Trust Me

By Devsrn

1.7K 211 136

🌺 More

Pt.2
1

35 (END)

1K 106 82
By Devsrn

Rumah ini menjadi saksi akan kerasnya hidup yang Baekhyun jalani selama ini. Sejak ia kecil ia selalu menjadi bayangan dibaling bersinarnya sang kakak. Kim namseok, putra agung keluarga Kim. Baekhyun kecil tidak mengerti bagaimana seorang ayah mampu bertindak tak adil.

"Ayah, aku mendapat nilai delapan puluh" Baekhyun kecil menunjukkan nilai sosialnya pada sang ayah.

Sang ayah memandang sekilas lekas mengambil kertas tersebut, ia hanya membubuhkan tanda tangan dan menyerahkan lagi pada Baekhyun.

"Dikeluarga kita tidak ada nilai seperti itu, kau mengerti hyunie? Lihat itu kakakmu nilainya tidak pernah turun sama sekali, selalu sempurna"

Selalu kakak

Kakak

Dan kakak

"Ayah,maaf aku menghamili temanku"

Plakkk

"Dasar anak kurang ajar, pembuat malu orang tua!!"

Baekhyun muda membawa istrinya ke dalam apartemen sempit di tengah kota Seoul, tiap malam ia terus mengirimkan lamaran kerja via email. Menunggu setidaknya perusahaan apapun yang memanggilnya, namun tidak, tidak ada. Ia bekerja serabutan, berusaha merawat istri nya yang sedang mengandung, bahkan saat istrinya melahirkan, ia benar-benar menangis haru.

"Kim taehyung, putra kesayangan ayah"

Hari-hari mereka begitu bahagia, ekonomi keluarga juga mulai stabil, setidaknya Baekhyun bisa mengajak istrinya untuk tinggal di apartement yang lebih layak. Taehyung kecil juga sudah mulai aktif berbicara, kadang ia juga suka berguling-guling diatas tempat tidur ketiganya.  Hingga mimpi buruk pun datang, taehyung masuk rumah sakit dan divonis mengalami infeksi usus, perutnya membesar karena menumpuknya cairan. Baekhyun kesulitan, biaya rumah sakit dan apartement membengkak membuatnya tidak mampu membiayai pengobatan taehyung. Putranya selalu menangis tiap malam, bahkan pernah mengejang karena demam. Baekhyun akhirnya kembali mengemis pada ayahnya, ia berharap ayahnya memiliki hati untuk menolong taehyung.

"Kau tanggung semua kebodohanmu itu Baekhyun, kau harus bisa merawat putramu sendiri"

Ia pulang dengan kekecewaan yang besar, ia terluka begitu dalam melihat tatapan dingin sang ayah. Ia tidak berharap dimaafkan, namun ia hanya berharap ayahnya memiliki sedikit belas kasih untuk putra kecilnya. Tiap malam ia hanya mampu mengusap perut putranya yang terus membesar, sesekali ia menimang anak usia dua tahun itu dengan lembut.

"Bertahan sebentar ya sayang, ayah sedang berusaha" gumamnya di suatu malam yang begitu dingin

Baekhyun keluar pagi-pagi untuk bekerja di berbagai tempat. Apapun ia lakukan bahkan ketika ia harus menjadi buruh angkut itu ia lakukan, ia hanya berharap ada uang tambahan untuk membawa putranya ke rumah sakit. Siang malam ia menembus dinginnya hujan demi segenggam uang untuk pengobatan taehyung, hingga ia merasa sia-sia saat mendengar istrinya membuat perjanjian dengan sang kakak.

"Dengar aku sayang,ini yang terbaik. Tenang saja, aku masih memiliki satu ginjal, aku akan bertahan"

Malam itu Baekhyun menangis keras didepan sang istri, menangisi ketidakmampuannya menahan keinginan sang istri. Istrinya memeluknya erat, mereka harus mengorbankan diri satu sama lain. Dua hari kemudian taehyung terpaksa kembali dibawa ke rumah sakit karena mengalami demam yang sangat tinggi, membuat kedua nya begitu takut walau hanya untuk menatap putranya dibalik kaca kecil itu.

"Tuan, jika kita tidak bertindak cepat, kerusakannya akan semakin parah, putra anda bisa tiada tuan" Baekhyun tersedu dihadapan dokter paruh baya itu.

