The 7th Sense | HRJ x You ✔

De milyzalea

11.3K 2.7K 351

Terkadang, sesuatu yang tidak terlihat bisa saja membahayakan dirimu. Dan sebelum itu terjadi, kuharap, kamu... Mais

Pesan Dari Renjun
1. Kisah Renjun
2. Hantu di Sekolah
3. Bertemu Sosok Baru
4. Datang
5. Perkenalan
6. Perasaan Aneh
7. Hantu di Toko Bunga
8. Sikap Yang Tak Bisa Ditebak
9. Beban Yang Sama
10. Teman Manusia Pertama
11. Kelelahan
12. Murid Baru
13. Antara Percaya atau Tidak
14. Cerita Jisung
15. Wanita Itu Lagi
16. Lee Felix
17. Meminta Bantuan
18. Pembalasan Dendam
20. Meja Nomor Sembilan
21. Insiden di Sekolah
22. Mencoba Egois
23. Hilangnya Jisung
24. Fakta Mengejutkan
25. Usaha Kembali
26. Kalimat Tak Terduga
27. Perjuangan Membebaskan
28. Kejutan dari Jisung
29. Teman Kedua
30. Pekerja Baru di Kafe
31. Hantu di Toko Buku
32. Tentang Seungmin
33. Kisah Mereka
34. Takdir Yang Menyedihkan
35. Bertemu Haechan
36. Teman Sejati
37. Rahasia Jinyoung
38. Konspirasi Kematian
39. Iblis Pengabul Keinginan
40. Akhir Dari Segalanya (END)
Surat Dari Renjun

19. Menyalahkan Diri

159 51 1
De milyzalea

Semenjak kejadian dimana Irene nuna harus merelakan kehilangan calon suaminya, aku terus-menerus menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa mencegah kecelakaan itu terjadi.

Ryujin bahkan sudah berkali-kali mengingatkanku kalau kecelakaan itu bukanlah salahku. Tapi tetap saja, aku merasa gagal karena tak bisa menghentikan Eunmi nuna mencelakai orang.

Kalau saja aku bisa memberikan solusi atas masalah yang terjadi antara Eunmi nuna dan Jaewoo hyung ketika Eunmi nuna bercerita padaku, mungkin akhirnya tidak akan begini.

"Huang Renjun bodoh!" Aku memukul kepalaku. Entah sudah berapa banyak aku memaki diri sendiri. Rasanya semua makian itu sangat cocok untukku.

"Renjun, mau sampai kapan menyalahkan diri sendiri begitu?"

Aku tidak menghiraukan suara yang menegurku itu. Tanganku masih terus memukuli kepala sendiri.

"Yak! Huang Renjun!"

Sebuah tangan dingin menahan pergerakan tanganku yang ingin memukul kepala lebih keras lagi. Tangan dingin itu menarik tanganku, menahannya dengan cara mengunci di depan dada.

Kepalaku tertoleh ke samping, melihat sosok Felix yang sejak tadi menemaniku di kelas. Dia tidak meninggalkanku sendirian dan membuatku terus menyalahkan diri. Felix terus duduk di sampingku, berusaha menghentikanku dari menyakiti diri sendiri.

"Kamu tahu itu bukan salahmu, Ren. Keinginan kuat balas dendam dari para hantu itu tidak bisa dicegah olehmu. Kamu bukan Tuhan, Ren."

Air mata menggenang di kedua mataku.

"Renjun. Kamu tidak bisa menghentikan apa yang memang akan terjadi. Kalau memang hantu itu ingin balas dendam, maka biarkan saja. Itu urusannya, dia sendiri juga kan yang menanggung beban dosa atas pembalasan dendam itu. Jadi kamu tidak perlu seperti ini."

Semua omongan Felix itu ada benarnya. Aku memang tidak bisa mengubah keinginan hantu untuk balas dendam, tapi paling tidak aku bisa mencegah hal itu supaya tidak terjadi.

Namun aku tetap tidak sanggup melakukannya. Aku membiarkan Eunmi nuna menjadi arwah jahat dan pergi dengan menanggung dosa besar.

"Ren, ayolah. Ini semua bukan salahmu." Felix terus mencoba menghiburku.

"Aku tahu, Lix. Aku hanya merasa gagal saja. Seharusnya Jaewoo hyung masih hidup sekarang."

"Haish. Buat apa sih mengharapkan orang jahat itu hidup. Biarkan saja dia mati dan menanggung semua kejahatannya."

