan sampai kamu lalai menjalankan tugasmu sebagai seorang istri."

"Njeh bu." Jawabku, Doyyeng, dan Cika bersamaan.

"Kalau masnya minta gituan, jangan nolak mbak. Nyenengin suami dapet pahala loe." Ujar adik-Arinda.

"Yehh, masih bocil otaknya ya!!"
Kekehku sambil menggelitik perutnya.

"Efek keseringan baca dunia orange tuh?" Sindir Cika.

"Gak papa, 'kan ber-faedah. Nambah pengetahuan secara tidak langsug."

"Etdah nie bocah satu." Kesal Cika.
"Di bilangin malah ngoceh mulu ya?"

"Biarin wlee, dari pada mbak Cicik koleksinya di dunia orange novel 21++ sama sugar Daddy mulu."

"Eh apaan, enggak tuh?!"

"Aku lihat kelesss, kakak terlalu hahaha.." Dengan segera Cika menggelitik leher Arinda. Titik kelemahan utama Adikku itu.

"Rasain nohh, dasar adek ingusan omes.."

"Kakak ya, yang omes.." Timpal Arinda disela sela deru nafasnya yang belum beraturan.

"Pusing deh gue kalau udah berhubungan sama dunia orange, apa daya gue yang gak suka baca."
Imbuh Doyyeng sambil menatap keduanya jengah.

"Huhh, kak Doyyeng gak asik."
Cibir Arinda songong.

"Kita tuh pembaca sultan, rakyat dunia orange. Iya gak kak?"
Cika mengangguk sambil bertoas riang dengan Arinda.

"Karena cuma di dunia orange, yang bisa ngehalu sambil maraton tujuh musim." Ujar Arinda yang detik berikutnya di hadiahi tawa mengiyakan dari Cika.

Dasar, mereka itu memang paling bisa jika tentang novel online. Katanya, mereka itu pembaca sultan yang selalu membaca novel novel recommended yang bagus bagus. Mereka juga bukan pembaca gelap atau apalah itu, yang baca sama keasikan atau enggàn hingga lupa memberikan vote dan komentarnya untuk si penulis. Terkadang, keduanya juga rela menabung berbulan bulan demi mengikuti open Pree Order novel kesayanganya.

"Besok lo nikah Na?"

"He'em"

"Kok gue gak nyangka ya?"

"Iya, lo 'kan baru ditinggalin manten kemarin. Eh gak lama, beberapa bulan kemudian lo OTW sana pak Afka. Mana gak gegèr dunia?"

"Iya, makanya banyak yang bilang kalau lo udah pecah telor duluan."

"Dih apaan tuh?" Sengitku.

"Ya kirain, udah skindipapapa dulu samà pak Al gitu. Nyicil bikin keponakan yang ucul ucul gitu?"

"Dihh, bahasanya dijaga ya Doyy!"

"Cuma perkiraan Na, apa udah beberan nih?"

"Cik, gak usah ikut ikutan deh?!"

"Elah, gitu aja ngambek. Besok aja malem pertama lo pasti pecah telor."

"Enggaklah."

"Yehh, nolak suami itu dosa loh Na?"

"Iya, adik lo aja tahu soal itu. Masa lo gak tahu?"

"Iya, gue ngerti."

"Terus, lo gak bakal nunda punya baby 'kan?"

Aku menggeleng ragu, masalah itu belum aku pikirkan lagi. Aku pikir, masalah itu harus aku rundingkan bersama Afka nantinya.

"Oh iya, soal test pekerjaan yang kemaren gimana Na?"

"Belum ada notice."

"Yehh beneran lo?"

Sebelum wisuda kemarin, aku sudah mengirim surat lamaran kerja kepada beberapa perusahaan yang membutuhkan diriku. Setidaknya, saat menikah nanti aku akan memiliki penghasilan sendiri. Kecuali jika sang suamiku nantinya melarang aku bekerja.

"Kalau lo Doyy, gimana habis ini?"

"Gue masih sesuai planning, mau lanjut ke Amsterdam dulu. Bantu bantu abang gue yang mulai netep kerja disana lagi."

"Kalo lo Cik?"

"Gue udah keterima buat S2 di Singapura, sambil kerja juga. Cuma sayangnya, bonyok minta gue nikah dulu biar ada yang jagain."
Lirih Cika.

