Hei, Baby boy - yeonbin

By cairaxa

383K 37.2K 12.3K

Yeonjun tidak pernah tahu kalau bermain dengan seorang pembangkang dan keras kepala seperti Soobin, jauh lebi... More

prolog
1. Got Him
2. A Deal
3. Rules
4. Mine
5. Teasing
6. Yeonjun's office
8. Fuck You
9. Penthouse
10. Club
11. First punishment
12. Bussiness trip
13. Kai
14. Welcome back, Yeonjun
15. The New One
16. Straight
17. Ramai
18. The Older's house
19. The Party
20. I Know I Love You
21. Noona
22. Second punishment

7. Daddy

24.2K 1.8K 684
By cairaxa

Warn!

⚠️⚠️⚠️

Happy reading!

***

Si manis mengetuk dagunya beberapa kali sembari memilih milih menu yang tersedia.

Kantin ternyata ada digedung yang berbeda dengan gedung utama, walaupun masih bersebelahan. Dan kebetulan sekali, ia melewati resepsionis yang sebelumnya terlibat pertengkaran dengannya.

Bisa Soobin lihat resepsionis itu menatapnya tajam tapi saat Soobin menoleh ke arahnya, wanita itu tiba tiba menunduk memberi hormat. Hah. Payah sekali.

Soobin memutar bola matanya. Ia mempercepat langkah kakinya melewati resepsionis itu. Soobin yakin dibalik posisi menunduknya, wanita itu pasti sedang menyumpahinya. Dan ia paling malas berurusan dengan orang seperti itu.

Kembali pada kegiatannya memilih menu. Dikarenakan sekarang cuaca sedang dingin, Soobin memilih nasi panas dengan bulgogi (karena Yeonjun sedang membutuhkan energi), sundubu jigae, kimchi, udang yang ditepungi dengan saus diatasnya, salad sayur dan lima buah cheese stick sebagai kudapan.

Untuk pembayarannya? Tentu saja menggunakan kartu kredit milik Yeonjun. Soobin tidak akan mau membayar makanan Yeonjun walaupun tadi ia yang memaksa ingin membelikannya.

Yah, biarkan Soobin dan pemikirannya itu.

Si manis menerima nampan pesanannya dan memberikan kartu kredit milik Yeonjun kepada bibi penjaga kantin yang justru malah membulatkan kedua matanya ketika memegang kartu kredit berwarna hitam itu.

"I-ini.....milik tuan muda Choi?"

Keningnya berkerut saat ditanya seperti itu. Kenapa ahjumma penjaga kantin bisa tahu? "Oh? Maksudnya Yeonjun? Ya. Itu miliknya. Maaf tapi bisakah—"

"Kami tidak bisa menerimanya dan tolong batalkan pesanan anda, tuan"

Kedua netranya membulat ketika mendengar bibi penjaga kantin itu berkata demikian. "Kenapa?"

"Maaf, tuan. Tapi kami tidak bisa menerima bentuk pembayaran apapun dari tuan muda Choi. Ia sendiri yang memintanya dan juga, kami sudah menyediakan paket makanan khusus untuk tuan muda Choi setiap harinya, ya walaupun beberapa hari ini ia tidak pernah memerintah kami untuk mengantarkan makanannya" bisa Soobin lihat raut ketakutan diakhir kalimat wanita berusia sekitar empat puluh tahun itu.

"Beberapa hari? Berapa hari tepatnya?" si manis bertanya dengan alis yang menukik tajam. Si bodoh Choi itu benar benar.

"Kalau tidak salah, sudah dua hari dan ini hari ketiga ia tidak memesan makanan"

"Kami mohon tuan, jika tuan muda memang memesan makanan biarkan kami yang bekerja. Kami sudah cukup ketakutan karena ia tidak memesan makanan selama dua hari ini dan kami takut jika itu dikarenakan kerja kami yang kurang memuaskan. Tolong pengertiannya, tuan" lanjut ahjumma itu bahkan ia sampai membungkukkan badannya dihadapan Soobin.

Soobin menghembuskan nafasnya kasar. Sebenarnya bagaimana bajingan itu menjalankan perusahaan sampai membuat pegawainya ketakutan seperti ini?

