Bad Boy Cafe: Milly 「END」

By andhyrama

628K 46.5K 72.4K

[15+] Apa jadinya jika bad boy bisa dipesan lewat aplikasi? Aku Erza Miller Pambudi yang luar biasa menawan d... More

ERZA || MILLY
CHARACTERS
PROLOG
01 || SUPERMAN
02 || I'M SEXY
03|| BIG BOSS
04 || BAD PUZZLE
05 || STRANGE MAN
06 || ALTER EGO
07 || CUSTOMER 01 (a)
08 || COSTUMER 01 (b)
09 || FIRST REVIEW
10 || LECTURER
GAZA |01| GEMI
11 || DYLAN WANG
12 || DUA MILIAR
13 || PELAKOR
14 || PUTUSKAN
15 || PELUKAN
16 || PENGIN MATI
17 || PERJANJIAN
18 || PACARAN
19 || PAGI NAMI
20 || PERTAHANAN
GAZA |02| GEMI
21 || KENANGAN
22 || KESALAHAN
23 || KESEPAKATAN
25 || KONSPIRASI
26 || KEMAMPUAN
27 || KEBOHONGAN
28 || KEMENANGAN
29 || KECELAKAAN
30 || KEHILANGAN
EPILOG

24 || KEHANGATAN

7K 834 1.1K
By andhyrama

BAD BOY CAFE: MILLY
24 || KEHANGATAN
a novel by Andhyrama

IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama// Shopee: Andhyrama [an Online Bookshop]

Instagram Erza: @erza_milly

Walau dingin, hatiku akan tetap hangat jika melihat senyum orang yang kusayangi.

(◍_◍)

Pre-Question

Mana yang kangen Gaza?!

Kasih satu emoji buat dia!

Absen Tim Kalian!

#NaMilly

#MilLynda

Just random questions before you read the story!

1. Kalian kesel kalau dikatain ....

2. Kalian sedih kalau dikatain ....

3. Kalian seneng kalau dibilang ....

4. Kalian terharu kalau dibilang ....

5. Apa pendapat kalian tentang haters?

6. Kalian bayangin Milly sesuai cast yang kukasih atau punya bayangan lain nggak sih?

Kalau iya, siapa dia?

7. Pernah nggak sih kalian suka banget sama aktor/aktris gitu dan kalian nonton hampir drama/film yang dia mainin?

Kalau pernah, siapa dia?

Me: Aku kemarin nonton Whats Wrong With Secretary Kim? Di situ aku jadi suka sama akting (dan paras) Park Min Young, aku lanjut nonton drama dia lagi yang Her Private Life. Sebelumnya, pernah juga ke Wan Peng (cast Gadis) karena habis nontonWhen We Were Young, aku jadi lanjut nonton My Girlfriend is an Alien. Ke Li Jiaqi juga, aku nonton My Girl lanjut drama dia yang My Youth. Sering gitu nggak sih kalian?

Okay back to the story! 

Part ini menurutku cukup emosional, tapi kalian bacanya pelan-pelan ya karena banyak loncatan waktu alias throwback gitu. Semoga nggak bingung. Selamat membaca!

Maybe di part ini, Erza-Gaza will be joined Naga-Gema sebagai adik kakak paling gumush yang pernah kubikin. I hope you like them!

Happy reading, don't forget to vote, comment, and share!

(◍_◍)

Sekangen itu kalian sama kami, ya?

(◍_◍)

"Nam, lo kenapa?"

"Dimarahin Mama."

"Jangan sedih, kita main yuk."

"Main apa?"

"Main tebak-tebakan. Siapa nama anak paling petakilan di sekolah kita?"

"Siapa emang?"

"Hidayat!"

"Woy, jangan lari. Pambudi sialan!"

Aku tidak akan pernah peduli lagi dengan Nami. Silakan dia bersama Reon, balapan, jatuh, kecelakaan, atau apa pun. Dia bukan cewek yang pantas aku pedulikan. Aku juga sudah memutuskan untuk berhenti jadi pembalap liar. Tidak ada Bang Agum, tidak ada alasan lagi aku bertahan di sana. Apalagi harus melihat mereka berdua bermesraan, menjijikkan.

Suara tawa terdengar. Lynda menertawaiku?

"Apa ada yang lucu Nona?" tanyaku.

"Kau sedang sangat marah?" dia balik bertanya.

