[BL] πŸ”žLove Out Of Neglect πŸ”ž...

By LucyFerra69

14.7K 830 279

Twoshot! Tower of God Fanfiction Β© SIU Webtoon --------- Baam kembali Kekaisaran Bintang setelah dirinya dipa... More

Love Out Of Neglect #2
Love Out Of Neglect #ExtraChap

Love Out Of Neglect #1

5.4K 289 114
By LucyFerra69

Berisikan adegan Rape yang mungkin akan membuat tidak nyaman. 

Aku baru pertama kali nulis yang beginian jadi maaf kalau kurang panas.

.

.

.

***

Shibisu membiarkan Hatz memasuki spaceship mereka terlebih dahulu, dia berbalik pada teman birunya yang akan tetap tinggal di planet terpencil ini bersama dengan seorang teman lama yang menjadi tahanan Kekaisaran.

"Khun My Son, Jangan lupa untuk mengambil Suppressants." Ingat Shibisu dengan wajah serius, "Stock bulan ini aku letakkan di dalam laci di ruanganku."

"Apa yang harus di khawatirkan begitu, Isu?" Khun memutar mata malas menatap temannya yang sekarang berpangkat penasehat jenderal salah satu kompi. Shibisu menatap Khun dengan teguran, "Tentu saja aku khawatir! Ini pertama kalinya aku dan yang lain meninggalkanmu selama seminggu sendirian!"

"Aku sudah mengambil obat itu selama lebih dari sepuluh tahun, bagaimana mungkin aku bisa lupa?"

"Karena itu lah aku khawatir!" Shibisu menghela nafas mencoba menenangkan emosi seorang ayahnya, "Kau sudah mengambil menekan dengan paksa naluri mu sejak awal itu muncul, selama lebih dari sepuluh tahun kau menggunakan obat-obatan tersebut... tapi jika keadaan tidak terduga terjadi, siapa yang akan menolongmu."

Melipat kedua tangan di depan dada. Jenderal dari salah satu kompi militer Kekaisaran Zahard yang terkenal dengan kejeniusan dalam strategi dan kekhasan cara kepemimpinannya itu menatap Shibisu dengan sikap arogan dan angkuh. "Jangan khawatir, tidak peduli bagaimana kau melihat, hanya ada aku dan Baam disini."

"Justru karena itu masalahnya!"

"Hm?" satu alis Khun terangkat bingung.

"Khun, Baam sebenarnya..."

Piing~

Pintu metal itu terbuka dengan suara desing halus saat kemudian seorang pemuda dengan seragam militer khas seorang prajurit masuk kedalam. Mengambil posisi hormat saat menyapa dua orang yang tengah terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius.

"Jenderal Aguero, Penasehat Shibisu!" panggil Baam hormat, bahkan walau mereka dulunya adalah teman satu angkatan di sekolah kemeliteran, hubungan mereka sudah lama merenggang akibat waktu yang memisahkan selama ini. "Komandan Kallavan memanggil anda, sudah hampir waktu untuk keberangkatan."

"Benar! Planet ini akan aman di tangan mu Baam!" seru Shibisu dengan senyum cerah, menepuk bahu Baam. Baam tersenyum senang, bahagia karena Shibisu masih memperlakukannya seperti biasa. "Ya! Aku akan berusaha!"

Shibisu menyeringai lebar saat dia bertukar kata beberapa kata lagi dengan Baam sebelum kemudian berbalik pergi. "Benar Khun, aku meninggalkan beberapa dokumen yang harus kau periksa. Aku sudah mengirimkannya ke LightBrain* milikmu."

*LightBrain atau Otak Ringan, sejenis gadget yang dimiliki oleh semua orang di alam semesta. Terhubung dengan sistem StarNet, sistim informasi/internet di Alam semesta yang bersifat universal. Normalnya berbentuk seperti jam tangan berwarna hitam.

//fungsinya hampir mirip ama Pocket di webtoon, tapi yang ini selain bisa menjadi alat penerjemah dan komunikasi, juga menjadi sebuah catatan hidup pemiliknya karena normalnya LightBrain sudah dimiliki oleh setiap individu sejak mereka masih bayi, walau data seperti ini hanya bisa diakses oleh pemiliknya saja. Selain itu LightBrain juga langsung memiliki akun tersendiri di StarNet yang kemudian bisa digunakan untuk segala Pembayaran Online dsb//

Khun memperhatikan LightBrain-nya, melihat memang ada notifikasi pesan masuk. Dia mendengus saat mengangkat kepalanya, melihat Baam menatapnya dengan senyum diwajahnya.

"Aku ada di bawah pengawasanmu, harap keja sama nya, Khun-ssi!"

Khun, "... Ya, tentu."

Khun merenung. Baam benar-benar tidak berubah. Masih seperti yang diingat oleh Khun. Pemuda Brunette itu adalah orang yang penuh dengan energi positif dan optimis. Senyum seakan tidak pernah hilang di wajahnya dan keberadaan nya selalu membuat semua orang disekitar menjadi lebih hidup dan bahagia.

Saat pertama kali bertemu dengannya di kamp pelatihan.

Khun hanya berpikir kalau Baam benar-benar kehadiran yang aneh di kemiliteran. Bagaimana Baam bersikap selalu ramah dan hangat pada semua orang, Khun berpikir kalau orang yang seperti itu lebih cocok bekerja di bidang yang lebih stabil. Dokter atau apapun. Dari pada berada di tengah kebrutalan peperangan antar bintang, Baam lebih cocok di tempat yang relatif lebih stabil dan damai.