Baekhyun melamunkan semua kejadian kelamnya sambil menyesap cerutunya yang baru saja ia nyalakan. Hingga perhatiannya terlaihkan pada anak yang ia banggakan selama ini, lihat, anak ini benar-benar datang sendirian. Baekhyun memutuskan untuk turun, menyambut kedatangan putra semata wayangnya.

"Ayah!!"

Taehyung masuk kedalam rumah megah yang telah lama tak dihuni keluarganya. Ini adalah rumah lama milik mereka yang hanya dikunjungi saat taehyung kecil dahulu. Dirumah ini ada satu tempat favorit taehyung saat musim panas tiba.

"Kau sudah datang, anakku" Baekhyun hendak memeluk putranya, namun taehyung justru menjauh.

Baekhyun membuang cerutunya dan menginjaknya di lantai. Ia bergerak mendekati taehyung yang masih terengah-engah dihadapannya. Taehyung sendiri sudah menatap ayahnya takut, ia hanya takut semuanya terlambat.

"A--ayah, Namjoon-"

"Tenang saja, dia baik-baik saja----dan dia juga tidak sendiri, adiknya ada disini juga" ucap Baekhyun ringan membuat taehyung terperangah tak percaya.

Ah taehyung ingat, anak remaja berbadan agak tinggi yang waktu itu menangisi namjoon dirumah yoongi. Jadi ayah menyanderanya juga sekarang, berapa banyak orang yang ayah libatkan dalam dendam tak berdasar ayahnya ini.

"A--ayah, mengapa harus ada yang lain? Mereka tidak bersalah ayah" ucap taehyung lirih di akhir kalimat.

Baekhyun berjalan lalu mendekap putranya, bercerita segala nya pada taehyung. Baekhyun tahu semuanya terlambat, tetapi ia tidak ingin putranya selalu menganggapnya salah. Suaranya sebisa mungkin ia kendalikan, karena menceritakan ini sama saja membuka luka lama yang sejak dulu menggores dihatinya.

"Ayah menyayangimu, kau tahu itu?" Taehyung mengangguk kaku dipelukan sang ayah.

"Ayah terluka saat kalian semua jadi korban keegoisan kakek, kau mengerti itu?" Lagi-lagi taehyung mengangguk.

Baekhyun melepas pelukannya dan mengusap bahu putranya beberapa kali, ia tahu istrinya pasti telah mengatakan segalanya pada taehyung.

"Ibu kehilangan ginjalnya karena keangkuhan pamanmu--kau kehilangan ibumu karena keserakahan pamanmu--"

"Ayah-"

"Ayah hanya ingin mereka merasakan kesakitan ayah, kesakitan putra ayah, kesakitan ibumu--taehyung" Baekhyun menunduk, taehyung tahu ayahnya menyimpan banyak duka

"Tidak seperti ini ayah, namjoon tidak bersalah--"

"Dia bersalah!! Dia bersalah karena menjadi anak namseok!! Dia tersisihkan bukan?? Maka aku akan membantunya agar tidak selalu terluka-- namseok itu bajingan, sejak kecil ia serakah! Dia selalu saja mencari kambing hitam jika memiliki kesalahan! Aku hanya membantu namjoon--"

"Ayah--mungkin paman namseok jahat dan tidak menerima namjoon, tapi tidak dengan keluarga Park--"

"Mereka--mereka bahkan mengorbankan segalanya untuk namjoon, mereka bahkan melakukan apapun untuk kesembuhan namjoon"

Baekhyun sempat terdiam namun lagi-lagi suara tangis taehyung kecil juga kesakitan yang selama ini istrinya derita terus saja membayanginya. Rasa empatinya telah mati, bersama dengan hilangnya kata sehat untuk sang istri . Baekhyun berdecih lekas meremat bahu taehyung.

"Kau berharga taehyung, kau adalah nafas ayah. Dan ayah berjanji di setiap tetes tangis yang telah kau keluarkan harus dipertanggungjawabkan  oleh namseok dan keturunannya" Baekhyun berlalu dari hadapan taehyung

Mata tajam taehyung mengikuti setiap langkah tungkai sang ayah dibawa. Kaki  itu lalu tenggelam pada pintu di sudut lantai satu. Ruang itu, ruang yang selalu ia kunjungi saat musim panas tiba. Ruang yang sejak dulu  menjadi hadiah ulang tahun terbaik dari ayahnya. Ruang itu, ruang salju buatan, kado ulang tahun nya yang ke sembilan.

