The 7th Sense | HRJ x You ✔

By milyzalea

11.3K 2.7K 351

Terkadang, sesuatu yang tidak terlihat bisa saja membahayakan dirimu. Dan sebelum itu terjadi, kuharap, kamu... More

Pesan Dari Renjun
1. Kisah Renjun
2. Hantu di Sekolah
3. Bertemu Sosok Baru
4. Datang
5. Perkenalan
6. Perasaan Aneh
7. Hantu di Toko Bunga
8. Sikap Yang Tak Bisa Ditebak
9. Beban Yang Sama
10. Teman Manusia Pertama
11. Kelelahan
12. Murid Baru
13. Antara Percaya atau Tidak
14. Cerita Jisung
15. Wanita Itu Lagi
16. Lee Felix
17. Meminta Bantuan
18. Pembalasan Dendam
19. Menyalahkan Diri
20. Meja Nomor Sembilan
21. Insiden di Sekolah
22. Mencoba Egois
23. Hilangnya Jisung
24. Fakta Mengejutkan
25. Usaha Kembali
26. Kalimat Tak Terduga
28. Kejutan dari Jisung
29. Teman Kedua
30. Pekerja Baru di Kafe
31. Hantu di Toko Buku
32. Tentang Seungmin
33. Kisah Mereka
34. Takdir Yang Menyedihkan
35. Bertemu Haechan
36. Teman Sejati
37. Rahasia Jinyoung
38. Konspirasi Kematian
39. Iblis Pengabul Keinginan
40. Akhir Dari Segalanya (END)
Surat Dari Renjun

27. Perjuangan Membebaskan

175 51 1
By milyzalea

Akhirnya, aku dan y/n sampai di sekolah. Tepat pukul enam.

Belum banyak siswa yang datang ke sekolah. Yeah, karena bel masuk akan berbunyi satu jam lagi, jadi sekolah masih cukup sepi, kecuali orang-orang rajin dan murid kelas dua belas yang akan menghadapi ujian. Mereka harus datang lebih pagi ke sekolah untuk belajar.

Yang aku tahu, menjadi murid kelas dua belas di Korea sangatlah sulit. Sebab disamping harus berjuang untuk ujian, mereka pun bekerja keras agar bisa diterima di Universitas terbaik bagi yang ingin melanjutkan studi, atau belajar untuk tes PNS bagi yang tak mampu melanjutkan pendidikan.

Aku sendiri berpikir, aku tak akan masuk ke dalam perguruan tinggi nanti, sebab aku tak memiliki uang banyak. Yah, mungkin menjadi PNS lebih baik, aku bisa menghasilkan uang dari sana.

Sibuk berkutat dengan pikiran, aku sampai tak sadar bahwa kami -aku dan y/n- sudah sampai di dalam kelas. Langsung saja aku berjalan cepat ke arah tempatku duduk. Setelah itu aku berlari keluar kelas, menghiraukan teriakan y/n yang memanggil namaku.

Di koridor sekolah, aku berpapasan dengan Hena dan Heni. Kulihat mereka sedang sibuk berdebat.

"Hena, Heni." Aku memanggil mereka, sekaligus menghentikan perdebatan dua saudara kembar itu.

Hena dan Heni menoleh ke arahku.

"Eh? Pangeranku sudah datang." Hena tersenyum lebar, merentangkan tangannya, hendak memelukku.

"Ett." Heni tiba-tiba menarik tangan Hena, membuat hantu itu berteriak kesal karena tak jadi memelukku.

"Kamu menyebalkan!" sungut Hena.

"Ck. Diam kamu. Aku lagi marah sama kamu ya."

Hena terlihat mencibir sebelum mengubah raut wajahnya menjadi ceria begitu menatapku. "Ada apa Renjun? Kamu mencariku?"

"Dia mencari kita berdua, Na. Dia memanggil nama kita tadi, bukan hanya namamu." Heni meralat perkataan Hena.

"Ish, yaudah sih."

Heni menggeleng pelan melihat kelakuan saudara kembarnya, dia lalu menatapku. "Ada apa?"

Aku berpikir sejenak.

"Bilang saja Renjun, kalau kamu butuh bantuan kami, kami akan siap membantu."