Entah bagaimana mereka dekat. Mungkin karena ulah Rak –teman sekamar Khun yang berasal dari Bintang Ancient. Karena buaya itu sering menarik Baam kedalam duel pertarungan dan hal-hal sepele lainnya. Bahkan Rak sampai sering menarik Baam untuk datang ke kamar Asrama mereka hanya untuk bersaing dalam sebuah permainan baru yang ditemukan oleh si Buaya.

Membuat baik dia maupun Baam pada akhirnya cukup akrab dan berteman baik.

Walau begitu, Baam benar-benar bibit berbakat pada masa nya. Dia dengan cepat menguasai teknik pertarungan yang diajarkan oleh Instruktur dan bahkan dengan mudah mengontrol MegaRobo. Setiap kali ada pelatihan simulasi bertarung, Baam pasti akan selalu mendapat nilai sempurna di antara semua orang.

*MegaRobo, itu seperti robot mega yang di kontrol langsung oleh pilotnya. Digunakan untuk bertarung di angkasa lepas. Biasanya tiap prajurit hanya memiliki satu MegaRobo, dan hanya satu MegaRobo hanya bisa dikendalikan oleh satu tuan. Ini karena setiap MegaRobo memiliki AL;Kecerdasan buatan yang dapat mengenali dan hanya tunduk kepada Tuan mereka.

Sedikit memercikkan api cemburu di hati kadet lain, bahkan Khun merasa iri dengan bakat yang dimiliki oleh Baam.

Tapi kemudian masa gemilang Baam hancur begitu saja.

Saat itu terjadinya gelombang penyerangan skala besar oleh Zerg terhadap salah satu pangkalan pertahanan antar bintang. Baam yang merupakan salah satu prajurit yang di kirim untuk pergi menghadapi sekelompok Zerg itu dinyatakan hilang tanpa jejak. Bahkan tim pencari tidak menemukan bangkai Red Thyrissa –nama MegaRobo Baam, karenanya semua orang yakin Baam masih hidup dan mungkin terdampar di planet ataupun sistem bintang terdekat.

*Zerg, ialah spesies alien di luar angkasa yang senang menyebarkan kehancuran dan merusak sistem bintang lain. Mereka juga karnivora yang susah di puaskan. Sikap mereka yang gila bertarung dan berkelompok banyak sering menjadi musuh utama semua semesta. Berwujud seperti serangga raksasa dengan cangkang yang sangat keras berwarna hitam.

Tapi walau begitu, Baam masih tidak ditemukan.

Kemudian secara tiba-tiba saja, pasukan pemberontakan yang melawan Bintang Kekaisaran – FUG – yang selama ini selalu bertindak pasis kembali aktif. Dan dalam semua itu, FUG juga membawa seseorang yang di gembar-gemborkan sebagai Slayer yang akan menurunkan Keluarga Kekaisaran – Zahard – dari tampuk kekuasaan.

Khun yang pada saat itu sudah mengambil posisi sebagai seorang Jenderal yang memimpin sekelompok pasukannya sendiri, entah beruntung atau tidak, bertemu dengan satu kelompok FUG di tengah satu misi mereka.

Dan saat dia berhadapan langsung dengan Slayer yang dimaksud. Khun dengan cepat mengenai identitas sang Slayer sebagai Baam 25th yang dilaporkan hilang.

Perlu banyak usaha hingga akhirnya pihak mereka berhasil mengambil kembali Baam dari pihak FUG. Namun tentu pihak kekaisaran tidak akan mau menerima kehadiran Baam begitu saja. Terlebih dengan title yang disematkan oleh FUG kepada Baam membuat pihak Kekaisaran sangat awas.

Tapi walau begitu, pihak kekaisaran juga bukan orang bodoh. Mereka sejak awal sudah memperhatikan Baam sebagai benih prajurit yang sangat langka sehingga ingin merawatnya. Sayang nya dia malah di ambil oleh FUG.

Tapi sekarang Baam sudah kembali, dan masih ada kesempatan untuk membuat Baam berpihak kepada pihak kekaisaran kembali. Selagi pihak kekaisaran mencoba mencari celah untuk membersihkan nama Baam dari title Slayer FUG, untuk sementara Baam akan di isolasi di salah satu Planet di sistem bintang paling terpencil dari Kekaisaran.

Khun ditugaskan sebagai pengawas adalah karena dia yang dulu paling dekat dengan Baam baik saat masih di kamp pelatihan maupun saat mereka menjadi prajurit. Rak memang yang paling akrab dengan Baam, namun karena karakter Rak yang agak ceroboh pada akhirnya tugas itu dibebankan kepada Khun. Selain itu dia juga ditugaskan untuk memperhatikan apakah Baam berpihak pada FUG secara suka rela atau tidak. Pihak Kekaisaran ingin memastikan kesediaan Baam secara personal dalam mengambil keputusan siapa yang akan dia pihaki.

Jika Baam terbukti lebih memilih untuk memihak FUG, pihak kekaisaran mungkin akan lebih memilih mengirim Baam ke bintang paling terisolasi yang tidak akan bisa dijangkau daripada membiarkan FUG mendapatkan benih emas ini.

"Khun-ssi, apa kau baik-baik saja?" tanya Baam sambil mengelap keringat di dagunya, wajahnya sedikit bersemu merah. "Kau tidak terlihat baik, apakah ada yang salah?"

Layar biru penuh data itu bergerak cepat mengikuti kecepatan berpikir si pengguna, Khun memijat dahinya sedikit saat kecepatan berpikirnya sedikit mandek akibat sakit kepala. "Hm tidak ada, hanya saja dokumen ini lebih banyak dari yang aku duga."

