Our Story

By lnanrlna

542 274 199

BISA BERIMAJINASI SESUAI KEINGINAN KALIAN:) DI HARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK SE... More

Bio(narasi)
Rino-Patah Hati 1
Runi-Patah Hati 2
Sad but Happy
Cewek Rapuh
Memastikan Sesuatu
Terpaksa Berbohong
Penjelasan Sebenarnya
Si Penakut vs Si Cengeng

Pernyataan Bodoh

53 32 35
By lnanrlna

4. Pernyataan Bodoh

Ternyata melupakan tidak semudah yang dibayangkan.
-Rino Prasetyo Mukti-

"Rumah lo yang mana?" Tanya Rino penasaran.

"Kepo. Udahlah sana lo pulang, makasih." ujarnya sambil berjalan pergi, dengan langkah pelan, matanya tetap melihat gerak-gerik ayahnya yang memang agak mencurigakan dan parahnya hampir setiap malam ia melihat ayahnya pergi dari rumah dan kembali entah kapan yang pasti pagi-pagi sudah ada di rumah. Sekarang ia melihatnya pergi ia harus mengikutinya.

Rino melihat Runi berjalan seperti seorang mata-mata tak sengaja matanya melihat ada noda di baju Runi, ia hanya mengira tanah karena tadi mereka duduk ditanah depan danau. Tak mau memikirkannya ia bermapitan yang tak di dengar oleh Runi. "Sampai besok," pamit Rino, tanpa adanya jawaban dari Runi. Ia merasa aneh dengan yang dilakukan Runi, tapi tak mempedulikannya, buru-buru ia mengendarai motornya untuk pulang, orang tuanya pasti khawatir.

Runi tak langsung masuk ke rumahnya, ia ingin mengikuti ayahnya yang terlihat pergi meninggalkan rumah itu, ia penasaran mengapa ayahnya hampir setiap malam selalu saja pergi dan pulang hampir tengah malam, ia pernah memergokinya dan memang benar ayahnya pergi bekerja tapi ia masih tidak percaya ia hanya ingin memastikannya lagi, ia hanya takut jika ayahnya akan berselingkuh seperti di pilm-pilm yang pernah ia tontonnya. Tidak itu tidak akan pernah terjadi. Runi menggeleng gelengkan kepalanya sambil terus mengikuti ayahnya sesekali ia bersembunyi di balik tembok rumah orang lain, takut terlihat oleh ayahnya, lalu melanjukan keingin tahuannya.

Tunggu. Kali, ini Runi mendengar ayahnya berbicara dan itu suara cewek. Runi yakin itu. Ia mengintipnya dibalik tembok dan benar saja ayahnya sedang berbincang dengan seorang cewek dan Runi tidak mengetahui siapa cewek itu, sebelumnya pun dia tidak pernah melihat ayahnya bersama cewek lain, pikiran Runi sudah berkeliaran ia terlihat begitu gelisah, ia tak tahu harus gimana. Mereka terlihat begitu akrab seperti sudah lama saling mengenal, lalu ayah Runi masuk ke dalam mobil cewek itu dan ayahnya yang mengengendarai mobil cewek itu. Runi berniat ingin menghentikannya, tapi mobil itu sudah melaju dan Runi tidak mungkin menggikutinya, Ia memilih untuk pergi ke rumahnya, ibunya pasti sudah tidur.

"Ini ada yang gak beres, gue harus cari tahu," gumamnya, sambil terus berjalan, pikirannya kembali terbebani, tapi kali ini ia lebih terbebani dengan ayahnya, ia tidak akan pernah terima jika ayahnya harus selingkuh dengan cewek lain.

Ia masuk ke dalam rumahnya yang terlihat begitu sepi. Di rumah ia hanya tinggal bersama kedua orang tuanya tak punya adik maupun kakak ataupun pembantu. Ia pergi ke kamar orang tuanya, diambang pintu terlihat ibunya sedang tertidur begitu nyenyak, ia masuk lebih dalam dan menyelimuti ibunya, ia tahu ibunya kurang peduli terhadap hal-hal kecil yang dilakukan olehnya, tapi ia yakin tak ada ibu yang tak sayang pada anaknya, Runi melihatnya begitu lekat sampai ia tak bisa menahan air matanya, entahlah mengapa hari ini ia begitu lemah dengan terus menjatuhkan air matanya, buru-buru ia menghapusnya dan beranjak dari tempatnya, ia tak mau ibunya terbangun.

