The Dark Desire

By DyahUtami

196K 22.5K 1.3K

(Only for 21+) DON'T PLAGIARISM! I DON'T HAVE ANY RESPECT FOR SOMEONE WHO COPY MY WORK! •••••••••••••••• Cin... More

COPYRIGHT
Author Note
Introduction
Characters List
PROLOGUE
Bab 1. Memulai Hidup Baru
Bab 2. Pertemuan Tak Terduga
Bab 3. Wali Kota
Bab 4. Dinner Date
Bab 5. The Story
Bab 6. Her Dream
Bab 7. Gabriel
Bab 9. Penolakan
Bab 10. First Step
Bab 11. Second Step
Bab 12. Third Step
Bab 13. Fourth Step
Bab 14. Last Step
Bab 15. The Mysterious Door
Bab 16. The Warning
Bab 17. The Monster
Bab 18. Sandiwara
Bab 19. The Birthday Party
Bab 20. His True Form
Bab 21. The Black Room
Bab 22. His World
Bab 23. His Private Chamber
Bab 24. House Of Sexus
Bab 25. Back to Earth
Bab 26. Rosemary soul
Bab 27. The Heaven
Bab 28. Angel vs. Incubus
Bab 29. Rosemary Choice
Bab 30. Rosemary Choice (Part 2)
Bab 31. Russel
Bab 32. "Sepupu"
EPILOGUE

Bab 8. His Lovely Rose

5.7K 709 33
By DyahUtami

UPDATE!!!

Ayo semua merapat kesini sekarang juga! Siapa yang udah nunggu chapter terbaru TDD? Coba mana suaranya?!!

Pasti kalian nunggu banget kan ya huhuhu 😅😅

Oke langsung aja deh ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx




Rosemary membalikkan badan dan menatap sosok pria adonis yang berdiri di belakangnya dengan senyum yang begitu menawan. Rosemary memang telah salah karena menolak pria setampan dan sekaya Cain, tapi Rosemary tahu jika berhubungan dengan tipe pria seperti Cain, pasti akan berakhir dengan patah hati. Rosemary berdehem pelan dan memperhatikan penampilan pria itu malam ini. Untuk seseorang yang menjadi host dari pesta di club ini, Cain  terlihat berpenampilan sedikit lebih santai. Pria itu mengenakan kemeja yang dipadu padankan dengan sweater berwarna  cokelat terang, celana bahan berwarna biru navy membungkus kakinya dengan begitu pas. Ditambah dengan arloji dan sepatu kulit yang senada dengan sweater. Rambutnya dibuat acak-acakan seperti baru bangun tidur, kesimpulan Rosemary bahwa penampilan pria itu begitu sexy malam ini. Wajar saja jika semua wanita melirik ke arah Cain dan berusaha menarik perhatian pria itu.

Entah harus merasa beruntung atau tidak karena mendapat perhatian khusus dari Cain. Bagaimanapun juga Ia orang baru dan Rosemary tidak mau menarik perhatian orang lain padanya. Rosemary menghela pelan dan berkata, "aku tidak menyangka kau mau susah payah melewati orang-orang..."

Cain hanya memberikan cengiran boyish lalu mengulurkan tangannya pada Rosemary. "Ikutlah denganku." Rosemary menaikkan sebelah alis matanya, mempertanyakan tawaran Cain yang mencurigakan. Bagaimanapun juga, ini adalah club malam. Walaupun pria itu yang mengadakan pesta ini, Rosemary tetap harus khawatir karena mereka belum kenal lama dan pertemuan terakhir mereka memiliki kesan buruk. Cain menarik napas dan menjelaskan, "aku ingin mengobrol bersamamu. Kita bisa membicarakan mengenai pertemuan terakhir kita, atau kita bisa membicarakan hal lain."

"Kenapa?"