Mata emas pemuda itu mengamati ruangan besar tempat sekarang mereka berada. Itu penuh dengan rak-rak yang berisi kan buku-buku kertas. Hal yang cukup langka di masa antarbintang saat ini. Karena pangkalan ini sendiri jarang dikunjungi dan hanya ada beberapa teknologi yang tersedia, tempat itu dipenuhi oleh debu yang cukup tebal. Baam pada akhirnya menawarkan diri untuk membersihkannya.

"Aku benar-benar tidak menyangka Shibisu-ssi menggunakan kertas untuk mencatat dokumen-dokumen ini, ah bahkan kertasnya sudah mulai menguning." Jemari pemuda Brunette itu memilah kertas-kertas dari dalam laci lemari. Mata emas-nya kemudian kembali pada pemuda biru yang masih berkutat dengan sekumpulan data. "Khun-ssi, bukankah lebih baik kau kembali ke kamarmu? Terlalu berdebu untuk terus bekerja disini."

"Aku tidak akan membawa barang kotor ini kekamarku, lebih baik aku kerjakan disini." Khun menunjuk setumpuk dokumen kertas yang relatif baru di depannya. Kebiasaan Shibisu membuat laporan dalam bentuk kertas benar-benar membuat Khun sering kerepotan untuk mengubahnya menjadi sekumpulan data secara manual.

Tch, laporan di kertas jelas bukan lagi hal yang aman di masa sekarang ini. Untungnya untuk informasi yang lebih mendesak dan bersifat penting, Shibisu masih memiliki kesadaran untuk membuat laporan dalam bentuk data eletronik.

"Ahahaha." Baam memainkan tongkat sapunya saat dia berguman dengan sedikit helaan nafas, "Jika aku tahu akan begini, aku akan lebih memilih untuk ikut dengan yang lain ke Bintang Ibukota."

"Tidak bisa." Ujar Khun acuh saat dia mengambil satu lembar dokumen lain yang harus dia periksa kemudian rubah menjadi data, "Walau kau sudah diterima kembali ke Militeran, para pihak atas masih tidak bisa mempercayai mu untuk berkeliaran di dekat mereka."

"Dan karena itu lah aku disini sendirian sementara rekan yang sudah kembali ke Bintang Ibukota..."

"Aku disini."

"... Eh?"

Suara kertas yang saling bergesekan terdengar saat Khun membaliknya, "Berhenti mengeluh dan cepat bekerja."

Wajah pemuda brunette itu bersemu merah cerah, "Yes Sir!"

.

.

.

Thud

Baam menepuk kedua telapak tangannya, tersenyum puas saat dia mengisi penuh keranjang sampah. "Aku akan mengosongkan keranjangnya, di letakkan di tempat pembakaran saja, kan?"

"Ya."

"Bagaimana dengan benda-benda di dalam laci lemari?" tanya Baam saat dia menghampiri lemari yang sebelumnya dia periksa pertama kali, membuka laci paling atas. "Semua kertas disini sudah menguning dan tua, apa sebaiknya aku membawa nya ke mesin perbaikan? Itu akan membuatnya kembali baru."

"Bakar saja, lagipula dokumen di lemari itu hanya berisi jurnal tentang penelitian Shibisu tentang ke anehan rekan-rekan militer yang berasal dari spesies lain." ujar Khun sambil mengusap kacamata yang sedari tadi dia gunakan, kembali mengenakannya setelah kacanya lebih bersih.

"Ras bertanduk dan ras kadal, ah ini ras Nona Endorsi dan nona Anaak. Shibisu-ssi benar-benar mencatat hal-hal ini." Baam menatap tak percaya berbagai hal konyol yang ditulis di kertas sana. "Apa tidak sebaiknya ini disimpan saja? mungkin Shibisu-ssi menyimpannya sebagai kenang-kenangan saat kita masih di kamp pelatihan."

"Buang mereka semua."

"Tapi..."

"Tidak ada gunanya." Khun berucap acuh, "Lagipula si bodoh itu pasti sudah mengingat hal-hal yang dia tulis di kepalanya sendiri. Bahkan kalau tidak, dia pasti sudah menyimpan salinannya di LightBrain miliknya. Jadi enyahkan saja mereka semua."

Khun tidak mendengar jawaban Baam segera, ada jeda beberapa saat sebelum sang Brunette menjawab.

"Baik."

.

.

.

"Khun-ssi, aku sudah selesai membersihkan ruangannya." Ujar Baam sambil mengusap keringat yang membasahi dagunya. "Aku juga sudah membersihkan ruangan lain, dapur dan gelanggang kapal juga."

"Kerja bagus Baam." Ujar Khun sambil memutar badannya menoleh menatap Baam, "Kau bisa pergi istirahat, lagipula kau memang tidak memiliki tugas apapun selain tinggal disini untuk sementara."

Baam menatap Khun dengan kerutan di dahinya, "Kau juga sebaiknya mengambil waktu untuk istirahat, Khun-ssi."

"Nah, aku baik."

"Tapi..."

"Pergi Baam."

"..." menatap punggung Khun yang sudah kembali terserap dalam pekerjaannya, Baam menghela nafas mengalah. "Baik, kalau begitu aku akan pergi."

TRING

Suara nyaring pertanda pintu metal itu tertutup terdengar. Walau begitu hal tersebut sama sekali tidak membuat Khun yang sudah kembali pada pekerjaannya terganggu.

