𝐒𝐏𝐑𝐈𝐍𝐊𝐋𝐄𝐒 ㅡall + min...

By HEYITSKUINN

32.7K 2.7K 1.5K

──── ⋆⋅☆⋅⋆ ──── ❞ kenapa lo pilih satu kalau bisa dapet semuanya, hee? ❞ kumpulan cerita - cerita sederhana... More

• |prologue
|walked you home 🐾
|mint and cigarette 🍃🚬
|training wheels🚲 ㅡeunsang
|yours🌧 ㅡ yunseong, woobin
|petals 🥀 ㅡseungyoun
|carousel 🎠 ㅡyunseong
|pollen🌹 ㅡseungyoun
|cereal date🥣ㅡ yunseong
|hide & seek 🙈🐒 ㅡyohan
|milk & cookies🍼 🍪 ㅡhangyul
|taste like you 🍦ㅡseungwoo
|sweet escapade 🍭 ㅡjungmo
|starry starry night ⭐ ㅡjunho
|play date🐇🐰 ㅡeunsang
|blooming🌻 ㅡjungmo
|one fine day 🍵 ㅡyunseong
|white sugar 🍰 ㅡwooseok
|dingin❄ ㅡyunseong
|heavenly you💫 ㅡ yunseong
|kisah mereka 🐈 ㅡseo woobin
|firasat 💭 ㅡseo woobin
|kisah bunga, dan sang matahari🌤 ㅡyunseong
|lentera temaramㅡ hwang yunseong
|rumpang🌙ㅡ yunseong hwang
|hujan matahari🌦ㅡ cha junho

|remang💡 ㅡhyeongjun, yunseong

508 59 83
By HEYITSKUINN

haiiii udah lama ya?
aw kangen deh

white background yuk♡

─── ・ 。゚☆: *.🌙 .* :☆゚. ───

s o n g - h y e o n g j u n
ft. h w a n g - y u n s e o n g
.

.

.

.

[!] pertama kali nulis genre ini,
please don't expect anything from me,
tehee.

tentang dia yang jangkung,
sedikit angkuh walau tidak menyadarinya, tentang ia yang terbiasa,

juga tentang dia yang pamit
tanpa suara

・ 。゚☆: *.

jemari lentiknya masih terapung dengan lembaran keripik kentang pada sela ibujari juga telunjuknya,

tok

tok

tok

ketukan pintu hampir saja membuat hyeongjun menjatuhkan keripik - keripik tadi keatas kasur,

dengan cepat ia menyuapnya sekaligus,

rahangnya kini bergerak cepat mengunyah banyak - banyak keripik kentang, hingga kedua sisi pipinya kini mengembung serupa hamster, diiringi suara gaduh pada gendang telinganya sendiri,

mengaduh keras saat tanpa sengaja menggigit pipi dalamnya sendiri, "hue sakiiiittt"

dengan mulut terus berserapah, hyeongjun setengah berlari menghampiri pintu, setidaknya ia memiliki alasan untuk menghentikkan sejenak pekerjaan melelahkannya,

itujuga kalau hanya berbaring diatas kasur, tenggelam dalan beberapa kantung cemilan, juga tumpukkan buku kuliah tebal yang bahkan masih tertutup rapat ㅡoh! jangan lupakan laman webtoon yang masih teraksesㅡ

...bisa disebut pekerjaan,

hampir saja hyeongjun terpeleset kala menapakki lantai satu rumahnya, untung saja tangannya sempat meraih handle melingkar pada ujung sisi tangga, jika tidakㅡ

oke, salahkan kaus kaki tebal yang membungkus kaki mungilnya, juga keputusannya untuk mengepel lantainya kemarin sore, tepat setelah terbebas dari puluhan boks kardus pada hari pertama kepindahannya ke rumah baru ini,

"siapaaa?" tanya hyeongjun pada makhluk anonim dibalik pintu, namun tidak ada sahutan,

kemudian terdengar balasan samar dari balik pintu dari luar sana,

"ehm, i-ini gue" jawabnya serak,

sedikit berjinjit sebelum akhirnya menyingkap tirai renda yang menyembunyikan kaca buram mungil pada pintu,

yang kini berdiri gulana didepan pintunya adalah sosok yang sama dengan sosok yang kemarin malam mengunjungi rumahnya, si asing yang bahkan namanya saja hyeongjun tidak ketahui, apalagi marganya,

yang ia tahu hanyalah helai rambutnya,

surai dahan pinus lelaki itu panjangnya sudah hampir melewati telinganya, membingkai wajah pucatnya, bibirnya tipis, rahangnya jelas lebih tajam dari rahang miliknya, juga tulang pipi yang mencuat dengan rona persik walau samar,

sedangkan manik kelabunya berpendar dibawah penerangan seadanya teras rumah,

hm, setidaknya sosok itu terlihat jauh lebih baik dari pertemuan pertamanya kemarin, pikirnya.