*******

"Jungkookie--boleh aku memanggilmu begitu?" Jungkook ketakutan menatap Baekhyun yang meremat kedua pipinya.

Baekhyun berdecih, anak ini tidak berguna. Ia lekas mengalihkan pandangan pada namjoon yang tertidur tenang. Ia sedikit khawatir, seharusnya namjoon masih merespon karena ia masih ingin bermain dengan keponakannya ini. Ia mengkode seorang anak buahnya untuk membawa air ke hadapannya.

"Siram itu padanya, jangan biarkan dia tertidur" jungkook meronta keras di cengkeraman Baekhyun, ia tak akan membiarkan siapapun melukai kakaknya,lagi.

"Jangan sakiti kakakku"

Byur

"Diam anak kecil, kakakmu akan segera bangun. Tidak ada yang boleh tidur di tempat bermainku"

Byur

"Ayah!! Apa yang ayah lakukan!!" 

******

Yoongi berlari tanpa menghiraukan ayahnya yang tertinggal dibelakang. Langkah yoongi terburu menuju pintu besar rumah berornamen klasik itu. Rumah ini, rumah milik kakeknya yang selama ini ditinggalkan untuk Baekhyun, rumah yang seharusnya menjadi rumah pamannya , jika saja paman ingin berdamai dengan kakeknya sebelum tiada. Yoongi menelan liurnya keras, ia tak begitu tahu setiap sudut rumah ini, ia tidak bisa mengira dimana namjoon berada.

"Maaf tuan, anda tidak boleh masuk" dua orang berpakaian ajudan itu menghalangi langkah nya.

Yoongi mengeluarkan kartu namanya, memperlihatkan pada dua orang dihadapannya itu.

"Aku Kim yoongi, apa dasar kalian melarang ku masuk?!" Dua orang itu saling berpandangan lekas mempersilahkan yoongi masuk.

Yoongi membuka pintu dengan keras dan menyerukan nama pamannya. Rumah itu terlalu gelap untuk sentuhan hangat kasih sayang, begitu suram.

"Oh lihat siapa pahlawan yang baru saja datang" seru seseorang dari ruang atas.

Yoongi meremat tangannya, mengepal sambil menatap pamannya kecewa. Ia tahu paman benci dirinya dan keluarganya, namun kenapa harus namjoon. Anak itu bahkan tak pernah mendapat kasih sayang keluarganya lagi, yoongi merasa semakin bersalah.

"Kau mau? Ini segelas es yang kubawa dari ruang pendingin?" Tanya Baekhyun sambil

"Paman Baekhyun!!"

Baekhyun dengan santai memainkan kunci nya, sedang semua orang disana menatap nya penuh frustasi. Taehyung bahkan sudah mengemis bersimpuh dibawah kaki sang ayah, berusaha untuk menarik sang ayah dari segala kegilaan ini.

"Ayah hentikan!!"

"Diam anak sialan!! Kau tidak berguna!!" Sentak Baekhyun dengan emosi.

Taehyung terkekeh lekas memundurkan langkahnya, ayah benar, ia memang tak berguna. Tapi setidaknya ia ingin menyelamatkan namjoon. Mata nya mengedar ke sisi kiri dan kanan. Ada beberapa orang memandangnya tajam. Pergerakan nya berubah, berlari kearah yoongi yang berada dalam tekanan orang berpakaian Coat coklat itu.

"Ayah!!"

"Kim taehyung, kau gila!!" Histeris Baekhyun saat melihat putranya menodongkan Laras panjang ke arahnya.

Taehyung terkekeh, sedikit memainkan pistol digenggamannya. Ia memandang Baekhyun lekat, ia tahu ayahnya khawatir dan marah dalam satu waktu.

"Ayah, aku akan membantu mu--" ditodongkan ya pistol itu kearah yoongi.

Taehyung tersenyum licik, menatap Baekhyun dengan bangga.

"Bawa paman namseok kemari!!!" seru taehyung pada beberapa lelaki yang sudah menyandera namseok, membuat yoongi dan Baekhyun terkejut.

Baekhyun tanpa sadar meninggalkan kunci ruang khusus nya di meja dan berjalan mendekat. Taehyung memang berniat membuat Baekhyun terkecoh dengan cara menekan yoongi.

