Angkasa

By shalsaalfiy

707K 32.4K 1K

(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Angkasa Gerald Anugrah, sang ketua geng motor The Blaze. Laki-laki yang dianggap bai... More

1. Angkasa
2. Murid Baru
3. Peringatan!
4. Angkasa Mau Yaaaaaaa?
5. Apa Semuanya Baik-baik Saja? Tidak!
6. Ada Gangster!!
7. Menjauh
8. Senja Tidak Menyerah!
9. Diary
10. Rumah Rahasia Senja (1)
11. Rumah Rahasia Senja (2)
12. Kode?
13. New Members
14. Rasa Yang Berbeda
15. Antara Aku, Kamu, Dan The Blaze
16. Sunset & Kehangatan Di Puncak
17. Ingkar
18. Danger Dengan Pelukan
19. Perubahan?
20. Ternyata Tidak
21. Togheterness
22. Jangka
23. Ancaman
24. Why Angkasa?!
25. Menjadi Kita (?)
26. Happy Birthday Senja!
27. Aku Merindukannya
28. Hancur
29. Pertengkaran
30. Malam Hari Bersamanya
31. Tujuan
32. Antara Rela Dan Tidak
33. Salah Paham
34. Gengsi
35. Bulan & Matahari
36. 3 Hari (300juta Tahun)
37. Karena Keadaan
38. Sakit (1)
39. Senyuman Luka (1)
40. Senyuman Luka (2)
41. Kejadian
42. Ls162! (?)
43. Aku Mencintainya
44. Maaf
45. WARNING
46. Sakit (2)
47. Hancur (2)
48. Dekapan Yang Dirindukan
49. Bentakkan
51. Berjuang (Lagi)
52. Pertempuran Besar
53. Kehilangannya
54. Rindu
55. Malam Mencekam
56. Kembali Lagi?
57. Terluka
58. Dia Yang Tulus
59. Bersama Angkasa
60. Promise
61. Bersamanya (Selesai)
62. EXTRA PART : Langit Senja
SEQUEL ✨

50. Kemana Kamu Yang Dulu (?)

8.2K 357 4
By shalsaalfiy

"Selesai.

Aku benci itu, karena aku selalu bingung,

Bagaimana cara memulainya kembali.”

***


Keadaan markas The Blaze cukup ramai hari ini. Sebagian ada yang sedang tidur, ada yang bermain kartu, main gitar, game, dan ada banyak juga yang sedang mengobrol-ngobrol.

"Heyhey lo pada tau gak berat bumi?" tanya Herdi kepada kawan-kawannya.

"Emangnya siapa yang mau nimbang bumi?" balas Jarwo malas.

"Lagian juga emang ada timbangan nya?" tanya Fredy.

"Yah, pengetahuan lu semua cetek amat, dah." Herdi menggeleng heran. "Nih berat bumi menurut Mbah Google, bumi itu 5,972E24kg," ucap Herdi.

"Tapi kayaknya, sekarang lebih berat dari ini, soalnya banyak hal-hal yang gak seharusnya dateng. Contohnya masa lalu," lanjut Herdi.

"HUUUUU!" seru semua teman-teman yang mendengarkannya.

"Hiya-hiya kang bucin bisa aja!" sahut Fadli. "Gini nih, orang yang kebanyakan pacaran. Jadinya otak nya kosong!"

Herdi terkekeh. "Mendingan gue bro! Punya pacar juga pacarannya mendingan. Gak kaya bocil jaman sekarang, sayang kita pacaran nih? Sayang kita tukeran akun fb yuk? Sayang sampe nikahya?" Ucap Herdi dengan nada suara dibuat-buat. "Sampe nikah! Sampe nikah. Palingan lima hari juga putus!" ucap Herdi.

"Iri bilang," timpal Pandu.

"Gak ada sejarahnya seorang Herdian Awanputra yang punya banyak pacar ini iri sama anak-anak," ucap Herdi dengan sombongnya.

"Ciahhhh, banyak gaya lu jamet," celetuk Pandu sambil mengunyah makanannya. Eits! Kalian jangan tanyakan lagi, seperti biasa. Pipi nya menggembung.