Saat Khun selesai mengurus semua dokumen dan laporan yang Shibisu tinggalkan untuknya. Mata kobaltnya langsung melihat jendela, melihat langit angkasa yang sebelumnya berwarna cerah sudah berubah menjadi ungu indah dengan beberapa benda angkasa yang menghiasi nya. Karena jarak planet ini dengan satelitnya cukup berdekatan, bentuk bulat benda yang menjadi satelit nya tampak begitu jelas dan besar.

"Sudah selarut ini?" jemari rampingnya bergerak menggeser kerah pakaiannya agak risih, "Anehnya menjadi lebih panas, apa mesin pengatur suhu rusak lagi?"

Menghela nafas saat dia bersandar ke sandaran kursi, Khun menutup matanya dengan satu tangan. "Isu idiot, dia pasti lupa memeriksa mesinnya lagi. Akan ku potong gajinya nanti!"

"!?"

Dirinya tersentak saat sedikit bergerak merasakan basah di bagian bawahnya. "Apa— "

Dengan cepat bangkit, sang jenderal dengan mahkota biru itu mengutuk kesal. Celana putihnya terasa basah dan mengetat di bawah sana.

Tenang! Aku harus tenang!

.

"Stok bulan ini aku letakkan di dalam laci di ruangan ku."

.

Benar, obatnya ada di ruangan ini. Menghampiri lemari satu-satu nya di ruangan itu, Khun membuka lacinya.

Kosong

Clak

Membuka laci lain, kosong lagi.

Clak

Membuka laci lain, kosong. Lagi!

"!?" Mata kobalt Khun bergetar, mulai merasa panik. Dia memeriksa laci lain dan bahkan memeriksa berulang-ulang hanya untuk sekali lagi kecewa karena tidak menemukan apa yang dia cari.

"Hilang." Suaranya datar tanpa nada, menatap kosong lemari di depannya. "Mereka hilang...?!"

Serangan panas terasa tiba-tiba menyapu tubuhnya. Dia terjatuh turun kebawah, berlutut di depan lemari saat tangannya mengepal erat saat bersandar.

Kenapa?!

Apa artinya ini? Mereka ada di dalam laci, tidak mungkin Isu salah...

.

"Bagaimana dengan benda-benda di dalam laci lemari?" tanya Baam saat dia menghampiri lemari yang sebelumnya dia periksa pertama kali, membuka laci paling atas. "Aku akan meletakkan mereka ke pembakaran."

.

Tubuh Khun menegang. Dia dengan tergesa langsung bangkit. Langkahnya goyah namun dia tetap memaksakan diri untuk melangkah.

Tidak mungkin! Obat-obat itu bercampur dengan dokumen lama Isu? Suppresant –nya,...

Ugh, semoga masih belum!

Langkahnya tergelincir, hampir saja dia jatuh jika bukan karena bersandar memegang dinding sedari tadi. Dia bisa merasakan sesuatu yang basah mengalir di celananya. Sial, kondisi-ku sudah seperti ini...

"Khun-ssi?"

"!"

Baam menghampiri Khun dengan raut khawatir tertera di wajahnya, "Kau baik-baik saja?"

"Ba-Baam..."

.

"Jangan khawatir, tidak peduli bagaimana kau melihat, hanya ada aku dan Baam disini."

"Justru karena itu masalahnya!"

.

Tangan Baam menjangkau Khun, nada suaranya penuh dengan kekhawatiran murni. "Apa kau merasa tidak enak? Aku bisa membant..."

"TIDAK BUTUH!" teriak Khun sambil menepis tangan Baam kasar, menghirup nafas dalam, Khun menatap Baam serius. "Aku bisa mengurus diriku sendiri, kau kembali saja ke kamar mu."

Pemuda brunette tersebut masih tampak khawatir, tapi segera seakan dia baru menyadari sesuatu yang aneh, mengendus udara di depannya beberapa kali. "Kh-Khun-ssi... apa ini... aroma yang manis..."

.

"Saat dulu di kamp pelatihan sebelum kita masuk sebagai prajurit. Kita semua sudah menjalani pemeriksaan yang cukup ketat – uter pengecualian, kekuatan orang dalam – kita semua tahu kalau Baam adalah seorang Beta. Namun setelah dia kembali, aku melihat ada yang aneh dengan catatan Baam..."

.

Penjelasan Shibisu beberapa waktu lalu tergiang di kepala Khun. Dia dengan kasar mendorong Baam kesamping saat dia langsung berlari cepat.

.

"Data Baam tampaknya sudah di ubah oleh para FUG sejak lama, agar pihak Kekaisaran tidak memberi Baam lebih banyak perhatian sehingga mereka bisa lebih mudah menculik Baam."

.

"Ugh... haa... haa..."

Aliran nafas nya tidak beraturan saat dia terus berlari keluar. Tempat pembakaran sampah berada di luar, tepat di belakang gelanggang kapal. Pintu benda itu tampak mengeluarkan asap, pertanda tengah bekerja membakar sesuatu didalam sana. Kobalt Khun menatap tegang asap yang ada saat dia dengan nafas terengah membuka pintu besi yang ada disana. Menekan tombol 'off' saat kemudian dia langsung mengaduk-aduk masuk tangannya.

Tidak peduli jika masih ada bara api dan hawa panas yang tertinggal. Dia dengan putus asa mengais tumpukan abu dan bara, mencari obat nya.

"Tidak... tidak... seharusnya ada didalam sini..." gumannya, tidak mempedulikan kedua tangannya yang lecet karena luka bakar. Kedua tungkainya pada akhirnya benar-benar lemas hingga dia jatuh, mencoba bangkit namun sia-sia. "Sial, aku tidak bisa bergerak..."