Aku ingin berbohong, tetapi Lynda bukan orang yang pantas kubohongi. "Iya. Aku senang marah dengan seseorang. Apa itu mempengaruhi lukisannya?"

"Tidak, lukisannya sudah selesai."

"Cepat sekali."

"Aku sudah hafal setiap senti dari wajahmu," jawabnya yang membuatku merasa sedikit gugup.

Bodohnya aku sempat berpikir bahwa aku akan serasi dengan Nami. Jelas-jelas di depanku ini ada cewek paling cantik yang pernah kutemui. Kenapa memikirkan orang tidak tahu diri macam Nami?

Maafin gue Bang Lamar, gue nggak jadi bantuin lo dapetin Lynda. Karena dia milik gue.

"Bisa kita pergi setelah ini?"

"Maksudmu?"

"Aku ingin membeli peralatan melukis untuk adikku, kurasa kau bisa membantu," jawabku. Kebetulan, Bang Henry mentransferku 30% uang hasil dari pre-order merchandise yang laku keras di aplikasi. Aku punya cukup banyak uang untuk membeli peralatan lukis termahal sekalipun.

Dia diam, memilih merapikan alat lukisnya.

"Aku juga ingin bicara dengan sopirmu. Ternyata, dia game designer untuk aplikasi kami, kan?"

Dia kemudian memandangku. "Kau sudah tahu rupanya."

"Jadi, boleh?" tanyaku.

"Baiklah, akan kuajak kau ke toko alat-alat hobi langgananku," jawabnya.

"Yes!"

Dia tersenyum sembari menggeleng melihatku yang tampak kegirangan.

(◍_◍)

Ternyata, selama Lynda ada bersamaku. Mas Bayu--aku ikut-ikutan Lynda memanggilnya Mas--ada bersama Bang Henry, mereka membicarakan soal Bad Boy Cafe: Destiny, game yang akan meluncur di aplikasi kami.

Sekarang, aku duduk di depan bersama Mas Bayu, sedangkan Lynda berada di jok belakang sembari membaca buku.

Gimana kalau kalian punya sopir kayak gini?

Ig: @bayu_kangsopir

"Jadi, alur ceritanya sudah selesai, Mas?" tanyaku ke sopir di sampingku ini.

Dia menggeleng. "Konsep ceritanya sudah selesai, tetapi Bayu butuh konsultasi dengan kalian berlima untuk membuat rangkaian alurnya. Bang Henry akan memasukkan kita dalam satu grup, kita akan berdiskusi di sana," jawab Mas Bayu.

"Lo yang rancang ceritanya?"

Dia menggeleng. "Bayu dibantu," jawabnya sembari menunjukkan cincin tunangannya dengan bangga.

"Oh, tunangan lo yang bantuin? Sepertinya, dia sangat mendukung kerjaan lo, Mas," kataku yang kemudian tertawa kecil. "Senangnya punya tunangan."

Mas Bayu mengangguk-angguk sembari menahan senyum. "Non Lynda, apa nanti Bayu antarkan Nona ke rumah dulu sebelum Bayu antar Milly kembali ke kafe?"

"Jangan. Setelah Milly selesai membeli barang-barangnya, antarkan dia ke kafe, aku tunggu Mas Bayu di toko," jawab Lynda.

Apa Lynda tidak mau aku mengetahui rumahnya? Atau ada alasan lain?

"Apa di toko itu ada ...?" tanyaku ke Lynda.

"Ada."

(◍_◍)

Aku ke kamar Zara. Dia sudah tidur. Jadi, aku taruh peralatan lukis yang sudah kubeli di atas meja belajarnya. Aku mengambil sticky note dan menuliskan kalau hadiah ini untuknya, abangnya ini akan mendukung semua cita-citanya. Kalau tiba-tiba Zara mau berganti cita-cita, aku juga akan mendukungnya. Apa pun itu, asal Zara bahagia.

Kutilik buku gambar Zara yang ada di meja ini. Dia menggambar pemandangan dengan indah, menggambar hewan-hewan, dan juga manusia. Apa ini terlihat mirip aku dan Gaza? Ini mirip dengan Mama. Lalu, kulihat di halaman lain ada gambar seorang pria, mirip Papa. Ada tulisan di sampingnya, Apa aku bisa bertemu denganmu di masa depan? Aku menahan mataku yang tiba-tiba panas.

"Kau membeli sebanyak itu?" tanya Lynda saat kami ada di toko peralatan hobi itu.