hyeongjun belum sempat mengganti lampu bohlamnya sejak kemarin malam, entah sudah berapa lama bohlam diterasnya terakhir diganti oleh pemilik rumah sebelumnya,

padahal ia sudah mencoba menumpuk beberapa kotak kayu diatas kursi sebelum berdiri diatasnya,

tapi tetap saja hyeongjun tidak bisa mencapainya, plafonnya terlalu tinggi,

seharusnya ia lebih cepat mengganti bohlam sialan itu,

・。゚☆: *.

ceklek

figur itu berdiri menjulang dihadapannya, bahkan tanpa hyeongjun sadari ia sudah mendongakkan kepalanya, berusaha mencari binar kelabu itu lagi,

"hai" sapanya cerah, hampir bersamaan dengan sapaan selamat malam, milik hyeongjun,

ia mengembangkan senyuman begitu saja, terasa menyenangkan memiliki teman ditempat baru begini, "...eh kaka yang kemarin"

"hyeoㅡ" ucap lelaki itu menggantung, kemudian mengernyit, seakan berusaha mengingat, bahkan jemarinya kini mengusak helainya sendiri, seakan hampir frustasi, "h-hyeongjun... kan?"

ia yang ditanya kini mengangguk riang, seperti layaknya anak anjing kala diberi snack setelah menerima pujian, jika hyeongjun memiliki ekor, ekornya pasti sudah terlihat bergoyang senang,

"oh, kakaㅡ"

"minhee" potongnya cepat, "aku kang minhee, tapi panggil minhee aja,"

hyeongjun mengangguk dengan sumringah, toh ini pertemuan keduanya jadi ia tidak secanggung kemarin,

"oke kak minhee, ada apa ya kak?" dengan jemarinya yang kini mengusap tengkuknya yang kini terasa meremang hebat, udara disekitarnya terasa turun belasan derajat, hingga rasanya rahangnya akan bergemelatuk jika tidak ia keraskan,

"ehmㅡ" ucap minhee, binarnya mengerjap seakan memberi gestur berpikir, "...ngobrol sebentar yuk, lagi sibuk ngga?"

yang hyeongjun jawab dengan senyuman maklum, lalu menggelengkan kepalanya,

kemudian melangkah mundur, membiarkan minhee masuk dalam rumahnya,

dengan senang hati ia menyambut tamu pertamanya ini, walau ia tidak berharap tamu lainnya akan mendatanginya setelah ini.

ㅡkemarin・ 。゚☆: *.

・ 。゚☆: *.

tok

tok

tok

lagi, tidak ada jawaban,

tangan minhee masih terapung setelah hampir sepuluh menit mengetuk pintu, berharap setidaknya mendapat sahutan dari dalam sana,

namun nihil.

minhee bergerak gelisah ditempatnya berdiri, sesekali mengusap rambut tengkuknya yang meremang ditiup dingin angin malam,

sedangkan tangan satunya masih anteng menenteng kantung kresek putih berisi jajanan juga beberapa kaleng bir dari convenience store yang kebetulan ia lewati diujung pertigaan blok perumahan,

kakinya menendang kerikil untuk mengehalau bosan walau tanpa menunduk,

dapat ia rasakan sengatan pada punggung jemarinya yang kini mulai terasa sakit akibat terus mengetuk pintu tanpa jawaban,

oke,
percobaan terakhir.

tok

tok

tok

punggung telunjuk minhee masih menyentuh pintu saat terdengar derap langkah ringan dari balik pintu,

cahaya terasa menghampiri kelabunya saat itu juga,

langkah itu berhenti tepat dihadapan minhee sebelum pintu dibuka, ada sekelibat bayangan mengintip dari kaca buram pada pintu dihadapannya,

dengan tirai gading nya yang disingkap singkat,

"siapa yaaaa?" ucap seseorang dari balik pintu,

"ini gue seongㅡ" sahut minhee cepat, walau keningnya mengernyit, suara yang menyambutnya barusan terdengar berbeda dari merdu yunseong yang ia kenali betul, "...minhee"

ceklek

minhee otomatis mengangkat kepalanya saat kenop pintu dihadapannya diputar kemudian melangkah mundur, memberi jarak kala pintu didorong kearah luar,

matanya sedikit menyipit kala guyuran lampu terang dari dalam rumah menerpanya sekaligus, pemandangan diluar sini memang hampir gulita jika remang lampu jalan, juga lampu teras yang juga tidak terlalu menolong.