Kugigit bibir bawah pelan sebelum akhirnya meminta bantuan mereka. "Emm, kalau nanti kalian bertemu Ryujin, eh tunggu. Kalian kenal Ryujin kan?"

Heni mengangguk cepat. "Tentu saja, dia teman kami juga di sini. Selain kamu dan errr, Jaemin."

Mataku seketika membola. "Kalian tahu kalau Jaemin bisa melihat hantu juga?"

"Tentu saja. Jaemin itu pangeran keduaku setelah kamu. Eh, maaf ya Renjun. Kuharap kamu tidak cemburu." Kali ini Hena yang menjawab pertanyaanku.

"YAK!" Heni secepat kilat memukul kepala Hena.

"Aw! Sakit!"

Dahiku mengernyit. "Loh? Bukankah hantu tidak akan merasa sakit?"

"Heh! Kata siapa begitu? Buktinya hantu bisa merasa sakit kalau cara meninggal mereka tak wajar."

"Ah iya, aku lupa. Oke, kembali ke topik kita." Aku menatap Hena dan Heni bergantian. "Jadi, kalian tahu Jaemin indigo sepertiku?"

Hena dan Heni mengangguk.

"Lalu, kalian tahu tidak kalau Jaemin akhir-akhir ini berubah?"

Mereka mengangguk lagi.

"Apa kalian percaya kalau aku bilang arwah yang ada di dalam raga Jaemin, bukanlah Jaemin yang asli?"

"Hah?" Hena dan Heni tampak terkejut.

Aku tidak ingin membawa topik pembicaraan ini lebih jauh dan membuang waktu. Jadi kuputuskan untuk memberitahu mereka secara singkat tentang Jaemin dan apa yang akan aku lakukan sekarang ini.

"Tapi Renjun, berbahaya kalau datang sendirian ke lab biologi itu. Kamu tidak akan bisa mengatasi sosok penguasa di sana."

"Makanya aku minta kalian memberitahu Ryujin agar dia menyusulku ke sana kalau sudah datang nanti. Aku yakin Ryujin bisa membantu karena sungguh, dia memiliki kekuatan lebih dariku."

Tak butuh waktu lama, Hena dan Heni akhirnya mengangguk setuju. Setelah itu, aku langsung bergegas pergi ke lab biologi.

___The 7th Sense___

Sesampainya di depan lab biologi, aku menepuk dahi, merasa bodoh karena tidak lebih dulu meminta kunci untuk membuka pintu ini.

"Ahh, aku kan tidak dalam bentuk arwah, mana bisa menembus pintu ini."

Bodoh sekali memang Huang Renjun.

Kuhela napas panjang, sebelum akhirnya berbalik hendak meminta kunci lab biologi, namun begitu berbalik, aku mendapati y/n tengah menatapku dengan tangan terulur ke atas. Di tangannya terdapat banyak kunci.

"Y/n?" Kaget tentu saja. Aku tidak tahu kalau y/n ternyata menyusulku ke sini, dan lebih lagi, dia tahu aku ingin memasuki lab biologi lalu membawa serta kuncinya.

Y/n tersenyum. "Aku mendengar kamu mengobrol dengan sesuatu yang tidak bisa kulihat di koridor, jadi aku langsung pergi ke ruang keamanan dan meminta kunci lab biologi, mereka tidak bertanya banyak karena aku tunangan Mark oppa, aku pikir aku bisa membantumu dengan melakukan ini."

Aku terpana. Sungguh.

Aku tidak tahu kalau y/n akan melakukan hal semacam ini. Dia benar-benar perempuan baik.

"Ter-mmmpphhh." Ucapanku terpotong ketika y/n menyumpal mulutku dengan tangannya.

"Berhenti bilang makasih Renjun, kita kan teman. Sudah sewajarnya saling tolong menolong."

Kulihat sekali lagi mata y/n sebelum mengambil alih kunci dari tangannya. "Kalau begitu, aku harus bilang apa? Sebagai ganti terima kasih."

Y/n tersenyum, memajukan langkah ke depan. Dia berdiri tepat di hadapanku. Jarak kami tidak terlalu jauh sampai aku bisa merasakan deru napasnya.

