My Mysterious Dosgan : Dosen...

By NengKarisma

70.7K 6.2K 296

Seri Mental Disorder Story ke-1 (Afka & Aruna) ⚠️ Budayakan follow Author sebelum membaca ⚠️ πŸ€πŸ€ Aruna Green... More

Prolog
Kosan +62
Perkara Duit Kos
Malam Jum'at
Bakos = Bapak Kos
Badmood
Mr. Evill
Gembel Cinta
Menyebalkan
Dekat
Pacaran
Cupang
Keluarga Pacar
Ajakan Hangout
Cemburu
Stay With Me
Bertahan
Putus
Puncak Rasa Sakit
Mantan
Mantan (Lagi)
Cabe-Cabean
Menyelesaikan masalah
Bukan Sekedar Halusinasi
Ajakan Berkomitmen
Go Publick
Perkara Cincin
Suprise
Kecewa
Kegagalan
Tidak Baik-Baik Saja
Simpati
Melarikan diri
Faktanya
Sakit
Perhatian
Kesempatan kedua
Hamil
Visual
Memungut Restu
Sentuhan Akhir Cerita
VC
Janji Suci
Epilog
Penting Dibaca ⁉️

Bahagia

1K 98 1
By NengKarisma

Bahagia

"Definisi bahagia itu banyak maknanya. Yang paling populer iyalah saat kita merasa bahagia juga di sayangi dalam waktu bersamaan."-Aruna Greenidia Chemistiyani

****

"Ish, nanti basah bajunya mas!"

"Tidak apa apa, sudah pesan baju ganti."

"Itu namanya pemborosan, masa mau nikah buang buang uang."

"Itu bukan buang buang uang, cuma aku lupa bawa baju ganti. Tidak apa apa, sesekali membuang uang untuk hal sepele. Uangku tidak akan habis semudah itu Aruna."

"Ish, mulai deh sombongnya."

Ada senyuman tulus yang mengembang dibibirnya. "Itu namanya fakta, Runa."

Aku cemberut akan jawaban singkatnya tersebut. Hari ini dia mengajakku main ke pantai, kabur dari kepenatan persiapan pernikahan kami. Sudah dua hari, kami berada di Yogyakarta. Melanglagbuana berdua, layaknya pasangan kekasih pada umumnya.

Masa penjajakan yang bisa dibilang cukup unik ini, memang terbilang singkat. Tidak apa-apa singkat, walaupun begitu kami tahu definisi bahagia yang dapat kami raih.

Sambil menengteng papan seluncur kebangganya santai. Aku sempat bingung dengan jalan pemikiranya. Jauh-jauh dari ibu kota, ia sempat membawa papa selancar yang katanya legendaris. Sedangkan baju ganti, tak sesetel pun ia sempat membawanya.

Siang ini, kami singgah di salah satu pantai eksotis di Yogyakarta. Tempat yang juga bisa di gunakan untuk spot olahraga air yang ekstream seperti seluncur.

"Mas bawa baju renang juga?"
Kagetku.

"Hm."

"Tapi baju ganti lupa?" Timpalku lagi.

"Kayaknya mas sengaja mau buang buang uang deh? Kita sebentar lagi nikah loh mas, masa uangnya dihambur-hamburin." Paparku, mengutarakan segala pemikiranku.

"Jangan marah, saya bawa baju ganti. Rumah mamah juga ada yang dekat daerah ini."

"Hah?"

"Dekat Malioboro, di sana ada rumah mamah."

"Maksudnya? Kok aku gak tahu?"

"Kamu saja yang tidak bertanya."
Dia berlalu setelah mencubit ujung hidungku.

"Memangnya calon mertuaku punya rumah berapa?" Bingungku.

🏡🏡🏡

Deburan ombak yang tinggi terlihat siap menggulung apapun yang di terjangnya. Riak ombak begitu kentara, saat beberpa kali menyentuh kaki telanjangku. Sedangkan Afka, asik dengan buayan ombak tinggi yang seakan akan meningkatkan hormon adrenalinya. Sesekali aku terpekik histeris, saat dia hampir ditelan ombak.

Sungguh, ombak besar yang beberapa kali menerjangnya terasa menakutkan. Beberapa kali pula, Afka jatuh tercebur kedalam air saat ia hilang keseimbangan. Tapi kegagalan tidak menyurutkan niatnya.
Sisi lain dari dirinya yang menyukai adrenalin tinggi tampak mendominasi.

Afka berulang kali jatuh, dan kembali menaiki papan seluncur kebangganya. Saat sedang asik berseluncur diantara ombak, aku mengabadikan momen langka tersebut lewat bidikan kamera yang kami bawa. Dia tampak serius sekali berdiri di atas papan seluncurnya.

Nampak indah bersamaan, saat tawanya mengudara di tengah tengah aktivitasnya. Kelihatan manly, saat beberapa kali ia meliuk liukan papan seluncurnya dengan indah diantara ombak.

Afka memang tidak pamer tubuh beroti sobek yang menggiurkan. Hanya saja, pesona juga kharismanya yang kuat membuat mata sulit untuk terpejam barang sejenak saja.
Ia terlalu sayang untuk di lewatkan, tiap jengkal aktivitasnya diantara air.

Ckrakk

Aku lagi lagi memotretnya dari belakang. Saat dia menyadarinya, aku hanya tersenyum simpul sambil mengangkat tangan membentuk v- ✌.

"Untuk apa?"

Seulas senyuman nampak muncul diantara bibirku.

"Kenang-kenangan. Kirain mas gak bisa selancar."

"Kamu meremehkan saya?"

"Iya, tadi sih. Sebelum lihat seberapa jagonya mas meliuk-liuk di atas sana." Tunjukku pada ombak yang masih bergelung.

"Jadi, sekarang saya sudah tidak diremehkan lagi?"

Dengan antusias aku menggeleng. Sambil menyodorkan sebotol air mineral, aku berujar.

"Enggak, mas jago pake banget."

Aku tidak bohong, bahkan banyak mata yang memuja kekasih hatiku ini dengan decak kagum. Sebagian mereka mungkin juga iri, karena pria tampan ini adalah kekasihku. Ah, aku merasa speechless sendiri jika mengingatnya.

Dalam sekali tenggak, ia menghabiskan setengah dari air mineral pemberianku.

"Haus banget ya, kenapa enggak sekalian menyelam sambil minum air pas selancar tadi mas?"

Dia mengembalikan botol minumnya kepadaku. "Buat apa, nanti kekasih saya gak ada gunanya udah beli minum capek capek.

Sambil tersenyum tipis aku mencubit lenganya yang berbalut baju renang.

"Dasar, gombal terus bisanya."

"Saya berkata jujur, buat apa gombal." Timpalnya.

"Lagi pula, air laut itu asin. Air minum yang kamu bawa rasanya jauh lebih baik, kayak ada manis manisnya."

Suara tawaku mengudara, membuat beberapa orang bertanya tanya.
"Ups, maaf. Habisnya, mas lucu banget."

"Ululuu, pacal ciapa cih ini?"
Lagakku, khas bocah kecil.

"Nama pacar saya Aruna, sebentar lagi kita menikah. Do'akan saja, supaya pernikahanya tidak diundur mbak." Tawaku semakin menjadi jadi.

Dengan cepat Afka memeluk tubuh mungilku, dengan keadaan tubuhnya yang masih basah. Buliran air asin masih nampak berjatuhan dari rambut hitamnya.

"Ketawanya lepas sekali?" Ujarnya.

Aku menjeda sejenak, mencoba menghirup udara sebanyak banyaknya. Fakta jika tengah tertawa kamu tidak bernafas, apa benar adanya? Tapi intinya dipeluk èrat saat tertawa lepas seperti tadi, membuatku sulit bernafas.

"Karena aku bahagia."

"Aruna hari ini bahagia, pake banget mas." Aku bisa merasakan pergerakan dagu diujung kepalaku.

Dia tersenyum, dengan apa yang barusan aku katakan. Memang benar, definisi bahagia itu berbeda beda bagi tiap individu yang menjalaninya. Termasuk diriku, yang nyatanya menemukan kebahagiaan dari definisi bahagia itu sederhana. Memang benar, bahagia itu sederhana. Tergantung, bagaimana kita menyikapi dan menanggapinya.

"Kita pulang."

"Kok pulang?!" Protesku, sambil melepaskan pelukanya.

"Bajumu?"

"Kenapa dengan bajuku mas?"
Tanyaku sambil mengikuti arah pandanganya.

"Astagfirullah!"

Dengan sigap, aku langsung menyilangkan tanganku di dada. Dapat kupastikan, wajahku pasti sudah semerah kepiting rebus saat ini. Bagaimana tidak, bajuku yang berwarna putih basah hingga tembus ke dalam. Memperlihatkan dalaman yang kupakai. Demi apapun aku malu sekali saat berada di situasi seperti ini. Dalamanku nyeplak jelas, karena kaos yang aku kenakan basah.

"Mas ih, makanya jangan peluk peluk sembarangan. Jadi basahkan?" Ketusku kesal.

"Iya, maaf. Kamu basah, makanya saya tanggung jawab tadi."

"Ish, tetep aja aku malu mas."

"Malu, kenapa? Kamu tidak melakukan hal mamalukan, kenapa harus malu?"

"Ish, mas kok gak peka sih! Masa pacar sendiri dilihatin banyak cowok diem aja?" Sengitku.

"Makanya, tadi saya lakukan itu."

"Melakukan apa?"

Kami menoleh serempak, menatap asal suara serempak tersebut.

"Melakukan apa nduk? Kalian tidak melakukan hal hal melanggar aturan agamakan nduk?" Sergah ibuku--salah satu diantara mereka.

"Jangan jangan kalian melakukan itu, karena terlanjut basah dan terbawa suasana ya?" Lanjut suara berikutnya, please deh kakak.

"Melakukan itu apaan sih, basah kenapa?" Sela adikku.

"Ohh, Arinda tahu. Pasti bahas tentang masalah yang tadi sore itu ya?" Papar Adikku--Arinda.

"Yang mbak pulang basah kuyup sambil digendong mas Afka 'kan?" Aku mengangguk antusias.

"Iya, yang itu maksudnya." Sanggahku. "Iya 'kan mas?"

Dengan santainya, Afka mengangguk santai.

"Iya bu, bajunya Runa terlanjur basah karena meluk saya. Dia terlalu antusias katanya."

Whatt??

"Oalah, kiraih basah basah apa begitu? Taunya kok, basah beneran."
Ibu tersenyum maklum, sambil menghidangkan cemilan yang di bawanya untuk Afka.

"Kirain, nyoblos duluan. Padahalkan belum halal, tahan dulu aja, ya."
Goda kakakku yang langsung dihadiahi gelak tawa.

Suasana rumah kembali menghangat, apalagi saat kedatangan Ayah dan suami mbak Arini. Semua berbincang bincang sambil menyantap cemilan yang sudah ibu buat.

Topik pernikahan yang akan di langsungkan bulan depan, adalah yang paling utama. Rencananya, akad nikah dan resepsi akan disatukan dalam satu hari yang sama. Persiapan sudah berjalan hampir 80%. Dibantu oleh Arez, juga Doyyeng, Cika dan Ajun tentunya. Aku selalu berharap yang terbaik, untuk hari baik kami tentunya.

***

TBC

Selamat pagi readers🖑🖑
Hari ini double update yo😄😄
OK, jangan lupa tinggalkan jejaknya yo.
Maaf jika typo masih bertebaran🙏











Sukabumi 10 Agust 2020
Revisi 09 Januari 2020🖑🖑

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 225K 126
"Dek, mau jadi pacar Abang gak?"
143K 8.7K 29
Menikah dengan seseorang yang berbeda usia bukanlah hal yang mudah. Apalagi, bagi seorang gadis berusia 19 tahun yang masih sering melibatkan orang t...
3.5M 253K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
2.4M 108K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...