Cain melangkah mendekat. Kedua tangannya diletakkan di paha Rosemary yang terekspos dan mengelus area tersebut dengan gerakan sensual. Cain perlahan menyelipkan tubuhnya diantara kedua kaki Rosemary dan mendekatkan bibirnya ditelinga wanita itu. "Karena aku ingin bersamamu Rose." Seketika rona merah muncul di pipi Rosemary karena mendengar kalimat Cain yang terkesan menggoda. Cain menarik wajahnya dan menyeringai kecil. Ia mengangkat satu tangannya dan mengusap pipi Rosemary dengan pelan. "Bagaimana?"

Rosemary menyalahkan alkohol yang memasuki sistem tubuhnya, karena tanpa berpikir dua kali atau meminta penjelasan lain Ia menganggukkan kepala dan menerima tangan Cain yang terulur ke arahnya. Rosemary merasakan jantungnya berdegup cepat dan menatap punggung tegap nan besar milik Cain. Rosemary membayangkan bagaimana rasanya jika bercinta dengan---Ia mengerjapkan mata terkejut. Darimana pemikiran aneh itu? Rosemary menggelengkan kepalanya dan memutuskan untuk memusatkan perhatiannya pada hal lain, bukan pria yang berjalan di depannya. Sialnya hal lain yang menjadi pusat perhatian Rosemary adalah tautan tangan mereka. Ia merasakan kehangatan dari tangan besar itu dan Rosemary merutuki dirinya sendiri yang sudah mulai mabuk.

Mereka berjalan menaiki tangga yang dijaga ketat oleh dua penjaga bertubuh besar dan menyeramkan. Kemudian Cain menggiringnya ke salah satu ruangan VIP yang tersedia. Rosemary tersenyum dalam hati, jadi tebakannya adalah benar dan Cain sudah berada di dalam club, namun pria itu memilih untuk bersenang-senang di ruangan VIP. Cain mengarahkan Rosemary ke salah satu sofa kulit yang panjang dan memesan minuman alkohol pada pelayan yang berdiri siaga di dekat bar yang merupakan bar pribadi di ruangan ini.

Rosemary menggigit bibir bawahnya dan mulai duduk dengan tidak nyaman. Bagaimana tidak? Karena sepertinya Cain juga sedang bersenang-senang dengan teman-temannya. Rosemary hanya mengenal wajah Russel, karena pria itu yang menjemputnya ketika Cain mengajak dirinya makan malam, namun sisa dari pria yang hadir, sama sekali tidak Rosemary kenal, dan yang lebih parahnya lagi tiap pria di ruangan ini memiliki wanita cantik dan sexy dipangkuan mereka, terkecuali Cain. Rosemary mengerutkan kening. Apa pria itu juga memangku wanita sebelum kedatangan dirinya?

Rosemary mengerjapkan mata. Ia tersadar dari pikirannya sendiri ketika sebuah gelas kristal berisi whiskey disodorkan kepadanya, tepat di depan wajahnya. Ia memberikan tatapan tajam pada Cain sebelum menerima gelas yang diberikan pria itu dan mengucapkan terima kasih. "Jadi Rose, kau datang kesini bersama siapa?"

Rosemary meminum alkohol yang diberikan oleh Cain, melupakan prinsipnya yang tidak boleh menerima minuman dari pria yang belum lama dikenal. "Bersama Sophie dan temannya Gabriel," jawab Rosemary tanpa pikir panjang. Rosemary kembali meminum minuman yang ada di dalam gelasnya sebelum terkikik geli. "Darimana kau tahu aku suka minuman ini?"

Cain terkekeh pelan. Tangannya terulur dan mengusap kepala Rosemary. "Kau baru saja memesannya di bawah, jadi aku menebak kalau itu adalah minuman favoritmu." Rosemary menganggukkan kepala dan kembali menikmati minumannya, sedangkan Cain membuat kontak mata dengan Russel. Ia memberikan anggukan singkat pada tangan kanannya dan tidak lama kemudian Cain melihat beberapa anak buahnya---yang merupakan incubus berjalan menuruni tangga menuju lantai dansa. Cain baru tahu Sophie merupakan seorang Angel, namun Cain sudah tahu siapa Gabriel ketika mendengar nama pria itu. Nama Gabriel memang banyak, tapi hanya ada satu yang berteman dengan Sophie. Tidak butuh orang cerdas untuk tahu identitas asli pria itu.

Cain mengepalkan tangan kuat, karena para Angel sialan yang ikut campur dalam urusannya, Cain jadi harus melakukan rencana lain untuk mendapatkan Rosemary. Cain sudah tidak sabar ingin memiliki Rosemary seutuhnya, namun karena para Angel itu, semua rencananya berantakan dan sekarang Ia berharap rencananya kali ini tidak gagal.

Cain mendekatkan dirinya kepada Rosemary. Ia melirik sekilas ke arah incubus lain yang ada di dalam ruangan ini. Tentu saja mereka takut dengan pemimpin mereka, tapi mereka juga penasaran dengan wanita manusia yang sudah diklaim oleh Raja mereka. Cain memberikan tatapan penuh peringatan sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada Rosemary. "Hentikan. Aku tidak mau kau merasakan hangover di pagi hari." Ia menarik gelas yang ada di tangan Rosemary. Seketika wanita itu mencebikkan bibir dan menggembungkan pipinya kesal. Melihat itu mau tidak mau Cain terkejut, karena wajah Rosemary terlihat semakin cantik dengan ekspresi merajuknya.

Cain mengerang dan berusaha mengatur posisi duduknya. Ia dipenuhi oleh gairah dan kesabarannya sudah sangat menipis. Ia ingin segera memiliki dan mengklaim Rosemary menjadi wanitanya, membuat wanita itu menjadi Ratu sekaligus budaknya. Cain kembali menatap Russel sekali lagi, dan Ia tersenyum puas melihat pria itu menganggukkan kepala sekali, menandakan bahwa kedua Angel yang ada bersama wanitanya sudah dialihkan perhatiannya.

Cain merasakan tubuhnya menjadi rileks. Ia meletakkan tangannya di atas sandaran sofa dan tubuhnya sedikit dicondongkan ke arah Rosemary. Ia memperhatikan wanita itu yang sedang sibuk memperhatikan botol alkohol yang ada di atas meja. Ia semakin mendekatkan diri dan menghirup aroma Rosemary yang begitu memikatnya. Aroma yang membuat Cain menjadi begitu candu. "Rose," panggilnya dengan bisikan sensual.

"Ya?"

"Lihat aku." Cain meraih dagu Rosemary dan mengarahkan wajah wanita itu agar menghadap ke arahnya. Cain sekilas melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Beberapa menit lagi, namun yang pertama harus Ia lakukan sebelum Rosemary tidak sadarkan diri adalah mematahkan pelindung yang diberikan oleh Angel sialan itu. Cain mempunyai waktu kurang dari dua menit hingga obat tidur yang Ia masukkan ke dalam minuman Rosemary bekerja. "Tatap mataku." Rosemary mengerutkan kening, namun tak urung menatap mata Cain. "Cium aku Rose." Rosemary mengerjapkan mata terkejut. "Cium aku, hanya kali ini saja. Biarkan aku merasakan bibir ranum nan menggodamu itu."

Rosemary mengernyitkan dahinya. Ia mengerjapkan kedua matanya ketika merasakan tatapannya mulai memburam. "Mengapa?" Tanya Rosemary dengan suara yang sedikit berbeda.

"Karena aku ingin memilikimu." Rosemary tidak mengerti akan apa yang dimaksud oleh Cain, namun Rosemary mengakui kalau Ia merasa penasaran. Ia penasaran bagaimana rasanya dicium oleh pria seperti Cain, bukan ciuman biasa seperti yang pria itu lakukan sebelumnya, melainkan full make-out yang membuat seluruh tubuh Rosemary panas membara oleh gairah. Rosemary menarik napas panjang. Tubuhnya gemetar dan tanpa berpikir lagi Ia menganggukkan kepala, memberikan sinyal hijau pada Cain.

Cain tentu saja merasa senang luar biasa, karena dengan ini Ia bisa menyentuh Rosemary dengan sesuka hati. Ia menggumamkan satu kalimat yang dapat menghancurkan pelindung di sekeliling Rosemary sebelum mencium bibir ranum wanita itu. Cain sangat beruntung karena para Angel bodoh itu belum mengetahui penyamarannya. Jadi Cain dapat dengan mudah menghancurkan pelindung untuk Rosemary dengan tubuh inangnya. Cain memegang kepala Rosemary dengan begitu kuat. Mencium Rosemary di alam mimpi tidak ada bandingannya ketika Ia mencium bibir wanita itu langsung. Bahkan ketika Ia mencium dan menyentuh wanita itu dengan wujud aslinya, rasanya juga berbeda dengan apa yang Ia rasakan saat ini.

Cain tidak memberikan ruang bagi Rosemary untuk bernapas. Ia tidak bisa melepaskan bibirnya dari Rosemary dan ketika akhirnya keinginannya tercapai, dan Rosemary tidak sadarkan diri di dalam pelukannya, Cain merasa akhirnya tujuannya telah tercapai.


Cain meletakkan Rosemary yang tertidur di atas ranjang King Size miliknya. Sungguh ini adalah momen yang Cain inginkan. Tahap selanjutnya adalah mengikat Rosemary, memastikan wanita itu tidak dapat pergi darinya, sebelum Ia membawa Rosemary ke dunianya. Cain menarik napas dan memperhatikan ekspresi damai Rosemary. Selama ini Ia hanya bisa memberikan sapuan samar di wajah cantik wanitanya, namun sekarang Ia bisa menyentuh wanita itu sesuka hatinya.

Cain mengulurkan tangan dan menyapukan punggung tangannya di pipi hingga rahang Rosemary. Tubuhnya gemetar karena merasakan energi di dalam tubuh Rosemary yang sangat menggoda dirinya. Cain bisa saja menyentuh Rosemary sekarang juga, namun Ia ingin ketika dirinya memasuki tubuh wanitanya, memberikan kenikmatan wanitanya, Cain ingin kedua mata wanita itu terbuka. Cain ingin melihat kenikmatan serta nafsu bercampur menjadi satu mengisi mata wanitanya. Cain menghela dan beralih memainkan rambut Rosemary. Rambut yang begitu lembut nan harum, mengundang Cain untuk menggenggam rambut itu, kemudian menarik rambut tersebut ketika mereka sedang bercinta dengan intens dan kasar.

Cain mengerang dan meraih selimut, kemudian Ia menutupi tubuh Rosemary yang masih mengenakan dress dengan selimut tersebut. Setelah memastikan suhu ruangan hangat dan jendela tertutup rapat oleh tirai, Cain berjalan keluar kamar. Tidak lupa mengunci pintu berjaga-jaga wanitanya bangun dan memutuskan untuk lari.

Ia sudah susah payah mempertaruhkan penyamarannya serta kaumnya dari para Angel, jadi Ia tidak mau sampai Rosemary lepas darinya hingga Ia bisa mengikat wanita itu seumur hidup.

Cain menoleh ke arah pintu yang terkunci untuk terakhir kali sebelum berjalan menyusuri lorong. Ia harus berbicara dengan Russel mengenai efek dari rencana mereka. Memancing Angel dengan wujud incubus mereka sangatlah berbahaya, karena jika sampai salah satu kaumnya tertangkap, maka penyamaran mereka akan terbongkar.