"Saya jamin semua ini akan baik baik saja, ahjumma. Jadi—"

"Maaf, tapi kami tidak bi—"

"Berikan saja"

Keduanya menoleh kearah sumber suara yang menginterupsi.

Sekertaris pribadi orang yang menjadi topik pembicaraan mereka, Hwang Hyunjin, tiba tiba datang dan menyuruh bibi penjaga kantin untuk membiarkan saja apa yang dilakukan Soobin.

"Ta-tapi tuan—"

"Ini akan baik baik saja. Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan" Hyunjin menunjuk Soobin menggunakan lirikan matanya ketika mengatakan 'dia'.

Ahjumma itu masih terlihat ragu tapi kemudian menerima kartu kredit milik Yeonjun dan menyelesaikan urusan Soobin disana. Keduanya pun berjalan beriringan keluar dari kantin dan Soobin kembali membuka pembicaraan.

"Terima kasih, Hyunjin-ssi" Soobin sedikit membungkukkan tubuhnya tapi kemudian keningnya kembali mengerut bingung ketika Hyunjin malah memandangnya dari atas hingga kebawah.

"Apa ada yang salah?"

Hyunjin menggeleng. "Tidak. Hanya saja, aku heran Yeonjun tidak langsung menyerangmu saat kalian bertemu tadi. Kalian tadi bertemu diruangan Yeonjun kan?"

"Memangnya.....kenapa?"

Kekehan keluar dari mulut orang berjas abu itu. Ia memasukkan kedua lengannya kedalam saku celana dan berkata, "Kau tahu, tampilanmu sekarang ini tipe Yeonjun sekali. Kemeja oversize dengan celana bahan yang benar benar membentuk tubuh bagian bawahmu. Polos tapi menggoda. Kau mengerti maksudku kan?"

Yang tentu saja langsung diprotes oleh si manis. Enak saja. Celananya ini tidak ketat, tau! "Maaf, Hyunjin-ssi. Tapi celana bahanku longgar dan aku sama sekali tidak berniat untuk menggoda majikanmu itu"

Hyunjin menggendikan bahu acuh. "Aku lebih percaya dengan kenyataan didepanku. Terlihat jelas karena celana bahanmu yang ketat itu" Jeda sebentar hanya untuk sebuah lirikan nakal menuju kedua bongkahan ditubuh bawah bagian belakang Soobin yang disusul oleh siulan genit diakhirnya. "Bulat dan berisi, ya"

"Jika bosan, kau bisa bermain denganku, manis. Yeonjun tidak akan keberatan jika berbagi mainannya denganku sekali sekali"

What—seriously?!

Hah. Soobin menyesal karena pernah repot repot menjaga sikapnya dihadapan orang sejenis Yeonjun ini—bajingan.

"Kau tahu, aku menyesal pernah merasa segan dan menghormati bajingan sepertimu"

"Woah. Kau—"

"Shut up, you dumbass. Pembicaraan selesai"

Dan Hyunjin hanya bisa menggeleng tak percaya saat Soobin benar benar berjalan menjauh meninggalkannya.

'Yeonjun, mainan barumu hebat, ya'

***

BRAK!

"Bisakah kau membuka pintu dengan sedikit manusiawi, baby?"

Yang ditanya hanya memutar bola matanya malas dan melanjutkan langkah mendekati Yeonjun.

Soobin menaruh nampan berisi makanan hasil pesanannya didepan yang lebih tua dan langsung berujar, "Aku yang memilih menu dan juga membayarnya. Jadi, jangan memarahi bibi penjaga kantin karena ini adalah ulahku, Yeonjun"

Yeonjun hanya menganggukkan kepalanya dan bersiap untuk makan. "Tenang saja, sayang. Aku sudah mengizinkanmu, bukan? Aku tidak akan melanggar perkataanku sendiri"

Dan Soobin bisa bernafas lega karenanya. Ia benar benar takut Yeonjun akan memarahi atau bahkan sampai memecat bibi penjaga kantin itu. Bahkan ia berencana melayani Yeonjun semalaman jika itu bisa membuat yang lebih tua tidak melakukan apapun pada ahjumma tadi. Soobin benar benar bersyukur karena ia tidak perlu melakukan apapun.

"Kau tidak menemukan makanan selama berapa hari, tuan Choi?"