"Iyalah, kalau gue kan di sana sama abang gue. Lo 'kan belum ada yang jagain!"

"Hu'um"

"Iya, harusnya lo cari seseorang yang bisa jaga lo disana Cik." Timpalku.

"Supaya lo ada yang jagain."

Cika tersenyum sumringah sambil merangkul kami berdua.

"Santai gaess, gue udah ada calon bodyguard ganteng."

"Serius?"

"Iya, ada mantan gue orang sana."

"Dasar lo, mantan masih mau dipungut lagi."

"Yehh, bahasamu Doyy."

"Udah, udah, tidur guys. Udah malem nih." Usulku.

Sekarang ini kami memang berada di kamarku. Kami memang sengaja tidur bersamaan agar bisa lebih banyak memiliki waktu bersama.

Jam memang sudah menunjukkan hampir tengah malam, tetapi kedua mataku belum mau terpejam. Hatiku juga berdetak tak karuan belakangan ini. Mungkin semenjak hari menjelang malam tadi, entah mengapa. Rasanya ada yang salah dengan hatiku.

Doyyeng dan Cika sudah terlelap di kedua sisiku. Tapi aku masih sulit memejamkan mata. Mungkin, karena aku merindukan Afka. Padahal besok kami bertemu, hanya saja hari ini dia tidak memberiku kabar sedikitpun. Mungkin dia juga sama gelisahnya denganku saat ini, mungkin?

"Hmmm, bobok Na. Udah malemm."

"Iye, iye, gue tidur nih."

Gumaman Doyyeng barusan rasanya menggelitik perutnya. Bisa bisanya, setengah sadarpun dia masih memikirkan diriku. Dasar, Doyyeng ini.

"Bismillah, semoga besok semuanya berjalan dengan lancar."
Ujarku lirih, setelah mengucapkan do'a hendak tidur.

"Selamat malam mas Afka, soon my Husband."

****

"Etth, jangan nangis dulu. Nanti make up-nya luntur."

"Iya, cengeng amat lo Na!"

"Yehh, namanya juga perih."

"Bisa ae lo ngelak."

Aku membalas ucapan Doyyeng sambil nyengir. Perias pengantin memang sudah datang dari tadi. Setelah bangun tidur dan mandi, aku juga langsung diarahkan untuk bersiap siap. Ijab qabul rencananya akan diadakan pukul sembilan pagi ini. Berarti masih ada waktu satu jam lagi.

"Aaa, makan dulu yang bener. Nanti lo kelaperan dipelaminan gimana lo?"

"Iya Doyy."

Soyyeng dan Cika juga sudah bersiap, mereka terlihat cantik dengan kebaya putih dengan corak yang sama pemberianku. Doyyeng bertugas menemaniku disini, sedangkan Cika membantu menyambut tamu yang datang bersama Arinda.

Sejak subuh pula, rumahku sudah riuh gemuruh. Banyak suara bising dari obrolan para bapak dan ibu ibu tetanggaku yang ikut membantu hajatan yang keluargaku adakan. Alhasil, rumahku yang memiliki halaman lumayan luas ini kini sudah dihias secantik dan senatural mungkin sejak kemarin. Dekorasinya kental sekali dengan adat kejawen yang ingin ditonjolkan.

Semua dekorasi eksterior maupun sebagian interior mengusum tema warna putih yang berarti suci. Aku harap acara sakral hari ini akan berjalan dengan lancar seperti semestinya.

"Gue ke dapur dulu ya Na, mau nyimpen ini."

Aku yang sedang di make up hanya mengangguk samar. Aku sudah dimakeup hampir satu jam lamanya. Kini tinggal beberapa bagian wajahku yang masih kurang dipermak.

"Udah cah ayu, duh ayu tenan pokokè."
Ujar si mbak mbak penghias pengantinya.

Aku hanya bisa tersenyum tipis sambil berterimakasih. Beliau juga membantuku mengenakan hiasan kepala serta antek-antek lainya. Sekarang, aku sudah benar benar menjelma menjadi seorang putri kraton cantik yang anggun. Kebaya putih yang melekat pas ditubuhku amat memperlihatkan aura keanggunanya.

"Mbak tinggal dulu ya."