"Cukup bilang kamu akan selalu ada di sisiku." Kalimat singkat itu dia ucapkan dengan senyum mengembang.

Dan tentu saja, hal itu tak baik untuk diriku.

"A-aku ...."

"Eh? Aku datang diwaktu yang salah ya?"

Terdengar suara lain dari belakang y/n. Refleks aku melangkah mundur. Kulihat Ryujin berdiri tak jauh dari kami. Ryujin seperti salah tingkah. Mungkin dia pikir kedatangannya mengangguku dan y/n, padahal tidak sama sekali.

"Ryujin." Kupanggil namanya, lalu meminta gadis itu mendekat. "Kamu sudah dengar dari Hena dan Heni kan? Aku ingin meminta bantuanmu," ucapku to the point. Aku ingin mempercepat saja agar tidak ada waktu yang terbuang percuma.

Mataku sempat melirik ke arah y/n yang entah benar atau tidak, raut wajahnya sedikit berubah. Namun aku tidak ingin memikirkan itu, yang lebih penting sekarang aku harus secepatnya membebaskan teman-teman.

"Aku tahu. Jadi ayo buka labnya. Aku akan membantumu." Ryujin berjalan lebih dulu ke depan pintu lab.

Aku mengangguk. Kucoba semua kunci yang tadi dibawa y/n hingga akhirnya aku menemukan kunci yang tepat.

Begitu pintu terbuka, bau pengap debu segera menguar memasuki indera penciuman. Aku mendengar Ryujin terbatuk beberapa kali.

"Kamu tidak apa-apa kan Ryu?"

Ryujin mengangguk. "Ya, aku tidak apa." Perlahan Ryujin memasuki lab biologi. Aku menyusul di belakang.

Pandanganku langsung tertuju pada sosok iblis bertanduk yang kini bisa aku lihat. "Eh, aku bisa melihatnya."

Ryujin disebelahku ikut menatap iblis itu. "Tentu saja kamu bisa melihatnya, dia sudah gagal mengambil alih tubuhmu untuk diberikan ke arwah jahat, jadi sekarang kamu bisa melihatnya."

Penjelasan Ryujin membuatku diam dan menatapnya dari samping. "Apa maksudmu?"

"Aku mendengarnya dari nenekku. Nanti saja aku jelaskan, sekarang yang lebih penting adalah membebaskan temanmu."

Kutatap wajah Ryujin dari samping sekali lagi.

Gadis itu ternyata sangat mengerti apa yang ingin kutahu dan kubutuhkan. Aku berhutang banyak pada Ryujin.

"Cepat cari temanmu, biar aku yang melawannya." Ryujin menyuruhku pergi.

"T-tapi Ryu, kamu bisa melawan dia sendirian?" Tentu saja aku tak yakin untuk meninggalkan Ryujin sendiri dan membiarkan gadis itu melawan iblis bertanduk seorang diri.

"Bisa, aku yakin." Ryujin menatapku, meyakinkan.

"Baiklah. Aku akan mencari temanku." Sebelum pergi, aku sempat menatap y/n yang juga sedang melihatku.

Y/n tersenyum manis sembari mengedipkan sebelah mata. Ah tidak, dia pasti berpikir kalau aku memang memiliki perasaan lebih ke Ryujin.

Aku menggelengkan kepala sebelum benar-benar pergi mencari Jisung dan yang lain, berusaha membuat pemikiran y/n berubah. Tentu saja aku tidak suka Ryujin. Karena hei, orang yang kusuka hanyalah y/n.

___The 7th Sense___

.
.
.

To Be Continue

Jangan lupa dukungannya semua^^

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 65.4K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
4.2K 801 85
"Kamu mau tau apa yang paling penting?" "Apa?" "Kamu harus paling banyak tertawa di dunia, apapun penyakitnya, orang yang selalu tersenyum nggak akan...
69.3K 7.8K 31
Siapa bilang anak millenials gak doyan ngaji? Warn🚫 •Dapat membatalkan puasa jika tidak dibaca apalagi tidak di vomment •Bahasa non baku •5+ Highest...
YES, DADDY! By

Fanfiction

304K 1.8K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar