Terka Karin

By FahryanTony

47 2 0

Petualangan jejak sajak karin More

Buku Catatan Vino
Andi dan Riri
Pemuja Rahasia Sinta
ClassMeeting
Pentas Seni
Keterungkapan

Perkenalan

17 1 0
By FahryanTony

Hari ini, hari pertamaku masuk kelas XI semester 1. Tepat nya di kelas XIC jurusan IPA. Sejujurnya aku lebih tertarik dengan sastra, puisi, sajak, cerpen, dan hal hal yang berkaitan dengan itu. Tapi keinginan orang tuaku untuk menjadikanku dokter kelak mengharuskanku masuk di jurusan ini.

Tak ada yang berkesan di hari pertama, seperti di hari biasa saat perkenalan kelas, aku maju untuk memperkenalkan diri ke depan kelas. Ya, memang bukan hanya sekali, pekerjaan orangtuaku sebagai anggota pemerintahan dalam bidang riset energi dan sumber daya, mengharuskan nya untuk melakukan pekerjaan berpindah pindah provinsi. Karena aku hanya tinggal dengan ibuku, maka mengikuti nya bukanlah sebuah pilihan, namun keharusan.

Semenjak SD, aku telah 4 kali pindah sekolah. Saat kenaikan kelas 5 di semarang, Smp kelas 8 di jambi, SMA semester 2 di Bandung, dan terakhir hari ini di SMA 73 Jakarta Timur.

Dan seperti perkenalan biasanya yang aku katakan tadi, saat jam pertama di mulai, seorang ibu Paruh baya menyuruhku berdiri untuk memperkenalkan nama dan asal sekolahku sebelum nya, yang ternyata baru ku ketahui ibu tersebut adalah ibu Tiwi seorang guru bahasa indonesia. "Selamat pagi anak anak, sebelum ibu memulai, seperti yang bisa kalian lihat, ada yang agak berbeda di kelas kita hari ini ya?" bu Tiwi berkata. Kemudian teman di sebelahku menyolek dan berkata,

"Sana kamu siap-siap karin". Memang sebelum nya aku telah berkenalan dengan nya, ia bernama Riana.

"Ayo dipersilahkan untuk siswi baru untuk memperkenalkan diri kepada teman-teman yang lain nya" kemudian bu Tiwi melanjutkan.

Agak sedikit malu, tapi aku langsung beranjak maju ke depan kelas lalu segera memperkenalkan diri, dengan sedikit bermodal senyum palsu,

"Selamat pagi teman teman semua, perkenalkan nama sama Karina Adelia, kalian bisa panggil saya karin, saya pindahan dari SMA 110 kota Bandung, salam kenal".

"Karin, kamu ini selain cantik, juga salah satu murid berprestasi ya, karangan cerpen kamu tahun lalu masuk peringkat 2 lomba karya sastra anak bangsa tingkat provinsi. Kalau kamu punya karya karya lain, jangan sungkan untuk diskusi dengan ibu ya, pasti ibu dukung. selamat bergabung di sekolah ini, dan buat teman-teman yang lain tolong terima dengan baik ya!" tiba-tiba bu Tiwi memotong penjelasan ku.

Lalu seorang cowok dari belakang berkata memecah keheningan

"Iya bu Tiwi, akan ku jaga dengan sepenuh hati" dan diikuti suara serentak dari seluruh kelas

"Eeaaaa.".

"Malu-maluin aja kamu Nik", teman sebangku nya berkata sambil mendorong kepala Niko, orang yang tadi berbicara. bu Tiwi melanjutkan perintah nya

Setelah semua kembali tenang, aku kembali ke tempat duduk ku yang berada di baris kedua dari depan, pojok kiri dekat jendela, sebangku dengan Riana.

Seperti aktifitas kelas pada umumnya, tidak ada yang begitu spesial dari dua pelajaran awal hingga waktu istirahat tiba. Sebenarnya aku bukan tipe orang nya suka keluar kelas, tapi kalau aku terus menyendiri hanya memperlambat proses pengenalan ku dengan teman yang lain saja, walaupun kenyataan nya aku juga tidak begitu peduli, tapi terkadang tetap membutuhkan teman lain karena sistem pembelajaran yang kadang memaksa harus berinteraksi secara kelompok, ya setidaknya itu yang aku pelajari dari hasil sering nya aku berpindah pindah sekolah. menjadi terlalu pendiam malah akan menyulitkan ku, jadi untuk mempercepat proses perkenalan, tak ada pilihan lain selain berpura-pura membaur saja.

Bel istirahat baru saja berbunyi, Riana yang sejak tadi sudah menunggu, langsung menarik ku untuk di ajak nya ke kantin untuk membeli minuman dingin, karena memang hari ini terasa lebih panas dari hari hari biasa nya. Saat di tengah perjalanan ke kantin, dari depan koridor ruang kelas sebelah, 2 orang wanita memanggil Riana yang kemudian kedua juga menyapa ku untuk berkenalan. Yang pertama badan nya cukup tinggi untuk ukuran wanita pada umumnya, cantik, tapi kulit nya agak gelap, namanya Putri yang satu lagi agak berisi, juga lumayan tinggi, namanya Keisha, dia juga cantik.