Sepatu boot hitam menapak ditanah tepat dibelakangnya, tidak dia perhatikan karena rasa panas dan sakit yang mendera tubuhnya.

"Khun-ssi..."

"!" dengan ragu dia menoleh kebelakang.

.

"Baam sebenarnya..."

.

Baam tampak terengah-engah setelah berlari mengejar Khun, kaki pemuda brunette itu melangkah mendekat.

.

"... seorang Alpha."

.

"Khun-ssi, disana kau."

.

"Setelah aku memeriksa kembali catatan Baam, di ketahui kalau sebenarnya kedua Orang tua Baam adalah pasangan Omega dan Ancient Alpha. Kau tentu tahu, apa itu Ancient Alpha bukan? Itu jenis Alpha langka yang sangat kuat, sama seperti beberapa dari 10 Pemimpin Keluarga Agung, termasuk ayahmu, Khun Edhuan dan bahkan Raja Zahard."

"Jadi itu adalah hal yang wajar jika Baam adalah seorang Alpha. Tapi karena keterbatasan waktu, aku sendiri tidak pasti apakah itu adalah jenis Alpha biasa, dominan atau bahkan Ancient. Yang manapun...."

.

Tubuh Khun secara naluriah mencoba mundur, "Baam, aku katakan padamu untuk segera kembali ke kamar mu sekarang!"

"Khun-ssi..." Jenderal biru itu berjengit secara refleks saat Baam langsung berlutut tepat disampingnya. "Bau ini, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengikutinya. Sangat manis dan pekat..."

Nafas Baam terdengar berat saat mata emasnya tampak bersinar redup, "Bau ini membuat suhu tubuh uterus naik, aku tidak bisa menahannya. Khun-ssi... apa yang harus aku lakukan...?"

Menelan ludah, Khun diam-diam bersyukur karena dirinya tidak pernah mengembangkan bakat untuk mencium aroma feromon sehingga walau tubuhnya sendiri panas, otaknya masih jernih dan bekerja dengan baik karena tida k terganggu oleh feromon Alpha yang mungkin sekarang Baam keluarkan tanpa sadar.

"Ini tidak bagus Baam, berada didekatku akan membuatmu dalam bahaya." Ujar Khun sekali lagi bangga karena suaranya tidak bergetar, "Langsung kembali ke kamarmu dan tetap disana..."

Baam tampak terdiam saat nafasnya semakin berat, wajahnya yang memerah dia tundukkan. Saat Khun mengira Baam mengerti dan akan segera pergi, dirinya dikejutkan dengan Baam yang tiba-tiba mencengkram lengannya.

"Khun-ssi...!"

"HENTIKAN, BAAM!" Khun memberontak, mendorong Baam menjauh. "MUNDUR DARI KU!"

THUD

"Khun-ssi, aku tidak bisa mengendalikannya. Sesuatu didalam ku terasa seperti ingin mencabik keluar,..." ujar Baam menahan Khun tetap di tanah.

"Baam" Meringis akibat punggungnya yang menghantam tanah dengan cukup kuat, "Hentikan..."

.

"Jika sampai Baam menemukan kalau kau adalah seorang Omega, yang manapun jenis Alpha Baam miliki..."

.

Khun mencoba mendorong Baam dengan sisa tenaga yang dia miliki, "Lepaskan... Baam..."

"Khun-ssi, kau seorang Omega?" tanya Baam dengan senyum yang belum pernah Khun lihat tertera di wajah itu sebelumnya.

.

"... hal-hal dipastikan akan menjadi lebih kacau dari yang sudah ada."

.

Khun gemetar. Dia mencoba membebaskan diri dari kukungan Baam. "Sial... menyingkir!"

Mata emas itu melihat tangan Khun yang sedari tadi terus mencoba mengusirnya, kemudian bergerak menatap Khun lagi. "Ini" dengan satu tangan, Baam mencengkram dagu Khun, memaksa sang Omega untuk diam. "Ini bukan pertama kali aku bertemu omega, FUG sering mengirim mereka pada ku setelah semua."

Kedua tangan Khun putus asa mencengkram tangan Baam, berusaha melepaskan.

"Tapi aroma mereka membuatku muak membuatku tanpa sengaja membunuh mereka bahkan sebelum aku menyentuh mereka..." menghirup aroma yang dikeluarkan oleh omega di bawahnya, Baam menunduk merasa tidak puas. "Khun-ssi, aroma mu sangat harum dan manis."

Dengan cengkraman yang menahan dagu Khun sehingga si Biru dipaksa untuk membuka mulutnya, Baam mencium Khun lapar. Mengabaikan bagaimana perjuangan sia-sia Khun yang mencoba mendorongnya pergi, Baam dengan mudah menahan Khun saat dia terus menjelajahi rongga basah milik Khun.

Sial... aku benar-benar tidak memiliki kekuatan...

.

Khun mendengus saat dia merapikan jaketnya yang sedikit kusut, "Bahkan walau dia memang Alpha, aku masih bisa menjatuhkannya. Kau sebaiknya tidak memandang rendah diriku Shibisu."

"Aku tahu, tapi itu pun jika kau dalam kondisi prima." Shibisu menatap tanah, wajahnya sedikit muram. "Tidak peduli siapa lawanmu, aku yakin kau bisa menjatuhkan mereka dengan mudah bahkan walau secara fisik kau lebih lemah dari pada mereka. Tapi jika kondisi tidak terduga terjadi,..."

.

"Mmmph... ngh... ahnm..." tenggorokan sang Jenderal terasa tercekik saat organ lunaknya milik orang lain memaksa masuk dan terus menganiaya lidahnya. Saliva sang Alpha yang tidak sengaja tertelan dalam proses hanya membuat Khun semakin panas dengan rasa haus yang terus muncul.