Aku mengangguk. "Aku harus memotivasinya, Zara pasti senang kalau aku mendukungnya."

"Kau sangat menyayanginya?"

"Tidak perlu ditanya, kan? Suatu saat dia akan sehebat dirimu."

"Memang kau sudah melihat lukisanku?"

Aku menggeleng. "Tidak perlu melihatnya saja aku sudah percaya bahwa itu sangat keren."

"Apa kau baru saja mengatakan dirimu sendiri keren? Apa yang kulukis adalah wajahmu."

"Tentu saja aku keren. Aku adalah anak Sutradara Raza Zacky Pambudi," jawabku yang kemudian menunduk, merasa bahwa aku seharusnya tidak memberitahukan itu.

"Maaf."

"Kenapa minta maaf?"

"Aku tahu tentang ayahmu itu, dia bercerai dan menikah lagi, kan?"

Aku mengangguk, siapa yang tidak tahu berita itu? Dulu, saat aku kecil. Aku sering melihat berita soal perceraian kedua orang tuaku di media. Papa orang terkenal. Untung saja, wajah-wajah kami selalu diburamkan jika ada di tayangan atau cetakan.

Aku diam.

"Kita sama."

"Sama?"

"Ya, saat aku masih SD. Orang tuaku juga bercerai dan ayahku menikah lagi."

"Apa salah jika kita merindukan ayah kita?"

Dia menggeleng.

Zara tidak salah. Gaza tidak salah. Aku juga tidak salah. Kami bertiga merindukan Papa. Kapan kami bisa bertemu dengannya? Walau hanya sekali untuk mengobati rindu. Namun, aku khawatir. Aku sama seperti Gaza. Aku khawatir apakah Papa masih mengingat kami? Apa dia masih menyayangi kami? Apa dia akan senang kalau bertemu kami?

Dari kamar Zara, aku menuju kamarku menyiapkan segalanya sebelum menuju ke kamar Gaza. Kubuka pintu kamarnya yang tidak terkunci. Dia tertidur dengan memegangi sebuah foto. Aku tersenyum miris karena foto yang dilihatnya adalah foto keluarga, kami berlima saat masih utuh. Kutaruh foto itu di loker mejanya. Lalu, duduk di pinggir ranjang Gaza.

"Gaza, gue juga kangen Papa. Siapa yang nggak kangen ayah keren macam dia?" Aku tertawa getir. "Lo nggak salah. Gue yang nggak pengertian. Kalau lo mau ketemu Papa. Gue bakal pertemukan lo sama dia. Tapi, gue nggak bisa lakuin itu tanpa izin Mama. Jadi, gue bakal izin Mama dulu."

"Nggak perlu."

"Lo belum tidur?" tanyaku.

"Gue kebangun," jawab Gaza sembari mengucek matanya.

"Ayo! Ke kamar gue!"

"Ngapain?"

"Langit lagi cerah!"

"Lah terus?"

"Ayo bangun! Ada yang pengin gue tunjukkin!"

Aku pun menarik Gaza agar bangun, lalu membawanya ke kamarku. Pintu balkon terbuka dan di sana sudah berdiri benda itu. Gaza tampak tak percaya, dia memandangku dengan ekspresi terkejut yang senang. Sejak dia mulai susah diatur, aku terus membentaknya, mengatainya tidak berguna, dan tidak pernah memberikan hadiah untuknya. Sekarang, aku melakukannya.

"Apa di toko itu ada teropong bintang?" tanyaku ke Lynda saat masih di mobil.

"Ada."

"Milly suka lihat bintang?"

"Adikku."

Mas Bayu mengangguk-angguk. "Tunangan Bayu juga suka melihat bintang. Sebelum tidur, Bayu sering menemaninya menghitung bintang di balkon."

"Kalian sudah tidur seranjang?" tanyaku yang terkejut.

Mas Bayu buru-buru menggeleng. "Bayu tidur di sofa ruang tengah. Itu nggak terjadi setiap malam. Saat dia kangen Bayu dan melepon saja makanya Bayu datang ke tempatnya."

Lynda tertawa kecil di belakang. "Milly, kau jangan membuatnya panik."

"Aku hanya bertanya hal yang normal," jawabku. "Kalaupun benar apa yang aku pikirkan, bukannya tidak apa-apa?"

"Dengar Milly, tidak baik untuk remaja sepertimu memikirkan hal-hal semacam itu. Bayu juga tidak mungkin melakukan hal aneh-aneh untuk perempuan yang Bayu sayangi. Bayu hanya senang menatap langit bertabur pintang bersamanya. Seperti perasaanmu saat menatap bintang bersama adikmu, seperti itu."

"Perasaan apa?"

"Walau udara malam yang dingin, tapi perasaanmu pasti hangat. Ya, kan?"

Mas Bayu benar. Sekarang, perasaanku sangat hangat. Gaza begitu senang meneropong dengan teropong bintang itu. Uang dari Bang Henry sudah hampir habis. Siapa yang peduli? Aku menggunakannya untuk membuat adik-adikku bahagia.

"Teropong itu milik kita berdua. Lo boleh make cuma di sini," kataku pura-pura tegas.

"Cuma setiap ada lo?" Gaza berhenti meneropong dan menatapku kesal.

Aku menggeleng. "Lo boleh masuk kamar ini sesuka hati lo, kamar ini nggak akan gue kunci lagi.

"Beneran?"

Aku mengangguk.

Dia kemudian kembali meneropong. Bisa kulihat senyum bahagianya mengamati rasi-rasi bintang di langit malam yang cerah.

"Gue harap, kita bisa akur terus. Pesan terakhir Papa bukannya kayak gitu?"

Aku mengingat hari terakhirku bertemu Papa. Dia sudah merapikan semua barang-barangnya, mengangkutnya ke mobil. Aku berdiri di depan rumah sembari menahan tangis. Gaza berteriak di dalam rumah, Mama mengunci rumah, melarang Gaza untuk keluar.

"Papa! Papa jangan pergi!" teriakan Gaza yang menggedor-gedor kaca jendela masih teringat jelas sampai sekarang.

Mata Papa memerah saat menghampiriku. Semalaman dia pasti menangis, dia harus berpisah dengan anak-anaknya karena Mama mendapatkan hak asuh kami. Papa menunduk, menyamakan tinggi badannya denganku. Lalu, menepuk pundakku.

"Kamu bakal jadi abang yang kuat, Papa percaya kepadamu. Kamu bakal jaga adik-adikmu, mendukung cita-cita mereka, dan buat mereka bahagia. Iya, kan?"

"I-iya, Pa."

"Papa! Ajak aku pergi! Papa!" teriakan Gaza membuatku menutup mata, aku menangis.

Lalu, Papa memelukku, mencoba membuatku berhenti menangis. "Ka-kamu akan akur terus sama Lucky dan Windy, kan?"

Aku mengangguk, membalas pelukannya, "Aku janji bakal jagain mereka Pa. A-aku bakal buat mereka selalu bahagia. Papa jangan khawatir."

"Papa percaya kepadamu."

"Papa!" teriakan Gaza yang dibarengi isakan tangisnya membuat tubuh Papa gemetaran, aku merasakan getir, ketakutan, dan kekhawatiran yang begitu besar dalam tubuh yang tengah memelukku ini.

"Papa pamit ya, turuti ibumu. Jadilah kuat. Papa akan selalu bangga terhadapmu."

Papa melepaskan pelukannya. Aku mengangguk, lalu dia mengelap tangisan di pipiku. Matanya menghadap ke rumah kami. Kulihat, di balik jendela ada Gaza yang masih menangis. Aku mendorong Papa untuk segera pergi.

Dia pun berdiri dan menuju ke mobilnya. Suara pintu didobrak terdengar. Gaza ingin keluar. Aku segera menyuruh Papa untuk cepat pergi. Gaza bisa merusak pintu. Dia anak yang sangat kuat. Jika dia sampai keluar dari rumah dan mengejar Papa, dia tidak akan kembali.

Mobil Papa melaju. Pintu berhasil dirusak oleh Gaza. Dia berlari tanpa alas kaki dengan tangis dan teriakannya memanggil Papa. Aku menghalanginya. Namun, dia mampu lolos.

"Pa! Papa!"

Aku mengejar Gaza yang terus berlari mengikuti mobil hitam itu. Aku berhasil menangkap Gaza, memeluknya dari belakang dengan begitu erat.

"Lepas! Gue mau Papa, gue mau ikut Papa."

"Dia udah pergi. Dia udah nggak akan kembali."

"Pa! Papa!" Gaza menangis, isakannya sudah begitu serak.

Aku membalikkan tubuhnya, memeluknya, berbisik padanya, "Abang udah janji bakal jaga kalian, Abang nggak akan ingkarin janji. Kita bertiga akan terus bersama, akur, dan nggak akan ada yang bisa pisahin kita sampai kapan pun. Percaya sama Abang, ya."

