Our Story

By lnanrlna

542 274 199

BISA BERIMAJINASI SESUAI KEINGINAN KALIAN:) DI HARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK SE... More

Bio(narasi)
Rino-Patah Hati 1
Sad but Happy
Pernyataan Bodoh
Cewek Rapuh
Memastikan Sesuatu
Terpaksa Berbohong
Penjelasan Sebenarnya
Si Penakut vs Si Cengeng

Runi-Patah Hati 2

75 44 24
By lnanrlna

Runi Syazani Putri
2. Patah Hati 2

Kadang kita pintar dalam segala hal, namun bodoh dalam hal mencintai dan itu aku.
-Runi Syazani Putri-

Cuaca begitu cerah hari ini, seseorang tengah berjalan menuju tempat tujuan dengan wajah yang begitu ceria dan bahagia, senyumnya terus terlihat dibibirnya, tak lupa ada headset di telinganya ia memutar beberapa lagu favoritenya sambil bersenandung ria dan matanya yang sesekali di pejamkan untuk menikmati setiap alunan musik yang terdengar.

Ia berjalan dengan langkah pelan dan berangkat lebih awal dari yang dijanjikan, karena ingin bertemu dengan seseorang untuk yang pertama kalinya di luar sekolah, saking bahagianya ia tak melihat ada pohon di depannya dan tanpa sadar ia menabraknya dengan keras yang membuat dirinya langsung tepental ke belakang.

Cewek itu terjatuh bersama headshet yang dipakainya. "Aw ... " ringisnya sambil memegang jidatnya yang sudah memerah dan kepalanya yang terasa ling-lung. Ia masih duduk di tempatnya sambil memasukan headshet dan ponselnya, ia mengelus jidatnya yang terasa sakit. Sakitnya sih tidak seberapa, tapi malunya yang luar biasa karena orang-orang yang ada disana melihatnya tertawa dan masih ada orang baik yang membantunya berdiri.

"Ini kenapa ada pohon di sini sih?" marahnya, sambil memukul pohon yang tak bersalah itu.

Memang ya manusia tak tahu malu yang salah siapa yang disalahkan siapa, jika pohon bisa bicara mungkin dia sudah melawan dan membenarkannya, tapi pohon itu tidak akan bicara, karena ini bukan cerita fantasi.

Cewek itu pun berjalan sambil memegang kepalanya yang terasa pusing. Ia berjalan menuju kursi yang ada di tempat itu, yang tak jauh dari dirinya, ia mencoba mendudukan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya, sesekali ia memijat kepalanya agar tidak terlalu pusing supaya ia bisa kembali berjalan. Setelah dirasa sudah lebih baik, cewek itu pun kembali berjalan dan tak butuh waktu lama ia pun sampai di tempat tujuan.

Ia melihat sekelilingnya dan tak melihat keberadaan orang yang dicarinya. Tempat itu sedikit sepi, hanya beberapa orang yang datang ke tempat itu, karena lokasinya yang jauh dari keramaian dan jalanan, bisa dibilang pelosok. Ia menunggu di bebatuan sambil melempar kerikil ke danau dihadapannya.

20 menit berlalu, tapi tetap masih tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Ia mencoba berdiri dan berjalan ke tempat lain mencari keberadaan sosok itu, tapi masih tetap tidak ada. Rasa bosan sudah mulai mengelabuinya, tapi ia masih tetap menunggu.

"Ini kemana sih, jadi gak ya," tuturnya merasa kesal.

30 menit sudah, ia masih menunggu, tapi tetap orang yang ditunggunya masih belum terlihat batang hidungnya, ia berniat menghubunginya dan ketika ia mengambil ponselnya di dalam minibag, ponselnya sudah lebih dulu berbunyi, dengan sigap ia melihat dan menekan tombol warna hijau ia mendekatkan ponsel pada telinganya. Terdengar suara dari benda pipih itu.

"Hallo Run," sapa, suara cowok disebrang sana.

"Iya, kamu udah nyampe?" tanyanya dengan wajah berseri-seri.

"Run maaf aku gak bisa ke sana sekarang, tapi aku janji aku akan datang,"

Wajah cewek itu langsung berubah. "Hah? kenapa?" tanyanya sedikit kecewa.

"Ada urusan yang gak bisa aku tinggalin," tutur cowok itu dengan suara yang tak begitu jelas karena terdengar sangat berisik.

"Apa?" tanya cewek itu memastikan.

"Nanti aja, aku bakal usahain secepetnya beres biar bisa ketemu kamu. Nanti aku telpon lagi ya." ujarnya sambil mematikan sambungannya secara sepihak.

"Oh, Oke," lirih cewek itu pasrah.

Ia kembali memilih duduk di tempatnya tadi, sambil mengeluarkan headshet yang dibawanya ia mulai memutar lagunya kembali, sambil mengikuti iringan lagu itu. Ia berniat untuk tetap menunggu lagi, karena ini pertama kalinya ia diajak pergi keluar oleh pacarnya sendiri, selama 2 bulan hubungan.

Ia mulai bersenandung. "Tiba-tiba kamu datang saat kau telah dengan diaaaaa semakin hancur hati ku. Jangan datang lagi cinta bagaimana aku bisa lupa padahal kau tahu keadaanya kau bukanlah untuk ku ...."  Ia menyanyikannya dengan penuh semangat seolah sedang melampiaskan segala ke kesalannya karena menunggu orang yang tak kunjung datang, tanpa menghiraukan sekitarnya.

"Jangan lagi rindu cinta ku tak mau ada yang terluka, bahagiakan dia aku tak apa biar aku yang pura-pura lu-" Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya membuat cewek itu kaget dan berhenti bernyanyi sambil menengok orang itu dengan wajah datar dan bibir monyong.

"Lu-pa," meneruskan lagunya, lalu menjeda musiknya.

"Lupa apa?" tanya orang itu tak mengerti.

"Nggak, tadi nerusin lirik. Kenapa mbak?"

"Mbak gak sekalian ngadain konser aja ya?"

"Hah? apa?" ucapnya kaget, cewek itu mencopot headshet dari telinganya, takut salah denger.

"Enak sih suaranya, tapi jangan teriak-teriak juga kali mbak, pusing dengernya mana panas banget lagi cuacanya," jelas Orang itu.

"Ouh iya maaf mbak."

"Kalo lagi patah hati lebih baik pulang, istirahat tidur." Pesannya sambil pergi begitu saja.

"Aku gak lagi patah hati kok mbak, malah aku lagi seneng," teriaknya membenarkan perkataan orang yang entah siapa ia tidak mengenalinya, mungkin pengunjung.

Ia memasang kembali headshetnya yang tadi ia copot, 1 jam ia masih tetap menunggu, entah sudah berapa banyak lagu yang ia putar sampai ia merasa pusing, tapi ia masih tetap ingin menunggu karena, yakin bahwa pacarnya akan datang.

Waktu terus berjalan, 3 jam sudah cewek itu masih menungu, ia ingin pergi namun, ia akan melewatkan kesempatan yang tidak pernah pacarnya lakukan selama berpacaran salah satunya ya mengajaknya jalan. Ia berharap dengan menunggunya sekarang semuanya akan tergantikan dengan kebahagiaan yang lebih indah.

Ia melempar kerikil disekitarnya, karena merasa bosan ia berniat untuk menunggu sebentar lagi. Ia tetap percaya bahwa pacarnya akan datang karena sudah janji. Hari sudah mulai sore, langit sudah tidak terlihat cerah lagi, ia menatap benda pipih yang dipegangnya berharap pacarnya akan meghubunginya kembali, tapi nihil tak ada satu panggilan bahkan pesan pun. Ia kembali berjalan melihat sekelilingnya tiba-tiba ponselnya kembali berdering, dengan cepat ia langsung mengangkatnya dan terdengar jelas suara dari benda itu.

"Run, maaf lama, kayaknya kita ketemunya nanti lagi deh udah mau sore soalnya, kamu dimana?"

Ia begitu sedih dan kecewa ketika mendengar pacarnya ingin membatalkannya. "Aku masih di sini, di tempat kamu janjiin," ucapnya datar dengan wajah sedih.

"Hah? Yaudah aku ke sana," tanpa jawaban dari cewek itu, ia langsung menutupnya.

###

Tidak butuh waktu lama seorang cowok datang menghampiri cewek itu. Dia adalah Arkan pacarnya yang lebih tua satu tahun dari dirinya dan cewek itu bernama Runi cewek pintar tapi ceroboh dan jarang bergaul.

"Run, Kenapa kamu gak pulang sih?" tanyanya begitu marah. Runi tak menyangka jika cowoknya akan bicara seperti itu.

"Kamu nyuruh aku pulang?" tanya Runi membalikan.

"Nggak gitu, kamu nunggu lebih dari 3 jam kan?"

"Menurut kamu?" balasnya merasa kesal.

"Kenapa kamu mesti nunggu? kalo lama kamu bisa kan pulang."

"Seenggaknya kamu hargain aku gitu yang udah nunngu 3 jam lebih."