.

"...jika kau dalam keadaan heat, tidak peduli apa, kau tidak akan bisa kabur."

.

Mata kobalt Khun bersinar dengan penolakan dan kemarahan pada diri sendiri. Tangannya yang bebas bergerak dengan goyah, mengambil belati yang tersampir di pinggangnya. Baru saja bergerak hendak mengayunkannya saat tiba-tiba satu tangan yang kuat menahan tangannya. Mencengkram erat hingga Khun mengerang sakit dalam ciuman dan pegangannya terhadap belati melemah.

Baam menarik tangan Khun, menahan di atas kepala si Biru. Dia mundur melepaskan diri dari ciuman saat tangan yang masih mencengkram dahu Khun sedikit bergerak mengelus pipi Khun yang tampak memiliki memar karena kekuatan yang digunakan Baam.

"Omega yang berada dalam masa heat, tidak peduli garis keturunan kuat yang dia miliki, pada akhirnya masih tetap lemah ya."

"AH!"

Tubuh Khun terlonjak kaget dengan rasa nikmat yang menyerang sarafnya secara tiba-tiba. Baam tersenyum menatap wajah kesusahan Khun saat dia dengan santai menempelkan kedua ereksi mereka yang masih terlapis oleh celana masing-masing.

"Ini buruk, kita harus melepaskan beban ini, bukan begitu Khun-ssi?"

Si biru menggeleng pelan dengan putus asa, "Tidak... kau harus berhenti... Baam... kita masih bisa berhen... ah?!"

Khun meringis saat wajahnya menggores tanah berbatu akibat tubuhnya yang dibalik hingga tertelungkup secara tiba-tiba. Suara klik dan klak saat tombol dan kancing-kancing yang menghiasi pakaiannya saat dibuka terdengar diantara nafasnya yang terengah. Baam dengan mudah melucuti semua pakaian Khun, melempar jauh benda-benda kecil yang kemungkinan bisa dijadikan sebagai senjata oleh si Biru.

"Apa maksudmu Khun-ssi? Aku tidak dapat memahami nya."

"AKH!"

Teriakan sakit tidak bisa Khun tahan saat Baam dengan tangan kering membuka lubang di bawahnya begitu saja. Dia tidak bisa menahan erangan lain lolos dari bibirnya saat Baam terus menginvasi daerah bawahnya.

"Wah bagian milikmu yang ini benar-benar hebat, Khun-ssi." Puji Baam saat menambahkan satu jemari lagi. "Begitu basah dan hangat."

"Ah...ngh... ah...."

"Aku ingin tahu, apa benar ada rahim di sini?" guman Baam saat jemarinya menggosok titip prostat Khun hingga menyebabkan Omega biru tersebut berteriak kaget. Manic emas itu menatap orang dibawahnya intens saat dia berhenti sejenak.

Khun mengerang, menghela nafas lega saat Baam mengeluarkan jemarinya. Berpikir bahwa Baam mungkin pada akhirnya mendapatkan kewarasannya kembali saat dia dikejutkan dengn intrusi secara tiba-tiba. Menyebabkan dia berteriak keras karena tidak siap.

"TIDAK....AH...AP....AHH..."

Baam menunduk, menjilat tengkuk Khun sensual saat dia terus memasukkan tiga jarinya ke lubang bawah Khun. Mata emasnya bersinar seperti binatang buas, menatap jaringan kelenjar yang akan menjadi tempat dia menggigit nanti.

"Pasti sulit bagi mu selama ini, Khun-ssi." Guman Baam saat dia menggoda daun telinga Khun. "Menjadi seorang Putra dari salah satu Alpha terkuat di Kekaisaran, menjadi seorang Jenderal dengan label jenius yang disandingkan. Beta paling berbakat yang bahkan bisa mengalahkan Alpha kekaisaran. Menjadi salah satu prajurit terkuat disaat kau sendiri adalah Omega yang seharusnya di lindungi. Nee Khun-sii, bagaimana perasaanmu dengan semua itu?"

Erangan panjang Khun keluar saat dia datang untuk pertama kali, membuat Baam sedikit linglung melihat jemarinya yang basah dengan cairan Khun.

"Bahkan walau kau adalah keturunan Khun Edhuan, itu masih merupakan pelanggaran aturan. Untuk masuk dan menjadi seorang perwira militer di saat kau adalah Omega, itu pelanggaran berat Khun-ssi."

Sementara itu Khun nampak kelelahan dan tertelungkup lemas. Mata kobaltnya basah di nodai air mata yang keluar akibat efek fisiologis akan orgasme pertamanya. Walau begitu, Khun sadar kalau tubuhnya sendiri bahkan belum pulih. Malahan masih haus akan sentuhan Alpha dan yang paling buruk dia merasa sangat kosong.

Clak

Kobalt Khun bergerak menatap Baam dari balik bahunya. Pemuda brunette itu membuka ikat pinggangnya dengan sikap linglung.

"Khun-ssi, aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi." Baam mengangkat pinggul Khun naik, memposisikan miliknya didepan pintu masuk Khun. "Aku benar-benar ingin berada di dalam mu sekarang juga."

"Tidak Baam! Jang—"

Trust!

Udara terasa dicekik keluar dari paru-parunya saat dia mengerang tanpa suara. Baam terus mendorong masuk sambil mengontrol alur nafasnya sendiri. Terus mendorong masuk dengan perlahan hingga pangkal.

