Evoking Memoir

由 sobranieolema

1.2K 118 23

Seokjin harus berperang antara menghentikan obsesi gila Taehyung yang ingin membunuh kekasihnya, atau menguak... 更多

Trailer
Prologue
01. Lilac
03. Rust

02. Blue

128 15 8
由 sobranieolema

Spring, 2019

Setelah drama pagi buta tadi, sukses membuat kepala Apple pening. Gadis itu memijat pelipisnya selagi tangannya sibuk membuat diagnosis pasiennya yang baru keluar ruangan semenit yang lalu. Isi kepalanya sekelibat terpikir mengenai pria di rumahnya—semoga saja masih tidur—tadi sih dirinya mengunci rumah, takut-takut hal seperti tadi fajar terulang. Well, akhir-akhir ini Apple selalu disibukan oleh hal-hal tentang kekasihnya—meski sedikit senang dan banyak resah; senangnya si kekasih tidak akan pergi kemana-mana minggu ini dan resahnya bertemu dengan seseorang yang membencinya dan sebaliknya.

Kala lamunanya mengudara, ia dikagetkan oleh dering telepon yang dengan segera ia angkat dan disambut oleh suara milik Jisung.

"A, ada yang ingin bertemu denganmu," ucap Jisung langsung.

"Hm? Siapa? Aku tidak membuat janji dengan siapa-siapa hari ini," sahut Apple sembari membuka jurnalnya mengecek jadwalnya hari ini.

"Entahlah, A. Sepertinya ada yang salah dengan pacarmu."

Jantung Apple terasa jatuh jauh ke perutnya. "Pacarku?"

"Ya pacarmu datang kesini menggunakan jas lagaknya pun seperti seorang CEO lantas ia bilang namanya Min Yoongi."

Apple menarik napas panjang-panjang sebelum menyuruhnya masuk ke ruangan. Ah, Min Yoongi, si pria gila kerja yang mana Apple berani taruhan ia ke sini hanya untuk mengomel mengenai pekerjaannya yang menjadi kacau dari pada konsultasi.

"Apple, kau tahu pekerjaanku menjadi—"

"Yoongi, kau boleh duduk sebelum menceritakan keluhanmu." Tukas Apple.

Pria itu mengambil posisi nyaman sebelum menyandarkan tubuhnya di kursi. "Gara-gara pacarmu, pekerjaanku jadi kacau,"—ia membenarkan kacamatanya—"tidak bisakah ia menggantikanku sebentar di kantor? Lagian kenapa juga dia tidak pernah menyuruhku keluar."

"Ayolah, Yoon. Kau tahu Seokjin pun bekerja, terlebih ia lebih sering bekerja di luar kota bahkan di pergi ke negara lain sekarang." Kata Apple dengan jemari yang membuat pola bulat di atas meja.

"Tetap saja, kau harus ingatkan dia, pekerjaanku itu penting. Padahal sebentar lagi aku akan mendapatkan investor—"

"Oke, maafkan aku. Akan kusampaikan itu pada Seokjin." Tukas Apple kembali lantaran jengah mendengar omelan pria itu. "Apa ada lagi yang mau kau sampaikan?"

Ada hening yang menyelip masuk ke dalam percakapan mereka sebelum Yoongi kembali membuka mulutnya. "Aku bingung kenapa sekarang ini Seokjin tidak pernah mengeluarkan aku."

"Aku sudah bilang dia punya banyak kerjaan."

"Bukan, Apple. Maksudku apa Seokjin sengaja melakukan itu agar si pembuat onar tidak keluar?"

Jantung Apple meledak seketika, seolah ia adalah granat pada medan perang dan Yoongi baru saja menarik sumbunya tanpa pemberitahuan. Mata Apple lekas menatap Yoongi dengan nyalang, sedangkan kerongkongannya cuma bisa mengeluarkan suara sumbang—susah payah menyembunyikan ketakutan di dalam.

"Si bocah SMA?" Apple tertawa hambar. "Yeah, I need to be careful before he flirts with someone with that face."

"Hey,"—bibir Yoongi melengkung, bukan yang simpatik atau ingin meladeni bercandaannya, malah lebih mirip tahi—"kau tahu yang mana, A."

Kemudian Apple kalah telak. Paras datarnya lenyap, sekonyong-konyong melesakkan kepalan tangan di dalam saku seraya menghindari tudingan manik Yoongi. "I'm not interested to talk about it."

"What actually happens between you two?"

Narcissa. Wanita sialan itu dan rasa cinta kekasihnya yang terlalu tolol."I'm at work,Yoongi. So either you're here to talk about you or we can talk about this later."

Yoongi terkekeh, ia seperti mendengar ada orang yang bilang kalau bumi itu bukan planet dan bulan adalah bintang. "Later is never definite in*ourdictionary."*

Apple berniat menggeleng, kemudian ia mengangguk. Ya, ya, benar,Apple paham, ia juga maunya tidak ada Yoongi, Hoseok, atau lain-lainnya, cukup Seokjin. "Maaf." Perlahan es beku yang meleleh sedikit demi sedikit, rasa tegang Apple telah meleleh, dan netranya bersirobok dengan milik Yoongi simpatik. "Sebagai gantinya aku akan mendengarkan ceritamu soal kantor, atau bagaimana hari ini."

Si lelaki sendiri tahu ini jebakan, tapi kenapa juga harus menghindar dari sesuatu yang dinikmatinya atau kenapa perlu memusingkan diri dengan drama Apple pun Seokjin—bukan urusannya, masa bodoh, lebih penting Seokjin yang membuat onar di kantornya. Lantas ia bercerita, tentang bosnya yang marah karena tenggat waktu terlewat, Yoongi yang harus minum kopi pahit tiga gelas agar semangat, dan kawan-kawannya yang mengira Yoongi pacaran dengan Apple—oke, benar dan sekaligus salah.

Tiga puluh menit berlalu dan Yoongi sudah lima menit berkomentar tentang interior ruangan Apple.

"Yoongi."

Kepala Yoongi menoleh dari lukisan bergambar flamingo di sisi kiri, "Ya?"

"Maaf." Vokal Apple merendah, tangannya meremas pulpen di atas meja, sementara hatinya berdesir tak tentu. "Kau tahu, kau tidak seharusnya kembali ke sini lagi."

Refleks bola mata Yoongi langsung berputar diiringi dengan bibirnya yang berdecak kesal. Duh,alasan jaman purba lagi; Seokjin itu pacarku, jadi penilaianku terhadapnya tidak akan objektif."Kau juga tahu 'kan kalau aku bukan Seokjin?"

Dalam perspektif Yoongi mungkin itu benar, namun Apple tidak pernah dan tidak akan pernah dapat menerima hal tersebut. "Sulit untuk menyangkalnya di saat kau berdiri dengan wajah Kim Seokjin, Yoongi."

"Ini juga milikku," balasnya ketus. "Apa perlu aku ke dokter operasi plastik sekarang?"

Sial.Memang salah Apple dari awal harus membawa topik ini lagi sih, cuman bagaimana, Seokjin sudah lama tidak mengeluarkan jiwa-jiwanya yang lain, tapi dalam satu hari sudah ada dua manusia lain yang bermunculan—itu juga yang Apple tahu, bagaimana kalau si bocah SMA sialan dan si tengik yang berniat membunuhnya datang kembali? Seperti ini saja Apple sudah ingin menangis dan bersimpuh karena ia tak tahu harus apa.

♕♔

Semalam penuh Apple berusaha keras untuk terjaga, namun lima gelas kopi pahit milik Seokjin itu gagal untuk meluruskan rencana gadis itu. Tahu-tahu dirinya tertidur di sofa ruang tengah dengan selimut tersampir—demi naga milik Daenerys semalam dirinya sama sekali tidak menggusur selimut ke ruang tengah dan lagi kini laptop yang tadinya berpangku di pahanya sudah berada di atas meja. Berharapnya Seokjin yang kembali lantaran malam tadi ia berhasil membujuk Yoongi untuk tidur dan menjanjikan tentang hal di kantornya akan diselesaikan—meskipun sebenarnya hal itu malas untuk dilakukan Apple.

Tanpa tedeng aling-aling terdengar jelas bariton yang menyambut paginya dan yang ia tahu pasti ini bukan Seokjin. "Selamat pagi, Kak Apple," ucapnya dari balik counter dapur dengan kerlingan mata menyebalkan.

Apple memejamkan netranya selagi menarik napasnya dalam-dalam. Here we go again, Kim Namjoon.

"Aku sudah memasakan sarapan untukmu, pastikan kau memakannya ya. Kau tahu aku lebih hebat dari Seokjin 'kan?"—si anak sekolahan itu menyinggung salah satu sudut bibirnya—"Oh dan ya, you look so sexy last night well sexier this morning of course."

Apple merotasikan kedua maniknya tanpa memperdulikan presensi Namjoon. Tungkainya melewati si pria dan tangannya kesusahan meraih gelas dari kabinet. Lantas dengan lancang jemari Namjoon menyusuri pinggang Apple sampai ujung jemarinya untuk membantu si gadis meraihnya.

"Kim Namjoon!" hardik Apple dengan netra menyalang tajam.

Lantas si pemilik nama malah tertawa renyah. Tawa dan wajahnya memang milik Seokjin namun jiwanya entah siapa. Rasanya selalu salah; apalagi kalau teringat kejadian beberapa tahun kebelakang di mana ia hampir tidak bisa membedakan lantaran baik Seokjin mau pun Namjoon selalu menggoda dengan kata-kata murahan. Hanya saja si bocah SMA ini suka mengerlingkan mata jenaka atau bergaya jadi playboy, lama-lama Apple mulai tidak jatuh seperti remaja tolol ke dalam gombalannya.

"Ck, galak sekali." Namjoon lantas berkacak pinggang sambil memberikan cangkir keramik gambar ikan untuk Apple. "Aku sedang membantumu dan sudah membuatkanmu sarapan, malah dimarahi."

Masalahnya adalah memberitahu anak remaja itu sangat sangatsulit. Ya, Apple juga sudah pernah melewatinya dan ia sadar diri betapa membandel ia waktu masa sekolah—sampai hal klasik paling konyol yaitu membuat pesta di rumah saat orang tua pergi. Jadi sekarang dengan berat hati, punggung Apple melorot pasrah, sementara tungkainya membawa diri ke dekat meja, dan bokongnya jatuh di kursi.

"Kak, senyum sedikit dong." Lidah enteng Namjoon bersuara, tangannya enggan makan dan malah memilih terlipat di atas meja. "Maaf kalau yang tadi mengganggu. Namun, aku tidak berniat jahat kok."

Sumpit Apple membatu di atas telur gulung; ia merasa bersalah.

Beda dengan Yoongi, Apple lebih punya banyak simpati pada Namjoon. Boleh jadi karena sifatnya yang kekanakan dan tidak berlagak macam orang dewasa yang egois, sama seperti Apple yang punya tendensi penyayang pada Hoseok; Namjoon juga menyimpan bekas luka yang cukup menyakitkan.

"Maaf," kata Apple seraya memindahkan telur serta sup seafoodke atas piringnya. "Kelakuanmu itu tidak sopan—tolong diingat. Hanya saja,"—ia menghela napas—"maaf kalau aku terlalu galak, pikiranku bercabang."

"Seokjin?"

Untuk kedua kalinya gerakan sumpit Apple terhentak kecil sebelum mengambil makanan lain. "Ya, apa lagi."

Pergantian personalityyang terlalu cepat bukan pertanda baik. Pun Apple tidak bisa mengontrol otaknya untuk berpikir bahwa si monster ingin menunjukkan taringnya, namun Seokjin susah payah untuk menahannya. Kemudian mereka yang terjebak di antara pertikaian tersebutlah yang melangkah ke luar.

Iris Namjoon kembali bersirobok dengan milik gadis di hadapannya. "Jarang-jarang kak aku bertemu denganmu. I did not do harm. Memangnya kau tidak kangen?"

Lantas manik Apple terasah tajam sebelum mendecak sebal. "Namjoon, aku tahu kau anak yang baik dan pintar. Boleh aku minta tolong?"

"Minta tolong apa? Membukakan kancing bajumu?"—tawa hambar Namjoon mengisi—"bercanda, Kak."

"Aku ingin bertemu Seokjin. I mean it was nice seeing you after a while but I kinda needSeokjin."

Napas berat Namjoon lebih dulu menjawab. "Benar-benar butuh Seokjin? Memang aku saja tidak bisa?"

"I owe you. Please, Namjoon." Mohon Apple dan Namjoon mengiyakan meski dengan hati berat.

"Aku tidak langsung memanggilnya, aku butuh susu hangat agar aku bisa tidur dan memanggilnya."

Lantas Apple dengan segera menjerumuskan diri ke dapur dan meraih gelas juga susu di ujung konter. Setelahnya ia pun membawakan selimut tipis untuk si bocah SMA itu, hitung-hitung membalas kebaikannya kali ini.

Setelah beberapa menit Apple meninggalkan Namjoon yang tertidur—dipaksa untuk tidur tepatnya—di sofa ruang tengah, gadis itu menggigit bibir bawahnya dan sesekali membasahi bibirnya yang terasa kering. Memikirkan bagaimana kalau yang kembali bukan Seokjin, bagaimana kalau yang kembali si Brengsek itu.

Dengan langkah gusar gadis itu mengintip sedikit demi sedikit wajah milik kekasihnya. Belum ada tanda-tanda kalau tubuh itu akan bangun. Langkah Apple semakin berat kala berniat untuk meninggalkan si pria. Namun kegelisahannya berkurang banyak kala ujung netranya mendapati si pria membuka matanya dan berusaha bangkit dengan perlahan.

"Seokjin?"

Lantas pria itu menoleh dan tanpa hitungan detik si gadis langsung menghambur tubuhnya pada si pria. "I miss you, Jin. Ada banyak yang harus aku ceritakan padamu."

"Aw, you miss me? That's cute." Suaranya memang milik Seokjin namun baritonnya bukan.

Rasanya jantung Apple jatuh dalam ke perut terlebih saat dirinya dengan perlahana melonggarkan pelukannya itu.

Seringai mematikan itu menyambut keresahan Apple.

Kim Taehyung.

♕♔

Hi! Semoga kalian masih terus menanti cerita ini. Karena di tengah-tengah pandemi, kita agak sibuk dan sedikit kesulitan untuk catch-up dengan dunia wattpad, kita akan usahakan publish around 2 minggu sekali. Sampai bertemu lagi ❤️

love,

merlotneis & yournicotane

繼續閱讀

You'll Also Like

245K 3K 73
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
410K 33.2K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
190K 18.9K 40
Seorang ibu yang kehilangan anak semata wayang nya dan sangat rindu dengan panggilan "bunda" untuk dirinya Selengkapnya bisa kalian baca aja ya luuvv...