πŸ†ƒπŸ…°πŸ…ΌπŸ…°πŸ†ƒ Sangat Membenci Me...

By iu3a17

129K 6.9K 1.2K

[WARNING: TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR C... More

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Curhatan Mimin Selama Menerjemahkan
Introduction
Chapter I Katanya Semakin Membenci Sesuatu, Semakin Sulit untuk Menghindar
Chapter II Perang Dimulai
Chapter III Keduanya Memanas
Chapter IV Cara untuk Membalas
Chapter V Menyaksikan Sendiri
Chapter VI Seseorang yang Sok Kuat
Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha
Chapter VIII Perubahan Sudut Pandang
Chapter IX Di Waktu Malam
Chapter X Perasaan yang Menuntun
Chapter XI Dibawah Guyuran Air Dingin
Chapter XII Mati Akibat Ucapan
Chapter XIII Di Tengah Situasi Buruk
Chapter XIV Perasaan yang Terucap
Chapter XV Menelan Kata-Katanya Sendiri
Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup
Chapter XVII Kedua Kalinya Telah Dimulai
Chapter XVIII Mulut yang Berkata Tidak...
Chapter XIX ...Tapi Setiap Waktu Selalu Selesai
Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?
Chapter XXI Beginikah Teman?
Chapter XXII Aku Tidak Akan Berbaikan!
Chapter XXIII Status Hubungan
Chapter XXIV Saat Memutar Sumbu yang Hampir Terlepas
Chapter XXV TTM Bukan Pacar, Tidak Berhak Bertindak Posesif
Chapter XXVI Berhenti Di Tempat yang Sama
Chapter XXVII Tiba Pada Titik Memutuskan Hubungan
Chapter XXVIII Menyalahkan
Chapter XXIX Ketika Type Telah Memiliki Status Hubungan
Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka
Chapter XXXII Cara Berpikir Pria Buruk Itu
Chapter XXXIII Seseorang yang Egois
Chapter XXXIV Ulang Tahun Bersama Seseorang di Masa Lalu
Chapter XXXV Tidak Terlihat akan Dicampakkan
Chapter XXXVI Harga untuk Menahan Sebuah Kenyataan
Chapter XXXVII Ketika Dia Meminta Putus
Chapter XXXVIII Cerita Kala itu
Chapter XXXIX Sungguh, Seseorang yang Lebih Tinggi
Chapter XL Milikku!
Chapter XLI Huft, Dia Benar-benar Jahat
Chapter XLII Menghimpun Tentara, Jangan Gila...
Chapter XLIII Rasanya Benci, Bagaimanapun Juga, Aku Mencintainya
Chapter XLIV Di Atas Panggung
Chapter XLV Bercinta di Malam Hari
Chapter XLVI Kebahagiaan Ini Akankah Berlanjut ?
Chapter XLVII Di Belakang Cintanya
Chapter XLVIII Ketika Sang Mantan Kembali
Chapter XLIX Tolong, Kembalilah
Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar
Chapter LI Mantan VS Pacar
Chapter LII Karena Cinta, Sehingga Takut
Chapter LIII Penyebab Berjanji
Chapter LIV Penyebab Sebenarnya
Chapter LV Kebenaran Di Bawah Dusta
Chapter LVI Investasi yang Tidak Terbayarkan
Chapter LVII Menghancurkan Topeng
Chapter LVIII Pernyataan yang Tidak Sesuai Harapan
Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es
Chapter LX Pertarungan Panas di Lautan antara Mertua dengan Menantu
[END]Chapter XLI Akhir Pertempuran Tak Terduga

Chapter XXX Pulang ke Rumah

2.1K 115 18
By iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Apa kamu benar-benar sudah punya pacar? Katakan Type!!!"

"Hah! Type sudah punya pacar?!!!"

Benar-benar

Type sudah menduga, kawannya itu akan bertanya saat dia sarapan pagi. Karena saat masuk ke hari Senin, ketika dia turun bersama dengan kawan seruangan yang bukan hanya sekedar kawan seruangannya, pria itu datang dengan ekspresi bermuka masam, mendorong Techno yang duduk di tempat duduknya bersama sebuah bakpao isi kacang hitam, dan hampir saja menjatuhkan makanannya. Champ bertanya dengan suara lantang padanya. Tentu saja, kalimat itu cukup mengejutkan untuk sahabat buruknya... Techno

"Ya, Fai menelpon sambil menangis, mengatakan kalau dia telah diberi harapan palsu. Aku harus mendengarkan seluruh ucapan Fai sebagai orang yang ikut tidak nyaman di sini. Mai juga ikut-ikutan mengumpat padaku, mengatakan bahwa aku ini teman yang buruk karena punya niat untuk menyakiti Pufai."

Champ kali ini mengatakan kalimatnya sejenak sambil duduk di atas tempat duduk. Setelah itu memalingkan wajah untuk menatap ke arah pria jahat yang duduk dengan santai sambil menggigit roti panggang mentega setelah menghabiskan sepiring spageti.

"Em, aku minta maaf. Aku merasa bersalah, atau aku akan mengatakannya langsung pada Fai."

Saat mengatakan kalimatnya, Type pada akhirnya bisa bernafas lega tanpa di sadari. Karena sepanjang akhir pekan ini, dia berusaha mencari alasan untuk melarikan diri dari semua itu. Setelah bicara, anak itu melirik ke arah seseorang yang sedang duduk di sebelahnya, pria itu hanya menyedot minumannya sambil mendengarkan dengan tenang.

Huft, aku sendiri tidak mengira akan berakhir di satu tempat bersama dengan pria brengsek ini.

"Kenapa tidak mengatakan sebelum melakukan pendekatan? Dia benar-benar merasa kecewa. Kudengar, boneka yang kamu berikan saat merayakan ulang tahun murahan dengannya, digunakan oleh Mai untuk jadi boneka santet."

Saat Champ mengatakan kalimatnya, dia hanya menghembuskan nafasnya dengan dengan kasar. Memperlihatkan bahwa dia sendiri mencemaskan temannya, hanya saja dia juga tidak ingin begitu menyalahkannya.

"Yah, anggap ini salahku karena telah membiarkan kalian mengenal satu sama lain. Meskipun kamu menelpon untuk meminta maaf sekali lagi, dia terlihat tidak akan memaafkanmu. Dia pasti akan mengumpat padamu"

Champ hanya mengatakan ini, membiarkan pria yang mendengar menautkan alisnya, lalu membatin;

Menelpon lagi, menurutmu aku sebegitu tidak tahu malunya sampai menelponnya setelah meninggalkannya begitu saja

Type berpikir begini dan hanya mengangguk seperti menerima ucapan yang dikatakan temannya. Karena Type menduga, gadis itu pasti tidak mengatakan semua cerita padanya. Jika pria itu tahu detail cerita bagaimana kondisi kawan gadisnya, kemungkinan besar saat ini Type sudah di tinju tepat di wajah, bukan bicara dengan nada yang terdengar lembut begini.

Melihat sikapnya begini, bisa diduga Champ benar-benar berpikir bahwa dia sudah berhasil membodohinya, lalu menggunakan alasan sudah punya pacar untuk menolak, meskipun pada kenyataannya itu memang benar...

Type bukan orang yang sebaik itu.

Dia tidak menginginkan gadis itu, karena dia sendiri sudah ditusuk oleh pria yang duduk di sebelahnya.

Tiba-tiba saja pertanyaan terdengar;

"Tapi... Siapa pacarmu ini?"

Langsung saja temannya ini mendongak untuk menangkap pandangan mata Type, sehingga dia mengangkat bahu kemudian bicara;

"Kenapa aku harus memberitahumu?"

"Apa-apaan itu? Memang teman tidak punya hak untuk tahu?"

Pemuda yang bertanya sekarang menatap Techno yang duduk di sebelah, dia hanya melirik ke arah pria yang duduk di sebelah kawan baiknya sejenak, kemudian menggelengkan kepala.

"Seseorang yang tidak kuketahui? Atau jangan-jangan seseorang yang kukenal?"

"Atau mungkin teman dari SMA?"

"Kamu masih ingin terus bertanya tentang pacarku? Memangnya kenapa dengan itu, kamu tidak jadi membeli makanan untuk sarapan dan masuk ke kelas, atau memang berniat untuk bolos?"

Meskipun Pria itu masih belum selesai bertanya, Type berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Untuk pemuda yang memang sudah tidak penasaran, hanya mengangkat bahunya, setelah itu pergi mencari makanan untuk dimakan.

Di saat yang sama, seorang pria lugu lain hanya tinggal... Techno seorang.

Pemuda ini masih saja menatap dengan pandangan tidak percaya dengan tubuh yang membeku sejak mendengarkan kalimat yang Type ucapkan...

Sudah punya pacar.

"Ini... Dugaanku tidak salah 'kan..."

"Itu..."

Type sengaja memperpanjang ucapan membuat kawan baiknya merasa jengkel, dengan masih membawa bakpaonya Techno menatap kawan baiknya kemudian beralih ke Tharn, ekspresinya terlihat bingung. Melihat sikapnya, Sang Drummer mengangkat kedua ujung bibirnya, memperlihatkan senyuman tipis di wajah, kemudian bicara;

"Apa kamu ingin minum? Sepertinya kamu haus, sampai tidak bisa berbicara dengan kalimat utuh"

Thara mendorong sebotol air ke depan Techno. Dengan ekspresi bingung anak itu mengambil botolnya, lalu saat akan membuka botol dia langsung ingat lagi pertanyaannya;

"Hei, aku tidak haus. Kalian ini pasti..."

Techno sekarang menggunakan jari untuk mengatakan. Type hanya menghembuskan nafas panjang, lalu bicara;

"Sudahlah, minumlah airnya. Sampai tidak bisa bicara begitu, haus 'kan?"

Kali ini Techno mulai yakin keduanya masih belum ingin mendengarkan ucapannya. Bagaimanapun juga, orang pertama yang terbesit dibenaknya sebagai pacar kawan baiknya ini adalah.... Tharn.

Kalau Type memiliki pacar, dia terlihat cukup puas dengan Pufai yang memang menarik. Tapi jika kasusnya, dia tidak menyukai wanita, pilihan yang tepat, tidak lain tentu hanya tinggal satu pilihan 'kan.

Ketika pemikiran ini terbesit, Techno sebenarnya sudah pernah mempertanyakan masalah ini pada keduanya, bagaimanapun juga sikap mereka terasa agak aneh. Hanya saja, hari ini sikap mereka terlihat bukan seperti sebelumnya;

Sialan! Terlihat sangat jelas!

"Kalian, jangan-jangan!"

"Siapa kalian ini?"

Type bertanya pada Thara yang masih tertawa.

Bukankah mereka saling membenci? Apakah akan baik-baik saja jika mereka bersama?

"Soal pacar, Type. Jangan-jangan pacarmu ini..."

"Padahal masih pagi, tapi masih banyak orang yang mengantri. Apa-apaan sih kantin ini?"

Di saat Champ kembali bersama dengan sepiring makanan, Techno yang kalimatnya sudah hampir terlepas dari bibir, langsung menelan ucapannya. Di saat seperti ini, Thara mulai bertindak lebih jauh dengan langsung berdiri dari tempat duduknya, lalu mengambil piring kotornya, setelah itu bicara;

"Jangan lupa ya, sore ini kita akan pergi melihat tempat"

Sebelum Pria itu pergi, dia memperingatkan Type, sehingga anak itu mengangguk dan menjawab;

"Setelah kelas selesai, akan kutelpon"

"Em"

Techno tertegun melihat betapa baiknya mereka berdua saling berinteraksi...

Terlalu baik, rasanya sikap itu tidak pernah kulihat sebelumnya.

Memang dia sudah berbaikan sebelumnya, kenapa aku tidak pernah mendengarnya.

"Tempat? Tempat apa?"

"Oh, Aku akan pindah keluar asrama bersama dengan Tharn"

"HAH?!"

Si pendengar sekarang merasa lebih bodoh dari sebelumnya, Techno sekarang menatap kedua orang yang terlihat begitu saling memahami satu sama lain, sebelum Tharn pergi untuk menyingkirkan piring kotor, dia berbalik seolah mengingat sesuatu lalu berbicara pada Techno;

"Oh, tentang masalah yang akan kamu katakan... Dugaanmu itu benar"

"Pergilah sana!"

Setelah Tharn selesai berbicara, Type mengangkat kakinya untuk menendang sedikit pahanya, sampai terlihat tanda sol sepatu di celananya, meskipun begitu tendangan yang diberikan tidak terlihat kuat, hanya tendangan untuk menggoda, membiarkan Sang Drummer tertawa sambil berulang kali mengingatkan untuk menelpon sore ini. Kemudian membawa piring kotor, meninggalkan Techno yang mendengar segalanya dan memasukan semua di pikirannya.

Dugaanku benar. Kalau begitu...

Mata Techno terbelalak, hampir saja dia mengatakan ucapannya, hanya saja karena ada Champ ditempat maka dia langsung menutup mulutnya. Dia hanya bisa mengirimkan kode pada kawan baiknya yang hanya memutar matanya saat melihat tingkahnya. Meskipun begitu, Type mengangguk untuk mengakui.

Hanya dengan begitu, Techno terlihat menghentikan gerakan dan menunduk;

"Kamu sudah berubah kacang hitam yang dimasukkan ke dalam bakpao, dan tidak mengatakan apapun"

Sang pemain sepak bola universitas itu bicara dengan menghela nafas panjang merasa pening dengan apa yang terjadi, dia masih tidak mengerti;

Sejak kapan mereka saling mencintai!

Atau mungkin, pepatah kawak memang benar...

Semakin membenci, akan semakin bertemu dengan apa yang dibenci

Jika siapapun mengira setelah menemukan tempat di luar asrama, keduanya akan bersikap seperti pasangan baru yang terlihat romantis. Kemungkinan besar, mereka salah. Karena pada kenyataannya, Thiwat menginginkan tempat dimana tembok pembatas harus tebal meskipun mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di universitas, sedangkan Thara hanya menginginkan tempat bersih. Sehingga keduanya dengan mudah menemukan tempat yang tempat yang diinginkan, serta prosesnya pun juga sangat cepat.

Jika ada yang mengira setelah pindah mereka bisa punya waktu manis seperti makan sepiring berdua. Kalian salah.

Karena, tepat setelah mereka pindah ke gedung, ujian akhir semester tiba.

Dan jika, masih ada yang mengira setelah ujian akhir semester selesai akan ada masa-masa romantis bersama. Tentu saja salah karena....

***

"TYPEE, AKHIRNYA PULANG JUGAAAAA~!"

Saat ini, Seorang pemuda berdiri menghadap laut sambil mengangkat kedua tangan ke arah langit, berteriak sekuat tenaga. Bertingkah seperti seseorang yang telah keluar dari penjara selama empat bulan. Cahaya matahari bersinar, menyinari lautan yang terlihat mengkilat dari kejauhan, suara ombak yang menghantam pasir bergema dimana-mana.

Ya, setelah ujian Type bersikeras untuk meminta prianya langsung pindah ke tempat baru, kemudian pulang ke rumah.

Saat akan pulang ke kampung halaman, tanpa rasa malu Anak dari wilayah selatan itu melambaikan tangan untuk berpisah dengan kekasihnya yang masih belum selesai ujian sambil mengatakan;

"Kamu semangat berjuang melewati neraka, aku akan pulang ke surga"

Setelah mengucapkan kalimatnya, anak itu segera menuruni gedung, lalu pulang ke rumah [Pacar yang kurang dihajar ini (*^∀゚)ъ]

Tentu saja, menurutnya lebih baik pulang ke rumah daripada duduk menganggur menunggu pacarnya yang selesai ujian tinggal beberapa hari lagi, anak itu mempercepat kepulangannya sambil membatin;

Tidak mengadakan malam perpisahan bukan berarti tidak akan bertemu semester depan 'kan.

Di tambah, sekarang Type benar-benar ingin pulang ke rumah dan menyendiri, serta memperhitungkan banyak hal yang bisa dilakukan olehnya.

Memilihnya, akan baik-baik saja 'kan...

Bersama dengan seorang pria bukanlah keputusan yang mudah seperti menginginkan teh botol OISHI atau ICHITAN.

"Selama 4 bulan ini benar-benar menyebalkan. Tharn, pada akhirnya selama sebulan penuh aku tidak harus bertemu denganmu"

Anak dari wilayah selatan itu berbicara dengan nada bicara yang puas. Dia benar-benar merasa senang bisa melarikan diri dari pria berhidung tembok itu. Karena di dalam hati yang terdalam, dia masih belum bisa menerima keputusan pilihannya ini, dia ingin memanfaatkan libur akhir semester untuk bisa meneguhkan hatinya agar bisa kembali pada dirinya yang terdahulu.

"Apa belajar terlalu keras telah membuatmu menjadi gila? Kenapa kamu berdiri di sana Type? "

Saat Type sedang mengisi paru-parunya dengan angin laut, terdengar sapaan dari belakang tubuhnya, orang yang berbicara padanya ini, bukan orang lain... Ayah Type

"Hei, ini yang disebut menikmati pengalaman bagus Ayah."

"Apa bagusnya? Bukankah kamu dicampakkan seorang gadis?"

Ayahnya terlihat senang menggodanya dengan sikapnya yang bijaksana, membuat Type hanya memutar mata saat mendengar pertanyaannya.

"Sudah selesai. Lupakanlah, terkadang ada saat-saat yang bagus juga"

"Woah, bagaimana bisa melupakannya? Ayahmu ini menambahkan uang jajan dengan mengirimkan 2000 baht, tapi pada akhirnya gagal. Tidak seperti ayah saja. Saat masih muda dulu, tidak perlu menggunakan sepeser baht... tidak ada yang lolos."

"Itu wanita atau anjing"

Mendengar Type berbicara dengan jengkel, ayahnya merespon dengan tertawa terbahak-bahak seperti suara petir yang menyambar. Mendengar tawanya yang keras ini, membuat Type merasa pada akhirnya bisa pulang ke rumah.

Ayah Type merupakan orang asli wilayah selatan Thailand, bisa langsung diketahui dari wajahnya. Seluruh kulitnya berwarna gelap, lebih dari anak laki-lakinya. Di wajahnya terlihat alis yang tebal, dengan kedua pandangan mata yang tajam. Logatnya berbicara seperti seseorang yang berasal dari wilayah tengah, hanya saja saat dia berbicara dengan nada yang cepat, akan terdengar logat bicara seseorang dari wilayah selatan. Dan yang paling penting...

Tawanya yang terdengar keras merupakan ciri khas dari Ayah Type. Sedangkan ibu Type, berasal dari Daerah *Hua Hin[1]. Meskipun begitu, ibunya memiliki kemampuan untuk mengendalikan tindakan di luar kendali ayah Type, yang biasanya sulit terkendali.

"Lalu, kapan akan kembali ke Bangkok?"

"Ayah ini kenapa? Anak Ayah 'kan baru pulang sambil membawa tasnya kemarin, sudah di usir pergi?"

Type mengeluh pelan, membiarkan si Pendengar tertawa dengan keras lagi.

"Tentu tidak! Bukan mengusir, hanya bertanya. Karena Ayah berencana untuk mengantarmu nanti. Pada akhirnya keluar dari asrama, sejujurnya Ayah ingin tahu siapa yang mau pindah bersama dengan anak laki-lakiku yang tidak bisa diharapkan ini?"

Ayah Type menggelengkan kepala, berbicara seolah tindakannya ini akan sia-sia, karena si pendengar tahu apa yang akan dilakukan

"Cemas dengan orang itu?"

"Tentu saja, siapa orang yang mau merawat anjing kecil sepertimu!"

Sifat keras kepala ayahnya membuatnya langsung merespon ketika mendengar pertanyaan darinya, sehingga anak laki-lakinya hanya tersenyum lebih lebar.

Thiwat tahu, ayahnya lumayan perhatian dengan masalah ini. Sebab banyak hal yang terjadi di masa lalu. Meskipun begitu, dia merasa harus mengantarkan anak laki-lakinya itu untuk kuliah di Bangkok.

Karena sejak kecil dia tumbuh di lingkungan sekitar, sehingga saat beranjak dewasa Ayahnya merasa harus mengantarnya ke bangkok. Karena masa kecilnya, ayahnya selalu ingin membiarkannya meninggalkan lingkungan lama yang hanya memberikan kenangan buruk baginya. Ketika Type kembali, seperti biasa, ucapannya masih keras kepala dan mengatakan pada ibunya bahwa anak itu adalah anak laki-lakinya, sehingga anak itu pasti bisa bertahan.

"Temanmu ini, orang yang seperti apa?"

Tanpa di duga Ayah Type mulai menanyakan ini lagi, membuat si pendengar mendengar sejenak, kemudian mengingat pria blasteran tampan yang hari ini menjalani ujian terakhirnya untuk semester ini. Setelah itu memasang senyum kecutnya;

"Em, Tampan dan menyebalkan. Orang yang suka mengurusi banyak hal. Sudah dibilang untuk jangan dihiraukan tapi tetap di lakukan, sampai rasanya bosan. Sikapnya sangat tenang dan sedingin es. Tapi jika sudah panas menjadi menakutkan. Keras kepala, sudah kubilang tidak perlu melakukan, dia akan melakukannya. Tidak perlu membelikan makanan, dia akan membeli. Kubilang tidak perlu mencuci bajuku, dia akan melakukannya. Bahkan dia membantu mengganti seprei. Aku memilih tinggal dengan orang yang membosankan Ayah. Dia juga suka membesar-besarkan masalah. Kebaikannya hanya wajahnya yang tampan. Dia ini blasteran. Blasteran Amerika. Hidungnya begitu mancung sampai bisa menusuk wajah Type. Ditambah lagi, dia bekerja dengan bermain musik di Pub. Oh para gadis itu, sering salah sangka dengan sifat aslinya..."

Saat Ayah Type menanyakan ini, Type yang bercerita lagi-lagi mulai membayangkan gambaran Si Pria keras kepala itu di benaknya...

Dasar, orang yang sedang jatuh cinta akan menyukai segala kebiasaan buruk pria itu, seperti yang dilakukannya sekarang.

Sekarang dia mulai berpikir, bagaimana keadaannya saat ini? Apa sendirian membuatnya berteriak? Sudah pulang kerumahnya atau belum?

Pemikirannya ini membuat anak muda dari wilayah selatan itu menepuk kantong yang berisi ponsel yang masih belum berbunyi sejak dirinya tiba di sini. Di saat yang sama Ayah Type mulai menautkan alisnya saat mendengar jawaban dari anaknya, kemudian bicara;

"Ayah baru tahu, kamu ternyata sudah sedekat ini dengan teman seruanganmu itu"

"Siapa yang bilang kami dekat?!"

Ketika mendengar pendapat ayahnya, Type langsung menepis dugaan ayahnya itu dengan wataknya yang pemarah. Buluk kuduknya berdiri saat memikirkan Ayahnya bisa menangkap hubungan mereka hanya dari ucapan. Mendengar pendapatnya, Ayahnya terlihat tidak menyerah begitu saja, lalu melanjukan bertanya;

"Oh, kalau tidak sedekat itu, memang dia mau membantumu sampai seperti itu? Tentang kebangsaan dan juga pekerjaan. Sejak kapan kamu mulai mendeskripsikan penampilan teman-temanmu sampai sedetail itu? Sampai hari ini, aku bahkan tidak tahu penampilan temanmu yang bernama Team dan Oom seperti apa"

Benar

Type mengakui di dalam hati. Karena dia memang terbiasa memberitahu Ayahnya tentang teman-temannya, dan tidak pernah sekalipun mendeskripsikan tentang wajah mereka. Tapi kali ini.... Dia bahkan memberikan beberapa kali pujian untuk Tharn.

"Tapi mendengar pujianmu yang sebaik ini, sepertinya kamu sangat menyukai temanmu itu. Rasanya sampai tidak berhenti menatapnya"

"Memang siapa yang memujinya?"

Kali ini Type terlihat agak terdiam setelah menjawab, kemudian matanya mulai beralih dari kiri ke kanan, seolah sedang mencari jalan keluar. Karena semakin dia berbicara pada Ayahnya tentang masalah ini, rasanya sebentar lagi dia akan ketahuan.

"Ayah, sepertinya tamu itu ingin mengatakan sesuatu pada Ayah"

Saat Type berbalik, dia melihat seorang bule berambut pirang berdiri di luar bungalo sambil menatap ke arah Type dan Ayahnya berdiri. Sehingga, mau tidak mau Ayahnya berpaling untuk melihatnya.

"Iya iya, padahal di rumah sendiri, tidak bisa enak-enakan tidur. Aku akan pergi menemuinya. Belakangan ini kebanyakan bule yang datang"

Ayah Type mengeluhkan masalahkan masalah ini, kemudian mulai melangkah pergi untuk menemui Si Bule, tidak lama kemudian terdengar suara Ayah Type yang merespon dengan sedikit bahasa inggris lalu dicampur dengan bahasa Thailand.

Keluarga Thiwat bukan keluarga yang kaya raya, hanya berkecukupan. Ayahnya cukup memiliki beberapa bungalo berukuran sedang di *Ko Pha Ngan[2]. Keramah-tamahan yang ditunjukkan pada orang-orang cukup dikenal luas. Bukan hanya untuk warga lokal Thailand, tapi sampai di kenal di manca negara.Tentu saja, mereka akan memanfaatkan kaki anak mereka yang sehat itu untuk bekerja menemui pelanggan mereka yang ingin melihat keindahan laut lepas di Thailand.

Tidak juga, beberapa dari mereka pergi ke tempat ini, karena... Pesta bulan purnama.

"Kepala pirang, sampai jumpa nanti"

Type mengangkat bahunya dan mulai mengalihkan perhatian pada hal lain. Karena dia bisa merasakan pria berambut pirang itu berulang kali menatap ke arahnya.

Sedang melihat apaan sih?

Anak dari wilayah selatan itu menautkan alisnya, meskipun begitu dia berusaha untuk menepis pemikiran pandangan aneh yang diperlihatkan pria itu. Sebisa mungkin dia mengeluarkan pemikirannya ini, bagaimanapun juga orang itu adalah tamu. Sehingga dia mulai berjalan ke sisi lain dan meminta pekerja lain untuk menggantikannya karena ada yang harus dilakukan.

Tapi, bukan pekerjaan yang sedang dilakukan, hanya pergi melihat kondisi ponselnya.

"Aku tidak ingin menelponnya, hanya ingin tahu keadaannya. Dia sudah mati atau belum"

Type meneguhkan hatinya sebentar, kemudian mulai menyambungkan telpon

"Sudah merindukanku 'kan?"

"Bangsat!"

Tidak perlu menunggu nada dering, suara lembut langsung masuk melalui mikrofon. Walaupun ketika mendengar cara berbicara Tharn, Type langsung melontarkan umpatannya.

"Mau kutendang dengan kakiku"

"Memang kapan aku membuatmu marah. Aku 'kan hanya bertanya"

"Kalau begitu jawabannya tidak. Baru perpisah kemarin. Memang apa yang kamu pikirkan?"

"Em, memang baru berpisah kemarin, tapi keesokan harinya kamu menelponku 'kan"

Dasar brengsek

Tentu saja, saat ini Type sedang menautkan alisnya, sedangkan matanya terlihat ingin sekali merobek leher orang di seberang telpon bulat-bulat. Bukan ingin cegukan karena menelan kata-kata manis yang terlontar.

Benar, baru kemarin berpisah kenapa menelponnya sekarang.

"Bersikap diam begini bisa diketahui kalau orang yang sedang menelpon pasti sedang sangat bersabar dengan orang yang ditelpon"

Thiwat tetap terdiam di tempatnya, jadi Thara mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Sudah sampai di rumah sekarang, 'kan?"

Ketika pertanyaan ini dilontarkan, perlahan-lahan senyuman mulai terlihat di bibir Type, kemudian dia bertanya;

"Mencemaskanku?"

Type sepertinya lupa, pria seperti Thara tidak pernah malu menyatakan apa yang dirasakannya. Tentu saja, karena dia tiba-tiba meresponnya;

"Bukan hanya cemas, rasanya ingin ikut pergi untuk berjaga di sana"

Kali ini Type terdiam, dia tidak tahu bagaimana mengekspresikan perasannya sekarang. Karena jika Type dirinya yang beberapa bulan lalu, jelas sebagai seorang pria pembenci gay mendengar ucapan yang seperti ini benar-benar mengerikan. Tapi sekarang, ketika mendengarkan ucapannya ini. Dia merasa tubuhnya rasanya seperti terbakar dan bulu kuduknya berdiri semua. Pokoknya, ini bukan sesuatu yang bisa ditahan olehnya. Rasanya dia ingin segera melemparkan ponselnya menjauh.

"Aku bukan wanita. Meskipun kamu mengatakan seperti ini padaku sampai kematianku, aku tidak akan terkesan denganmu"

Type langsung memberikan respon pada si penelepon untuk mengakhiri ucapannya.

"Tapi, kamu kalah dengan mulutku 'kan?"

"Mulutmu itu, benar-benar buruk"

Anak dari wilayah selatan itu sedikit mengejeknya. Karena dia memang bukan wanita yang akan malu mendengar ucapan seperti itu.

Bagaimanapun juga, aku tidak pernah berbicara seperti ini pada gadis...

"Tidak kok, tidak, kalau dibandingkan dengan mulut..."

Tiba-tiba saja suara pria itu berubah menjadi dalam dan intim setelah jeda sejenak;

"... Yang menjilat, membiarkanmu bersikap berbeda saat mencariku..."

Tentu saja Type langsung merespon dengan suara keras;

"Matilah tenggelam, dasar brengsek!"

Langsung saja Type mematikan sambungan telponnya dengan sikap gusar. Pada kenyatannya, dia memang telah kalah dengan mulut pria itu. Tangan Thiwat masih gemetar mendengar ucapannya, karena saat Tharn berbicara padanya seperti ini... Dia tidak bisa menyangkal.

"Sebenarnya apa yang salah denganku? Aku membencimu sampai mati"

Meskipun mulutnya berkata kejam seperti itu, tapi dia berusaha menggenggam tangannya sendiri yang masih gemetar.

***

Di saat yang sama, Orang yang baru saja disumpahi untuk mati tenggelam tertawa dengan riang. Dia menatap layar ponsel dengan pandangan penuh kebahagiaan. Sejujurnya, dia merasa bahagia karena Type yang menelponnya lebih dulu...

Tharn memang tidak sedang menguji kekasihnya itu dengan tidak menelponnya lebih dulu. Ini karena setelah pulang dari universitas, dia baru selesai membereskan tempat baru mereka sejenak, kemudian mengambil beberapa barang dan pulang ke rumah. Setelah memastikan barang-barang yang dibawanya disimpan dengan benar, dia memang berniat untuk menelponnya. Tapi dia sendiri tidak percaya, kalau Type ternyata yang akan menelponnya lebih dulu.

Jujur sajar, rasanya menyenangkan. Bukan, sangat membahagiakan

"Phi Thaaaaaarn"

Saat pikiran Tharn melayang sambil memasuki rumah, suara gadis kecil terdengar jelas memanggil namanya.

Mendengar teriakan itu, Tharn langsung berpaling ke arah suara, dan menemukan... Sang putri di dalam rumah.

Putri ini seorang gadis imut, umurnya belum lebih dari 10 tahun, mengenakan rok berwarna putih, membiarkan rambut berwarna kecoklatannya terurai. Gadis itu tersenyum sangat lebar, terlihat begitu senang bertemu dengan kakak keduanya.

"Phi Tharn, kangeeennnn~, kaaanggeeennn bangeeet~"

"Hahaha, Phi juga kangen sama Thanya"

Sebagai kakak yang lebih tua, tepat saat kembali adik yang lebih muda itu datang untuk memeluknya. Gadis kecil itu mengerutkan hidung di depannya, kemudian berceloteh;

"Thanya tidak percaya. Kalau Phi benar-benar kangen, kenapa Phi Tharn tidak pulang ke rumah selama satu bulan penuh?"

Gadis kecil itu bicara dengan nada yang tidak percaya, membiarkan pria yang mendengar hanya bisa menggaruk lehernya.

Sejujurnya, dia memang rindu dengan adik kecilnya ini, tapi karena beberapa bulan belakangan ini dia disibukkan oleh beberapa masalah, dan pada akhirnya bisa berpacaran dengan Type. Tharn yang sedang diliputi kebahagiaan sampai lupa untuk menemui orang di rumah.

"Kangen kok. Tapi, belakangan ini sedang sibuk memikirkan soal musik"

Tiba-tiba saja suara tawa terdengar dari arah lain, membuat Tharn memperlihatkan senyumannya yang lebar;

"Phi Thorn, apa kabar?"

Adik yang lebih muda ini memberikan salamnya pada Sang Kakak.

Thorn, merupakan anak tertua di rumah. Usianya 21 Tahun. Wajahnya hampir mirip dengan Sang Adik. Tinggi mereka hampir sama, tapi senyumannya terlihat lebih ramah daripada adiknya yang sering memperlihatkan ekspresi tenang dan dingin. Kakaknya datang untuk membantu membawakan tas punggung yang di bawa adiknya saat masuk ke dalam rumah.

"Ada apa ini? Tidak pulang sampai satu bulan penuh. Rasanya mau mati, setiap hari mendengarkan Putri bertanya, "Phi, kapan Phi Tharn pulang?"."

Putri ini julukan untuk anak paling bungsu di rumah.

"Bukankah Phi yang semakin menempel pada Nong yang satu ini"

Tharn berbicara dengan nada geli.

"Tidak kok"

Kakak tertua itu mengerucutkan bibir, sambil menatap ke arah adik kecil mereka yang sekarang sedang memeluk erat leher Tharn sambil menusuk-nusuk lengan kecil itu;

"Phi benar-benar merasa sakit. Saat Tharn pulang, Phi langsung tidak diperdulikan lagi"

"Bukan kok. Thanya hanya lebih tertarik dengan Phi Tharn. Soalnya, Thanya melihat Phi Thorn setiap hari"

"Ohh~ Phi Thorn kecewa. Oh~"

Gadis kecil itu tertawa dengan riang, Segera saja gadis itu melepaskan pinggang kakak keduanya kemudian berpindah untuk meminta gendong tubuh kakak pertamanya, sampai kakak yang tadinya terlihat cemberut memperlihatkan senyuman lebar. Setelah itu perhatian kakaknya beralih ke adik yang sedang berdiri tertawa menatap mereka;

"Baiklah, sedang menangkap perhatian seseorang 'kan?"

Tiba-tiba saja Tharn terdiam. Meskipun kakak tertuanya ini memiliki watak yang baik, tapi instingnya cukup kuat sebagai seorang anak tertua ketika membaca adik-adiknya.

Sama sekali tidak pernah bisa menyembunyikan apapun darinya.

Tharn menghembuskan nafasnya;

"Huft, baru awal"

"Jadi, sekarang seperti apa? Oh iya, saat pulang satu bulan lalu kamu terlihat begitu marah dan menghembuskan nafas berat karena masalah ini 'kan? Ekspresi wajahmu seperti orang yang siap menghancurkan drum"

Thorn bertanya sambil memperlihatkan senyumannya, meskipun begitu pandangan matanya terlihat serius. Membuat si pendengar hanya menghembuskan nafasnya. Karena ini artinya dia harus menjawab pertanyaannya.

"Iya"

"Dan sekarang..."

Sang kakak memberikan sedikit jeda, sampai pada akhirnya Tharn setuju memberikan jawaban lengkapnya;

"Sedang menjalin hubungan"

Sang kakak memberikan senyumannya, kemudian berpendapat;

"Berita Bagus dong"

"Bagus tapi melelahkan"

Tharn langsung merespon ucapannya. Bagaimanapun juga, kakaknya ini adalah orang pertama yang tahu bahwa dirinya gay. Awalnya dia tidak bisa menerima, bagaimana pun juga, orang yang membuat adiknya menjadi gay adalah teman dekatnya sendiri.

"Kamu melajang sudah satu setengah tahun 'kan?"

Kakaknya ini tahu bagaimana saat adiknya putus dengan mantan pacarnya. Bisa di bilang, mungkin itu masa lajang yang sangat lama bagi Tharn, dan membuatnya tidak memiliki pacar lagi. Adik paling kecil sekarang ikut masuk ke dalam pembicaraan;

"Ahlinya~ , bagaimana dengan Phi?"

"Apa-apaan ini? Phi 'kan sudah cukup merawat seorang Putri, jadi tidak punya waktu lagi"

Pertanyaan itu membuat kakak tertua itu memeluk adik di dalam gendongannya, dia menggosok pipinya, sampai si gadis itu menenggelamkan wajah ke dalam dadanya, kemudian bicara dengan nada yang serius;

"Phi Thorn sebaiknya punya pacar. Umur Phi Thorn 'kan 21 tahun. Hanya menempel pada Thanya tidak baik"

"Hei, Putri sedang berbicara apa? Phi tidak bisa terima..."

Si pendengar yang sedang digoda mengeluh dengan keras, sedangkan Sang Adik tidak perduli sedikitpun;

"Thanya bicara jujur, Phi Thorn 'kan sudah tua"

"Hahahaha"

Tharn menertawakan ucapan itu dengan keras. Sedangkan kakak tertuanya hanya bisa terlihat menyerah sekarang untuk mencari tahu seperti apa istri adiknya sekarang.

"Anak-anak sekarang benar-benar kejam... Oh iya, Tharn. Minggu ini aku ada janji bertemu dengan San. Mau ikut?"

"Oh, Phi San sudah pulang Phi?"

Ketika mendengar nama orang itu keluar dari mulut Kakaknya, si pendengar bertanya dengan nada gembira. Dengan sikap alami Sang Kakak mengangguk, kemudian bicara;

"Em, dia pulang ke Thailand satu bulan yang lalu. Minggu ini, dia ingin bertemu sambil membawakan oleh-oleh. Katanya kalau kamu kosong bisa ikut pergi untuk bertemu dengannya, dia merindukanmu"

Sang Kakak hanya mengatakan seperti ini sambil berjalan masuk ke dalam rumah sambil menggendong adik paling kecil masuk, sedangkan adik keduanya, hanya tetap ditempat , sambil memperlihatkan senyuman yang lebar.

Phi San... Aku tidak berjumpa denganmu selama setahun. Bagaimana kabarmu?

Ketika memikirkan ini, Tharn mengikuti kakak tertuanya dari belakang. Sosok Pria bernama Phi San ini masih tergambar dengan jelas di kepalanya.

Phi San... Teman baik Phi Thorn

Phi San... Seorang senior yang dihormatinya

Phi San... Orang yang memberitahukan padanya, bahwa dia... Menyukai pria.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis: M.A.M.E.

Thai-Indonesia: iu3a

*[1] หัวหิน(hŭa hĭn) : Daerah pesisir pantai, berada di wilayah Utara Thailand.

*[2] เกาะพะงัน: Ko Pha Ngan, Nama pulau di daerah Selatan Thailand. Di sana terdapat pesta bulan purnama, dimana akan ada pesta(dugem/ajeb-ajeb) di pantai sepanjang malam yang diadakan setiap sebulan sekali, menurut kalender pergerakan bulan. Menginap di Bungalo biasanya lebih diminati oleh para Backpacker. Harga hotel bintang tiga-nya sekitar Rp 374.340,- sedangkan hotel bintang 5 sekitar Rp 2.982.981,-

 

Continue Reading

You'll Also Like

420K 44.5K 88
[WARNING TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR CERITA BL(BOYS LOVE) YANG SUDAH CUKUP UMUR...
9.9K 283 37
Judul : Big Brother [倧ε“₯] Penulis : Priest Status: 69 bab + 2 extra [Complate] Sumber : https://id.mtlnovel.com/dage-big-brother/ Sinopsis : Pemuda W...
19.2K 758 21
Alternative : η™½ζ—₯δΊ‹ζ•… Author : Changpei literature,Free Hourglass,Gao tai shu se Artist :Updating Genre : Boys Love Status : OnGoing Raw : Bilibili Comi...
809K 56.3K 134
πŸ’” Ini bukan novel yang aku tulis. Aku hanya menerjemahkan dari terjemahan inggris dengan bantuan mtl yang aku edit agar lebih enak dibaca. Tapi misa...