"Felix!" Aku sedikit menaikan suara, tanda menyuruh Felix berhenti berbicara hal yang tak seharusnya.

"Iya-iya maaf." Felix memanyunkan bibir. Dia tahu kalau aku paling tidak suka melihat hantu menjadi pendendam.

Mungkin itu juga alasan kenapa Felix masih terjebak di alam manusia dan tidak bisa kembali ke tempat yang seharusnya. Aku menyuruh Felix untuk tidak membalas dendam walau ia ingin.

Aku tidak mau Felix berubah menjadi arwah jahat dan berakhir menanggung dosa atas pembalasan dendam yang ia lakukan.

Kalau ada yang bertanya kenapa Felix ingin membalas dendam. Semua itu ada hubungannya dengan kematian Felix.

Felix meninggal karena bullyan yang dilakukan seluruh sekolah padanya. Setiap datang ke sekolah, Felix selalu mendapat cacian, atau bahkan kekerasan.

Padahal saat awal masuk sekolah, Felix adalah sosok anak ceria yang memiliki banyak teman. Tapi semua itu berubah saat perusahaan ayah Felix bangkrut dan ibunya ketahuan selingkuh. Seluruh murid di sekolah langsung membuly Felix hingga anak itu mendapat kekerasan fisik dan berakhir seperti sekarang ini.

"Kamu tahu kan Lix, aku nggak suka kamu menyimpan dendam ke mereka. Maafkan saja Lix, jangan bebani dirimu dengan dendam. Dendam nggak akan menyelesaikan masalah." Aku menarik tanganku dari pegangan Felix, beralih merangkul bahunya.

Felix mengangguk. "Aku tidak menyimpan dendam ke mereka, Ren. Aku sudah memaafkan mereka semua."

Aku tersenyum, mendekatkan diri ke Felix, menepuk-nepuk bahu Felix pelan. "Lalu apa yang menahanmu tetap di sini kalau bukan dendam?"

Felix menatapku, tersirat kesedihan dari tatapan matanya. "Aku ingin mendengar pendapat mereka tentangku sebelum aku pergi. Aku ingin menemui mereka, berbicara dengan mereka. Aku merindukan mereka."

Ahh, ini rupanya hal yang menahan Felix di dunia manusia.

Felix ingin teman-temannya berbicara dengan dia lagi walau dalam bentuk arwah.

"Lix, aku bisa saja meminjamkan tubuhku. Tapi kamu tahu kan mereka tidak akan percaya padaku. Mereka bahkan menganggapku gila."

"Aku mengerti Renjun. Itu sebabnya aku harus mencari cara untuk bisa menunjukan diriku ke mereka."

"Bagaimana caranya? Bukankah itu memakai kekuatan besar? Kamu bisa dihukum oleh Papah kalau ketahuan."

Biar aku jelaskan sedikit. Papah adalah sosok yang memiliki kekuatan terbesar di sekolah ini, kedudukannya sama seperti kepala sekolah kalau di duniaku. Nah, di dunia Felix, Papah ini akan menghukum hantu yang suka menunjukan diri ke beberapa manusia, seperti Hena dan Heni.

Kalau ada hantu yang ketahuan mengganggu manusia secara terang-terangan, maka hantu itu bisa dimasukan ke ruangan bekas lab biologi. Tempat dimana semua hantu ketakutan.

"Aku tahu. Makanya aku lagi cari cara biar nggak ketahuan Papah. Lagian aku juga belum punya kekuatan sebesar itu, Ren."

Aku menghela napas, jadi ikut memikirkan cara membuat Felix bisa menampakan diri di depan semua temannya.

Aku bahkan melupakan kalau sebelumnya aku terus saja menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada Jaewoo hyung.

___The 7th Sense___

"Renjun." Suara lembut y/n memasuki gendang telingaku.

Senyumku mengembang, melambaikan tangan, menyuruh y/n duduk di depanku.

Kami berada di perpustakaan sekarang, menghabiskan jam istirahat tanpa makan dan minum.

Aku sih sudah terbiasa istirahat di perpustakaan, tidak tahu kalau y/n. Aku juga tidak menyuruh y/n mendatangiku kok. Y/n yang datang sendiri ke sini, tidak tahu apa alasannya.