Dengan pemikiran itu, Cain mempercepat langkahnya menuju ruang kerja pribadinya dimana Russel sudah menunggu.


Rosemary mengerang ketika cahaya matahari yang menyelip masuk dari celah tirai menerangkan ruangan dan menusuk matanya. Ia berbalik dan menyembunyikan wajahnya dibalik bantal, namun bukannya bantal berkualitas rendah yang Ia rasakan, melainkan bantal berkualitas tinggi yang begitu empuk, yang Ia genggam, belum lagi dengan ranjang yang ditidurinya serta selimut dan seprai yang pasti memiliki kualitas tinggi. Rosemary meneguk ludahnya saat menyadari kalau Ia sedang tidak berada di dalam kamarnya.

Dengan kesimpulan itu, Rosemary memaksa matanya untuk bergerak terbuka. Ia mendesis ketika cahaya matahari semakin menusuk matanya dan kepalanya juga terasa berdenyut nyeri. Setelah dirasa ssmua lebih baik, Rosemary memindai sekeliling ruangan. Benar saja, Ia berada di tempat yang asing. Tidak ada bintang-bintang yang ditempel di langit kamar, tidsk ada kamar yang didominasi warna biru, tidak ada kesederhanaan yang menjadi kamar apartemennya.

Kamar dimana Ia berada saat ini hanya memiliki satu deskripsi, mewah. Dari set sofa yang ada di sisi kanan ruangan, TV plasma yang menempel di dinding, luas dari kamar yang melebihi luas apartemen Rosemary sendiri, bahkan dari lampu dan perabotan lain yang menghiasi kamar, namun dari warna yang mendominasi kamar, Rosemary dapat menebak bahwa pemilik kamar ini merupakan seorang pria.

Rosemary memejamkan mata dan berdoa apapun hal buruk yang ada dibenaknya, sama sekali tidak terjadi. Rosemary menggigit bibir bawah dan setelah menghitung satu sampai tiga, Rosemary menatap tubuhnya. Ia langsung bernapas lega saat melihat pakaian yang dikenakannya semalam masih melekat di tubuhnya. Rosemary mengelus dadanya tenang, namun Ia meringis ketika rasa sakit kepala kembali menghantamnya.

Rosemary mengerang keras dan memijat kepalanya yang sakit dengan dua jarinya, namun gerakannya terhenti ketika melihat seorang pria berdiri di ambang pintu keluar kamar. Awalnya Ia tidak menyadari siapa pria itu, tapi setelah Ia menyipitkan mata dan memfokuskan pandangannya, Rosemary mengenal siapa pria itu. "Cain? Bagaimana aku---?"

Cain berjalan memasuki kamar, tidak lupa Ia menutup pintu kamar untuk memberikannya sebuah privasi, karena yang tidak Rosemary tahu, Cain sudah menempatkan dua penjaga di depan pintu. "Cain?" Panggil Rosemary dengan bingung.

Cain berhenti tepat di kaki ranjang. Matanya menatap lurus ke arah Rosemary yang duduk di tengah ranjang. "Kau sangat mabuk hingga tidak sadarkan diri, jadi aku mambawamu pulang bersamaku."

Rosemary mengernyit dan berusaha mengingat apa yang terjadi. Sepotong demi sepotong memori mulai membanjirinya hingga akhirnya seluruh memori kembali mengisi pikirannya. Rosemary merasa heran, Ia tidak minum sangat banyak alkohol hingga dirinya tidak sadarkan diri. Tidak, walaupun Ia mabuk, pasti Ia tetap sadar dan dapat pulang. Ia menggelengkan kepala tidak percaya, mengesampingkan apapun, Ia berterima kasih kepada Cain.

"Aku sudah membawakanmu makanan dan juga obat sakit kepala, jika kau sudah lebih baik, sebaiknya kau makan terlebih dahulu dan tidur lagi," terang Cain sambil mengedikkan dagunya ke arah set sofa, dan saat itulah Rosemary menyadari nampan berisi menu makanan yang sepertinya baru saja selesai dimasak. Itu terlihat dari asap yang mengepul.

