My Mysterious Dosgan : Dosen...

By NengKarisma

68K 6.1K 295

Seri Mental Disorder Story ke-1 (Afka & Aruna) ⚠️ Budayakan follow Author sebelum membaca ⚠️ πŸ€πŸ€ Aruna Green... More

Prolog
Kosan +62
Perkara Duit Kos
Malam Jum'at
Bakos = Bapak Kos
Badmood
Mr. Evill
Gembel Cinta
Menyebalkan
Dekat
Pacaran
Cupang
Keluarga Pacar
Ajakan Hangout
Cemburu
Stay With Me
Bertahan
Putus
Puncak Rasa Sakit
Mantan
Mantan (Lagi)
Cabe-Cabean
Menyelesaikan masalah
Bukan Sekedar Halusinasi
Ajakan Berkomitmen
Go Publick
Bahagia
Suprise
Kecewa
Kegagalan
Tidak Baik-Baik Saja
Simpati
Melarikan diri
Faktanya
Sakit
Perhatian
Kesempatan kedua
Hamil
Visual
Memungut Restu
Sentuhan Akhir Cerita
VC
Janji Suci
Epilog
Penting Dibaca ⁉️

Perkara Cincin

1K 111 7
By NengKarisma

Perkara Cincin

"Ada masanya manusia merasa bahagia. Mungkin ini saatnya bahagia, maka nikmatilah!"-Aruna Greenidia Chemistriyani

🏡🏡🏡

"Gimana, udah rapih belum Doyy?"
Tanyaku gugup.

"Lo udah nanya itu lebih dari dua ratus kali Na!"

"Sorry, gugup guys."

Sambil menatap pantulan diriku di cermin, aku membenarkan blazer merah yang aku kenakan hari ini. Hari spesial yang aku tunggu tunggu selama empat tahun aku mengeluti bangku kuliah.

"Udah cantik Aruna, mau ngapain lagi sih lo?"

"Gue gugup Cik!" Jujurku.

Sumpah demi apapun, aku gugup sekali hari ini. Padahal dari kemarin, Afka sudah mewanti-wanti agar tidak gugup. Hari ini sidang skripsi akan dilaksanakan. Ada sekitar empat dosen yang akan menjadi pembicara di dalam sana.

Raut kecemasan juga nampak terlihat dari beberapa peserta sidang lainya. Harapan kami cuma satu pastinya, mendapatkan nilai sempurna agar dapat meraih kata Lulus, dari apa yang telah kami kerjakan di akhir semester pembelajaran ini. Kecuali Doyyeng dan Cika, keduanya terlihat B aja sambil bermain ponsel.

"Lo gak gugup Doyy?"

"Sans aja, mending main PUBG."
Ujarnya santai, sambil memaikan handphonenya.

"Lo Cik?"

"Gugup, cuman orderan seblak emak gue lagi banyak. Jadi gue lagi nge-handle orderan dulu."

"Sejak kapan emak lo jualan seblak Cik?"

"Baru kemaren kemarin ini, soalnya nyokap lagi suka masak makanan pedes. Katanya lagi peluang juga, 'kan banyak peminatnya."

"Ohh." Jawabku santai.

"Jun, jun. Gimana di dalem tadi?"
Ajun yang baru saja datang dari lorong kampus, terlihat menghela nafasnya sejenak.

"Puyeng pokoknya, pertanyaanya bikin mumed." Jawabnya.

"Gue pergi dulu ya, mau ke toilet nih."

"Oh, ok."

Kecemasan kembali melanda diriku. Sepertinya, rasa cemas itu semakin membesar seiring dekatnya waktu persidangan.

"ARUNA GREENIDIA CHEMISTRIYANI."

Deg

Itu namaku bukan sih??

"Gak usah teriak teriak juga Not, kami gak tuli." Sinis Doyyeng kepada si pemilik suara--Junot.

"Na, giliran lo tuh."

"Hah?"

"Giloran luh zeyengg!" Ingatkat Doyyeng.

"Beneran? salah kali?"

"Gue belum budeg ya?" Kesal Doyyeng.

"Giliran lo, cantik."

Aku menggaruk pipi mulusku yang tiba-tiba terasa gatal. "Ya udah, gue masuk dulu ya. Do'ain gue biar lancar ya, sista."

"Udah sono, semongko sist!" Support Cika dan Doyyeng bersamaan.

Sambil mengangguk tipis, aku langsung berlalu menuju ruangan menakutkan tersebut.

Bismillah, semoga semuanya berjalan dengan lancar. Amiiin. Awas saja, jika Afka mempersulit langkahku untuk lulus nanti.

🏡🏡🏡

"Yang banyak makanya Sayang!"

"Iya tante, ini juga kok."

"Ayo, tante sengaja masak semua ini demi merayakan kelulusan kamu."
Aku tersenyum sambil mengangguk.

Iya, aku telah resmi lulus dengan nilai yang cukup sempurna menurutku. Sidang skripsi siang tadi berjalan dengan lancar. Afka juga bersifat profesional, layaknya dosen pada umumnya. Aku memang pernah bilang, jangan mempersulit jalanku atau mempermudahnya. Ketimbang mempermudah, aku lebih takut dia mempersulitnya.

Tapi alhamdulillahnya, dia bersikap profesional dan tidak semenakutkan itu setiap memberikan pertanyaan kepadaku.

"Makan, jangan melamun." Dengan sigap, Afka memindahkan daging dari pemanggangan ke piring miliku.

Dia memang pengertian dan peka ternyata. Hanya saja, caranya terkadang sulit dimengerti.

"Ayo makan yang banyak Na, habis ini gue traktir nonton sepuasnya."

Mataku berbinar senang, Arez paling tahu tahu tentang hobbyku selain Ajun.

"Nonton, kapan? boleh riquest judul 'kan?"

"Itu--"

"Habis ini kamu ada janji sama saya Aruna!" Sela Afka.

Janji apa, aku tidak ingat membuat janji dengan dia tuh. "Janji apa mas?"

"Nanti saya beritahu." Ujarnya sok misterious. Dih, janji apaan coba?

"Ekhem, ada yang baru resmi nih."
Celetuk Arez tiba-tiba.

Membuat buat semua mata beralih kepadanya. Tak terkejuali diriku sendiri, apaan coba fucekboy satu ini.

"Tuh, tuh. Berlian blue oceannya menyilaukan mata." Imbuhnya lagi, sambil menunjuk melalui dagunya.

Manik tante Anita tiba-tiba berbinar bahagia. Beliau langsung beranjak dari duduknya. Memelukku, lalu mencium kedua pipiku layaknya cipika-cipiki tante tante sosialita.

"Jadi kapan gelar resepsinya?" Semangatnya.

Aku menatap tante Anita tidak percaya, maksudnya?

"Setelah Aruna wisuda." Intruksi suara disampingku.

"Oalah, alhamdulillah. Niat baik memang harus disegerakan. Kalau ditunda-tunda, takutnya diambil orang." Timpal tante Anita.

Aku mengerti sekarang, ternyata tadi Arez memberikan intruksi lewat dagunya tentang cincin di jemariku. Cincin berhiaskan berlian biru cantik yang memang nampak simple, tetapi tak dapat menampik keindahanya.


Cincin cantik yang juga dihiasi permata putih disekelilingnya. Mungil memang, tetapi tetap mampu membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Benda pertama pemberian Afka, sekaligus simbol keseriusan hubungan kami kedepanya. Jika kita menikah setelah wisuda, berarti tidak sampai satu bulan lagi. Tapi, apa mungkin? Sedangkan tidak ada persiapan apapun yang aku lakukan.

Lantas, apakan janji itu akan terealisasikan sesuai niatan.

"Mas, soal cincin ini?" Aku memberanikan diri untuk bertanya, sepulang dari rumah Afka.

"Kenapa dengan cincinnya, kamu tidak suka?"

"Bukan?"

"Lalu, kenapa?"

"Hmm, apa benar kita nikah setelah aku wisuda?" Tanyaku ragu ragu.

"Itu sesuai syarat kamu."

Glek

Aku menelan ludahku susah payah, aku lupa fakta jika aku yang memberikan syarat itu.

"Hm, tapi--"

"Jika kamu belum siap, kita bisa undur tanggal pernikahanya."
Selanya.

Aku menggeleng mantap, semantap keputusan bulatku.

"K--kita jadi nikah setelah aku wisuda!" Ujarku dalam satu tarikan nafas.

Aku menoleh ke samping, menatap Afka takut-takut. Takut jika pria itu merasa aku ragu akan keputusanku sendiri. Tapi, dia malam melepaskan seatbelt yang di gunakanya. Beralih untuk membalas tatapanya, sebelum wajah tampanya mengikis jarak diantara kami.

Spontan aku menutup mata, Afka akan menciumku.

Cup

"Sesuai keinginanmu, my lady."

Dengan kesadaran penuh aku membuka mataku, sedetik setelah kalimat itu mengalun indah di telingaku. Didahului oleh sebuah kecupan singkat di keningku, terasa amat iñtim disana.

Aku mendongkrak, menatap ekapresinya saat ini. Afka tersenyum, senyuman bak malaikat malaikat dalam difilm film fiksi. Dengan senyuman manis mempesona yang membius miliknya, dia merengkuh tubuh mungilku. Dia sempat berkata satu hal, satu kalimat yang membuat hatiku terus berdegup kencang.

"Wo Ai ni, Aruna."

****

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejaknya
ya. Vote, komen, & share.
Maaf jika typo masih bertebaran🙏


Sukabumi 10 Agust 2020
Revisi 09 Januari 2020

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 142K 49
[SUDAH TERBIT] SEBAGIAN PART DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN~ Check ig @candybooks.official & @novely.young Bisa ngebayangin ngga punya dosen ga...
1.6M 53.5K 40
#1 -direkomendasikan . . . "Aku akan mencintai sampai akhir, berjuang hingga kau utuh menjadi milikku seorang, dan hanya aku wanita yang boleh mencin...
193K 5.7K 42
Senja Flisiya, seorang gadis yang menyukai hal yang berbau penerbangan. Bertemu dengan pilot tampan di bandara, namun dirinya sedang menunggu sahabat...
2.1M 171K 55
"Kamu harus menikah" Pandu Al-Izzan Adiyatama, dosen muda berbakat yang menikah dengan mahasiswinya. "Jangan percaya diri dan berbangga hati. Saya g...