"Bagaimana Hyung, kau pilih paman atau namjoon?" Tanya nya ringan.

Sorot mata tajam, yoongi menangkap semua nya diraut wajah taehyung. Tidak ada lagi taehyung yang manja dan penuh keceriaan, yang ada hanya taehyung yang kelam dan gelap. Ia tahu keluarganya menaruh banyak kesalahan pada sang paman, apalagi dengan taehyung.

"Bunuh aku, taehyung--tapi jangan lukai namjoon juga Appa ku-- "

"Hahahahhahaa!" Tawa taehyung kering,

Yoongi baru saja hendak berkata sebelum taehyung kembali menodongkan pistolnya.

"Diam kau bedebah!!" Baekhyun mengulum senyum tipis , taehyung nya telah mengungkapkan sakit hatinya dengan tepat.

"Karena kau aku kehilangan hangatnya pelukan ibu!! Karena kau setiap hari ayahku harus memakai topeng jahatnya!! Karena kau dan keluargamu ayahku gila seperti ini!!" Histeris taehyung di depan wajah yoongi.

"Maafkan kami, maafkan kami taehyung. Lakukan apapun yang kau mau, tapi kembalikan adikku"

Taehyung sedikit merapat pada yoongi untuk mendekat, membisikkan sesuatu yang Baekhyun tak dapat mengetahuinya. Yoongi sempat terkejut namun melihat taehyung mulai menyerangnya yoongi tidak tinggal diam.

"Mati kau Kim yoongi!!"

Bughh

"Hyung apapun yang terjadi kau harus bisa mendekat ke meja itu, disana ada kunci ruangan namjoon"

"Tapi.." yoongi menggerakkan bibir pelan meski tangannya terus menghalau taehyung yang menyerangnya.

"Sekarang Hyung!"

"Aku akan membunuhmu Kim yoongi!!" Taehyung menekan posisi yoongi mendekat kearah meja.

Baekhyun yang tidak sadar hanya memandang dingin kelakuan sang anak, setidaknya ia senang taehyung meluapkan kekecewaannya.

"Ambil hyung"

Kejadian itu begitu cepat saat yoongi berhasil mengambil kunci dari meja dan berlari menjauhi taehyung, baekhyun yang sadar akan tujuan keduanya lekas segera menarik pelatuk dari pistolnya.

"Hyung awas!!"

Letupan keras itu berhasil membuat semua orang yang baru saja berhasil masuk ke rumah Kim itu mendadak terhenti.

*********

"Kim Baekhyun, anda ditangkap atas tuduhan penculikan hingga perencanaan pembunuhan"

Baekhyun ditangkap setelah dong gun datang bersama dengan kepolisian, lelaki itu sempat melukai anaknya sendiri yang akhirnya membuatnya mau menyerahkan diri. Mengenai taehyung, anak itu tertembak di perut dan masih dalam penanganan kepolisian. Sedang dong gun dan kedua anaknya memilih mendekat kearah ruang yang sejak tadi menjadi titik perhatian semua orang. Mereka melihat bagaimana yoongi yang terus memeluk taehyung sambil menahan pendarahan diperut sang adik.

"Tolong dia---dia tidak bisa bernafas" tangis yoongi sambil mendekatkan taehyung kearah para anggota polisi.

"Tahan Kim baekhyun, sementara aku akan menyelamatkan anak ini" seru jongdae diangguki semua anggotanya

Semua melaksanakan semua tugasnya masing-masing, beberapa polisi menahan tubuh Baekhyun yang lemas karena terpukul. Baekhyun yang telah menembak putranya sendiri setelah ia berusaha melenyapkan yoongi. Namseok sendiri berjalan tertatih mengikuti langkah petugas kepolisian yang menolong taehyung.

Semua orang seakan lupa akan tujuan nya kemari, meninggalkan namjoon dan Jungkook yang telah terkapar tanpa kesadaran di dalam ruangan dingin itu

***********

Namjoon terpejam tenang sesekali menikmati belaian ibu yang terus menenangkannya. Alunan suara burung membuat tempat ini begitu damai, terdengar beberapa orang bersendau gurau disana. Ia bisa mendengar suara hoseok, jungkook bahkan seokjin, terdengar saudaranya yang sedang tertawa bersama. Lalu ia juga mendengar suara ayah dan ibu park, mereka semua terus memanggil namanya dengan hangat. Ya ia ingat,ini seperti saat mereka pergi ke pantai saat itu, terasa sangat membahagiakan. Kemudian ditempat yang lebih dekat ia mendengar suara yoongi kecil yang mengajarinya bermain sepatu roda, berteriak kesana kemari memandunya bermain. Lagi, ia mendengar suara appa Kim yang berteriak meminta mereka berhenti, dan mengatakan jika makan siang telah siap, disampingnya ada eomma nya yang juga membawakan hadiah untuk mereka berdua.

