MY TIMELESS TIME || JUNGKOOK...

By adeztaapriyanti

378K 29.7K 19.1K

COMPLETED✅ MATURE CONTENT!!! Harap bijak dalam memilih bahan bacaan!!! "Ini akan terasa sangat menyenangkan... More

HIGH HEELS (18+)
SOULMATE
BABY BANANA
ROOM
LESSON
CONCERT
TATTOO (M)
THE RULES (M)
RAMYEON
REGRET
SUN
SHANGHAI
FALSE ALARM
MIXED FEELINGS
BEEP
BUTTERFLY EFFECT
THE QUESTION (M)
CHANGES
SMILES
BABY KOOK (M)
DENIAL
JESSEY
ABOUT US
TOLERANCE
BUCKET LIST
MESS
TREMBLE
EARTH (M)
WORST THING
WORKOUT ROOM (18+)
STATUS
IDOLS
HURT SO GOOD pt. 1
12.30 (The End)
7 MINUTES
COLOR
EBOOK MY TIMELESS TIME SPECIAL : The Wedding
Special page: JUNGKOOK & INSTAGRAM

EXPLANATION

8.1K 882 621
By adeztaapriyanti

Malam Pinkish 🤗🤗🤗

Ada yg udah minum Indomilk Banana Milk yg diminum baby banana?
Wkwkwk Pada abis disini 😭😭😭

Btw performance mreka semalam diacara Tokopedia mantap banget 😭😭
Jadi tambah kangen 😭😭

Untuk mengobati kangen kalian~~
Aku upload new Chapternya 🤗🤗🤗
Semoga suka 🤗🤗

Nih aku kasih juga bonus foto2 Sunny dalam perjalanan ke Shanghai
👇🏻👇🏻👇🏻

Semoga bisa mengobati kangen kalian~
Jangan lupa Vote dan komentarnya yaa..

Selamat membaca 🤗🤗




Chapter 13
EXPLANATION

                Sunny tidak pernah membayangkan dirinya untuk bisa berada di Negara ini, karena terakhir kali dia berada disini dia mengalami pengalaman yang membuatnya bersumpah untuk tidak kembali lagi. Sumpah yang sayangnya harus dia langgar karena seorang Jungkook. Iya, semua ini karena Jungkook. Jika saja Jungkook melarangnya pergi, dia mungkin tidak akan berada ditempat ini.

Tidak lupa sebelum berangkat, Sunny memposting sesuatu di feed KakaoStory-nya. Foto dari password dan tiket pesawatnya. Tindakan yang dengan langsung menarik perhatian teman-temannya sehingga mereka meninggalkan komentar dipostingan itu. Wajar saja, Sunny adalah orang yang sangat jarang memposting sesuatu di KakaoStory, jika saja bukan untuk membuat Jungkook mengetahui apa yang dia lakukan, Sunny tidak akan menyibukan diri untuk mengupload hal-hal seperti itu.

"Apa kau benar-benar disini?"

Tentu saja postingan itu juga memancing seseorang yang sangat mengharapkan kehadiran Sunny sehingga tanpa pikir panjang langsung meninggalkan pesan untuk Sunny.

"Iya." Pesan itu langsung mendapatkan balasan dari Sunny.

Jujur saja, Sunny lebih memilih berada di apartmentnya, berendam di bathtub sembari menonton film apapun yang bisa dia temukan di Netflix dan menghabiskan beberapa gelas wine.

Tapi saat ini? Dia hanya bisa berbaring di atas tempat tidur hotel di lantai 15 dengan curtain jendela yang terbuka lebar.

Memandangi langit biru tanpa awan diluar sana, pemandangan langit biru yang dulu selalu dinikmatinya bersama seseorang yang bahkan tidak ingin dia sebutkan namanya.

"Ibarat matahari dan langit biru, kau adalah matahari dan aku adalah langit biru. Kita selalu bersama, tidak terpisahkan. Jika menghilang, kita selalu menghilang bersama dibalik awan. Jadi mari selalu bersama dan jangan pernah berpisah."