Sementara semua teman-temannya sedang ribut, Angkasa hanya diam. Cowok itu benar-benar sakit saat melihat perempuannya menangis, tapi dia juga tidak bisa melakukan apapun. Semua memang ulahnya, tapi dia juga tidak bisa memperbaikinya. Memang seharusnya hancur seperti ini, ya?

"Hai."

Suara itu.

Angkasa memegang kepalanya, sepertinya otaknya terlalu penuh bayangan Senja. Sampai-sampai ditelinganya masih terdengar suara perempuan itu. Hingga akhirnya Angkasa benar-benar melihatnya.

Senja berjalan mendekat, tapi semuanya diam. Termasuk teman-teman Angkasa yang semulanya sedang bercanda, mereka mendadak diam saat perempuan itu menghampiri.

"Haii!" sapa Senja lagi dengan suara yang merendah.

Tapi semuanya tetap saja diam. Senja benar-benar merasakan perubahan disini, cowok-cowok itu hanya diam saling pandang. Tidak ada yang membalas sapaan Senja, bahkan semuanya tak berekspresi.

Senja tak menghiraukan orang-orang itu, tujuannya ada pada Angkasa. Dia mendekati Angkasa, perempuan itu duduk disamping Angkasa. Cowok itu diam, tidak ada sambutan darinya. Senja menelan ludahnya gugup. Seasing ini?

"Angkasa, maaf, ya kalo aku—"

"Lo mau apa kesini?" cetus Angkasa. "Gue udah bilang, kan, kita udah selesai. Lo jangan pernah dateng buat gue lagi."

Senja langsung terdiam, dia menatap Angkasa hanya dari samping. Cowok itu tak mau menatapnya sama sekali.

Kini Angkasa menoleh pada Senja yang menatapnya penuh harap. "Gue udah berapa kali? Udah, jangan pernah ngarepin gue lagi. Jangan pernah datang lagi buat gue, gue udah gak mau tau."

"Tapi kenapa?" ucap Senja dengan suara seraknya. Kelopak matanya itu sedang menahan butiran-butiran air yang akan terjun bebas.

"Gue gak pernah suka sama lo. Harus berapa kali lagi gue jelasin?" kata Angkasa, membuat Senja benar-benar terluka.

Senja memang tidak bisa menahan air matanya hingga butiran-butiran kelemahan itu terjun bebas tanpa ada jeda. "Angkasa..." lirihnya.

Angkasa berdiri. Dia memakai jaket yang sebelumnya ia taruh di pangkuannya, "Gue anter lo pulang buat yang terakhir kalinya." Angkasa melangkah dari sana.

Walaupun semuanya telah selesai. Tapi Angkasa juga tidak akan meninggalkan Senja pulang sendirian. Keadaan sekarang terlalu bahaya, apalagi sampai cewek itu datang kesini.

Sekuat apapun masalahnya. Hanya laki-laki brengsek yang membiarkan perempuan pulang sendirian.

****

Dengan rasa gugupnya Senja masih berdiri disamping Angkasa. Senja telah sampai didepan rumahnya diantar oleh Angkasa. Merasakan tidak ada obrolan sama sekali saat perjalanan. Membuatnya ingin memulainya sekarang.

"Angkasa." Senja berbicara dengan nada sedikit takut. Tapi, Angkasa melajukan motornya membuat Senja hanya bisa menghela pasrah.

Senja merasa bahwa dirinya memang tidak lagi diharapkan. Tapi juga ada hati yang terus bertanya-tanya kenapa harus seperti ini?

Melihat pagar rumah mewah itu, Senja menghela nafas. Seharusnya, dia tidak pulang kesini. Sejauh itu Angkasa sampai dia tidak tahu Senja sudah tinggal bersama kakaknya. Senja tidak mau lagi pulang ke rumah yang menjadi tempat sakitnya.

Dengan langkah pasrah, perempuan itu akhirnya berjalan menjauh dari rumahnya. Senja tidak mau mau menaikki apa sekarang, tidak ada angkutan umum yang mengarah ke rumah kakaknya. Sedangkan ingin menghubungi Vero, dia tahu kakaknya sibuk bekerja. Seharusnya, Senja tidak mengganggunya.

Langit sudah nampak mulai gelap, sinar matahari merubah warna menjadi oranye, langit juga dihiasi oleh awan mendung, awan-awan itu tengah menyatu.

"Andai. Sekarang aku lagi sama kamu, duduk berdua diatas rooftop sambil ngeliat langit senja yang selalu indah tiap harinya. Tapi, kayanya langit aja nggak suka sama aku sekarang. Banyak awan mendung yang halangin indah nya langit sore ini. Apa semesta saat ini lagi nggak berpihak sama aku?" Senja berdialog sendiri. Cewek itu menatap langit.

Senja menghela. "Aku sayang kamu, Angkasa."

Suara gemuruhnya petir terdengar, membuat Senja langsung menutup telinganya. Senja sangat takut. Dia langsung berlari ntah arahnya kemana. Dia terus berlari, suara petir terus mengiringi jalannya.

Hingga rintikan hujan turun begitu sangat deras. Senja langsung menaruh tas nya diatas kepalanya. Dia berlari sekencang-kencangnya, ntah ada dimana dia sekarang. Bukan Senja jika dia tidak menangis mendengar suara gemuruh petir

Cewek itu sudah menahan-nahan takutnya sedaritadi. Lalu dia menemukan halte, dia pun langsung duduk di halte tersebut. Senja menekuk tubuh nya. Dia menutup telinganya rapat-rapat. Tapi tetap saja! Semuanya sia-sia.

Masih ada harapan untuk datangnya keajaiban? Tapi mana? Jalanan ini sepi, tidak ada satupun motor yang lewat. Senja sangat tertekan dengan keadaan ini.

Sungguh, dia ingin menangis sekencang-kencangnya saat ini. Suara-suara petir terus menyiksa dirinya. Senja memejamkan mata nya sambil terus menahan rasa takut yang kini sedang menghantuinya.

Lalu, tiba-tiba dia merasakan sedikit ada yang aneh. Seperti ada yang memakaikan jaket kepada dirinya. Senja pun langsung membuka matanya, melihat siapa yang kini ada disampingnya. "Kamu..." ucapnya.

"Lo kenapa sendirian disini? Habis dari mana?" tanya cowok berbehel itu. Siapa lagi kalo bukan Renaldi?

Senja tersenyum sendu. "Ren," ucap Senja. "Aku tadi habis dari rumah temen."

"Oh gitu," ujar Renaldi.

Senja menatap cowok disampingnya. "Renaldi? Aku denger habis kamu berantem sama Angkasa hari yang lalu kamu masuk rumah sakit?" tanya Senja. "Memangnya sekarang kamu udah sembuh?" tanyanya lagi.

"Iya. Gak papa kok, udah sembuh. Lagian gak ada yang harus dikhawatirin juga," jawab Renaldi.

"Emangnya, kamu kenapa bisa berantem sama Angkasa?"

Renaldi benar-benar tercengak. Tidak tahu lagi harus berkata apa. "Masalah cowok aja, Ja. Gak apa," jawabnya lagi.

"Tapi masalah cowok apa?"

"Ja, gue denger lo putus sama Angkasa?" tanya Renaldi mengalihkan pembicaraan. "Kenapa?"

Senja menggeleng kecil. "Enggak tahu, sampai sekarang aku masih belum tahu alasannya apa."

"Yaudah, Ja. Lupain aja."

"Enggak. Aku sayang Angkasa, gak bakalan aku bisa lupain dia. Aku percaya kita bakalan balik lagi, kok."

Renaldi melihat cewek disampingnya nampak sedih. Lalu dia menghelai rambut panjang Senja yang basah. "Maaf, ya, kalo gue salah ngomong. Tapi gue bener-bener gaada niatan ngomong kaya gitu."

"Iya, gak papa."

***

Ayooo vote.

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6.1M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
573K 63.5K 25
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santriwatinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.9M 91.5K 40
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.8M 132K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...