"Semua orang menyayangimu, sayang" suara tenang itu, ia mendengar nya namun tak mampu membuka mata.

Ia tahu ibu yang mengatakan itu, ia tahu ibu yang sejak tadi membelai wajah juga dahinya. Menimangnya seperti anak kecil yang butuh kehangatan, ah ia ingin seperti ini selamanya.

"Namjoon harus kembali" namjoon menggelengkan kepalanya dan semakin mencoba melelapkan matanya.

"Disini membahagiakan eomma, aku disana kesakitan"

"Semua orang menyayangimu, nak----apa joonie eomma ini tidak kasihan?" Namjoon menggeleng yakin, ia ingin egois sekarang.

Namjoon yakin ia berhak melakukan ini, sudah cukup ia mengalah atas semua orang. Terbawa kesana kemari, terombang ambing oleh ambisi orang-orang di dunia yang membuatnya lelah untuk kembali. Namun lagi-lagi bayangan keluarga Park yang begitu menyayanginya membayang di benaknya.

"Aku harus bagaimana?"

*******

Mereka mengeluarkan keduanya dari ruang dingin itu, hoseok terus memeluk jungkooknya sedang seokjin mencoba mendengar detak jantung namjoon yang melemah. Namjoon sendiri telah membuka mata dan menatap adiknya yang terpejam tenang. Jungkooknya yang malang yang harus merasakan kepedihan yang sama sepertinya.

"Kau harus kuat namjoon, lihat hyungie--hyungie ada disini"

"Hanya satu yang dapat kami selamatkan lebih awal tuan Park, ambulans yang lain telah digunakan oleh korban sebelumnya" ujar seorang petugas kesehatan pada dong gun.

Dong gun mendekat, mengusap dada namjoon yang tak tertutup sehelai benang. Pacemaker yang terpasang di dada namjoon ia usap, semoga pacemaker ini bisa membuat putranya bertahan.

"Tahan sebentar ya, papa tahu namjoon anak kuat" dong gun memejam sesaat lekas menangkup wajah sang putra.

Namjoon seakan hendak menjawab iya namun bibirnya seakan tak mampu mengungkapkan itu.

"Bawa jungkook ke rumah sakit lebih awal, dia masih terlalu kecil untuk menahan semuanya" ucap tuan Park parau.

Hoseok dan seokjin tak dapat berbuat apapun, empat petugas segera membawa tubuh Jungkook untuk masuk ke ambulance lebih awal. Sedang namjoon harus menunggu ambulance susulan. Mereka mendekat lekas memeriksa keadaan namjoon dengan teliti

"Pacemaker nya tidak berfungsi stabil" lirih wonjae membuat dong gun semakin tersedu.

Ini terlalu berat, memilih antara dua putra yang begitu ia sayangi. Ia ingin memilih keduanya, namun jika ia membuang waktu, maka kedua putranya akan tiada. Jungkook itu putra kecilnya, anak bungsu yang ia harap menjadi penerusnya.

"Namjoon ingin bicara apa nak," dong gun melihat bagaimana mata itu menatapnya nanar namun bibir itu terus berusaha berbicara.

"Mmah" ucap  namjoon terbata dan lirih.

"Namjoonie tahan sebentar ya, ambulance akan datang"

Namjoon menggeleng pelan, semampunya ia menggeleng dihadapan sang ayah.

"Pa--"

"Mmah--maafkan aku"

Setelahnya namjoon menarik kasar nafas nya berulang kali. Mereka semua menangis tersedu, hoseok dan seokjin ikut menepuk pipi sang adik, berharap namjoon menjadi tenang.

"Eom--mah"

Hoseok menggeleng ribut, ia tidak suka suara adiknya yang terbata-bata, tangan itu mengusap pipi hoseok dan seokjin dengan gemetar.

"Tolong, siapapun yang membawa inhaler
Tolong adikku" seru hoseok sambil membawa namjoon duduk.

