My Mysterious Dosgan : Dosen...

By NengKarisma

68K 6.1K 295

Seri Mental Disorder Story ke-1 (Afka & Aruna) ⚠️ Budayakan follow Author sebelum membaca ⚠️ 🍀🍀 Aruna Green... More

Prolog
Kosan +62
Perkara Duit Kos
Malam Jum'at
Bakos = Bapak Kos
Badmood
Mr. Evill
Gembel Cinta
Menyebalkan
Dekat
Pacaran
Cupang
Keluarga Pacar
Ajakan Hangout
Cemburu
Stay With Me
Bertahan
Putus
Puncak Rasa Sakit
Mantan
Mantan (Lagi)
Cabe-Cabean
Menyelesaikan masalah
Bukan Sekedar Halusinasi
Go Publick
Perkara Cincin
Bahagia
Suprise
Kecewa
Kegagalan
Tidak Baik-Baik Saja
Simpati
Melarikan diri
Faktanya
Sakit
Perhatian
Kesempatan kedua
Hamil
Visual
Memungut Restu
Sentuhan Akhir Cerita
VC
Janji Suci
Epilog
Penting Dibaca ⁉️

Ajakan Berkomitmen

1.1K 121 16
By NengKarisma

Ajakan Berkomitmen

Tencu kepada MokhamadDecy, romlah233, FerZhaaaas, Sultanfimeng, Laras_aty
Yang selalu menyumbang vote buat 'MMB'
😙😙😙

🍒🍒🍒

"Gimana, udah lebih baikan?" Tanyaku.

"Hm."

"Mas nangisnya hidmat banget, bajuku sampai basah."

"Maaf."

Pria mungkin memiliki ego yang tinggi untuk mempertahankan harga diri dan martabatnya. Namun ketika hatinya rapuh dan luka, ia akan mudah memperlihatkanya jika itu dapat mengurangi etensi rasa sakitnya.

"Gak papa, yang penting mas enakan." Senyumku terbit diakhir kalimat.

Dia meraih kedua telapak tangaku. Membawanya keatas udara, lalu menatapku dalam. "Bantu saya Aruna."

"Bantu apa mas?"

"Ayo kita berkomitmen untuk bersama. Dengan ini, kamu bisa membantu saya mengatasi ketakutan yang saya alami."

Deg

Dia menawarkan sebuah ajakan yang cukup menggiurkan. Ragu untuk aku tolak, hanya saja masih ada yang mengganjal dihati.

"Saya sudah meminta kamu kepada orang tuamu. Mereka sepenuhnya memberikan keputusan itu kepadamu, jika itu yang kamu khawatirkan."

Dengan satu ungkapan ini aku mengerti jika dia tidak main-main dengan ucapanya. Buktinya, dia sudah terlebih dahulu mengatakan ini kepada orang tuaku. Tetapi tetap saja, masih ada setitik rasa janggal di hati.

"Mas yakin?"

"Karena itu kamu, maka saya sangat yakin, Aruna." Jawabnya mantap. "Tetapi saya tidak akan pernah memaksa kamu untuk itu, Aruna."
Ujarnya lagi.

"Mas mau menunggu?" Dia menatapku bingung. "Jika yang mas maksud berkomitmen dalam hubungan yang sah di mata agama dan hukum, mas harus menunggu hingga Aruna lulus?"

Seulas senyum terbit dibibir kissablenya yang tadi nampak turun segaris.

"Tentu saja, aku bisa menunggu. Selama itu, kita bisa menjalani masa penjajakan untuk kesekian kalinya."
Aku tertawa kecil diakhir kalimatnya.

Aku tahu dia itu hanya sosok yang masih butuh bantuan untuk mengarah ke jalan yang lebih benar. Terkadang, ia larut di masalalu yang membuatnya sulit untuk membuka jalan kemasa depan.

"Itu apa?"

"Kincir air."

"Untuk apa?"

"Untuk mengalirkan air irigasi ke persawahan."

"Um, saya baru lihat yang seperti itu."

"Ya iyalah, anak sultah mah beda. Yang kayak gitu, mana mas pernah lihat." Tawa renyahku mengudara diakhir kalimat.

Siang ini, aku mengajak Afka berjalan jalan di sekitar kampung. Besok pagi rencananya, kita akan kembali ke Ibu kota setelah aku menetap tiga hari di sini.