"Lo bilang, gue harus percaya sama lo, kan?" tanya Gaza yang kini sudah selesai meneropong, berdiri bersama di balkon.

Aku mengangguk. "Lo masih percaya, kan?"

Dia diam sesaat sebelum menjawab, "Siapa lagi yang bisa gue percaya di dunia ini kalau bukan lo, Bang?"

Aku mengangguk, merangkulnya. "Lo mau apa, bilang ke Abang. Jangankan Nintendo Switch murahan ini, apa aja yang lo mau, gue bakal usaha buat beliin."

Dia tertawa kecil, menyadari aku yang cemburu dengan Naga yang pernah membelikan mainan untuk Gaza. Lalu, dia melirik ke teropong itu. "Bukannya harganya udah sama kayak Nintendo Switch itu?"

"Lebih mahal."

"Tapi dibagi dua karena milik kita berdua."

"Jadi, apa yang lo pengin sekarang?" Aku menantangnya.

"Gue ngantuk," dia menguap. "Kayaknya kasur lo lebih bagus dari kasur gue."

Aku menyeringai. "Bilang aja mau tidur bareng, masih gengsi ternyata," kataku.

Dia mendorongku. "Dih!"

"Awas lo ya!"

Gaza kemudian berlari, dan melompat ke kasurku. Aku mengejarnya, menggelitikinya di atas kasur. Kami tertawa bersama. Sebelum akhirnya, kami berbaring bersama. Terlelap dalam satu selimut. Malam yang indah.

(◍_◍)

Tekan tombol kalau kamu suka part ini!

Jangan lupa jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, ya!

Question Time

1. Apa pendapat kalian tentang bab ini?

2. Mana bagian yang paling kalian suka?

3. Pendapat kalian Erza-Gaza di bab ini?

4. Pendapat kalian tentang #MilLynda di bab ini?

5. Apakah Lynda suka dengan Milly?

6. Pendapat kalian tentang Erza sebagai abang?

Idaman atau enggak?

7. Kalau cerita ini tamat, kalian bakal sedih atau lega?

Atau tergantung ending-nya?

8. Di bab 25, Erza bakal kembali ketemu Jendral dan B**a!! Sudah siap?

Yang pengin baca bab 25 komen: Erza, akur terus sama Gaza, ya!

Sampai jumpa, malam Minggu depan!

Note: Giveaway #HappyBirthdayNaga masih berjalan di igku @andhyrama dan satu Giveaway lagi (ada dua) di akun @team_nagabima!

Sampai tanggal 15, ya!

(◍_◍)

Jangan lupa untuk follow:

Wattpad:

Instagram:

@andhyrama

@andhyrama.shop

The Mascot of #Gamaverse: @jendraltherapper

Roleplayers:

@erza_milly || @petrovincenthardian || @gaza_kangkopi || @nami.robi || @lynda_fiara || @nolan.sparrow || @ferlan_erlangga || @martin_hades || @ronald_midas || @math_lemniscate || || @bayu_kangsopir || @lamar_kangparkir || @karlaolivianasution

@nagaputramahendra || @bimaangkasarajo || @gemaputramahendra || @gadisisme || @mayapurnamawarni || @gemiputrimahendra || @agumtenggara

Fan page:

@team_nagabima

(◍_◍)

GRUP CHAT!

Oh, ya kalau mau masuk grup chat #TeamNagaBima, langsung DM @team_nagabima aja, ya! Bilang mau join!

di Instagram!

(◍_◍)

Continue Reading

You'll Also Like

154K 17.6K 26
Katanya mencari ide itu susah Katanya ide suka datang tiba-tiba tapi nyata ide tidak datang dari langit. sekadar berbagi tips dari pengalaman berka...
457K 61.9K 44
[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [SUDAH TERBIT] Ariel Marshwan. Antagonis wanita dalam novel percintaan berjudul Love Rev...
1.2M 60.2K 25
Disclaimer: Cerita ini adalah cerita pertamaku yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Nina harusnya tahu sejak awal. Sejak...
985K 94.9K 35
(SUDAH SELESAI DAN MASIH TERSEDIA SECARA LENGKAP) LARA DAN SEMESTANYA YANG KEHILANGAN RASA Kisah-kasih itu bukan soal indera yang sempurna, tetapi te...