Tiba-tiba hoseok tersentak kala merasakan kepala namjoon yang terkulai lemas di bahunya.

"Namjoon!! Tidak!! Jangan begini--" Hoseok luruh histeris di hadapan sang adik yang sudah terkulai di bahunya.

Seokjin dan wonjae segera mengambil namjoon dari pelukan hoseok lekas memberi bantuan cpr sembari menunggu ambulance datang. Sedang tuan Park terseok mendekat ke arah yoongi dan namseok, melayangkan pukulan tak main-main pada yoongi.

Bughh

"Papa namjoon pa--tolong namjoon" serak hoseok saat melihat sang ayah justru kalap menghajar yoongi.

Dibelakang sana sang ayah sedang menghajar yoongi yang hanya pasrah. Ayahnya marah besar dan kalap saat menemukan putranya dalam keadaan kritis. Rasa bersalahnya sangat besar, dan rasa bencinya pada keluarga Kim juga semakin besar

"Namjoon,hyung mohon" serak seokjin sambil terus memompa jantung adiknya.

Hoseok membuka bajunya, lekas menyingkirkan seokjin dan wonjae yang mengukung namjoon sejak tadi. Ia membawa tubuh adiknya untuk ia peluk, mengusap keras punggung dingin milik adiknya. Hoseok berusaha memberi kehangatan untuk sang adik, dulu ia pernah belajar bahwa menghangatkan tubuh skin to skin juga bisa digunakan untuk menolong orang hipotermia akut.

"Kau pasti akan hangat namjoon, Hyung tahu--bangunlah"  hoseok meracau sambil terisak.

Seokjin terduduk memandang lemas adiknya, wonjae sendiri sudah menangkup wajahnya, ia tersedu dihadapan semua orang. Seokjin mengambil alih lagi tubuh namjoon dari hoseok, mencoba mengukung namjoon dan memberikan CPR.

"Siapa bilang kau boleh menyerah, hah?! Tidak boleh!! Kau harus bangun!" Sedu seokjin sambil terus memompa jantung sang adik.

Dibuka nya lajur nafas sang adik , sekali lagi ia berusaha memberi bantuan nafas pada adiknya. Keringatnya bahkan sudah menetes beberapa di dada telanjang namjoon, ia tak akan menyerah bahkan sekalipun ia pingsan.

Bughh

"Bajingan!" Tubuh yoongi bahkan terseok ke sisi kiri saat menerima pukulan tak main-main dari ayah angkat adiknya ini.

Bughh

"Hentikan tuan Park!!"

Pergerakan dong gun ditahan beberapa polisi, sedang yoongi ditolong oleh ayah juga satu polisi. Namseok bahkan bersujud dihadapan dong gun, memohon maaf atas kesalahan besar yang telah ia perbuat. Ia hancur, menatap putra kandungnya terbujur kaku karena keegoisannya. Jika saja sepuluh tahun lalu dapat ia ulang, ia tak akan pernah menyiakan namjoon. Ia menyesal, penyesalannya bahkan sangat besar hingga menggerogoti akal sehatnya. Ia merasakan hantaman ringan dari kaki dong gun yang coba menyerangnya, sesakit apapun itu tak mampu menggantikan sakit dan kesedihannya yang mendalam. Putra kecilnya, putra yang selalu ia banggakan sejak dulu, lalu ia sia-sia kan sekarang telah pergi. Ia tahu bahwa namjoon tak pernah mengampuni iblis sepertinya.

"Hentikan!! Hentikan seokjin-ah!! Namjoon sudah tidak bernafas" seru wonjae sambil menarik seokjin untuk menghentikan tindakannya.

Seokjin menggeleng keras, kembali memaksa mendekat pada namjoon. Tangannya tak henti menekan dada sang adik, walau keringat sudah berderai di sudut dahi. Semua orang menatap ketiga adik kakak itu pilu, namjoon yang terpejam tenang, seokjin yang terus memaksa namjoon bernafas juga hoseok yang telah meluruh hampir tak sadarkan diri karena terguncang. Petang itu ditutup dengan kepiluan yang dialami keluarga Park, mereka sadar bahwa namjoon memiliki batas kekuatannya. Tuan Park kembali lagi, mendekat ke arah putranya yang sudah terbaring tenang

"Tidak!! Namjoon jangan tinggalkan papa!! Papa minta maaf-- kau belum memaafkan papa nak!! Tolong--siapapun tolong anakku" dong gun meluruh memeluk putranya yang telah tiada.

