Angkasa

By shalsaalfiy

706K 32.4K 1K

(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Angkasa Gerald Anugrah, sang ketua geng motor The Blaze. Laki-laki yang dianggap bai... More

1. Angkasa
2. Murid Baru
3. Peringatan!
4. Angkasa Mau Yaaaaaaa?
5. Apa Semuanya Baik-baik Saja? Tidak!
6. Ada Gangster!!
7. Menjauh
8. Senja Tidak Menyerah!
9. Diary
10. Rumah Rahasia Senja (1)
11. Rumah Rahasia Senja (2)
12. Kode?
13. New Members
14. Rasa Yang Berbeda
15. Antara Aku, Kamu, Dan The Blaze
16. Sunset & Kehangatan Di Puncak
17. Ingkar
18. Danger Dengan Pelukan
19. Perubahan?
20. Ternyata Tidak
21. Togheterness
22. Jangka
23. Ancaman
24. Why Angkasa?!
25. Menjadi Kita (?)
26. Happy Birthday Senja!
27. Aku Merindukannya
28. Hancur
29. Pertengkaran
30. Malam Hari Bersamanya
31. Tujuan
32. Antara Rela Dan Tidak
33. Salah Paham
34. Gengsi
35. Bulan & Matahari
36. 3 Hari (300juta Tahun)
37. Karena Keadaan
38. Sakit (1)
40. Senyuman Luka (2)
41. Kejadian
42. Ls162! (?)
43. Aku Mencintainya
44. Maaf
45. WARNING
46. Sakit (2)
47. Hancur (2)
48. Dekapan Yang Dirindukan
49. Bentakkan
50. Kemana Kamu Yang Dulu (?)
51. Berjuang (Lagi)
52. Pertempuran Besar
53. Kehilangannya
54. Rindu
55. Malam Mencekam
56. Kembali Lagi?
57. Terluka
58. Dia Yang Tulus
59. Bersama Angkasa
60. Promise
61. Bersamanya (Selesai)
62. EXTRA PART : Langit Senja
SEQUEL ✨

39. Senyuman Luka (1)

8.4K 388 15
By shalsaalfiy

Sesabar apa diriku untukmu yang terlalu egois?”

***

Perempuan berambut panjang yang sengaja ia uraikan, ia berjalan ke ujung jalan. Kepalanya menoleh kearah kanan dan kiri menunggu taksi yang lewat. Melambaikan tangan saat taksi melintasinya, lalu masuk kedalam.

Tak butuh waktu lama, taksi itu sampai ke tempat tujuan. Perempuan dengan rambut  yang terurai, membiarkan terbang kesana-kemari yang kadang-kadang menutupi wajahnya. Perempuan itu ragu melangkah, tapi dia punya tujuan yang tulus.

Dengan langkah pelan, Senja memasuki gedung yang menjadi markas geng motor itu. Ramai orang di dalamnya, semuanya juga menatapnya sedikit aneh. Tapi Senja tak menghiraukannya, perempuan itu hanya berjalan hingga ia sampai kedalam. Menemukan sosok yang ia cari.

Langkahnya yang sedikit bersuara itu menganggu lamunan seseorang, cowok itu menoleh saat merasa ada kehadiran seseorang. Seharusnya dia menyambut dengan baik, namun hanya sekilas menatapnya.

"Angkasa."


"Kamu ngapain kesini?" Jawaban yang tak ingin Senja dengar lagi.

Tentang nada bicaranya, tentang suaranya yang berbeda. Tentang bagaimana jawabannya. Senja tidak mau mendengar itu.

"Mau ketemu kamu. Kamu enggak ada kabar semenjak pulang sekolah, aku khawatir sama kamu."

"Gausah khawatirin aku. Aku bisa jaga diri, bisa rawat diri sendiri tanpa orang lain. Sebelum kamu ada disamping aku, aku udah bisa jaga diri sendiri," balas Angkasa.

"Ya tapi, kan, aku pacar kamu. Aku khawatir Angkasa." Senja menghela pasrah.

"Udah malem. Bahaya jalan sendirian, aku juga bukan anak kecil yang selalu ditanya-tanya. Bukan anak kecil yang cuma makan pas diingetin. Gak usah terlalu berlebihan."

Baiklah.

Tidak sesuai ekspektasinya.

Sakit, memang. Tapi ada perasaan yang bisa mengalahkan rasa sakit itu, yang membuat Senja masih bisa bertahan disini.

"Maaf, kalo menurut kamu aku berlebihan dan mungkin buat kamu gak nyaman." Senja melemah. "Aku pulang, ya."


"Yaudah pulang aja, gak ada yang nyuruh kamu kesini," ucapan Angkasa benar-benar membuat Senja menahan dada nya yang mulai sesak.

"Aku pulang dulu ya." pamit Senja sambil tersenyum pada Angkasa walaupun cowok itu daritadi tidak melihatnya sedetikpun. "Walaupun aku gak tau kamu kenapa. Tapi aku minta maaf kalo aku punya salah sama kamu." lanjutnya, lalu cewek itu pergi dari tempatnya.

Senja berjalan menjauh dari Angkasa, Senja berhenti. Dan menatap kebelakang, tapi sayangnya cowok itu tetap diam tanpa ada pergerakan sedikitpun membuat Senja hanya bisa tersenyum miris. Senja berjalan dengan senyuman yang ia tunjukan untuk menahan tangisnya.

"Senja. Sebentar banget? Udah pulang aja. Gak dianter Angkasa?" tanya Pandu yang sedang berpapasan dengan Senja.

"Gapapa. Udah malem aja gaenak disini," jawab Senja.

"Gapapa kali, santai aja disini mah."

"Aku pulang dulu ya," pamit Senja sambil tersenyum. Pandu yang melihatnya hanya bisa heran.

****

Angkasa masuk kedalam rumahnya tanpa permisi, cowok itu langsung masuk saja. Tidak peduli jika diruang tamu terlihat banyak orang. Tapi cowok itu tetap berjalan lurus.

"Angkasa!" Panggil Amar membuat Angkasa langsung berhenti.

Amar mendekat kearah anaknya. "Angkasa, tolong sopan sedikit. Papa gaenak sama Om Hery. Kamu gabisa ucap salam atau permisi?"

"Gabisa," balas Angkasa santai.

"Sekarang kamu duduk disana. Ada tamu, dia saudara kamu. Jangan kaya gini, gak sopan." ujar Amar.

"Gak mau, Angkasa cape."

"Angkasa!" Amar menaikkan nada bicaranya.

Dengan malas Angkasapun menuju ruang tamu dan ikut duduk disana bersama dengan semua orang disana.

"Maaf Her. Angkasa mungkin lagi cape," ujar Amar kepada lelaki berkumis tebal itu.

"Iya gapapa, Mar," balas lelaki bernama Hery itu. "Sekarang Angkasa sudah besar ya. Seumuran sama Debbi," ucap lelaki itu sambil menunjukan anak perempuannya yang memang seumuran dengan Angkasa.

"Iya. Sekarang Angkasa ganteng banget," puji perempuan cantik berambut pirang. Wajahnya sedikit kebule-bulean.

Tapi Angkasa tidak peduli dengan celotehan-celotehan orang disekitarnya. Dia hanya diam dan tidak melihat satu persatu orang disana.

"Oh iya Angkasa. Besok Debbi pengen pindah ke sekolah kamu. Kamu nanti bisa kan ajak dia buat berangkat bareng? Kamu juga nanti kasih tau dia gimana sekolah kamu itu," ujar Amar.

"Semangat Bangsa? Cih, kan sekolah pembuangan yang katanya cuma anak-anak berandalan yang ada disana." Angkasa menekankan kalimat terakhirnya, karena itu cukup familiar. Iya, dulu keluarganya selalu membicarakan hal itu.

"Tapi Debbi pengennya sekolah bareng kamu," ucap Amar.

"Angkasa. Besok nanti Om anter Debbi kesini, nanti kalian berdua berangkat kesekolahnya bareng, ya?" sahut Hery.

"Iya bener. Kalian harus akrab, kalian kan udah lama gak ketemu jadi harus saling ngenal lagi dong," sahut wanita paruhbaya yang duduk disamping Debbi.

"Terserah," ujar Angkasa lalu cowok itu berjalan menaikki tangga.

"Maafin tingkah laku Angkasa ya," ucap Amar sedikit merasa tidak enak.

"Gapapa. Angkasa kan dari dulu emang kaya gitu, orangnya cuek."

****

"Angkasa kemana si dia?" tanya Herdi.

"Tadi dia bilang ke gue katanya kita suruh berangkat duluan, ada urusan dia katanya," ujar Rafi.

"Urusan apaan? Sejak kapan Angkasa punya urusan kalo bukan urusan The Blaze?" Pandu jengah.

"Ya mana gue tau njir. Jangan nanya sama gue," sahut Fadli.

"Gaada yang nanya sama lo," timpal Pandu.

Keempat cowok itu baru saja sampai diparkiran sekolah.

"Hay kalian!" sapa seorang cewek yang datang dengan senyum manisnya. Siapa lagi kalau bukan Senja?

"Hai juga beb," balas Herdi.

"Dihh babbebbabeb!" Pandu menoyor kepala Herdi. "Gak mampus lu? Entar gue aduin ke si Bos."

"Ya jangan-jangan. Jangan dulu jangan ngapa ya Allah," ucap Herdi.

"Parah lu man. Ntar habis lu sama Angkasa," ujar Fadli.

"Angkasa mana? Kok gaada bareng kalian?" tanya Senja.

"Gatau. Tadinya sih dia bilang ada urusan," jawab Pandu.

"Urusan apa?"

"Kita juga gatau Ja," jawab Rafi.

Lalu motor berwarna merah datang, seluruh mata orang yang ada disana tertuju pada motor yang baru saja datang, Senja melihat Angkasa bersama dengan seorang perempuan dibelakangnya. Membuat hati nya tidak karuan, cewek itu juga memeluk tubuh Angkasa dari belakang membuatnya langsung tersentak. Semua murid juga tatapan nya langsung menuju kearah orang yang ada diatas motor itu. Mereka juga memperhatikan Senja yang mulai rapuh.

Cowok itu melepas helm-nya lalu dia turun dari motornya. Lalu tangan cewek yang ia bonceng tadi memeluk tangannya. Membuat semua orang ikut kaget melihatnya. Bukan hanya Senja, semua teman-teman Angkasa bertanya-tanya siapa perempuan itu.

Senja yang merasa tidak tahan lagi dalam keadaan ini, dia langsung mendekat kearah Angkasa, semua murid-murid tertuju padanya. Memperhatikannya. "Angkasa?" panggil Senja lirih.

"Hai, kenalin. Gue Debbi Angelica, panggi aja Debbi," cewek yang ada disamping Angkasa itu mengulurkan tangan pada Senja.

Senja menerima tangan itu, "Senja." Senja tidak seperti biasanya. Tidak ada senyuman dari wajahnya seperti hari-hari biasanya.

"Ohh Senja." ujar Debbi. "Yaudah yuk Angkasa. Lo anterin gue ke kelas lo yaa?" ucap cewek itu pada lelaki yang sedang digandengnya.

Tanpa berkata apapun, Angkasa langsung pergi dari hadapan Senja bersama dengan perempuan dengan wajah cantiknya bak model. Hati Senja terasa bukan teriris-iris lagi, melainkan sudah hancur menjadi debu, dan sudah bertebangan diatas udara.

"Lah itu siapa?" ucap heran Herdi sambil memerhatikan temannya yang berjalan menjauh.

"Ja," Pandu memandang Senja. Tapi Senja hanya tersenyum kepada empat cowok itu, lalu cewek itu langsung pergi dari hadapan keempat cowok itu sambil berlari. "Her, lo sama gue ngejer Senja. Nah lu fad, sama Rafi nyamperinAngkasa." ujar Pandu, lalu ada anggukkan dari teman-temannya.

Senja berlari melewati beberapa koridor kelas, tidak peduli berapa orang yang ia tabrak, air matanya mengalir deras. Senja terus berlari, tujuannya agar tidak ada yang mengetahui tangisnya. Senja berlari hingga dia sampai dikoridor sekolah, dia duduk disana. Badannya terlihat sangat lemas, sepertinya semangatnya sudah padam. Pikirannya ntah sedang kemana, dia terisak. Rasa perih itu menusuk dalam hatinya, menghancurkan hati tulusnya.

Entah kenapa ini perih, membuat air mata Senja terjun dengan bebas. Ia berusaha kuat dengan keadaan ini. Tapi nyatanya, dia tidak bisa menahan semuanya. Tidak bisa menahan apa yang ia rasakan.

Lukanya begitu hebat, ini semua akibat perasaan yang terlalu kuat.

"Senja," panggilan seseorang membuat Senja langsung menoleh kearah seorang disampingnya.

"Renaldi?" ujar Senja menatap cowok yang kini sedang tersenyum kearahnya.

"Lo jangan nangis," Renaldi menghelai rambut panjang Senja.

Senja memang tidak terlalu dalam mengenal Renaldi, tapi dia juga menganggap Renaldi sebagai teman. Tidak ada salahnya jika dia bercerita tentangnya ke Renaldi?

"Tapi Angkasa..."

"Gue tau, tapi sebaiknya lo tanya dulu sama Angkasa. Belum tentu apa yang lo liat itu sama kaya apa yang lo pikirin. Jangan nangis, banyak orang yang sayang sama lo. Termasuk gue," ucap Renaldi.

"Tapi—"

"Gaada tapi. Kehidupan itu terus berjalan."

"Makasih Renaldi"

***

VOTE GRATISSSSSSS!!

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 279K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
4.1M 319K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
10.6M 675K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
1M 16.7K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+