Runi membuka pintu kamarnya, ia berjalan menuju meja belajarnya, tangannya mengambil sesuatu dari meja itu lalu ia memutarnya. Ya, dia mengambil music box dan memutar lagu, itu adalah benda pemberian dari ibunya ketika ulang tahun yang ke 15. Sudah lama, tapi masih bisa digunakan dan masih bagus, karena ia menjaganya ia sangat menyayanginya. Ia pun berdiri ingin mengganti pakaiannya, tapi ketika ia ingin menaruh pakaiannya ke dalam pakaian kotor ia melihat ada noda di pakaiannya. Ia baru ingat bahwa dirinya sedang datang bulan dan apa ini? sambil membebeberkan bajunya, bocor? ia mulai berpikir.

"Motor Rino!" Runi setengah berteriak, lalu menutup mulutnya, takut membangunkan Ibunya.

###

Runi pergi ke sekolah lebih awal, ia harus membersihkan noda dan bau anyir di motor Rino, ia akan sangat malu jika Rino mengetahuinya. Ia menunggu di pingir gerbang sekolah, Rino tak kunjung terlihat membuatnya sedikit kesal. Tapi, tak lama ia melihat Rino dari jauh sedang mengendarai motornya menuju gerbang sekolah buru-buru ia membelakangi dan menutup wajah dengan rambutnya agar tidak terlihat oleh Rino. Rino sudah masuk ke parkiran dan tengah memarkirkan motornya, Runi terus memperhatikannya
dan memastikan bahwa Rino tidak melihatnya.

Rino menyimpan helmnya dan ia membenarkan rambutnya sambil mengaca, dan bergaya. Dasar narsis pekik Runi yang melihat itu sambil bergidik ngeri.

Rino pergi meninggalkan motornya. Runi memastikan kembali bahwa Rino sudah benar-benar masuk ke dalam sekolah. Runi pun berjalan mendekati motor Rino sambil melihat sekelilingnya, banyak pasang mata yang melihatnya aneh dan saling berbisik. Bodo amat dengan mereka, ia harus tetap membersihkannya, ia kembali menjadi seperti seorang mata-mata, hatinya benar-benar tak karuan jika tiba-tiba Rino ada di depannya. Runi mengeluarkan beberapa tissue basah dari tasnya, ia kaget ketika melihat nodanya yang terlihat besar.

"Ish Runi, lo ceroboh banget sih,"  kekehnya kesal, sambil mengusap beberapa kali dengan tangannya lalu di ciumnya.

"Uuuwooo," Runi seperti ingin muntah mencium baunya. Bau anyir yang sangat menyengat. Ia menjauhkan tangannya.

"Lo kan punya tissue ngapain pake tangan Runi, dasar bodoh," ia memaki dirinya sendiri, sambil mengelap tangannya yang kotor dan bau itu, lalu ia mengelap jok motor Rino dengan keras memakai tissue basah sampai nodanya sudah benar-benar tidak terlihat dan tidak tercium bau. Ia tersenyum lega karena joknya sudah terlihat bersih.

"Runi? Lo lagi ngapain di situ?" tanya Rino tiba-tiba yang membuat Runi kaget sendiri melihat keberadaan Rino yang ada di hadapannya, Rino berjalan mendekatinya membuat Runi semakin deg-degan takut jika Rino akan marah. Otaknya tengah berpikir mencari alasan.

"Ini tadi lagi cari ikat rambut. Ya tadi jatuh disini," sambil membungkuk pura-pura mencari ikat rambut, sambil menyembunyikan tissue basah ditangannya.

"Run tahu gak, pas gue udah anterin lo pulang, sepanjang jalan gue nyium bau anyir. Merinding banget gue, mana jalanan sepi," curhatnya. Runi hanya menelan ludahnya, ia hanya tersenyum kaku tak tahu harus bicara apa.

"Ah iya rumah gue kan ngelewatin kuburan," jawabnya sambil tersenyum kaku.

Rino merasa sangat aneh dengan gelagat Runi yang hanya berdiri kaku di hadapannya.

"Ouh iya, takut gue. Takut ada yang ngikutin." Rino berjalan mendekati motornya ia hanya ingin membawa minuman untuk dirinya di bagasi motornya dan kebetulan ia bertemu Runi ingin memberikannya juga.

"Eh Run-" belum sempat menyelesaikan perkataannya, Runi sudah lebih dulu memotongnya.

"Gue duluan bel udah bunyi," sanggah Runi ia takut jika Rino akan menanyakan sesuatu yang lain kepada dirinya membuat ia menghindarinya. Rino yang melihat kepergian Runi hanya menggeleng tak mengerti padahal, bel belum berbunyi masih lima menit lagi, dasar aneh.