"Tapi aku gak pernah nyuruh kamu nunggu Run." Arkan tetap tidak mau disalahkan dua-duanya emang keras kepala tidak ada yang mau mengalah. Arkan yang merasa kasihan pada Runi membuat Runi merasa tidak dihargai.

"Iya tapi kamu udah janji akan datang."

"Ya kamu jangan bodoh dong, 3 jam lebih itu waktu lama, bisa buat pulang ke rumah untuk tidur." Hatinya benar-benar sakit mendengar Arkan mengatakan itu, tapi tak apa ia mencoba menerimanya.

Runi sedikit melawan. "Dan kamu mau aku lakuin itu?"

"Ya kan aku cuma kasihan aja sama kamu yang udah nunggu lama, padahal aku gak nyuruh, kita bisa kan ketemu dilain waktu?"

"Menurut kamu bisa? disekolah aja kamu gak mau, gimana diluar sekolah ya makin susah."

"Ya kan kita brackstreet." Mereka backstreet tak ada satu pun siswa yang mengetahui hubungannya.

"Itu kan kemauan kamu," tuturnya sambil menunduk.

"Terus kenapa kamu setuju kalau gitu. Kamu ke paksa pacaran sama aku?" suaranya semakin meninggi, membuat Runi merasa takut. Suasana semakin menengang dan pembicaraan mereka tambah memanas.

"Enggak, cuma kenapa kita mesti harus breakstreet? kan jadinya ribet," ia menjawab apa adanya.

"Ya kalo ribet kenapa kamu mau pacaran sama aku?"

"Ya bukan gitu," nadanya semakin melemah.

"Ya terus apa? kamu emang sama aja ya kayak mantan aku, malah kamu lebih buruk," ujarnya keras. Runi yang mendengar itu merasa hancur, tapi ia menahannya.

"Ini apa sih kamu malah bawa-bawa mantan kamu."

"Aku kira kamu bakal beda ternyata sama aja sama-sama buruk buat dijadiin pacar."

Runi sudah tak kuat lagi matanya mulai berkaca-kaca. "Jadi, ini salah aku?"

"Ya menurut kamu? aku yang salah?"

"Kamu kenapa sih? denger ya aku gak pernah tahu mantan kamu siapa tapi kamu selalu aja samain aku sama mantan kamu itu, dan aku selalu nahan semua itu, karena aku ingin hubungan kita itu baik-baik aja, it's oke kalau kamu pengen backstreet, tapi aku perlu tahu dong alasannya apa dan kamu selalu bilang gak papa, apa kamu malu pacaran sama aku yang gak punya teman dan gak bergaul ini? dan cuma masalah aku nunggu kita jadi berantem? oke aku yang salah karena udah nunggu kamu 3 jam lebih yang seharusnya aku pulang. Oke semua salah aku, aku terima." Ia tidak bisa menahannya lagi ia mengeluarkan segala yang di pendamnya berharap pacarnya akan lebih mengerti dan menenangkannya.

"Apa sih kamu jadi baperan kayak gini, aku gak suka ya," Arkan malah merasa tak terima, karena dirinya merasa terpojokkan.

"Bukan ini yang aku harepin, tapi yaudahlah aku gak mau hubungan kita hancur, kita jalan sekarang aja ya." Runi tak mau memperpanjang, ia memilih mengalah agar hubungannya tetap utuh.

"Kayaknya aku gak bisa deh Run, mungkin aku dan kamu gak cocok." balasnya sambil mundur satu langkah.

"Maksud kamu?" Runi semakin tak mengerti. Tidak, tidak, tidak ia tidak ingin putus dengan Arkan, hubungannya masih bisa dipertahankan.

"Aku mau hubungan Kita berhenti di sini," tuturnya tegas.

"Apa sih masa gara-gara aku nunggu, kamu putusin aku?" "Aku minta maaf kalo aku salah, kamu gak mau gitu pertahanin hubungan kita?"

Runi merasa tidak menyangka jika arkan harus memutuskannya, karena ia menununggu dan itu menunggu dirinya, bukan orang lain. Ia sudah terlajur menyayangi Arkan meski kadang perlakuannya tidak seperti yang Runi harapkan. Arkan adalah orang pertama yang membuat hatinya bisa merasakan cinta.

"Arrrgghh ... kenapa sih dulu gue bisa pacara sama lo? hah?" teriak sesorang yang membuat mereka hanya mengabaikannya tak peduli.

"Udah deh Run, Aku tahu kok kamu sakit dan tertekan pacaran sama aku, jadi lebih baik kita masing-masing aja."

"Aku gak sakit kok, aku gak akan tertekan dan aku bakal terima semuanya, tapi kita jangan putus, ya?" "Kamu gak sayang aku?" air matanya hampir keluar tapi ia langsung menghapusnya.

