Bintang

By dyawp_

13.5K 2.4K 4.2K

"Kalau ada apa-apa bilang. Jangan cuma diam. Biar orang yang sayang sama lo tahu apa yang harus dia lakukan."... More

"BINTANG"
(1)Bertemu
(2)Perkataan
(3)Rencana
(4)Janji
(5)Keadilan
(6)Kabar
(7)Cafe
(8)Hanya Rindu
(9)Keong Mas
(10)Es krim
(11)Bucin Akut
(12)Pulang bareng
(13)UKS
(14)Mainan
(15)Pulpen
(16)Lomba
(17)Lapangan bola tenis
(18)Berubah
(19)Sebuah lagu
(20)Rumah Sakit
(21)Ditolak sebelum menembak
(22)Pacaran yuk!
(23)Lapangan bola tenis 2
(24)Sakit?
(25)Ada apa?

(26)Kenapa?

291 26 83
By dyawp_

***

Karena beberapa orang terkadang tak ingin ditanya 'kenapa?' saat sedang terluka.

***

Karena pagar rumah Airin terbuka, motor Leon masuk ke halaman. Leon menghentikan motornya. Setelah mematikan mesin, dibantunya Airin turun dari boncengan.

"Langsung pulang? Beneran nggak mampir dulu? Bentaran aja gitu?"

Leon mengangguk.

"Ya udah, tapi nanti kapan-kapan mampir lho!?" ucap Airin tapi sedetik kemudian tersadar, "eh kayaknya dari dulu kapan-kapan mulu deh. Terus kapan-kapannya itu kapan?"

Kalimat Airin itu membuat Leon tak jadi menghidupkan mesin motor. Dibalik helmnya, Leon tersenyum kecil dengan pertanyaan yang terlontar dari Airin tadi. Leon berubah pikiran, ia memutuskan untuk turun dari motor setelah melepas helm yang ditaruhnya di tangki motor.

Airin mengerjap-ngerjapkan mata dengan alis terangkat mendapati Leon yang berdiri di depannya. "Gimana? Berubah pikiran? Mau mampir dulu?" tanyanya.

Leon hanya diam dan melipat kedua tangannya di depan dada, bibirnya mendesis menanggapi sikap cerewet Airin. Sosok ceria inilah yang membuat Leon merasa terhibur. Leon menatap Airin dengan sorot dalam. Seakan ada sesuatu yang ingin dikatakannya pada gadis itu.

"Kenapa?" tanya Airin heran.

"Ya udah yuk masuk," ajak Airin akhirnya, karena cowok di depannya ini sedari tadi tak membuka suara dan Airin tahu Leon pasti tak akan menjawab pertanyaannya-mengingat sikap dingin cowok itu. Airin bergegas berbalik. Namun, sebuah tangan tiba-tiba saja meraihnya. Tubuhnya tertarik begitu saja. Tidak tersedia cukup waktu baginya untuk menyadari apa yang tengah terjadi.

Leon mengulurkan kedua tangan, meraih tubuh mungil Airin yang limbung lalu memeluknya. Membawa Airin kedekapannya.

Airin tersentak kaget. Ketika sedetik kemudian kesadarannya kembali, Airin mendapati dirinya terkurung dalam dekapan Leon.

Beberapa saat hanya hening. Kedekatan mereka membuat Airin menyadari bahwa sesuatu hal pasti terjadi pada cowok ini. Sesuatu yang membuat orang ini merasa membutuhkan orang yang mengertinya. "Yon ...?" panggil Airin dengan suara lirih. Penuh kehati-hatian. Seakan takut jika dia bertanya itu akan menyentil emosi Leon.

"Hm," sahut Leon sama lirihnya, setelah beberapa saat terdiam.

Kenapa?, ingin sekali Airin melontarkan pertanyaan itu. Tapi Airin tahu, Leon tidaklah suka jika diajukan pertanyaan itu. Ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya 'kenapa?'. Karena beberapa orang terkadang tak ingin ditanya 'kenapa?' saat sedang terluka. Mereka tidak ingin menjawab atau menceritakan sebab lukanya. Mereka hanya ingin dimengeri bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja.

"Terima kasih," bisik Leon kemudian.

"Gue gak ngerti ...." Airin menyatukan alis bingung. Tak mengerti maksud Leon yang berterima kasih kepadanya. Malah ia yang seharusnya berterima kasih pada Leon karena sudah mengantarnya sampai rumah.

"Gak papa," jawab Leon seadanya. Sesungguhnya banyak sekali yang ingin ia sampaikan pada Airin. Tapi dia bingung harus mengatakannya bagaimana. Leon tak pandai merangkai kata untuk ia ucapkan, makanya ia seringkali diam ketika ditanya. Diam merupakan jawaban bagi Leon. Airin itu benar-benar membantu hidupnya. Selalu ada untuknya. Airin, sosok cewek yang ia temui ketika kesepian dan membutuhkan seseorang. Tempatnya mengadu, bercerita, dan berbagi keluh kesah. Karena hanya cewek itu yang dapat mengertinya.
















































































Bintang terpaku di atas motornya. Ia memang menghentikan motor tak jauh dari mereka, bersembunyi di balik sebuah mobil yang terparkir di depan rumah milik salah satu tetangga Airin. Bintang mengantupkan bibir dan melebarkan mata, memandang jauh sosok Airin yang terlihat dari sini bersama Leon. Yang bahkan mereka saling berpelukan. Bintang menghembuskan nafas dengan bahu yang menurun, merasa kembali patah.

Apa ini yang dimaksudkan orang-orang? Yang katanya, ada yang terbakar tapi bukan sampah. Ada yang retak tapi bukan kaca. Ada yang patah tapi bukan tulang. Ada yang gugur tapi bukan daun. Seseorang yang mengalaminya, pasti tahu jawabannya.

Bukan kali pertama Bintang melihat Airin dan Leon bersama seperti ini. Tapi kenapa rasanya lebih sakit dari sebelumnya. Jika sebelumnya Bintang merasa tak pantas marah pada Airin-karena ia bukan siapa-siapanya Airin-bukankah sekarang Bintang berhak marah? Dan melampiaskannya? Bolehkah Bintang mendatangi mereka lalu memisahkan keduanya? Bolehkah Bintang mengadu pada Airin kalau ia cemburu juga ingin memeluk gadis itu?

Namun, Bintang hanya mampu berdiam diri. Tak punya keberanian apapun. Ia pendam semua ini sendiri. Tak perlu berlama disini meratapi diri dengan menatap semua ini, Bintang segera beranjak pergi. Ia menyalakan mesin motor kemudian menarik gas berlalu meninggalkan dua insan yang telah menggoreskan luka di dadanya.

***


Begitu tiba di rumah, Bintang segera memasuki dapur. Setelah menaruh kantong belanjaan di meja makan, ia lalu membuka kulkas. Mengambil botol air mineral dari sana membawanya ke meja makan. Ia duduk kemudian membuka tutup botol dan menenggaknya kasar. Tanpa kehati-hatian. Berharap air dingin itu mampu menghilangkan rasa sesak dalam dirinya.

Sialnya air dingin yang melewati tenggorokannya itu tak mengabulkan harapannya. Malah sekarang ia jadi tersedak. Terbatuk-batuk dengan wajah memerah dan mata yang berair.

"Ck ck ck, minum aja gak bisa! Gak malu sama bayi!?" sindir Wulan yang datang lalu mengorek-ngorek isi kantong belanjaan yang Bintang bawa tadi. Dia sedang mencari sesuatu. "Satu hari lagi bulan puasa, pasti pesenan kue ibu banyak banget. Pokoknya lo harus bantuin! Jangan sibuk pacaran mulu!" cerocosnya.

Bintang tak menggubris perkataan Wulan. Bahkan mungkin tak mendengar, seakan telinganya tuli mendadak. Tatapannya pun kosong, seperti kehilangan kesadaran. Yang ada di pikirannya adalah peristiwa tadi. Bayangan Airin yang dipeluk cowok lain terngiang-ngiang di kepalanya. Membuat pikiran-pikiran negatif bermunculan. Yang entah kenapa membuat hatinya berdenyut sakit.

Bintang menghirup nafas dalam. Mengisi rongga dadanya yang serasa sesak. Bagaimana mungkin Bintang bisa melupakannya? Kejadian itu membuatnya ragu untuk percaya bahwa Airin telah berubah. Nyatanya cewek itu masih sama-mempermainkan perasaan orang lain. Bintang jadi merutuki diri karena percaya pada keyakinannya, bahwa Airin telah berubah.

Kejadian itu pula membuatnya semakin yakin bahwa perasaannya ini hanya sepihak. Hanya dirinya saja. Sementara Airin tidak memiliki perasaan apapun kepadanya.

Bodoh sekali Bintang mengira Airin akan berubah dan menyukainya. Bintang merasakan ada sesuatu yang menghantam keras dadanya. Dan itu menyakitkan. Tanpa sadar matanya memanas.

"Permen yang gue pesen ma ...." ucapan Wulan menggantung manakala ia mendongak mendapati Bintang dengan kedua mata yang berkabut. "Tang, lo kenapa?" tanyanya dengan cemas.

Tak kunjung menjawab, Wulan bergegas mendekati Bintang dan menepuk bahu kakaknya itu sambil berseru pelan.

"Bintang!"

Bintang tersadar dan refleks menoleh ke Wulan. Kedua matanya mengerjap kaget.

Wulan menatapnya lekat-lekat, benar-benar khawatir melihat kondisi Bintang.

Pertahanan Bintang runtuh seketika. Kabut bening di kedua matanya mengalir turun saat bersitatap dengan Wulan yang menampilkan wajah bingung, kaget, dan cemas. Tubuhnya bergerak. Suara decitan kursi pun terdengar disusul Bintang yang memeluk Wulan.

Wulan terperangah.

Ketenangan Bintang pecah. Dia menenggelamkan wajahnya pada salah satu bahu sang adik. Air matanya tumpah begitu saja membasahi baju Wulan. Bintang semakin mengeratkan pelukannya. Benar-benar erat. Dia tak kuasa lagi berusaha menahan luapan emosi yang sejak tadi ditahannya.

"Hei!? Lo kenapa, Tang?" cemas Wulan yang kaget tiba-tiba Bintang menangis dan memeluknya seperti ini. Suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Bintang menggeleng bertanda ia tak tahu sebenarnya kenapa. "Sakit ...," lirihnya dengan suara tersendat dan serak. Kata itu yang mewakilinya untuk saat ini.

Wulan berusaha menguraikan pelukan tapi Bintang justru bersikap sebaliknya. Wulan jadi mendengus kesal. Dia ini tidak tahu Bintang kenapa. Orang yang ditanya menjawab dengan jawaban yang membingungkan.

Wulan jadi bingung harus berbuat apa dalam situasi seperti ini. Sakit? Tadi Bintang bilang begitu? Daritadi pagi baik-baik saja kok. Pikiran negatif pun muncul di kepala Wulan. Apa jangan-jangan Bintang mengalami kecelakaan tadi saat di jalan pulang atau jangan-jangan ...
























Bintang kesurupan? Bisa jadi kan, pas pulang tadi ada setan yang hobinya nangis merasuki Bintang? Opsi kedua ini membuat Wulan merinding seketika.

"Kenapa Bintang? Jangan bikin gue bingung!"

Tak ada jawaban. Bintang membisu. Membuat Wulan menghela berat. Akhirnya dengan kebingungan yang makin meningkat, tangan Wulan terangkat. Dia membalas pelukan Bintang sambil menepuk-nepuk pelan punggungnya berusaha untuk menenangkan. Namun dia sudah bertekad akan membordir Bintang dengan banyak pertanyaan begitu kakaknya itu sudah tenang.






































***

Maaf kalau nemu typo😂

Jangan lupa untuk menekan tanda bintangnya dan meninggalkan komentar yang banyak!

dyawursita💜





PART SELANJUTNYA BAKALAN CEPET UPDATE KALO BANYAK YANG VOTE DAN COMENT WKWKWKWK :')











TERIMA KASIH

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 51.9K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
324K 18K 66
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
6.4M 179K 57
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.2M 119K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...