"Ah Khun-ssi, kau datang lagi?" Tanya Baam pada Khun yang menyembunyikan wajahnya di balik kedua lengannya. Tubuh si Biru gemetar tak terkendali saat dia terisak, berbisik memohon agar Baam menarik keluar. "Keluar Baam... keluarkan.... Aku tidak... hiks... tidak mau... hiks..."

Baam tidak mendengarkan. Pemuda brunette itu hanya diam sementara – sengaja membuat Khun lebih nyaman dulu – sebelum kemudian bergerak. Memotong semua isakan dan permohonan Khun menjadi erangan dan desahan.

"Ah~ didalam mu benar-benar menyenangkan, Aguero." Desah Baam saat dia menghantam bagian bawah Khun dengan cukup brutal. Membuat Omega dibawahnya berteriak saat tubuhnya bergoncang hebat.

Pikiran Khun kacau karena ekstasi. Walau begitu dia tetap dengan keras kepala mencoba mempertahankan kewarasannya, menolak untuk tenggelam dengan euphoria yang di berikan oleh sang Alpha kepadanya. Satu dorongan keras membuat Khun tercekat. Mata kobaltnya menatap horror saat menyadari sesuatu.

Knot?! Tidak mungkin! Knot seharusnya tidak semudah itu terjadi antara Alpha dan Omega apalagi di waktu pertama melakukan seks!

"Baam... ah... Hentikan!.... ngh... K...kau haa... ha... rus .... Menarik... keluar sekarang ah...!"

Satu alis Baam terangkatmenatap Khun geli, "Tapi Aguero... lubangmu benar-benar tidak membiarkan aku pergi, lihat." Mencoba menarik keluar tapi tidak bisa akibat simpul yang sudah terlanjur terjadi, "Aguero, kau benar-benar sangat tidak jujur!"

"UHN!"

Menjilat bibirnya, Baam mencondongkan tubuhnya kedepan membuat dia masuk semakin dalam. Menjilat tengkuk Khun hingga menyebabkan pemuda biru di bawahnya gemetar. "Aguero... aku dekat..."

"Eh?! Tidak Baam! Apapun selain itu! Tidak!" Khun mencoba memberontak bahkan walau dia tahu itu sia-sia, "Diluar! Lakukan diluar!"

Erangan bernada tinggi lolos dari sang Omega saat dia mencapai puncaknya. Bersamaan dengan Baam yang melepaskan cairan hangatnya di dalam tubuh Omega-nya dan gigitan kuat dia tanamkan di tepat di tengkuk Khun. Kelenjar Omega-nya. tubuh Khun mengelinjang akibat banykanya rangsangan dan seakan tidak cukup, hidungnya yang selama ini tidak pernah bekerja menangkap aroma feromon apapun di serang aroma yang begitu kuat.

Aroma citrus dan cendana yang kuat dan tajam bercampur dengan aroma seperti daging segar membuat Khun pusing dibuatnya. Samar dia mencium aroma vanilla dan bunga lavender yang lembut dan hampir tidak tercium lagi akibat dominasi aroma yang pertama. Ah kenapa harus sekarang?!

Baam mengutuk di bawah nafasnya saat dia menarik keluar secara perlahan, membuat cairan putih tumpah keluar dari krisan merah Khun. Sang alpha tertawa saat melihat bahwa Khun sendiri masih keras dan krisan merah itu tampak mekar dan lapar.

"Hebat sekali Aguero, tubuhmu masih menginginkan lebih." Tangan besar sang Alpha membela tubuh ramping Khun, menggoda puncak merah di dada si Biru. "Apakah ini kekuatan dari Omega keturunan Ancient Alpha, Khun Edhuan? Atau ..."

"Nghh... ah... sial..."

"Ini akumulasi akibat kau memakan Suppressant selama bertahun-tahun?" mengemut satu puting Khun saat yang lain dia mainkan dengan tangan. Khun tersentak saat tangan Baam yang lain menemukan jalan kembali ke krisan-nya, mengaduk lubang yang sekarang agak longgar hingga menyebabkan semakin banyaknya cairan putih Baam tadi keluar.

"Melihat bagaimana kau berhasil menjadi seorang prajurit yang hebat, itu pasti karena bantuan suppressant khusus buatan Workshop." memberi kecupan lembut di sepanjang rahang Khun, menatap mata kobalt Khun yang kurang fokus dengan mata emasnya yang sekarang benar-benar bersinar terang. "Tidak heran FUG sangat ingin menarik Workshop ke pihak mereka, lagipula Workshop benar-benar sangat hebat."

Khun sudah tidak peduli. Dia hanya menggumankan kutukan demi kutukan yang dia tujukan untuk dirinya sendiri. Rasa sakit dan nyeri terasa menyebar di sekeliling tengkuk dan lehernya, tahu bahwa gigitan Baam tadi sudah mulai membentuk sebuah tanda kepemilikan. Tanda yang tidk akan pernah bisa dihilangkan bahkan dengan teknologi atau pun keajaiban alam semesta. Karena dia sudah ditandai seperti ini dan tubuhnya sendiri masih panas akibat heat nya yang masih belum reda, bukanah lebih rasional untuk menerima nasibnya?

Ini tidak terlalu buruk juga. Lagipula dia bukanlah orang yang mudah putus asa hanya kare—

"Obat itu, suppressant..." Baam memposisikan dirinya kembali untuk memasuki Khun, "Ada di laci paling atas, benar bukan?"

"...Eh?"

Sebuah seringai gelap terbentuk di paras tampan sang Alpha, "Tepat diatas jurnal tentang Ras Bertanduk, yang sudah mulai menguning."