"Sayang, tapi itu dulu."

"Ini konyol, cuma gara-gara aku nunggu, kamu putusin aku, ini gak lucu."

"Aku emang, lagi gak ngelucu," kekeh Arkan.

"Terus kenapa kamu harus putusin aku kayak gini sih? aku emang pacar yang buruk buat kamu, tapi aku akan berusaha jadi lebih baik, percaya sama aku."

"Argghh...." terdengar kembali suara teriakan yang membuat mereka jengah dan melanjutkan kembali perbincangannya, tanpa mempedulikannya lagi.

"Tadinya aku gak mau bicara ini, tapi mungkin kamu harus tahu, Kamu denger ya baik-baik, dari seminggu yang lalu aku udah rencanain putus sama kamu dan buat kamu gak nyaman, supaya kamu minta putus, agar aku gak terlalu bersalah, tapi kamu bersikap kayak gini dan ini waktu yang tepat buat aku putusin kamu karena kita udah gak sejalan lagi." Tuturnya panjang lebar yang membuat Runi tak kuat lagi mendengarnya.

"Kenapa kamu lakuin itu?" dunianya serasa sedang runtuh, air mata mulai berjatuhan, ia mungusapnya perlahan.

"Gue gak tahu ya, kalo lo bisa sebodoh ini perihal cinta, padahal lo pintar dalam segala hal. Thanks udah mau dijadiin pelampiasan."

Parahnya Arkan malah mengatakan yang membuat Runi semakin tak berarti, hatinya seperti sedang ditusuk ribuan belati. Sangat sakit. Ia tidak bisa melawan lagi, semakin melawan ia akan semakin terluka dengan ucapan yang di lontarkannya.

"Stop, lebih baik kamu pergi." Ia tak bisa berkata-kata lagi hatinya benar-benar sangat terluka, ia sudah tak peduli dengan air mata yang terus berjatuhan.

"Satu lagi, jangan sampai satu sekolah tahu kalau kita pernah pacaran! anggap aja kita gak pernah pacaran, jangan sampai gue lakuin hal bodoh karena ada yang tahu hubungan kita. Dan kalo lo mau tahu alasannya, gue malu, selain lo norak lo juga jelek!" Runi hanya bisa menangis tak bisa berbuat apapun. Arkan memang terkenal dan type cewek dia kayak selebgram gitu, awalnya Runi juga minder tapi Arkan berusaha menyakinkan dengan banyak cara, alhasil dia cuma jadi pelampiasan.

Menyedihkan.

Air mata Runi terus keluar, menandakan seberapa sakit dan terlukanya dia. Ia tak mampu berbicara apapun ia benar-benar lemah. "PERGII!!"

"Tanpa lo suruh pun gue akan pergi, sorry udah buat lo nangis," sambil meninggalkan Runi sendirian.

"Dasar cowok gila!" umpatnya sambil terus menangis.

"Hiks... hiks... hiks...." tubuhnya terasa begitu lemas dan tak kuat menahan lagi ia mencoba mendudukan dirinya dan menelungkupkan kepala dipangkuannya.

Harinya begitu hancur kebahagiaan yang diharapkannya ternyata tidak akan pernah terjadi ia merasa putus asa, wajahnya sudah sangat berantakan ketika ia menegakkannya, sambil menghapus air matanya yang masih terus keluar. Harusnya Runi mendengarkan mbak tadi yang menyuruhnya pulang, mungkin jika sedari tadi ia pulang, semua ini tidak akan terjadi dan tidak akan sesakit ini.

Ia berteriak sangat keras.  "Aaaaa ... ... ... ...." namun, teriakannya seperti ada yang mengikuti. Benar saja, ia berteriak secara bersamaan dengan orang yang sedari tadi teriak-teriak tak jelas di pinggirnya, dengan repleks keduanya saling menengok.

Tapi, tunggu. "Rino?" Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, takut salah lihat, karena hari pun sudah gelap.

"Itu beneran Rino?" buru-buru ia berdiri untuk pergi, karena takut jika dia tahu semuanya dan Runi bisa malu atau bahkan dipermaluin setengah mati, ia berharap Rino tidak mengenalinya.

"Tunggu!" panggil cowok itu, ia langsung berlari mengejar cewek yang sudah lebih dulu berlari menjauh. Ia mencekal lengannya dari belakang yang membuat cewek itu tak bisa bergerak dan tetap membelakangi.

Jangan lupa voment oke👌

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 46.5K 21
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
9M 954K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
3.1M 155K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
2.6M 139K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...