Yeonjun menatap Soobin yang baru saja bertanya dengan nada sarkastik padanya. Apa karena cara makannya yang terkesan terburu-buru? Well. Tapi Yeonjun benar benar lapar sekarang. "Memangnya penting?"

"Sebenarnya tidak. Bahkan jika kau berniat bunuh diri dengan cara membuat dirimu kelaparan, aku tidak peduli. Tapi jangan membuat pegawaimu ketakutan karena kelakuanmu itu, Yeonjun"

"Memangnya kenapa? Itu sudah menjadi hukum alam jika bawahan akan merasa takut pada atasannya"

"Tapi Yeonjun, tidak sebegitunya juga. Setahuku, tuan Choi adalah orang yang baik. Bagaimana pendapatnya nanti jika kelakuanmu pada pegawai seperti ini, Yeonjun. Terlebih lagi, ahjumma itu umurnya pasti tidak jauh dari ibumu. Akan seperti apa reaksi ibumu jika tau putranya seperti ini?"

"Mencampuri urusan pekerjaan bukanlah hal yang aku izinkan diperjanjian kita"

"Tapi—"

Grep!

Soobin meringis saat pergelangan tangannya tiba tiba dicengkeram dengan kuat oleh yang lebih tua. Ia menatap Yeonjun tapi sekarang ini, orang didepannya bukanlah Yeonjun yang ia kenal.

"Watch your word, Choi Soobin. Its none of your business"

Soobin menahan tangan Yeonjun yang semakin kuat mencengkram lenganya. Yeonjun menyeramkan. Ditambah rasa sakit dari lengannya yang dicengkeram kuat membuat kedua netranya mulai berkaca kaca. "I-I'm sorry. Sorry, Yeonjun. T-that's hurt hiks"

Suara isakan Soobin bagaikan petir yang menyambarnya, membuat Yeonjun kembali pada kenyataan dan melepaskan cekalannya, mendapati manisnya menunduk takut dengan tangan yang mengusap matanya kasar.

Yeonjun menyenderkan tubuh pada kursinya dan mengacak rambutnya kasar. Sial. Dia kelepasan.

Dengan cepat, Yeonjun bangkit dari duduknya, menghampiri Soobin yang masih menunduk takut dan mengangkat tubuh bongsor itu, mendudukkan tubuh mereka berdua ke atas sofa diruangannya ini dengan Soobin yang duduk dipangkuannya.

Yeonjun memeluk yang lebih muda erat dengan tangan yang mengusap punggungnya, berharap bisa sedikit menenangkannya. "Aku membuatmu takut, hm?"

Soobin masih diam. Jujur, dia shock karena ini pertama kalinya dia melihat Yeonjun semarah ini. Bahkan saat Soobin berperilaku kurang ajar dan banyak mengumpatinya, paling mentok Yeonjun hanya memutar matanya saja.

"Hei" Yeonjun mengelus lembut pipi yang lebih muda, menangkupnya dan mengarahkan agar mata itu kembali menatapnya. "Answer me?"

"Kau menyeramkan. Aku membencimu"

Yeonjun tersenyum senang. Dengan Soobin yang kembali berucap seperti itu, ia bisa menyimpulkan jika Soobin sudah lumayan tenang sekarang.

"Yeah i know. Sorry for that. Aku.....kelepasan. Maaf. Tapi aku benar-benar tidak suka jika ada yang menyinggung urusan keluargaku. Terutama ibuku. So, don't talk about that again. Okay?"

Soobin mengangguk mengerti. Ya. Bagaimana pun juga, ia hanyalah orang asing yang lewat dikehidupan Yeonjun karena kontrak sugar mereka. Ia tidak boleh melangkah masuk lebih dalam kedalam kehidupan pria didepannya ini.

Setelahnya, mereka hanya memandang satu sama lain selama beberapa saat sebelum Yeonjun memutus pandangan mereka dengan mengecup pipi gembil Soobin sekilas.

"I really really miss you, Soobin. Kau tidak tahu seberapa besar usahaku menahan diri untuk tidak menyerangmu saat pertama kali kau datang tadi hingga sekarang. You look so cute but hot too in this outfit. I like it"

Soobin menganggukkan kepalanya mengerti, "Jadi, yang diucapkan bajingan nomor dua itu benar ya" dan ucapannya membuat kening Yeonjun berkerut bingung.