Rino pun berjalan menuju kelasnya tak sengaja ia melihat Tira berjalan berdua dengan Radit membuat hatinya terbakar, melihat mereka begitu asik mengobrol. Pagi-pagi sudah melihat pemandangan yang buruk, dia hanya berdiri kuat menahan tubuh dan hatinya, tanpa mengalihkan pandangannya, dadanya kembali terasa sakit. Ia memang belum sepenuhnya bisa melupakan Tira apalagi jika setiap hari Tira terus bermain dipikirannya dan ia harus melihat wajahnya, bagaimana bisa ia melupakannnya dengan mudah?

"Ternyata melupakan gak semudah yang gue bayangkan. Arghhhh," Ia tampak begitu kesal, sambil mengacak-ngacak rambutnya frustrasi. Rino membalikan tubuhnya berniat untuk mencari jalan lain, tapi, bruk. Tubuhnya beradu bersama seseorang membuat mereka terjatuh ke lantai, ia memegangi jidatnya yang terasa sangat sakit, Rino melihat siapa yang menabraknya.

"Lo?! ngapain si lo ada di belakang gue?" ujarnya keras, pada cowok yang ada di depannya sambil sama-sama berdiri. Dia adalah Reno teman sebangkunya Rino, mereka sering disebut kembar selain namanya yang hampir mirip tingkah lakunya pun sama, hanya saja wajah Rino lebih unggul.

"Lo yang ngapain, bukannya masuk kelas malah puter balik," heran Reno.

Rino menyolot. "Terserah gue lah."

"Pagi-pagi udah sensi, yaudah yuk masuk," ajak Reno sambil berjalan ke depan tapi, langkah Reno berhenti ketika melihat Tira berjalan kearahnya bersama Radit dan Rino malah menghindarinya ia melongo.

"Lo-" Reno berbalik ke belakang menatap Rino. Belum sempat meneruskan kalimatnya, lengannya sudah di tarik maju oleh Rino berjalan menjauhi Tira yang ada di belakangnya.

"Hai Ren!" sapa Tira pada Reno sambil melambaikan tangannya, tanpa balasan dari Reno, karena sudah di tarik paksa oleh Rino, ia mengetahuinya percis dia adalah Rino selain selalu bersama Reno ia juga tahu rambut dan gerak-geriknya. Wajar, karena setahun lebih itu waktu yang cukup lama untuk dia mengenal segalanya.

Rino menyeret jauh Reno sampai Tira tidak melihanya lagi, ia hanya ingin menjauh dan melupakan dirinya.

"LO PUTUS?" tanya Reno setengah kaget sambil berteriak, ketika Rino berhenti tepat di dinggir pintu WC.

"Jangan keras-keras, bego!"

"Siapa yang mutusin? kenapa lo gak cerita?" tanyanya tak paham, sambil tetap dalam posisinya berdiri.

"Menurut lo? itu penting?" kesal Rino, mengapa Reno harus bertanya hal yang tidak penting.

"Terus kenapa dia bisa sama Radit? sementra, lo?" tanyanya begitu penasaran, kenapa mereka bisa sampai putus, padahal sudah satu tahun lebih mereka berpacaran.

Memang ya, hubungan apapun tidak akan menjamin selamanya, sekali pun sudah menikah tetap bisa berpisah, kecuali kalau gak berhubungan.

"Dia selingkuh."

"APA? LO DI SELINGKUHIN?" teriak Reno histeris lagi, membuat Rino membungkam mulutnya.

"Sekali lagi lo teriak gue bunuh lo!" ancam Rino sangat kesal dengan Reno yang tidak bisa mengkontrol volume suaranya, membuat ia membungkam mulutnya. Reno melepaskan tangan Rino dari mulutnya.

"Tangan lo bau!" jujur Reno membuat Rino gelagapan.

"Enak aja, mulut lo tuh yang bau," sambil mengosok-gosok tangan ke celananya.

"Heh denger, semua orang juga bakal tahu kali, kalo lo putus dan lo tenang aja, reputasi lo gak bakal hancur kok," jelasnya bangga yang malah mendapat jitakan dari temannya itu. Benar-benar gila. Reno malah sempatnya memikirkan reputasi Rino, padahal cowok itu sendiri tidak peduli dengan reputasinya.

"Ini bukan soal reputasi dodol," amuk Rino.

"Dodol garut enak kali ya?" Reno malah melantur menanggapinya membuat Reno menggeleng sambil pergi.

"Udahlah gila, kalo gue ngomong sama lo," ucap Rino sambil meninggalkan Reno, ia berjalan lebih dulu untuk pergi ke kelasnya di susul Reno yang membuntutinya.