Kalu di lihat lihat sepertinya mereka ini termasuk siswi populer di sekolah ini, benar saja selama perjalanan ku sampai di kantin banyak sekali pria yang menyapa atau hanya sekedar melirik memperhatikan. Tapi terus terang aku merasa tidak nyaman, lebih suka ketenangan.

Setalah sampai di kantin, kami memesan minuman dingin dan beberapa cemilan, kemudian kami melalukan obrolan khas cewek SMA seperti biasanya membahas cowok dan gosip gosip nya. Hingga tak terasa jam masuk telah tiba dan aku bersama Riana kembali masuk kelas.

Dua minggu berlalu, seperti sudah setahun aku melewati nya, semua daya dan upaya ku maksimalkan untuk tahap awal pengenalan ini supaya proses adaptasi ku cepat selesai dan aku bisa bebas kembali menjadi diriku lagi, setidaknya aku sudah mengenali hampir setengah kelas teman ku, pergaulan ku dengan Riana dan teman teman populer nya pun sudah aku kurangi, sekarang aku lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan membaca buku filsafat atau novel novel misteri kesukaan ku.

Hari ini hari sabtu, karena aku belum memiliki aktifitas ekskul maka aku bisa libur di rumah, saat aku di bandung aku lebih sering menghabiskan waktu menyendiri di taman di temani buku catatan ku, kadang sampai malam. Karena aku baru satu bulan pindah di Jakarta, aku belum begitu tau tempat yang bagus untuk melakukan hobi ku itu. Jadi ku putuskan hari ini untuk berkeliling di sekitar perumahan ku.

Karena malas, aku minta tolong pak Rudi saja, supir Mama, untuk mengantar ku mencari tempat bagus di sekitar sini, kebetulan dia sedang di rumah, Mamah sedang rapat di luar kota jadi pak Rudi hanya standby di rumah. Setelah 1 jam berkeliling, ada sebuah taman di pinggiran kota, di dekat taman nya ada danau kecil, di tengah danau ada gundukan tanah yang tumbuh pohon cukup besar, batang nya sebagian terjulur sampai ke permukaan air, di pinggiran danau ada banyak bunga yang baru mekar, semua terlihat rapih terjaga oleh pagar besi pendek yang sebagian sudah berkarat, di sela sela nya ada dudukan penyangga lampu taman di dasar pagar, semua lampu mengarah ke tengah pohon di tengah danau.

Rumput di sekitar tampak baru saja di pangkas, tempat duduk seperti batang pohon terbelah banyak menghiasi sudut sudut taman. Ada beberapa muda mudi juga sedang terlihat akrab bercengkrama. Dalam bayangan malam di pikiran ku, pasti sangat indah dan tenang. Lokasi nya pun tak jauh dari halte Busway. Sepertinya ini tempat yang tepat untuk ku menghabiskan waktu.

Setalah cukup yakin dengan lokasi nya, aku mengajak pak Rudi kembali pulang, dan ternyata lokasi nya hanya berjarak 15 menit dari rumah ku. Juga tak begitu jauh dari sekolah ku.

Namun karena nanti malam adalah malam minggu, maka aku lebih memilih di rumah saja, karena kalau tetap memaksakan ke taman, sudah bisa di pastikan suasana pasti lebih ramai, dan aku tidak suka.

Keseokan malam nya aku pergi ke taman itu, benar saja suasana indah, tenang, dan langsung menjadi spot favorit ku untuk membunuh waktu senggang ku. Tapi malam begitu gelap hari ini, padahal mood ku sedang baik, jadilah ku ikut terbawa sampai tak terasa waktu berlalu dan kembali lahir puisi ku malam itu.


~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hai gelap

Kemana temanmu? 

 Juga tak tampak meski ku pandang jauh 

 Apakah kalian sedang beradu?

Cerita padaku 

 Hitam mu tak seperti biasa nya 

Sunyi sepi bahkan awan tak berkawan 

 Hitam mu tak seperti selayaknya 

 Kelam arang tak semurung wajah mu saat ini

Atau mungkin kau sedang sakit? 

 Atau hanya sedang bersiap untuk bangkit?

Apapun itu 

 Aku percaya kau mampu 

 Karena kau adalah sebaik baiknya teman ku 

 Karena kau adalah aku

~~~~~~~~~~~~~~~~


Hari berganti, senin datang, minggu ini adalah minggu yang cukup padat, sekolahku sedang melakukan proses pemilihan pengurus OSIS yang baru. Ada yang berbeda dari pemilihan OSIS yang pernah aku alami dulu semasa bersekolah di bandung, meskipun proses pengenalan nya sama, pada saat selesai upacara, kepala sekolah memberi sambutan dan membuka proses "kampanye" para calon ketua OSIS, setelah itu masing2 kandidat memperkenalkan diri dan menjabatkan masing masing program kerja nya, ada 1 kandidat yang sangat menonjol, namanya Rendy, seingatku dia teman satu kelas ku, orang nya memang tinggi, keren, atletis. Dan yang paling membedakan aura positif nya sangat terasa, dari cara penyampaian nya yang begitu percaya diri, juga semua tata bahasa dan penyampaian nya tersusun rapih layaknya anggota partai politik yang sedang berorasi.

Data yang di bawa dan di sampaikan terasa begitu lengkap dan nyata. Di bandingkan dengan lawan nya, ini seperti sudah bisa melihat melihat pemenang nya tanpa perlu pertarungan. Entah hanya sekedar penilaian ku saja yang mungkin karena terhasut ketampanan nya atau memang dia yang benar memiliki aura pemenang.

Upacara telah selesai, hari ini semua jadwal pelajaran sampai jam istirahat di kosongkan, waktu nya diberikan untuk para calon anggota kepengurusan osis yang baru ber kampanye. Dan benar adanya ketika kelompok Rendy kembali melakukan pengenalan program kerja nya, semua tampak begitu tersusun, dan aku baru teringat sesuatu, ya karena ibu ku salah satu anggota pemerintahan, aku jadi tau sedikit banyak nya mengenai strategi politik, karena di beberapa waktu, ibu dan tim nya sering mengadakan rapat tertutup di rumah. Semua alur yang di lakukan Rendy tak begitu asing nampak nya. Dia menggunakan pendekatan penyampaian secara Ideological, dalam ilmu kampanye, berdasarkan orientasi nya, di bagi menjadi 3 jenis yaitu:

Product Oriented Campaign. Yang berkaitan dengan pengenalan produk atau sejenisnya. Yang kedua CAndidate-Oriented Campaign. Lebih menekankan pengenalan kandidat khususnya dalam konteks politik. Dan yang terakhir Ideological or Cause Oriented Campaign. Yang lebih menjelaskan tentang penyampaian mengenai alasan tujuan atau dasar pemikiran. Dia menyadari bahwa dirinya sudah tidak perlu melakukan CAndidate-Oriented Campaign karena tentu saja sudah memiliki dasar perawakan yang menarik dan percaya diri, jadi dia hanya perlu memaksimalkan program kampanye nya dengan cara Ideological or Cause Oriented Campaign, dan dalam konteks pemilihan OSIS yang lebih menekankan ideologi anak muda, dia benar dapat mesuk ke dalam pemikiran tiap siswa dan berhasil meyakinkan.

Intinya, bahkan aku yang baru menyadari ilmu ini sudah lama ada jni, tapi dia kepikiran dan berhasil untuk menerapkan nya ke dalam strategi pengenalan program kerja nya.

Dengan aura ketampanan nya, dia tak banyak menjelaskan, hanya point penting. Lebih banyak menanggapi pertanyaan dan masukan dari banyak teman nya, bahkan terlihat teman teman yang tidak biasa bersuara pun ikut ambil bagian dalam penyampaian saran dan kritik. Rendy tidak ragu menanggapi meski saran tersebut terlihat masalah sepele. Seperti seorang yang meminta perbaikan fasilitas toilet yang di beberapa bilik nya mengalami keran bocor sampai ada juga yang memberikan saran untuk membuat ekskul yang anti mainstream, contoh nya ekskul klinik cinta.

Rendy dengan sigap menghampiri setiap anak untuk mencatat agar suasana tidak terasa terlalu formal dan setiap anak jadi berani untuk memberikan masukan masukan nya, setelah kembali ke depan kelas menghampiri tim nya, Rendy langsung memberikan tanggapan mengenai setiap masukan yang ada, semua di berikan secara detail rinci dan tentu nya berlogika, ternyata semua masukan yang tadi di sebutkan sudah di beri solusi oleh tim nya yang sejak tadi berada di depan.

Meskipun banyak yang diskusi, hampir setengah kelas memberi masukan, namun semua telah selesai di beri solusi. Semua benar benar tersusun dengan baik, tim mereka memang seperti telah di lahirkan untuk pencalonan osis ini saja, gumamku dalam benak.

Bahkan aku yang sejak awal tidak berharap banyak dengan sekolah ini, karena memang aku merasa kehidupan ku yang tidak begitu baik, jadi sedikit bersemangat. Tapi meski semua teknis yang digunakan Rendy tersebut tepat digunakan, aku tetap tidak mengerti bagaimana cara dia dan tim nya bisa sangat cepat menganalisa dan menjawab pertanyaan dari tiap siswa, seakan akan seperti sebelum nya dia telah membaca dan mengenal karakter semua murid saja.

Aku jadi penasaran menanti kebijakan apa yang kira kira akan di buat jika memang benar Rendy bisa menjadi ketua OSIS nanti ya. Dan Sebenarnya siapa sih Rendy ini, aku jadi ingin mengetahui latar belakang nya. Tapi sepertinya itu hanya akan memvuangwaktu luang ku saja. Jadi, biarkan saja lah.

Continue Reading