"Bajingan nomor dua?"

"Ya. Hwang Hyunjin. Karena gelar bajingan nomor satu tetap dipegang olehmu"

"Woah. Aku tidak terima ini. Dia lebih bajingan dariku, asal kau tahu. Hyunjin sudah memiliki kekasih tapi ia masih sering menyewa one night stand di club malam. Bukankah dia lebih parah?"

"Menurutku, kau tetaplah orang terbajingan yang pernah kutemui"

Yeonjun kembali terkekeh pelan. Ia menaruh kepalanya diperpotongan leher yang lebih muda, memberikan kecupan ringan dileher yang sudah kembali mulus tanpa bercak merah disana.

"Am I that bad to you?"

"Yes you are"

Kecupan Yeonjun naik ke dagu hingga kemudian berhenti didepan bibir tipis yang lebih muda. Yeonjun mengubah kecupannya menjadi sebuah ciuman panas dengan tangan yang menahan tengkuk Soobin dan sebelahnya lagi memeluk pinggangnya erat.

Ciuman Yeonjun kembali turun ke leher saat merasa Soobin mulai kehabisan nafas. Tangannya mulai membuka kancing kemeja si manis satu persatu tapi pada kancing ke empat, tangan Soobin menahannya. "Y-yeonjun, kau belum menyelesaikan makananmu"

Dengan cepat Yeonjun menyingkirkan lengan yang lebih muda dan melanjutkan acara buka-membuka nya. "Itu bisa ditunda untuk nanti. Aku jauh lebih menginginkanmu sekarang. I miss you so bad, baby"

"T-tapi bagaimana jika ada orang yang masuk kesini?"

Yeonjun terkekeh sebentar, ia mengusap pipi gembil yang lebih muda dan mengecupnya sekilas. "Apa menurutmu ada orang lain yang berani membuka pintu ruanganku tanpa izin selain kau, Soobin?"

Bisa Yeonjun lihat laki laki dipangkuannya itu berjengit sebentar. "I-itu, aku—hmmph!"

Yeonjun kembali menyatukan kedua belah bibir mereka dan tangannya tetap bergerak melucuti satu persatu pakaian si submissive hingga yang menggantung ditubuhnya hanyalah kemeja oversize yang sudah terbuka semua kancingnya.

Ciuman Yeonjun turun kebawah, membuat beberapa tanda di dada si manis juga bermain dengan dua tonjolan kecil disana. Yeonjun mencium, menjilat juga menggigit kecil kedua tonjolan itu bergantian. Disaat mulutnya bekerja dengan salah satunya, maka tangannya akan merayap naik dan memberikan pelayanan yang sama dengan mencubit lembut juga sesekali memilinnya.

Soobin sendiri mengigit bibir bawahnya saat ciuman Yeonjun mulai turun ke dadanya dan ia semakin mencengkram pundak Yeonjun saat sang dominant mulai bermain dengan salah satu titik sensitifnya disana, berusaha agar tidak mengeluarkan suara desahan apapun mengingat mereka sedang berada dikantor sekarang.

Choi Yeonjun, kau benar benar tidak tahu tempat.

"Kenapa tidak bersuara, hm? Aku merindukan desahanmu" Yeonjun mendongak menatap Soobin yang masih menggigit bibir bawahnya.

"Ki-kita dikantor, Yeonjun. Bagaimana jika ada yang mendengarku?"

Yeonjun menganggukkan kepalanya. Ia mengusap pinggang ramping itu sekilas sebelum berujar meyakinkan. "Kau bisa menjerit sepuasnya, sayang. Ruanganku kedap suara"

"Woah. Kau benar benar sudah mempersiapkannya"

Yeonjun menggendikan bahunya sekilas. "Begitulah. Jangan kecewa, tapi ini bukan pertama kalinya aku melakukan itu dikantor"

"As expected. Such an asshole"

"Kata umpatanmu bertambah"

"Kau ingin aku mengucapkan semua umpatanku padamu sekaligus?"

Yeonjun kembali terkekeh. Setelahnya, ia kembali mendaratkan ciuman dileher, bahu dan dada si manis. Kali ini, Yeonjun tersenyum senang disela kegiatannya karena sekarang, Soobin memeluk kepalanya dengan jari tangan yang menyelinap dan meremat rambutnya sensual. Jangan lupakan tentang suaranya yang terdengar bagai melodi indah ditelinga Yeonjun.

"U-ugh. Nnnh Yeonjun...."

Yeonjun menaikkan tubuhnya. Ia mencium sekilas bibir tipis berwarna merah muda itu dan menatap lurus manik jernih yang lebih muda. "Call me Daddy. Got it?"

"Yes, Daddy"

Yeonjun mengangguk senang. "Baiklah. Sekarang," Yeonjun mengangkat sebelah tangannya, memposisikan dua jarinya didepan mulut yang lebih muda dan berujar, "Suck it"

Dan memangnya, apa yang bisa Soobin lakukan selain menurutinya?

Soobin memegang pergelangan tangan Yeonjun dan mulai memasukan jari telunjuk dan jari tengah milik Daddynya itu kedalam mulutnya. Ia membasahi kedua jari itu menggunakan liurnya, menghisapnya juga menggodanya dengan lidah yang ikut bermain, memutari kedua jari itu bergantian. Jangan lupakan tatapan sayunya yang memandang Yeonjun intens.

"Kau sangat pintar menggodaku, baby. Well. Thats enough" Yeonjun mencabut kedua jarinya dan dengan segera, mengusap pusat tubuh yang lebih muda sekilas sebelum melesakkan kedua jarinya masuk sekaligus.

"Akh! Ahh nghh Yeonjun"

PLAK!

"AKH!"

Kali ini, Soobin menjerit ketika pantatnya ditampar keras secara tiba tiba.

"What did you say, baby boy?"

Sial. Dia lupa. "D-daddy. I said Daddy. Sorry"

"Untuk sekarang, aku memakluminya. Tapi untuk selanjutnya, jangan harap"

"Yes, Daddy"

Yeonjun kembali menggerakan tangannya didalam sana, sesekali membuat gerakan menggunting agar jalan masuknya nanti sedikit lebih mudah. Sembari menciumi leher Soobin, Yeonjun menggeram rendah karena Soobin benar benar mencengkram jarinya didalam sana. Yeonjun ingin sekali langsung menerkamnya. Tapi, Soobin memerlukan pemanasan karena terakhir kali mereka bercinta sekitar seminggu yang lalu, tepat pada pertemuan pertama mereka.

"D-daddy, you're hard"

"More than hard, baby. Dia benar benar tidak sabar untuk berada didalammu"

"T-then just fuck me now. I'm ready. I'm already that wet, Daddy"

"Tapi—"

"Daddy, fuck me!"

Huh. Si tidak sabaran.

Yeonjun menghembuskan nafasnya berat. Soobin yang sudah berada di mode ini memang sulit untuk ditolak. Terlebih lagi, disaat permintaannya justru sangat menguntungkan untuk Yeonjun. Padahal ia sedang berbaik hati karena tau Soobin akan merasa kesakitan jika ia langsung memasukkannya tanpa pemanasan.

Yeonjun mengecup bibir tipis itu sekilas, "As your wish, baby" dan dengan itu, Yeonjun mengeluarkan kebanggaannya dari dalam celana kerjanya. Ia menaruh kedua tangannya dipaha yang lebih muda, mengangkat tubuh itu sementara Soobin beralih memeluknya dan memposisikan pusat tubuh Soobin diatas miliknya yang sudah menegang sempurna.

Yeonjun mulai menurunkan tubuh Soobin perlahan, beriringan dengan miliknya yang mulai memasuki tubuh yang lebih muda. Bisa ia rasakan Soobin semakin memeluk tubuhnya erat kala milik Yeonjun yang sangat besar mulai memasukinya.

"Akh! Ugh..."

Yeonjun mendongak sebentar, memperhatikan ekspresi Soobin kalau kalau si manisnya itu belum siap. Tapi seakan mengerti, Soobin langsung berujar, "I-I'm fine. Lanjutkan, Daddy" setelahnya, Yeonjun benar benar melanjutkannya hingga keduanya menyatu dengan sempurna.