"seong, gueㅡ" hampir saja ia tersedak salivanya sendiri, "...eh?"

yang kini berdiri dihadapannya bukan yunseong-nya, bukan si pemilik rumah yang minhee kenali betul, bukan sosok yang meluluh - lantakkan harinya sejak satu minggu lalu,

"ma-maaf, saya lagi didapur tadi, setel lagu juga, jadi suara pintunya ngga kedengeranㅡ" jelas lelaki mungil dihadapannya, yang tangan kanannya kini memegang mug dengan uap beraroma manis yang masih mengepul,

"...masnya cari siapa ya?" tanya hyeongjun sopan,

dengan rutukan yang terus mengalir walau belah bibirnya terkunci rapat, hampir menyesali keputusan untuk menjawab ketukan pintu malam ini.

aroma yang kini melingkupi hyeongjun adalah aroma yang sama dengan ia yang bersurai sewarna tanah basah,

aroma yang selalu menyelimuti hwang yunseong,

aroma manis susu berperisa permen kapas kesukaan yunseong, membuat minhee sedikit kesal,

"hmm, adek ini siapa ya?" alun minhee lambat, takut - takut si manis dihadapannya benar adalah alasan penolakan yunseong atas pernyataan cintanya malam rabu minggu lalu,

minhee sadar betul, bukan begitu cara bertamu yang baik, tapi rasa penasarannya kini sudah diubun - ubun,

lalu menggeleng kepalanya singkat, sedikit frustasi dengan pikiran ngadi - ngadi yang baru saja menghampiri kepalanya,

"hyeongjun," jawabnya, lelaki mungil ㅡkelewat manis, kalau boleh ia tambahkanㅡ dihadapan minhee masih meremat kenop pintu, "aku hyeongjun, m-mas"

menyadari pandangan minhee yang terasa menelisiknya, hyeongjun kemudian menyeruput singkat mugnya untuk mengalihkan atensi,

sedikit mengaduh kala panas minuman manis itu menyapa lidahnya, memutar tubuhnya sebelum berlari singkat menaruh mugnya dimeja tepat sebelah pintu masuk,

menggemaskan sekali, pikir minhee, wajar saja kalau yunseong menolaㅡ

"mas, puntenㅡ" ucap hyeongjun memotong lamunannya yang semakin melanglangbuana tak terkendali, menarik kembali minhee kedunia nyata,

menaut atensinya dengan binar bulat yang kini anteng balik menatapnya, "tadi masnya cari siapa ya?"

"yunseong," ucap minhee lirih, hampir berbisik, "saya cari yunseong, ada?"

kedua alis hyeongjun bertaut, penasaran juga, lelaki anonim dihadapannya terlihat sangat gugup, "hm?"

hyeongjun masih anteng menanti minhee berbicara sedangkan lidah minhee terasa kelu, juga sudut bibirnya yang kini terasa pegal akibat memaksakan senyuman,

...yang pasti terlihat aneh,

"maaf kalau boleh tanyaㅡ" ucap minhee lebih lantang dari sebelumnya, tapi terdengar serak, bahkan telinganya saja bisa menangkap getaran dari suaranya sendiri, "...dek hyeongjun ini... siapanya yunseong?"

ia yang kini dibalut piyama kini sedikit melangkah mundur, memberi jarak, seakan cepat - cepat ingin menutup kembali pintunyaㅡ yang minhee juga kurang pahami alasannya,

"yunseong?" ulang hyeongjun memastikan nama yang tadi disebutkan adakah nama yang benar, kemudian menggelengkan kepalanya, "ngga ada yang namanya yunseong disini mas, aku tinggal sendiri soalnya"

"lah?"