"Iya mbak."

Kini tinggal aku sendiri didalam kamarkun ini. Ruangan ini pun sudah di sulap dengan seindah mungkin. Perasaan saat aku mandi tadi belum begini, saat keluar dari kamar mandi barulah jengjengjeengg. Kamarku sudah disulap dengan begitu cantiknya. Kelopak bunga mawar bertaburan diatas tempat tidur. Aroma sedap bunga bunga segar dipenjuru ruangan juga nampak menambah keindahanya.
Duh, kamar pengantin begini kali ya?

Sambil duduk dan menunggu diatas kursi meja rias. Aku sesekali bermain game agar mengurangi sedikit etensi kegugupan yang kurasakan.

Di luar mulai terdengar sangat riuh, seperti cekcok atau apalah. Suara motor, decitan bangku juga ada tangisan. Entah ada apa di luar sana, aku mulai penasaran. Tapi ibuku bilang aku dilarang keluar, sebelum ada yang menjemputku nanti. Jadi, sebagai seorang putri yang baik aku menuruti titah ibuku saja.

Trink
Trink
Trink

"Apaan sih?" Kesalku, saat game yang aku mainkan terhenti sejenak karena ada notifikasi yang masuk.

Ada nomer asing yang mengirimkan sesuatu lewat whatsapp. Aku menatap notifikasi tersebut karena penasaran. Mungkin endors nyasar dihari pernikahanku, 'kan alhamdulillah.

"A--apa apaan ini?"

Bingungku, saat satu fhoto dan satu video yang belum terdownload masuk kedalam handphone milikku.

"Ini--"

Maaf, sepertinya pengantin prianya akan datang agak terlambat karena kelelahan.

Tulis chat berikutnya yang masuk kedalam handphone milikku. Mataku memanas, seiras dengan jantungku yang terasa terhimpit batu besar. Mencekik, menyisakan rasa sakit tak terhingga. Mungkin begini, rasanya kecewa untuk kesekian kalinya.

Jika diingat ingat, perselingkuhan Andreas saja sudah sangat menyakitkan bagiku. Apalagi ini, perselingkuhan berikutnya di hari pernikahan kami. Bagaimana tidak shok, seseorang mengirimkan fhoto dan video kekasihku dengan wanita lain tengah menghabiskan malam bersama.

Aku tidak bisa menerima semua kenyataan ini. Hatiku terlalu nyeri, jika pernikahanku benar benar terancam batal karena masalah ini. Ayah, ibu--apakah mereka sudah tahu tentang sumua ini?

BRAK

"Ndak, pokoknya pernikahan ini tetap di batalkan!"

Bunyi gebrakan yang sangat keras disusul suara marah ibu, cukup membuatku terlonjak kaget. Tidak salah lagi, ibu dan ayah pasti sudah tahu tentang persoalan ini.

Ya Rabb, cobaan apa lagi ini??

****

TBC

Selamat malam para pembaca MMB🖑🖑
Terimakasih buat yang sudah setia nunggu update, sama yang selalu setia memberi vote disetiap part👍
Jadilah pembaca bijak, dengan meninggalkan vote dan komentar untuk menghargai penulis💕

Ok, aku tunggu 100 vote pertamanya ya🖑🖑
Sampai jumpa lagi dipart berbawang lainya🤗🤗





Yang seharusnya menikah hari ini😢😢😢



Gara gara kamu cihh😅😅😘














Sukabumi 26 Agust 2020
Revisi 10 Januari 2020

Continue lendo

Você também vai gostar

2.3M 65.5K 35
OPEN PO DI MILLENIUM PUBLISHER CEK INSTAGRAMNYA YAAA Masih ada beberapa yang belum di hapus ❤️ Terima kasih ❤️❤️🙏 #144 dalam romance 21-11-17 #156 d...
31.3K 1.2K 30
Chelsea Tamara Usman, si mahasiswi pembuat onar yang mampu membuat sang dosen, Fahren Giandra Heitward terpaku olehnya. Tentu saja tidak secara insta...
1.9M 93.5K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
717K 30.2K 63
(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) [UPDATE SEMINGGU SEKALI] Cliantha Farzana menjalani kesehariannya dengan tiga permintaan dari seseorang. *** Note: AKAN DIUN...