"Anjim ya lo," sahutnya tak terima.

"Astagfirullah lo berdosa banget ya Ren."

"So suci lo!" Reno malah makin marah membuat Rino tertawa dibuatnya.

"Gue emang terlahir suci, jadi jangan syirik gitu dong."

"Parah menurut lo, gue gak terlahir suci gitu? gila!"

"Pagi-pagi jangan buat dosa ya beb."

"Efek putus! geli gue dengernya. Merinding," timpalnya berlebihan sambil memperlihatkan tangannya yang merinding Rino hanya tertawa. Mereka memang sangat akrab karena sudah sejak duduk di bangku Sekolah Dasar mereka saling mengenal sampai sekarang SMA dan duduk sebangku lagi, Mereka seperti permen karet. Sangat lengket.

###

Setelah jam pelajaran pertama selesai, bel berbunyi kini saatnya kantin ramai dengan orang-orang yang kelaparan, Runi yang melihat itu malas untuk pergi ke kantin. Ia malah pergi ke purpustakaan untuk membaca buku, Runi mulai berjalan menyusuri koridor sambil membawa buku ditangannya, tidak sengaja ia berpapasan dengan Rino ia berjalan biasa saja tanpa melihatnya, sampai Rino bertanya membuat langkahnya terhenti.

"Runi, lo mau kemana?"

"Perpus," ucapnya singkat lalu kembali berjalan.

"Sombong amat, lo tunggu bentar!" ia menyuruh Runi untuk menunggu, sementara dirinya pergi begitu saja, membuat Runi bingung. Ia tak mau menunggu lagi takut jika kejadian kemarin harus terulang lagi, ia berjalan menuju pintu perpus dan masuk ke dalam lalu duduk di tempat yang kosong.

Rino kembali, tapi ia tak melihat Runi di sana tanpa berpikir panjang Rino langsung masuk ke dalam perpus dan mencari keberadaan Runi yang tak susah mencarinya, karena dia pasti duduk sendiri tanpa orang lain di sekelilingnya.

"Lo kenapa ga nunggu gue sih, gue bilang kan tunggu sebentar!" ucapnya setengah kesal sambil duduk di depannya, ia menaruh minuman di sebelah tempat duduknya.

"Gue gak mau ya nunggu-nunggu lagi," jawabnya pelan-pelan, karena di perpus di larang berisik.

"Lah kenapa?" tanyanya aneh. Kejadian kemarin membuat mereka menjadi lebih akrab dan dekat, karena memang sebelumnya pun mereka sudah saling kenal hanya saja belum terlalu dekat.

"Kemarin gue nunggu si brengsek hampir 3 jam lebih."

"Gila kuat banget lo."

"Iya sampai hampir gila."

"Iya tahu kok yang akhirnya mau pulang, gara-gara si ganteng," ucapnya penuh dramatis.

"Idih narsis banget sih lo," Rino tertawa mendengarnya. "Lo ngapain sih disini? biasanya juga main basket," geram Runi sambil tetap dengan novel ditangannya.

"Lo suka merhatiin gue ya?" tuduh Rino senang, karena ada yang mempehatikan dirinya.

"Ngaklah ngapain gue merhatiin lo gak berpaedah banget tahu." ngeles Runi, tanpa melihat Rino. Tatapannya masih pada buku tanpa ia alihkan.

"Itu buktinya lo tahu gue suka main basket."

"Diam, jan brisik, sana pergi! jangan ngaggu gue!"

"Bener-bener ya mood lo ancur banget, baru juga tadi lo baik, sekarang malah nyuruh gue pergi. Tapi, tenang aja gue bawa ini buat lo." Rino menyodorkan minuman yang diambil dibagasi motornya tadi. Ia ingin memberikannya sejak pagi-pagi, tapi Runi malah pergi duluan.

"Lo niat banget sih, tapi sayangnya gue gak suka goodmood," ujar Runi sambil menyodorkan kembali minuman yang Rino berikan. Rino mengambil kembali minumannya dan meminumnya sendirian.

Tanpa sengaja Tira melewati mereka dan melihat mereka sedang berbincang, membuat hatinya tidak enak, Tira pun berhenti dan bertanya, "dia? pacar lo?" tunjuk Tira tiba-tiba pada Runi, matanya terlihat kesal melihat mereka akrab.

Runi meliriknya tak peduli sambil terus membaca novelnya, tidak penting, ia hanya  menggelengkan kepalanya sebagai respon pertanyaan Tira. "Buk-" Rino langsung membekam mulut Runi yang hendak mengatakan 'bukan' membuat cewek itu tidak bisa berbicara.