"Yuk duduk di sana mas." Ajakku, sambil meraih pergelangan tanganya.

Angin sepoy-sepoy terasa menyambut kami saat berteduh di bawah sini. Sebuah saung yang menghadap ke arah hamparan padi yang mulai menguning. Bergoyang layaknya mengikuti irama nyanyian angin yang syahdu.

"Dulu Una sering main di sana mas."
Tunjukku kepada sebuah selokan di ujung petak.

"Main apa?"

"Cari udang galah, sama belut."

"Untuk apa?"

"Di makan, kalau banyak ya dijual."
Ujar ku bernostalgia. "Terus nanti pulangnya main di sungai sampe sore, sampe di cariin ayah. Aku itu dulunya tomboy tau gak sih mas?"

Alisnya sedikit terangkat. "Tomboy?"

"Kenapa, ragu ya?"

"Hm."

"Iya kok, panggilanku aja Runo pas kecil. Soalnya, aku tuh sering main sama anak cowok. Main inilah, itulah, yang tentunya berbeda sama mainan anak cewek." Ungkapku sambil tersenyum tipis di akhir kalimat.

"Kalau mas sendiri gimana?" Tanyaku beralih.

"Hm, biasa saja." Datarnya.

"Biasa saja bagaimana nya mas? pasti ada secuil kenangan yang spesial 'kan?" Desakku.

Dia menoleh kerarahku sejenak, menatapku intens sebelum berujar.
"Dulu, waktu kecil hidup keluarga saya biasa saja. Layaknya kehidupan harmonis sebuah keluarga pada umumnya."

"Hanya saja, saat orang itu sibuk dengan pekerjaan dan perusahaan, kehidupan kami lebih terasa gamang. Saya, kakak, dan Arez juga sudah mulai dewasa. Mamah memilih membuka usaha restoranya kembali, langsung di kelola mandiri oleh beliau. Dari situlah, mungkin orang itu memiliki kebebasan untuk melakukan aksi bejadnya."

"Mungkin karena bosan dan kurang diperhatikan, orang itu mulai menjajal sensasi baru. Jajan sana sini, demi menuntaskan hasratnya. Hingga, sampai pada akhirnya ia jatuh hati kepada wanita yang notabene adalah calon menantunya sendiri."

Seberat itu, untuk mengucapkan nama ayahnya. Hingga setiap kali berkata, Afka hanya bisa menggantinya dengan kata 'orang itu'. Rasa sakit mendalam itu memang nyatanya masih tersimpan rapat didalam hatinya. Dan tugasku kini adalah menyembuhkan sisa-sisa trauma akibat luka di masalalu.

"Mas?"

"Kenapa?"

"Kita pulang besok pagi ya, soalnya malam ini Una mau ngajak mas jalan jalan. Boleh?"

Afka mengangguk mantap sebagai jawaban. Ok, tinggal eksekusi.

🏡🏡🏡

"Gimana mas, enak gak?"

Afka yang malam ini mengenakan sweeter navy itu mengangguk. Aku bisa melihat bibirnya tersenyum tipis. Di tangan kanannya ada kantong kresek transparan berisi jajanan pinggir jalan yang kita beli selama berjalan tadi. Membeli Surabi, lanting, cilok, cenil,
mendoan, getuk liñdri, hingga banyak jajanan kaki lima lainya. Rasanya, perutku begah saking banyaknya ngemil ngemil dari tadi.

Cuaca malam hari yang cerah, cocok sekali untuk berjalan jalan santai. Area Malioboro menjadi spot yang kami kunjungi malam ini. Àda banyak tempat yang menjual berbagai pernak pernik, buah tangan, pakaian, dan lain sebagainya.

"Aku senang deh, bisa lihat mas Afka senyum." Jujurku.

Aku memang bahagia, karena bisa membuatnya banyak tersenyum hari ini.

Pletak

"Aww, dipuji kok malah kdrt sih?"
Ketusku saat keningku terkena jelentikan maut jemarinya.

Cup

"Terima kasih."

Deg

Apa itu barusan? Kecupan singkat bertensi ribuan volt yang mengejutkan jantung? Jantung, oh jantung. You okay kan di dalam sana?

Aku saja bahkan masih shoked, saat tiba-tiba menerima kecupan singkat tersebut. Belum bangun dari keterkejutan, Afka sudah menarik tanganku dalam genggaman hangatnya.

Hm, rasanya dia menyalurkan kehangatan lewat sentuhan tersebut. Tuhan, mudah sekali hambamu ini jatuh cinta.

"Bagus ya mas, kita ambil fhoto yuk!"
Ajakku.


Dia hanya menggeleng tipis, tanpa melepaskan tautan tangan kami.

Selepas jalan-jalan di Malioboro, aku mengajaknya ke tempat ciamik lainya. Tebing Breksi namanya, tempat indah yang berada di Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Tempat yang wajib untuk dikunjungi jika singgah ke Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Ayo mas, buat kenang kenangan ih."
Rajukku.

Dia mengalah, menuruti permintaanku untuk mengabadikan momen ini lewat lensa kamera.

"Subhanallah, bagus." Antusias ku sambil membuka Instagram cepat cepat.

"Eh, aku upload fhoto ini gak papa 'kan mas?"

Dia menatapku sejenak, lalu meraih handphone milikku. "Begini, baru boleh."

Aku terpana sejenak, aku tadi memang menutupi wajah tampanya dengan emoji love. Tanpa aku duga, dia menyingkirkan emoji tersebut lalu mengunggahnya.

"Biarkan begitu, biar orang orang diluaran sana tahu kamu sudah tidak sendiri lagi."

Fffttt, ada yang sedang bertingkah possesive ternyata.

"Iya, mas ganteng." Ujar ku sambil tersenyum jail.

Ternyata hubungan ini kini terasa memiliki aura juga warna baru. Setidaknya, ada keyakinan besar untuk berharap jika hubungan ini akan berlanjut hingga ke jenjang berikutnya.

"Mas?"

"Iya, kenapa?"

"Hm, apa sekarang kita gak backstreet lagi?"

Afka menoleh kearahku, sepertinya aku salah bicara.

"Dari awal, saya tidak pernah mengusulkan untuk backstreet."

Aku tersenyum tipis, fix aku menjilat ludahku sendiri kini.

"Jadi, kita resmi balikan?" Aku menggigit bibirku kecil saking gugupnya.

Dia menyerngit, menatapku bingung. "Sejak kapan kita putus? Saya tidak pernah menyetujui permintaan kamu untuk putus."

"Dan ya, sekarang kita satu langkah lebih maju dari pada status pacaran, Aruna."

Senyumku mengembang. Lantas aku meraih lengannya untuk kuapit possesive.

"Ok, berarti kita balikan. Dan mulai detik ini, kita go public." Ujarku mantap.

"Yakin?"

"Mas gak yakin?"

Ia tersenyum tipis sambil menatap pemandangan indah dihadapanya.

"Bukan, saya hanya khawatir kamu yang tidak sanggup Aruna."

"Saya takut, kamu nantinya tidak kuat menjalani hubungan ini dengan saya, karena banyaknya tekanan internal maupun eksternal."

Duh, aku baru sadar kalau Afka itu ternyata perhatian juga peka-able orangnya. Ini, contohnya baru saja ia tunjukkan. Duh, makin gegana-gelisah, galau, merana--ini saking meltingnya.

◇◇◇◇

TBC

Update lagi ya reader🤗🤗
Jangan lupa tinggalkan jejaknya.
Bantu kritik/saran ya biar mudah aku revisinya nanti.
Maaf juga jika typo masih bertebaran🙏🙏

Sukabumi 05 Agust 2020❤
Revisi 09 Januari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

8.5K 1.2K 57
GENRE : Percintaan [12+] • END • Sedang Revisi • Completed ✔ Aku Najwa Nurdiya, Anak SMA berkulit sawo matang, mata cokelat, tinggi semampai, dan ber...
301K 8.7K 22
Cinta mempertemukan semuanya. Sudah 10 hari sejak "kepergian Lisa". Queen hotel masih di landa duka. Brandon masih terbaring lesu di kediamannya. Sia...
304K 23.4K 67
Prilly Adryna tak pernah menyangka di dalam hidupnya akan dipaksa menikah dengan pengusaha bernama Ali Khalif Atmajaya, hanya karena uang dan paksaan...
31.3K 1.2K 30
Chelsea Tamara Usman, si mahasiswi pembuat onar yang mampu membuat sang dosen, Fahren Giandra Heitward terpaku olehnya. Tentu saja tidak secara insta...