Yeonjun memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya. Seperti terakhir kali mereka melakukannya, Soobin benar benar mencengkram miliknya didalam sana.

Netranya perlahan terbuka dan disuguhkan pemandangan Soobin yang sedang mendongak dengan mulut terbuka—menikmati penyatuan mereka dan kemeja oversizenya sudah tersingkap, mengekspos daerah bahu, punggung dan juga lengan atasnya tapi kemeja itu masih tetap menggantung ditubuhnya yang mana menjadi poin plus agar membuatnya terlihat lebih menggoda.

Diam beberapa saat dan setelahnya, Soobin mulai menaik turunkan tubuhnya perlahan. Sesekali ia juga memutar pinggulnya, mencari sensasi lain yang sekiranya bisa ia rasakan.

"Uhh Daddy, you're so big. Eumh I like it"

"Of course I'm, sweety"

Yang awalnya perlahan, ritme permainan mereka semakin cepat bahkan kedua tangan Yeonjun sudah bertengger di pipi kedua bongkahan bulat submissivenya, membantu Soobin menaik turunkan tubuhnya. Bahkan Soobin mulai menintikan air matanya karena rasa nikmat yang mengalir ke seluruh tubuhnya.

Sayang sekali dering ponsel Yeonjun yang disimpan diatas meja harus mengganggu acara mereka.

"D-daddy, there's a call"

"Abaikan saja" Yeonjun hendak kembali melanjutkan kegiatannya saat Soobin justru menahannya.

"No. Siapa tau itu penting, Daddy"

Yeonjun menghembuskan nafasnya. Ayolah. Nafsunya sudah diubun ubun sekarang dan orang yang Soobin sebut bajingan nomor dua itu malah mengganggunya.

Ya. Yeonjun mengkhususkan dering telefon Hyunjin agar memudahkannya jika ada keadaan darurat yang membuat Hyunjin langsung menelfon menuju ponsel pribadinya. Selain itu, mempermudah Yeonjun juga untuk langsung memaki sepupunya itu jika dia menelfon diwaktu yang tidak tepat, seperti sekarang ini.

"Fine. But keep moving"

"T-tapi—"

"Keep moving, I said"

Soobin menelan salivanya susah payah tapi ia menurutinya, kembali menaik turunkan tubuhnya dengan memeluk leher Yeonjun sebagai tumpuan.

Yeonjun mengambil ponselnya dengan sebelah tangan sementara sebelah tangannya masih berada di pantat bulat Soobin, meremasnya sekali sekali.

Bip

"Ada apa? Cepat katakan"

"Woah, chill dude. Kenapa terburu buru? Aku hanya mengingatkan lima belas menit lagi kau ada rapat dan setelah rapatnya selesai—"

"Handle semua"

"Apa?! Yeonjun, kita sudah membicarakan in—"

"Ahh ahh! Daddy hiks nghh t-too deep ahh! Mmmh"

"Y-yeonjun, kau—"

"Sudah jelas, bukan? Aku akan memberimu bonus dua kali lipat untuk hari ini"

Bip

Yeonjun melemparkan ponselnya ke pojok sofa dan kembali memfokuskan dirinya pada Soobin, menyatukan kembali kedua belah bibir mereka sembari mencari kenikmatan satu sama lain.

Diruangannya, Hyunjin menatap ponselnya dengan tatapan kosong. Setelahnya ia mengumpati sepupunya itu dengan segala macam umpatan yang ia ketahui.

"Choi Yeonjun sialan!"
.

TBC


YO BROUWWWW

AKHIRNYA AING UP LAGI WOEEE ㅠㅠ

Btw untuk adegan nc, aku pembawaan nya emang implisit dengan rasa eksplisit (?) biar gak vulgar tapi adegannya masih tetep jelas gitu ehe.

Dan semoga kalian bacanya nyaman nyaman aja (WALAUPUN AING ENTAH KENAPA JADI MALU SENDIRI WAKTU NGETIK ㅠㅠ)

But still, hope u like it ✨

Jangan lupa votment dan makasih udah mampir! 🙏🏻

Salam,

Cai

Continue Reading

You'll Also Like

99.8K 8.4K 83
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
190K 29.5K 54
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
365K 38.3K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
28.5K 2.7K 18
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...