"Kalo iya kenapa? lo cemburu?" Runi melotot. Apa maksudnya coba? Rino mengucapkannya dengan suara lantang, membuat Runi kaget dan mencoba melepaskan bekamannya tapi, sangat susah.

"Ngak kok," jawab Tira datar, terlihat dari wajah Tira ia masih sangat mengharapkan Rino dan entah kenapa ia begitu tak suka melihat Rino bersama Runi.

"Bagus dong, karena lo gak ada lagi hak buat cemburu." Rino bersikap begitu agar dirinya bisa melepaskan Tira sepenuh hati.

"Gue malah bersyukur, lo dapat pengganti yang lebih buruk dari gue," ujar Tira membuat Rino dan Runi saling bertatapan tajam, membuat Rino melepaskan bekamannya pelan-pelan dan Runi bergegas pergi dari tempat itu, ia mengambil semua buku yang ada di mejanya lalu pergi begitu saja, ia malas jika harus berdebat, lebih baik pergi.

Apa-apaan ini, kenapa jadi dirinya yang diumpat? tanya Runi pada dirinya sendiri, membuatnya kesal dan berniat untuk pergi ke kelasnya saja.

"Lo yang buruk!" ucap Rino tak terima mendengar Tira menjelekan Runi, yang jelas-jelas Runi sama sekali tak bersalah. Rino pergi meninggalkan Tira dan menyusul Runi. Sementara, Tira hanya termatung melihat kepergian keduanya sambil tangannya dikepalkan kuat menadakan kebencian. Tira begitu kesal mendengar perkataan Rino yang mengatainya buruk dan malah mengejar Runi.

Rino mencekal tangan Runi dari belakang dan menariknya pergi menuju taman belakang, Runi terus memberontak tapi, Rino tak mempedulikannya.

"Apaan sih lo!" kesal Runi sambil melepaskannya kasar. Mereka sudah sampai di taman belakang yang sepi jarang ada orang.

"Run kita harus jadi teman dekat, lo harus bantu gue lupain Tira," ujar Rino sedikit memohon tapi terkesan memaksa.

"Kenapa harus gue?" tanyanya melotot, tak mengerti. "Gue bukan pakar cinta kali," lanjutnya nyolot.

"Gue gak punya teman cewek, dan Tira tahunya lo."

Runi sedikit bingung otaknya mulai mencerna kata-kata Rino. "Maksud lo usaha untuk lupain dia, gue harus jadi pacar lo?" tanyanya ternga-nga kaget.

Rino mengangguk, "Iya cuma pura-pura kok."

"Iya maksud gue pura-pura,"  lanjutnya merasa malu, karena mungkin Rino akan mengira dirinya ke pedean.

"Jadi gimna? lo harus mau ya?"

"Gak mau! Gue gak mau!" Runi menolaknya dengan keras.

"Plis Run lo harus mau! gue bakal turutin apa yang lo mau."

"Gue mau, gue gak terlibat dalam urusan percintaan lo."

"Kecuali itu!"

"Apa sih tujuan lo ngelakuin ini?"

"Gue cuma mau dia ngerasaain sakit yang gue rasain."

"Lo balas dendam?"

"Gue cuma ngasih pelajaran biar dia sadar, hati cowok gak bisa seenaknya dia injak, dan dia harus tahu bahwa dihati gue udah gak ada lagi sedikit pun rasa," ujarnya penuh keseriusan.

"Lo jangan maksain diri, kalo lo masih suka ya kejar. Kalo gini gue sama aja jadi pelampiasan, dan gue gak mau!" Runi bukan cewek bodoh yang harus merasakan pelampiasan untuk ke dua kalinya.

Rino mencoba menjelaskan agar Runi tidak salah paham. "Gue gak parnah terbayang buat jadiin lo pelampiasan Run, gue cuma mau, hilangin Tira dari pikiran gue mungkin dengan ini gue bi-" Runi memotong omongan Rino yang serius itu.

"Tapi, gak gini caranya. Gue gak mau jadi pelampiasan untuk yang ke dua kalinya, maaf Rin," tuturnya pelan sambil pergi begitu saja meninggalkan Rino. Ia begitu kecewa pada Rino

"Run lo salah paham," teriak Rino tak lagi mengejarnya dan membiarkan Runi pergi.

Gimana? jangan lupa voment ya...
Terimakasih semuanya....

Continue Reading

You'll Also Like

250K 23.7K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
1.1M 43.2K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
480K 52.7K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
567K 22K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...