Dengan nafas yang tercekat, Sunny membuka matanya.

"Sialan!" Batinnya sembari bangun dari tempat tidur dan menarik kasar curtain jendela sehingga pemandangan langit diluar sana tidak lagi terlihat – benar-benar tidak menyangka dia bisa dengan sekejap terlelap, mungkin karena perjalanannya selama hampir dua jam dari Korea yang menguras tenaga.

"Jadi mari selalu bersama dan jangan pernah berpisah. Omong kosong anak SMA macam apa itu?" Sunny memaki mimpi yang tidak diharapkan untuk dimimpikannya. Membenci kenyataan dimana dia pernah dengan sungguh-sungguh meyakini bahwa janji yang terucap kala itu bisa menjadi kenyataan. Janji yang ternyata hanya berakhir sebagai kata-kata tidak penting yang terucap dari pasangan remaja SMA yang terlalu naïf.

Banyak orang yang mungkin akan memandang remeh keadaan Sunny saat ini, karena begitupun dirinya. Entah sudah berapa kali dia menampar dirinya sendiri di depan cermin kamar mandi setelah menangisi rasa rindu dan kehilangan yang tidak bisa ditunjukannya kepada dunia.

Bagi banyak orang mungkin mudah untuk bisa move on dari patah hati, mencari pengganti adalah solusi terbaik yang selalu mereka berikan kepada orang lain, yang tanpa mereka sadari bahwa solusi itu tidak bisa mereka ambil jika mereka berada diposisi sebagai orang yang sedang terluka.

Bagaimana bisa memberikan hati yang sudah hancur kepada orang baru? Atau yang lebih buruknya lagi... Apa yang harus diberikan ketika sudah tidak ada lagi yang tersisa?

Hancur... Semuanya hancur begitu saja. Luka yang terlihat saja membutuhkan waktu yang cukup lama untuk benar-benar sembuh, apalagi untuk menghilangkan bekasnya. Lalu bagaimana dengan luka yang tidak terlihat? Rasa sesak yang dirasakan di dada? Berasa hancur, tapi kita tidak tau bagian mana dari diri kita yang hancur.

Sunny telah melalui masa-masa sulit itu, karena kisahnya dengan Julian benar-benar sudah lama berakhir.

Sunny selalu mencoba untuk bisa berdiri diatas kakinya setelah dengan pasrahnya merelakan semuanya, berusaha untuk terlihat kuat agar tidak ada yang bisa menyakiti, menghabiskan banyak waktu dengan teman-teman barunya, belanja dan berkarya.

Bermain dengan pria manapun yang dia inginkan, dan hidup dengan ambisi bahwa dia bisa meraih kesuksesannya dan menunjukan kepada tidak hanya keluarga Julian, tetapi kepada semua orang, bahwa dia adalah perempuan yang tidak akan pernah pantas untuk menerima penolakan.

Sunny sudah hidup seperti itu dan tanpa dia sadari itulah yang membuatnya seperti dia yang sekarang. Sunny sudah berdamai dengan patah hati pertama yang menyakitkannya, sampai ketika Julian datang lagi, merobohkan dinding pertahanannya dan kembali pergi meninggalkan luka.

Bajingan bukan?

Entah hal apa yang pernah Sunny lakukan di masa lampau sehingga harus menerima kehidupan percintaan seperti ini.

***

"Apa yang aku lakukan?" Batin Sunny yang kembali memberikan tepukan tangan atas performance eksklusif Jackson di atas panggung.

Berbeda dengan konser terakhir yang dia datangi bersama Ji-Hee, acara malam ini benar-benar terstruktur, tidak ada teriakan-teriakan histeris penggemar, tidak ada tangisan-tangisan terisak, wajar saja... acara ini adalah acara eksklusif yang hanya dihadiri oleh orang-orang tertentu, bukan konser besar di dalam stadium.

"Apakah BTS tidak berniat mengadakan konser eksklusif tanpa puluhan ribu penggemar?" Sunny kembali membatin.

Aaaishhh... Sunny mengutuk dirinya yang kembali memikirkan BTS disaat-saat seperti ini.

Entah sejak kapan dia mulai memikirkan boyband yang sedang mendunia itu. Dulu dia bahkan tidak peduli dengan artis-artis dibawah naungan perusahaan entertainment, karena baginya mereka hanyalah boneka yang hidupnya sudah diatur oleh perusahaan.

"Nin Hao... Apakah namamu Sun-Hee?" Suara lembut seorang perempuan membuyarkan lamunan Sunny yang tengah menatap kosong gelas vodka dihadapannya.

"Oh iya, aku Sunny. Ada apa?"

Perempuan dengan gaun Cheongsam modern itu tersenyum ramah mendengar jawaban Sunny.

"Seseorang sedang menunggumu di ruangannya." Bisik perempuan yang Sunny tidak tahu namanya itu.

Sunny mengerutkan keningnya. "Maksudmu Jackson?"

Perempuan itu dengan langsung melirik kearah kiri dan kanan mereka, memastikan suara Sunny tidak terlalu besar untuk bisa di dengar orang lain.

Sembari menganggukan kepalanya dengan pelan, perempuan itu berucap, "Iya..." Kali ini senyuman yang dia berikan terlihat sangat kaku.

Sunny menatap perempuan itu selama 3 detik dengan wajah tanpa ekspresinya sebelum berucap,

"Aku tidak ada keperluan dengannya. Jadi aku tidak akan kesana." Jawab Sunny yang dengan langsung memutar tubuhnya untuk kembali menghadap ke meja bar.

"Katakan padanya jika dia ada keperluan denganku, dia yang harus datang kesini." Sunny mengucapkan hal itu sebelum perempuan utusan Jackson berjalan pergi dengan kakunya. Perempuan itu mungkin masih terlalu shock mendapatkan tanggapan seperti itu dari Sunny.

"Dia pikir siapa dirinya berani memerintahku." Gumam Sunny yang kemudian meneguk habis vodka dihadapannya.

Berada di Shanghai benar-benar keputusan terburuk yang kembali diambilnya setelah mengalami pengalaman buruk yang tidak akan pernah dia lupakan. Bisa dikatakan berada di Shanghai sudah cukup buruk bagi Sunny, karena itu hal sekecil apapun bisa menyulut amarah Sunny.

Dia benar-benar sudah tidak sabar untuk kembali ke Korea besok sore. Setelah dari sini dia akan langsung tidur dan terbangun di siang hari – tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama di Shanghai.

"Kau benar-benar menakuti LO acaranya." Suara tak asing dari laki-laki yang kini mengambil tempat disisi Sunny terdengar. Membuat Sunny menoleh kearah asal suara itu.

Jackson, tentu saja itu Jackson.

"Bagaimana kabarmu?"

Sunny menghembuskan nafas dengan berat sebelum menjawabnya.

"Buruk."

Jackson mengangkat keningnya. Menimbang-nimbang kalimat apa yang seharusnya dia berikan agar tidak memperburuk suasana hati Sunny.

"Aku tebak kau pasti belum makan."

Sunny kembali menoleh. Tidak memberikan jawaban apapun.

"Ingin makan malam denganku? Ada subway sandwich dan hamburger diruanganku."

Sangat menyedihkan ketika Sunny menyadari bahwa dia bisa tergiur dengan tawaran sederhana Jackson.

"Subway sandwich?"

Jackson tersenyum ketika tidak menerima penolakan apa-apa dari Sunny. "Ekstra mayo." Jackson menambahkan.

Hal yang semakin membuat Sunny tidak bisa menolak tawaran itu.

Yang benar saja... Tidak ada orang yang bisa menolak Subway sandwich! Terlebih dia belum makan malam.

***

"Aku benar-benar tidak menyangka kau bisa benar-benar datang kesini." Ucap Jackson yang sedari tadi hanya duduk memperhatikan Sunny yang sedang mengunyah habis Sandwich disisinya.

"Aku akan kembali besok ke Korea."

"Hah? Secepat itu?"

Sunny menganggukan kepalanya sembari menarik tisu basah dihadapannya untuk mengelap tangannya.

"Aku bisa menemanimu disini. Kita bisa jalan-jalan ketempat wisata dan ke pusat perbelanjaan." Sekali lagi Jackson memberikan penawaran yang menggiurkan kepada Sunny.

"Terima kasih atas tawarannya, tapi aku benar-benar harus balik ke Korea besok. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."

Kali ini Jackson tau bahwa tawarannya tidak bisa membuat Sunny untuk tetap tinggal beberapa hari lebih lama di Shanghai. Karena Sunny adalah tipe perempuan yang memiliki pendirian, sekali dia menjawab tidak, berarti jawabannya adalah tidak.

"Baiklah kalau begitu." Jackson menghembuskan nafas panjang dengan samar. Ada kekecawaan yang terdengar dari nada suaranya.

"Oh iya, sebelum aku lupa, ada beberapa salam dari temanku untukmu. Mereka melihat postingan Kakaostory-ku."

Jackson menarik dua sudut bibirnya membentuk senyuman yang terkesan dipaksakan. Sudah lama dia menaruh perasaan kepada perempuan dengan crop top suit disisinya ini. Dari semua perempuan yang rela berlutut dihadapannya, hanya Sunny-lah satu-satunya perempuan yang sangat sulit untuk didapatkannya. Karena itulah Sunny selalu menjadi seseorang yang spesial bagi Jackson.

Tidak hanya itu, diantara banyaknya tattoo artist yang rela menawarkan jasa mereka kepada Jackson, Sunny adalah tattoo artist pertama yang menolak permintaan Jackson untuk menggambar tato-nya. Karena itulah sampai sekarang Jackson belum memutuskan pilihannya untuk membuat tato. Mungkin lain kali, jika pikiran Sunny berubah.

"Kita harus berfoto untuk membuat teman-temanmu menjerit." Jackson tiba-tiba berucap sembari mengambil telefon genggamnya dari saku celananya.

"Berfoto? Teman-teman?" Batin Sunny yang kemudian memikirkan satu nama yang muncul begitu saja dikepalanya.

Sembari menarik satu sudut bibirnya membentuk senyuman menyeringai, Sunny berucap,

"Ayo... Mari buat dia menjerit."

Sunny dengan langsung memberikan telefon genggamnya kepada Jackson. "Pakai telefon genggamku saja." Pintanya.

Jackson tersenyum menyambut telefon genggam yang disodorkan Sunny, kali ini senyuman itu benar-benar adalah senyuman bahagia. Masih tidak menyangka Sunny bersedia datang jauh-jauh ke Shanghai untuk dirinya.

Mereka berduapun berfoto setelah meminta bantuan kru dari acara untuk mengambil gambar mereka.

"Apakah penggemarmu tidak akan membunuhku jika memposting foto ini?" Sunny dengan spontan bertanya – masih memandangi foto mereka berdua yang tertera dilayar telefon genggam miliknya.

Jackson terkekeh mendengar pertanyaan itu. "Apakah mereka seberani itu kepada seorang Sunny?"

Sunny mengangkat dagunya setinggi 4 cm. Dia suka jika ada orang yang memujinya seperti itu. Hal yang semakin membuat Jackson tersenyum lebar melihat sikap arrogant Sunny.

"Mari buat mereka menjerit." Ucap Sunny sebelum dia menekan tombol post di akun Kakaostory miliknya.

Entah itu adalah postingan keberapa Sunny hari ini setelah sebelumnya memposting menu dari minuman yang ditawarkan hotel, selfie dari dirinya sebelum berangkat ke acara, suasana di loby ketika dia menunggu kenderaan hotel, dan beberapa kumpulan foto acara launching party. Sungguh bukanlah gaya seorang Sunny.

Setelah hampir setengah jam berbincang-bincang, Sunny dengan langsung pamit diri untuk pulang ke hotelnya, hal yang sangat disayangkan Jackson karena acara malam itu belum selesai, tapi tidak!!! Lebih tepatnya lagi, Jackson menyayangkan hal itu karena dia masih ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama Sunny.

Kesempatan menemukan Sunny berada disisinya seperti saat ini adalah hal yang sangat langka untuk terjadi. Karena itu Jackson sangat menyesali keputusannya yang hanya menawarkan Subway sandwich kepada Sunny. Itu bukanlah makan malam yang ingin dia berikan kepada Sunny.

Setidaknya hari ini Jackson berkesempatan untuk berfoto bersama.

***

Ada kurang lebih 3 jam supir hotel menunggu Sunny di tempat parkir.

Dengan pengalaman mengerikan yang pernah Sunny alami di Shanghai, Sunny tidak akan pernah berani untuk pulang dengan taksi ataupun berjalan seorang diri. Karena itulah dia membuat supir hotel menunggunya.

Bagaimana tidak? Beberapa tahun yang lalu Sunny pernah di rampok habis-habisan ketika melakukan perjalanan seorang diri di Shanghai. Taksi bandara yang dipanggilnya kala itu ternyata adalah perampok yang sudah biasa menjalankan aksinya terhadap turis-turis yang melakukan solo trip.

Jika ditanya bagian mana yang membuat Sunny sangat trauma atas apa yang terjadi kala itu... Taksi yang dinaikinya tiba-tiba berhenti di gang sepi, dan entah dari mana seseorang masuk ke dalam mobil dengan senjata ditangannya.

Orang itu kemudian menodongkan senjatanya kepada Sunny dan menyuruhnya untuk turun dari mobil yang kemudian melaju pergi meninggalkan dirinya tanpa apapun selain pakaian yang dikenakannya. Semua barang-barang berharganya yang ada didalam mobil itu, lenyap, tidak tersisa.

Sungguh pengalaman yang sangat mengerikan bukan?

Tapi mengingat apa yang terjadi setelah itu tidak kalah mengerikan.

Bagaimana dengan tidak berdayanya Sunny meminta bantuan orang-orang untuk menghubungi kerabat dekatnya... Bagaimana ribetnya dia mengurus semuanya di kantor polisi untuk bisa kembali ke Korea seorang diri dengan keterbatasan bahasa,

Oh sungguh pengalaman yang sangat mengerikan jika diingat kembali.

Sialnya...

Pengalaman yang mengerikan itu tidak lebih mengerikan dari apa yang saat ini ada dihadapannya.

"Sunny..."

Sunny dengan langsung menghentikan langkahnya ketika melihat presensi seseorang yang tengah berdiri tidak jauh dari Sofa lobi hotel sesaat setelah melihat kedatangan Sunny.

Jantung Sunny seperti berhenti berdetak, dia benar-benar tidak menyangka bisa melihat pemandangan seperti ini. Dia hanya bisa berdiri mematung.

"Apakah kau baik-baik saja?" Laki-laki itu terlihat khawatir dan dengan segera melangkah mendekat sehingga membuat Sunny dengan spontannya melangkah mundur.

"A-apa yang kau lakukan disini?" Sunny tidak bisa menyembunyikan getaran dari suaranya ketika berucap.

"Kenapa kau berani datang sendiri kesini?" Ucap laki-laki itu.

Mulut Sunny menganga tidak percaya mendengar pertanyaan tersebut.

"Kau benar-benar sudah gila." Sunny mengucapkan hal itu sembari mengepal tangannya. Jika saja tidak banyak orang disini, dia mungkin sudah meneriaki Julian.

Iya, laki-laki itu adalah Julian. Laki-laki yang sedang berdiri dihadapan Sunny saat ini adalah Julian.

"Sunny... Tolong, aku hanya ingin meminta waktumu sebentar untuk bicara." Julian memohon.

"Aku sudah tidak tau lagi bagaimana menanggapi dirimu! Apakah istrimu tau kau disini? Bagaimana bisa kau meninggalkan istrimu yang sedang hamil hanya untuk bertemu denganku? Kau benar-benar sudah tidak waras!"

"Bisakah kau berhenti?"

"Kau yang seharusnya berhenti melakukan ini semua! Kau bahkan berani untuk datang jauh-jauh menemuiku. Apakah kau sakit jiwa?."

"Ini adalah satu-satunya cara agar aku bisa bicara denganmu tanpa kekasih akal-akalanmu itu!"

Tidak bisa dibayangkan bagaimana kesalnya Sunny saat ini. Ingin rasanya dia mencekik Julian hingga kehabisan nafas.

"Dia benar-benar kekasihku!" Sunny memberikan pembelaannya.

"Kekasih mana yang rela membiarkan kekasihnya datang ketempat dimana dia pernah dirampok."

Sunny menutup mulutnya tidak percaya. Bagaimana bisa Julian mengetahui hal itu? Perampokan itu terjadi lama setelah mereka putus.

"Istrimu mungkin akan memaafkanmu jika tau hal ini, tapi tidak dengan kekasihku! Aku jamin dia akan membunuhmu."

"Berhenti berbohong padaku!"

"Dia benar-benar kekasihku!"

"Teman tidur Sunny! Dia hanyalah teman tidurmu!"

Praaaaakk

Sunny bisa merasakan nyeri ditangannya setelah memberikan tamparan yang sangat kuat di pipi Julian. Sedangkan Julian hanya bisa memegangi pipi kirinya yang memerah semerah tomat.

Ini adalah untuk pertama kalinya Julian mendapati tamparan dari Sunny. Hal yang masih membuat Julian shock karena semarah-marahnya Sunny menghadapi dirinya selama ini, Julian tidak pernah melihat amarah Sunny sebesar ini.

Menyadari bahwa aksi tamparan yang Sunny berikan menarik perhatian beberapa pengunjung dan juga resepsionis hotel, Sunny melangkah mendekati Julian dan berbisik,

"Ini adalah terakhir kalinya aku memberikan waktu ku untuk meladenimu. Setelah itu jangan pernah berpikir untuk datang menemuiku lagi!"

Sunny benar-benar tidak memiliki pilihan lain untuk membuat Julian berhenti melakukan hal gila untuk menemuinya. Jadi satu-satunya cara adalah memberikan waktu untuk Julian menjelaskan apapun yang seharunsnya tidak perlu dijelaskannya.

***

"Dari mana kau tau keberadaanku?" Tanya Sunny setelah meneguk setengah dari segelas orange juice dihadapannya. Berhadapan dengan Julian membutuhkan kesadaran penuh, jadi dia tidak berani menyentuh minuman beralkohol apapun walaupun di acara tadi dia sudah meneguk segelas Vodka.

"Dari postingan KakaoStory-mu."

Sunny terkekeh kosong.

"Bagaimana dengan apa yang pernah terjadi disini? Dari mana kau mengetahuinya?"

"Tentang perampokan itu?"

Sunny mengangguk pelan.

"Bisa dikatakan bahwa aku mengetahui apa yang terjadi denganmu."

Sunny mengerutkan keningnya.

"Kau menguntitku?"

Julian hanya bisa menundukan kepalanya. Tidak secara langsung dia mengakui bahwa dia memang melakukannya.

"Semua temanku mengenalmu, jadi semua hal yang terjadi kepadamu terlebih itu adalah kejadian yang fatal pasti akan sampai ketelingaku." Jelas Julian yang masih menundukan kepalanya.

Sunny menghembuskan nafasnya dengan kasar mendengar jawaban itu.

"Kau benar-benar sudah gila Julian. Apa yang kau pikir bisa kau dapatkan dengan melakukan semua ini? Apakah kau tidak sadar bahwa kau menyakiti hati istrimu?"

Julian akhirnya mengangkat kepalanya menatap Sunny yang duduk dihadapannya di restaurant hotel.

Suasana di restoran hotel itu sangat tenang, tapi tidak setenang perasaan dua orang yang saling duduk berhadapan ini, Sunny dan Julian.

"Sebanyak apapun kau menganggapku gila, aku sadar akan hal itu. Aku memang sudah terlanjur gila dengan semua keputusan yang aku ambil. Dan aku menyesalinya.

Semuanya sudah salah sejak aku memutuskan meninggalkanmu untuk melanjutkan sekolahku keluar negeri." Julian terjeda untuk beberapa detik – masih menatap Sunny dengan tatapan dalamnya, berharap bahwa Sunny bisa melihat kejujuran disana.

"Lihat apa yang aku dapatkan sekarang? Membayar kesalahanku karena menghamili perempuan di acara ulang tahun temanku."

Entah mengapa hati Sunny masih terasa sakit ketika mengetahui penjelasan Julian. Dia menatap mata Julian walaupun dengan tatapan kosongnya. Semua ini benar-benar mengacaukan pikirannya.

"Aku tidak memiliki pilihan lain selain menikahinya, terlebih orang tuanya pernah menjalin kerja sama dengan keluargaku."

Sunny masih membungkam kata, memberikan waktu kepada Julian untuk menjelaskan semuanya walaupun hal yang tengah dijelaskan Julian benar-benar menoreh luka lama.

"Aku tau aku adalah seorang bajingan karena telah membuatmu mengalami semua hal ini. Terlebih ketika aku memberikan undangan pernikahanku kepadamu. Aku tau kau pasti hancur, karena begitupun diriku. Aku pikir setelah menyelesaikan sekolahku aku bisa kembali ke Korea dan terlepas dari peraturan hidup orang tuaku. Aku pikir aku bisa kembali dan memenangkan hatimu – memulai semuanya dari awal. Tapi ternyata semuanya berubah hanya karena kesalahan satu malam."

Penuturan akan kenyataan yang Julian berikan semakin membuat kepala Sunny terasa mau pecah. Dia tidak siap menerima semua kenyataan ini. Akan lebih baik rasanya jika Julian yang terlalu jahat sehingga berani datang kembali untuk menghancurkan hidupnya. Tapi jika seperti ini ceritanya, Sunny tidak tau harus bagaimana menanggapinya.

"Kau tau... Hana mengalami keguguran kala itu. Hal yang membuatku merasa terlalu jahat untuk berbahagia karena aku bisa memiliki alasan untuk mengakhiri semuanya dan kembali padamu." Julian menghembuskan nafas dengan berat. Seolah-olah menghempaskan semua hal yang membebaninya. "Seandainya semuanya semudah itu."

Julian tersenyum kosong dan kembali membuka suaranya.

"Keguguran Hana membuatnya merasa sangat terpuruk. Sayangnya aku merasa tidak tega untuk membiarkannya melalui semua itu seorang diri, karena walaupun saat itu aku belum mencintainya, aku tidak bisa melupakan statusku sebagai seorang suami."

Sunny memejamkan matanya. "Saat itu belum mencintainya?" Sunny hanya bisa membatin.

"Aku sempat melupakanmu karena dirinya, saat membantunya untuk pulih dari depresi akan kehilangan janin yang dikandungnya.

Tanpa aku sadari aku benar-benar menjalankan tugasku sebagai seorang suami sehingga pada akhirnya Hana diberikan kesempatan untuk mengandung lagi." Julian benar-benar berhati-hati ketika mengucapkan kalimat terakhir itu. Karena dia tau hal itu mungkin akan lebih menyakiti hati Sunny.

Sunny menarik satu sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Lalu apa yang kau lakukan disini?"

Pertanyaan Sunny kali ini membuat Julian kembali menundukan kepalanya.

"Aku pikir aku telah berhasil melupakanmu. Tapi ternyata tidak. Aku menyadarinya ketika bertemu denganmu di supermarket kala itu. Aku tidak tau apa yang salah denganku, tapi aku benar-benar kacau. Karena hatiku ternyata masih untukmu. Karena itu menemuimu disini adalah satu-satunya cara yang bisa aku lakukan agar bisa menjelaskan semuanya."

Kepala Sunny terasa mau meledak. Semua penjelasan Julian benar-benar membutuhkan waktu bagi Sunny untuk bisa diproses. Semuanya terjadi begitu cepat.

Kali ini Sunny benar-benar tidak bisa menanggapi Julian dengan membentaknya ataupun melontarkan kata-kata kasarnya. Sunny benar-benar harus memberikan pengertian kepada Julian agar menghentikan semua ini. Menghentikan semua tindakan gilanya.

Cinta memang bisa membuat orang kehilangan akal sehatnya bukan?

"Aku tidak tau harus bereaksi seperti apa mendengar semua ini." Kali ini Sunny mengucapkan hal itu dengan nada yang tenang. "Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih karena telah menjelaskan semua ini kepadaku. Tapi kau harus tau bahwa aku dan kamu sudah berakhir. Tidak ada yang bisa diselamatkan dari hubungan kita karena semuanya benar-benar telah berakhir." Sunny berucap sembari mengusap tepian gelas dari orange juice dihadapannya.

"Sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah, jadi aku harap kau bisa fokus dengan kehidupan keluargamu." Lanjut Sunny sembari menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Kau pasti tau bahwa aku tidak bahagia."

"Tapi aku bahagia. Aku bahagia dengan kehidupanku." Sunny dengan langsung menyela. "Bahagia atau tidaknya dirimu sudah bukan urusanku lagi. Jadi aku mohon... Mari akhiri hubungan yang sudah lama berakhir ini dengan benar."

Julian terdiam. Dia bisa merasakan kesungguhan Sunny ketika mengucapkan permohonannya.

"Jadi... Sudah benar-benar berakhir?" Ucap Julian pasrah.

Sunny mengangguk pelan. "Aku lelah. Aku rasa sampai disini saja." Sunny memijat pelan pelipisnya sembari meraih sling bag Fendi disisinya yang kemudian berdiri untuk berjalan pergi meninggalkan Julian.

"Jungkook." Ucap Julian yang dengan langsung membuat Sunny yang baru saja beranjak dari tempat duduknya menghentikan langkah.

"Laki-laki itu... Namanya Jeon Jungkook kan?"



**To Be Continued**
*Kamis, 30 Juli 2020*
*22.43 WITA*

😱😱😱😱
Gimana Pinkish?
Apa yg bakalan terjadi ya?
Omg Julian tau tentang Jungkook
😱😱😱

Btw di chapter ini Jungkook ga ada 😭
Tapi semoga semua pertanyaan tentang Julian udah terjawab... Kenapa dia lakuin apa yang  dia lakukan ke Sunny.

Gimana menurut kalian tentang Julian?
Gimana kalo kalian ada di posisi Sunny?
😭😭

Nih aku kasih Julian 👇🏻

Aku kasih Baby Banana Juga 👇🏻

🥺🥺🥺🥺
Kangen banget

Btw kalian tim siapa nih?

JUNGKOOKxSUNNY
JULIANxSUNNY
JACKSONxSUNNY

Continue Reading

You'll Also Like

8.6K 1.1K 34
Kwon Jiyang memiliki kehidupan yang buruk, Ayahnya selalu menghukumnya dengan cara memukul, setiap kesalahan kecil yang Jiyang buat esok harinya suda...
487K 50.5K 94
Kim Taehyung, bukan seorang manusia normal pada umumnya. ia memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang-orang yang memiliki kontak mata dengannya...
210K 32.1K 58
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
950K 90.3K 43
Cerita ketiga SugaMinNa Highest Rank #16 at Fanfiction (1 April 2017) Cast : ▪Min Yoongi ▪Kim Ki Ra (OC) Other Cast : ▪Member BTS ▪OC Genre : ▪Marrie...