Y/n tadi hanya bertanya padaku lewat pesan singkat, menanyakan dimana keberadaanku karena dia tidak menemukanmu di kantin. Tentu saja aku tidak ada di kantin karena aku tidak suka menghabiskan jam istirahat di sana.

Orang-orang akan semakin membullyku kalau aku menampakan diri di kantin, dan aku tidak mau hal itu terjadi.

"Kenapa kamu selalu istirahat di perpus? Nggak laper emang?" Y/n bertanya padaku, nada bicaanya terdengar khawatir.

Aku menggeleng pelan. "Masih kenyang kok."

"Makan apa emang sampe kenyang gitu? Aku denger dari Ryujin kamu nggak pernah sarapan kalau pagi, Ren."

Aku tertawa mendengar kalimat y/n, sepertinya ia sedang memarahiku sekarang. Oh Tuhan! Bisakah aku menahan perasaan ini setiap dia ada di dekatku? Kenapa baru begini saja aku sudah ingin menyerah?

"Ya memang. Aku cuma nggak mau makan aja."

"Ya kenapa?" Dahi y/n berkerut, tatapan matanya bersungut-sungut, menatapku tajam.

Tapi bukannya takut, aku malah merasa y/n lucu. Dia itu tidak pantas marah, apalagi dengan suara lembutnya, yang ada orang yang dimarahi malah seperti didongengi supaya tidur.

"Malas."

Plak.

"Akh! Sakit." Aku mengusap punggung tangan yang baru saja dipukul y/n.

"Biarin. Biar nambah sakitnya."

"Kok jahat?"

Y/n mendengus, mengalihkan wajah dariku.

Astaga. Dia benar-benar lucu sekali. Aku jadi ingin mencubit pipinya yang sekarang sudah menggembung lucu.

"Oh iya."

"Hm?" Kedua mataku seperti tidak bisa mengalihkan perhatian ke arah lain. Aku hanya ingin menatap y/n terus menerus.

"Ryujin bilang kamu lagi nyalahin diri sendiri karena kematian seseorang." Y/n menatapku, pandangannya berubah sayu. "Kenapa?"

Aku mengangkat alis. "Kenapa apanya?"

"Kenapa kamu nyalahin diri sendiri atas kematian orang lain?"

Aku menghela napas, memalingkan muka ke arah lain. "Ryujin pasti udah cerita semuanya kan?"

"Iya."

"Yaa, karena itu. Aku merasa gagal menghentikan arwah itu untuk membalas dendam. Kalau aja aku bisa lebih cepat sampai di sana dan berbicara pelan-pelan dengannya, semua itu tidak akan terjadi. Tidak perlu ada nyawa yang hilang."

Terdengar helaan napas dari tempat y/n duduk.

"Renjun. Kamu tahu kan kematian itu adalah takdir yang nggak bisa dihindari. Mau sekeras apapun kamu mencegah arwah itu balas dendam, toh akhirnya orang yang mati akan tetap mati. Hanya soal waktu saja, kapan dia akan mati."

Aku baru tahu kalau setiap kalimat yang keluar dari mulut y/n bisa sangat mempengaruhi diriku. Terbukti dengan rentetan kalimat itu, aku langsung sadar kalau kematian Jaewoo hyung bukanlah salahku.

Aku tidak harus menyalahkan diri karena gagal menyelamatkan nyawa Jaewoo hyung. Toh aku bukan malaikat apalagi Tuhan yang bisa mengatur kehidupan semua manusia.

"Kamu dengerin aku kan, Ren?"

Mataku kembali melihat y/n, mengangguk pelan. "Denger kok. Makasih ya. Udah mau ngasih kata-kata penyemangat." Kedua sudut bibirku terangkat, membentuk sebuah senyum tipis.

Y/n membalasku dengan tersenyum bahagia. "Santai aja, Ren. Itu kan gunanya teman."

Senyum di wajahku langsung luntur saat y/n menyebut kata 'teman'.

Ahh, harusnya aku sadar. Dia hanya menganggapku sebagai teman. Tidak seharusnya seorang teman memiliki perasaan lebih. Benar begitu kan?

Tbc.
Jangan lupa dukungannya semua^^

Continue lendo

Você também vai gostar

154K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
6.7K 816 4
PUS || Parallel Universe Series #Book 2 Sekitar 2 tahun lalu, Jaemin dikabarkan menghilang tanpa kabar. Dia tidak mengikuti comeback pertama dan kedu...
90.7K 8.8K 25
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
502K 37.3K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.