・ 。゚☆: *.

minhee berjalan beberapa langkah menjauhi rumah, menatap sekilas rumah dihadapannya, memastikan kalau pintu bercat putih gading yang baru saja ia ketuk adalah rumah yang benar,

bener kok, gumamnya.

sedangkan hyeongjun ㅡyang kini jemari mungilnya masih pada kenop pintuㅡ masih terdiam menatap pria jangkung dihadapannya yang kini dengan wajah menyiratkan kebingungan yang nyata,

jelas dengan tekukan pada keningnya,

"kalau ngga ada keperluan lagiㅡ" ucap hyeongjun lagi, kini lebih menekan ㅡhampir saja ia dengan senang hatiㅡ kembali menutup pintu, "saya tutup pinㅡ"

"se-sebentar sebentar... dek"

jika saja minhee tidak kembali berlari menghampirinya, bahkan dua
kaleng bir dalam keresek putihnya terjatuh,

jemari kokoh minhee lah yang kini terambang, memberi isyarat agar hyeongjun tidak menutup pintu

binar madu lelaki yang menyebut dirinya hyeongjun ituㅡdihadapannya masih mengerjap walau dalam bingung, "y-ya?"

"ehmㅡ dek hyeongjun," ucap minhee menggantung, diiringi kekehan canggung yang berhasil lolos, padahal ia sudah berusaha menahannya,

"ya?"

"maaf udah ganggu waktunya dek"

hyeongjun menggeleng maklum, kemudian tersenyum manis,

manis sekali, pikir minhee lagi,

manis hingga rasanya, lelaki dihadapannya sungguhlah permen kapas yang biasa minhee temukan difestival musim panas, bahkan pipinya sewarna dengan permen kapas berpewarna merah jambu,

"hehe, ngga apa - apa kok," toh ia senang akhirnya mendapat tamu dihari pertama pindahannya, "se - sering sering aja masㅡeh kak"

rasanya seperti mendapat teman baru,
hyeongjun menyukai itu,


walau senang yang ia rasakan sedikit berbeda dengan perkenalan pertama dengan teman kuliah, atau perkenalan pertamanya dengan teman komunitas fotografi,

senang yangㅡ

...membuatnya harus mempersiapkan perpisahan diujungnya, ia tahu itu.

jelas.

ㅡhari ini・ 。゚☆: *.

aroma ini lagi,

aroma susu berperisa permen kapas tercium pekat ketika minhee melangkah memasuki rumah hyeongjun,

aroma yunseong,

ia yang jika ingatan tentangnya mengintip dari balik kepalanya, membuat kepala minhee terasa pening dengan alasan yang ia sendiri tidak pahami,

entah berapa lama ia melamun, hingga tidak menyadari hyeongjun yang kini melangkah keluar dari dapur lalu berhenti menatapnya sejenak, dengan nampan juga dua mug yang masih mengepulkan uap manis,

"kaka pucatㅡ" ucap si manis, sembari manunduk menaruh pelan nampan diatas meja, memberi gestur agar sang tamu ikut duduk dengannya di sofa beladu bawaan rumah yang baru ia tempati ini,

ia hanya menaruh beberapa bantal yang ia bawa dari apartemen lamanya untuk dekorasi, "diminum kak, diluar lagi dingin dinginnya"

si jangkung masih menelisik seluruh penjuru rumah, mencari setidaknya jejak presensi yunseong-nya disini,

namun nihil.

"kak?" panggil hyeongjun lagi,

membuat ia yang masih terpaku kini melangkah lambat mendekati yang lebih muda, kemudian duduk disamping kiri hyeongjun,

"oh, kak minhee" ucap hyeongjun, membuat minhee yang sedaritadi melamun, hampir tersentak, "yunseong yang kaka cari udah ngga tinggal disini, kak"

minhee mengangguk, mengerti,

ia memang tidak menemukan jejak eksistwnsi yunseong disini, bakan hangatnya, "hm, yunseong itu..."

"dia... pacar kaka?" tanya hyeongjun polos,

minhee hanya membalas pertanyaan polos hyeongjun dengan senyuman samar, kemudian menggeleng kepalanya dalam ragu,

toh memang bukan begitu,
ia hanya sedang dilanda rindu,

hyeongjun perlahan menghela nafasnya

"kaka tau sendiri dia ada dimanaㅡ" tanya si manis menggantung, seakan menimbang kata - kata yang tepat agar tidak menyinggungnya, "..maaf, bukannya kaka juga harusnya udah ngga disini ya, kak?"

pernyataan sederhana yang membuat minhee hampir tertohok, binar kelabunya kini membulat, menyadarkannya kembali pada realita yang sejak kemarin terasa membelitnya,

mengaburkan mimpi juga kenyataannya, kini ka melirik jemarinya yang sedaritadi memegang mug, ternyata yang ia pegang sedari tadi hanyalahㅡ