Khun merasa semua darah di wajahnya sudah mengering.

.

"Bagaimana dengan benda-benda di dalam laci lemari?" tanya Baam saat dia menghampiri lemari yang sebelumnya dia periksa pertama kali, membuka laci paling atas

"Buang mereka semua."

"Tapi..."

"Tidak ada gunanya." Khun berucap acuh, "Lagipula si bodoh itu pasti sudah mengingat hal-hal yang dia tulis di kepalanya sendiri. Bahkan kalau tidak, dia pasti sudah menyimpan salinannya di LightBrain miliknya. Jadi enyahkan saja mereka semua."

Mata emas pemuda brunette itu menatap penuh arti satu kotak dengan tutup trasnparan di atas satu dokumen. Berisikan pil-pil obat berwarna hijau cerah.

Sebuah seringai terukir di wajahnya.

"Baik."

.

Erangan kembali memenuhi udara saat Baam kembali mendorong. Kali ini gerakan nya tidak sebrutal yang tadi. Lebih pelan namun masih cukup cepat.

"Saat aku membuang semua dokumen dan obat itu, aku tidak bisa berhenti untuk berpikir." Kata Baam dengan nada santai seakan mereka tengah membahas topic umum di Antar Bintang. Satu tangannya yang bebas bergerak memompa milik Khun, memberi rangsangan tambahan.

"Saat aku dulu di kabarkan mati, saat aku menghilang karena di tangkap oleh FUG. Kau melakukan hal yang sama. Sama seperti kau menyingkirkan dokumen lama itu, kau juga dengan mudah menyingkirkan kehadiran ku dari kehidupan mu."

"Anhhh... haaa... ah...nnh...."

"Mungkin jika kita berselisih di status Tangan Arlene di Bintang ke-20, kau akan sepenuhnya melupakan ku dan bahkan tidak akan lagi mengingat seorang pemuda bernama Baam 25th. Kau bahkan menemukan penganti ku sebagai sorang wave controller, siapa nama prajurit itu lagi? Novick? Aguero, kau seharusnya tidak melakukan itu!"

*Di AU ini posisi bertarung di Menara masih tetap di pakai, tapi sumber kekuatan di sini bukan Shinsu, tapi kekuatan Supranatural.

"Hanya aku yang boleh mengambil posisi di samping mu! Hanya aku yang boleh menjadi Wave Controler yang kau dukung!"

-thrust!

"AH!"

"Khun-ssi, sekarang aku sudah kembali. Tapi suatu saat aku mungkin akan di ambil kembali dengan paksa oleh FUG, atau mungkin pihak Kekaisaran tidak mau lagi menerima ku dan lebih memilih menjatuhi diriku dengan hukuman mati. Saat itu terjadi, kau pasti akan dengan mudah melupakan ku lagi." Baam mengelus wajah Khun yang basah karena air mata dengan penuh cinta. "Jadi kau berpikir, kalau aku menjadi mate-mu! Maka kau tidak akan melupakan ku lagi!"

-thrust!

"KAU AKAN SELAMA NYA MERINDUKAN KU! MEMIKIRKANKU! KAU JUGA TIDAK AKAN BISA MENEMUKAN PENGANTI UNTUK KU!"

-thrust!

"SELAMANYA SAAT KAU HEAT TUBUH MU AKAN SELALU MENCARIKU, HAUS UNTUKKU! KAU AKAN SELAMANYA HANYA BISA MERINDUKAN ALPHA YANG SUDAH MATI DAN TIDAK ADA LAGI!"

-thrust!

"Aaahhhh—"

Kepala Khun terlempar kebelakang saat dia sekali lagi di isi. Dia terengah-engah saat dia menatap Baam dengan air mata yang sudah menodai wajahnya. "Kau tahu... selama ini kau kalau aku..."

Baam tersenyum saat dia membungkuk, menghapus air mata Khun. "Ya, semua karena aroma manis mu." Ujarnya sebelum membawa bibir Khun dalam ciuman basah.

.

"Khun-ssi, apa kau baik-baik saja?" tanya Baam,"Kau tidak terlihat baik, apakah ada yang salah?"

Layar biru penuh data itu bergerak cepat mengikuti kecepatan berpikir si pengguna, Khun memijat dahinya sedikit saat kecepatan berpikirnya sedikit mandek akibat sakit kepala. "Hm tidak ada, hanya saja dokumen ini lebih banyak dari yang aku duga."

.

Keduanya mengerang dalam ciuman saat Baam menarik keluar tanpa melepas pagutan mereka. Memberikan gigitan lembut di bibir sang Omega. Baam bangkit menatap omega dibawahnya.

"Masih ada waktu enam hari lagi sebelum yang lain kembali, di waktu yang kosong ini..."

Tubuh Khun meringkuk gemetaran, memeluk dirinya sendiri saat mata kobaltnya menatap Baam pasrah.

"... untuk membuat mu hamil."

.

.

.

End of Part 1

17 Agustus 2020

Ya ampun, hari kemerdekaan malah up cerita beginian. sungguh diriku ini.

Continue Reading

You'll Also Like

143K 11.1K 86
AREA DILUAR ASTEROIDπŸ”žπŸ”žπŸ”ž Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
164K 19.8K 44
Sebernarnya [m/n] itu uke
1.5K 66 30
Cerita ini diangkat dari magi chapter 116, dan diambil dari prespektif Kou Empire. Tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia. Just for fun.
896 137 7
"Gue tantang lo dapet nilai 100 di ujian nasional matematika nanti!" tantang Afan. "kalau gue dapet nilai 100 di ujian nasional matematika nanti, gue...