Rosemary tentu saja merasakan perutnya bergejolak minta diisi, namun Ia tidak enak karena sudah merepotkan Cain, dengan pemikiran itu Ia beranjak turun dari atas kasur. "Tidak, terima kasih. Sebaiknya aku kembali pulang saja."

Senyum yang menghiasi wajah Cain perlahan mulai meluntur. Alisnya saling bertaut dan matanya menatap Rosemary dengan tatapan yang sulit dimengerti, tapi Rosemary tidak menyadari perubahan ekspresi Cain karena Ia sedang sibuk mencari sepatunya. Namun karena Rosemary tidak menemukan sepatunya, Ia kembali berdiri dan berbalik hendak bertanya pada Cain. Ia menatap Cain dengan tatapan canggung, namun tubuhnya membeku ketika melihat Cain sudah berdiri dengan jarak yang cukup dekat darinya. "Cain?" Ia juga menyadari ekspresi pria itu yang berubah dengan begitu cepat. "Ada apa?"

"Kau ingin pergi?"

Rosemary tertawa kikuk. "Ya tentu saja. Kau pikir? Aku tidak enak sudah merepotkanmu." Cain mengangguk singkat dan menatap Rosemary tanpa berkedip. Rosemary tentu saja merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Cain..."

"Siapa yang mengatakan kalau kau boleh pergi? Kau milikku dan kau tidak boleh pergi tanpa seizinku."

"Apa---"

Cain meraih lengan Rosemary dan menarik wanita itu mendekat. "Sampai kau menyadari kalau aku memilikimu, maka kau tidak diperbolehkan keluar dari sini. Ingat itu." Rosemary mengerjapkan mata terkejut melihat perubahan Cain yang begitu cepat, bahkan hingga dirinya tidak mampu menyadari perubahan pria itu. Atau selama ini Cain pandai menyembunyikan sifat aslinya?

"Kau membual..." bisik Rosemary berusaha untuk tidak mempercayai apa yang Ia lihat dan dengar.

"Kau pikir aku mau repot-repot membawamu ke tempatku jika aku membual? Ke atas ranjangku?"

Rosemary tentu saja tidak bodoh, tanpa pria itu mengakuinya Ia sudah tahu karena satu persatu tanda mulai tersusun di benaknya. Tubuhnya menegang dan matanya membulat penuh. Cain sengaja mendatanginya di bar, lalu Rosemary tahu kenapa Ia bisa sampai tidak sadarkan diri walaupun belum minum banyak minuman alkohol. He drug me! Ujar Rosemary di dalam hati dengan tidak percaya. "Kau..."

Cain menyeringai dan dengan gerakan yang begitu cepat mendorong Rosemary kembali ke ranjang dan mengurung tubuh wanita itu di dalam kungkungan tubuhnya. "Sekarang, tidak ada lagi yang bisa menghalangiku untuk memilikimu." Cain menyeringai sadis saat melihat ekspresi yang menghiasi wajah Rosemary. "My lovely Rose..."

Continue Reading

You'll Also Like

39.6K 4K 30
Dark Fantasy Romance. Werewolf story Only for 21+ "The Villain isn't supposed to be King." -Rina Kent __________________________________________ Al...
158K 6.9K 17
"His blood is a Sacrifice for the person he care about"
29.7K 231 7
❗ Mature story | 21+ Berawal dari kegabutan Isa bermain anonymous. Bertemu dengan pria asing kemudian terjerat di dalam hubungan yang tidak pernah se...
195K 16.3K 50
The Dark series (book #6) #1 in Thriller [21+] Kisah yang menceritakan tentang sisi gelap sebuah cinta dan obsesi. *** Raelyn Rosechild merupakan wa...