...angin.

mug itu kini mulai mendingin akibat terlalu lama diabaikan diatas meja, masih dengan posisi sama sejak hyeongjun menaruhnya tadi,
tidak bergeser seinci-pun,

fakta yang membuat perutnya terasa diaduk, hingga rasanya mual,

"k-kenapa kamu ngomong gitu?" tanya minhee terbata, setelah menyadari tatapan khawatir hyeongjun untuknya, juga ada telisik dalam sorotnya,

kepala minhee kini terasa mau pecah, memorinya kini saling tumpuk dengan memori lainnya, hingga rasanya ingin berteriak,

ada alasan dibalik kebiasaan sederhananya untuk tidak menunduk, agar ia melupakan fakta jika ia tidak pernah menapak, tidak pernah nyata, eksistensinya hanyalah bualan,

"kaka tau sendiri maksud aku apa," jawab yang lebih muda tenang, walau jemarinya kini bergetar hebat akibat perubahan emosi dari hantu tampan yang kini duduk dihadapannya, "a-apa yang bisa aku bantu supaya kaka bisa cepet tenang?"

rupa minhee kembali berubah persis dengan saat pertama kali keduanya bertemu, kemarin malam, tepat kala hyeongjun membuka pintu setelah mendengar ketukan pintu beratus kali,

sosoknya hampir transparan walau padat, kang minhee yang duduk disofanya persis seperti malam kemarinㅡ


dengan kaus yang robek pada lengannya, noda darah yang mengering disepanjang pelipisnya yang merembes hingga satu sisi pipinya yang memerah, ada luka jelas menganga pada dada kirinyaㅡ menampilkan sesuatu yang seharusnya tak kasat mata,

dada kirinya terlihat koyak, membuat hyeongjun sedikit bergidik ngeri,

jeans hitamnya yang robek pada bagian lutut, dengan engsel tulang yang bahkan hampir tidak bersatu, mengakibatkan tubuhnya timpang, ujung pergelangan kakinya juga noda tanah juga darah yang mengering, melumuri kulit pucat pualamnya,

meski tidak seseram mereka yang sering hyeongjun temui diluar sana, yang terdiam sepi dipinggiran jalan rayaㅡ tetap saja perubahan penampilannya membuat hyeongjun ketakutan,

meski ia sudah terbiasa,

tetap saja bukan keinginannya untuk bisa melihat mereka.

"a-apa yang bisa aku bantu supaya kaka bisaㅡ" tanya hyeongjun lagi, kini dengan binar yang sudah rapat, "...ce-cepet tenang?"

ia ketakutan,

menggemaskan sekali, pikir minhee singkat walau kecut,

namun perasaan bersalah kini lebih mendominasi emosinya, bersalah karena membuat si manis dihadapannya inj ketakutan, juga rindu pada ia yang ia kasihi,

ia menghembus nafasnya pelan, emosi yang tiba tiba menyergapnya tadilah yang membuat sosok aslinya nampak, dan minhee membenci itu.

"kak minhee?" tanya hyeongjun lagi, namun tidak ada jawaban, ketika perlahan membuka binarnya,

ruang tamunya sudah sepi, dengan suhu ruangan yang kini perlahan mulai kembali menghangat,

dan kosong dan itulah terakhir kali hyeongjun bertemu minhee,

tamu yang ia syukuri kedatangannya, juga ia sesali disaat bersamaan.

siapapun pasti mengerti, dan hyeongjun bahkan lebih mengerti daripada siapapun, pelajaran dasar yang diajarkan orang tua,

...mengenai tempat gelap,

jangan biarkan ada tempat gelap disekitarmu, juga lampu yang mulai berkedip,

bisa saja ia atau mereka datang jika tersesat atau membutuhkan bantuan, kan?





─── ・ 。゚☆: *.🌙 .* :☆゚. ───

k u i n n の
n o t e

hai, selamat upacara online xixixixi

dan ini pertama kali aku nulis horror,
aku coba buat explore genre sih, fail iya iyaa tau kok 🙂💕

thats it!
stay safe bub,
luv, kuinn♡

Continue Reading

You'll Also Like

359K 10.1K 66
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
Rasya By Wahyuni

Short Story

58.9K 4.2K 30
Rasya,Bocah 3 tahun yang berhasil menarik perhatian seorang mafia terkejam dan seorang pengusaha kaya raya
50.7K 8.1K 31
Gatau baca aja!
146K 310 5