Namjoon mereka pergi untuk selamanya, meninggalkan sejuta luka dan penyesalan di akhir cerita. Membuat semua orang yang mengenalnya begitu menyesal, menyesal telah menyiakannya atau bahkan menyesal telah terlambat menyelamatkannya. Yoongi jatuh tersungkur, tak mampu lagi melangkah kaki walau hanya untuk mendekat kearah sang adik.

"Namjoonie sayang hyungie, hyungie sayang namjoonie kan??"

"Hyungie lihat kepiting itu, cantik sekali. Boleh dibawa pulang kan?"

Namseok membawa putranya kedalam pelukannya, merasakan pedih yang sangat dalam. Ia kehilangan putranya karena keegoisannya, ia kehilangan putra karena ketakutannya, ia kehilangan putranya karena kebodohannya. Matanya memandang wajah pucat yang berada di pelukan lelaki paruh baya itu.

"Tidak!! Adikku tidak mati!!"

Hoseok jatuh pingsan dipelukan seokjin, ia terlalu terguncang dengan semua yang terjadi. Dong gun membawa putranya yang telah tiada untuk keluar dari rumah kelam ini. Namjoon nya yang ia jaga sejak kecil, namjoonnya yang selalu membawa kebahagiaan untuk keluarganya telah pergi.

"Papa"

"Joonie sayang papa, selamanya"


















**********

Jungkook terbangun tujuh hari kemudian, mengamuk saat ayahnya memeluk dan mengatakan bahwa namjoon Hyung nya telah kembali kepada Tuhan. Jungkook bahkan terus memukul ayahnya, anak itu masih tak terima Hyung nya pergi tanpa pamit.

"Jungkookie, sampai akhir kau tak boleh menyerah"

Jungkook mengerang, meronta bahkan mengamuk dihadapan semuanya. Anak itu hilang kendali, ia terguncang hebat karena diakhir hidup namjoon hanya dia yang menemani. Ia tahu bagaimana perjuangan kakaknya untuk bertahan

"Maafkan papa" bisik dong gun pada Jungkook.

"D--dengar itu kookie, papa datang, k--kita selamat" untaian halus yang keluar dari bibir namjoon yang sempat membuatnya tenang beberapa hari yang lalu.

Ia tak menyangka bahwa keinginan kakaknya untuk diselamatkan hanya menjadi angin lalu

"Hyungie ingin diselamatkan!! Hyungie ingin hidup!!" Jungkook berteriak histeris sambil terus memukul ayahnya

"Papa yang membuat hyungku mati!!!"

Jungkook mendorong ayahnya yang memeluknya, memukul tanpa arah tubuh sang ayah hingga ia merasa ingin sekali tertidur. Tubuh ringkih nya jatuh dipelukan sang ayah, dong gun tersedu keras sambil memeluk erat putra bungsunya. Putranya harus ditenangkan dengan obat penenang. Ia salah, ia memang sangat bersalah. Ialah yang telah mengantarkan namjoon pada pintu kematiannya sendiri. Wajar jika hoseok juga Jungkook sangat marah padanya, wajar jika hoseok bahkan tak mau lagi memanggilnya papa, ia tahu seluruh anggota keluarganya terguncang.

"Tuan Park, pesawat harus lepas landas pukul dua siang, anda diminta segera ke bandara" lapor seorang pengawal pada dong gun.

Ada hal yang akan dong gun lakukan, dan ia berharap ini adalah yang terbaik. Untuknya, untuk keluarganya, dan untuk putra malangnya, namjoon.

"Maafkan papa, karena berbohong pada kalian"























End

**************

Dengan sangat tidak elegant aku umumkan cerita ini berakhir.
Dengan menggantung dan aku sendiri merasa gak puas sama cerita ini.
Pengen buat satu epilog lagi, mudah-mudahan ada waktunya..
Terimakasih yang sudah menikmati dan menunggu.
Yang baru buka boleh cek cerita ini dari awal di akun @NJRapmonnie, dengan judul yang sama yaaa...

Peluk cium dari veve untuk semuanya.
Saranghae ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

127K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
47.3K 3.4K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
50.6K 8K 49
Rahasia dibalik semuanya
74.1K 7.2K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG