My Mysterious Dosgan : Dosen...

By NengKarisma

68K 6.1K 295

Seri Mental Disorder Story ke-1 (Afka & Aruna) โš ๏ธ Budayakan follow Author sebelum membaca โš ๏ธ ๐Ÿ€๐Ÿ€ Aruna Green... More

Prolog
Kosan +62
Perkara Duit Kos
Malam Jum'at
Bakos = Bapak Kos
Badmood
Mr. Evill
Gembel Cinta
Menyebalkan
Dekat
Pacaran
Cupang
Keluarga Pacar
Ajakan Hangout
Cemburu
Stay With Me
Bertahan
Putus
Mantan
Mantan (Lagi)
Cabe-Cabean
Menyelesaikan masalah
Bukan Sekedar Halusinasi
Ajakan Berkomitmen
Go Publick
Perkara Cincin
Bahagia
Suprise
Kecewa
Kegagalan
Tidak Baik-Baik Saja
Simpati
Melarikan diri
Faktanya
Sakit
Perhatian
Kesempatan kedua
Hamil
Visual
Memungut Restu
Sentuhan Akhir Cerita
VC
Janji Suci
Epilog
Penting Dibaca โ‰๏ธ

Puncak Rasa Sakit

1.4K 139 4
By NengKarisma

Puncak Rasa Sakit

"Puncak rasa sakit itu adalah, saat dada terasa sesak namun bibir masih bisa menyunggingkan senyum semanis mentari."-Aruna Greenidia Cheemistrianyi

👞❤👠

Atmosfir bumi memang betul adanya sudah mulai tercemas. Penipisan lapisan ozon karena pencemaran udara, turut ambil bagian memperkeruh suasana. Deru bising kendaraaan, dihiasi suara riuh di caffe pinggir jalan ini, tak lantas mengurangi intensitas kecanggungan di dalamnya.

Dua pasang anak cucu Adam dan Hawa, nampak saling lirik, diantara kecanggungan yang menyelimuti. Belum ada yang angkat bicara, setelah beberapa menit mereka duduk bersama.

"Owner caffe ini sahabatku, makananya recommended banget."
Ujar wanita cantik itu angkat bicara.

Dari ujung kepala hingga kaki, bisa kusimpulkan dia bukan wanita gampangan. Bukan wanita glamour dan fashion-able pada umumnya juga sih. Tapi, dia terlihat berkelas dan juga elegan layaknya seorang ningrat, maybe.

"Nasi goreng seafood-nya juga recommended banget. Kalian belum pesankan?" Tanyanya lagi.

"Belum, pacarku ini lagi diet. Jadi nolak makan berat." Sela Arez sambil mengenggam tanganku.

Oh wow, him is king of drama.
Aku tahu itu!

"Owh, tapi menurutku tubuhmu sudah bagus. Tidak perlu diet diet segala." Ujarnya lagi, aku hanya bisa tersenyum tips menjawabnya.

"Iya, padahal enak dipeluk loh yang."
Ujar Arez sambil memeluk bahuku, ah king of drama ini.

"Mbak, kita mau pesan." Ujar wanita cantik itu ramah.

Setelah memesan apa yang kami ingin makan, wanita cantik itu kembali angkat bicara. Sepertinya dia sudah biasa menghadapi sikap es batu di hadapanya. Malahan ya, aku yang tidak biasa ditatap seintens ini oleh batu es dihadapanku ini.

"Um, kita lupa kenalan. Namaku Aleena Prameswari. Kamu?"

"Aruna, Aruna Greenidia Chemistriyani." Itu bukan suaraku, tapi suara Arez.

Baru aku ingin angkat bicara, tetapi lagi lagi arez menyerobot bagianku.

"Kamu sudah kenal sayang?"

"Hm" Respon Afka datar.

Ya iyalah, orang dia itu pacarku mbak--eh ralat, mantan maksudku.

"Udah mbak Lee, Una udah pernah main kerumah kok." Ujar Arez santai.

"Oh ya, kok aku gak pernah lihat ya?"

"Mbak kalau main, sibuk di kamar bang Afka. Makanya gak sadar, Arez bawa calon bini."

Wanita cantik itu berdeham kecil, ternyata sudah sejauh hubungan mereka. Jadi Friend with benefit yang Arez maksud itu seperti ini. Aku pikir, cuma diriku orang paling bodoh disini.

"Hm, maaf ya. Mungkin pas kamu main, aku ada di kamar Afka."
Ujarnya sambil tersenyum kecil.

Bisa kulihat dengan jelas, ada rona merah yang nampak samar dipipinya. Ya, sepertinya hanya aku yang polos polos disini.

Tak lama kemudian, pesanan kami datang. Kami makan dalam diam, sambil sesekali diselingi tawa Aleena yang menyuapi Afka dengan romantis. Sungguh, pemandangan yang sukses membuat hatiku mendidih. Mungkin ini puncaknya, puncak dari rasa nyeri diulu hatiku. Menyaksikan mantan, makan dengan romantisnya bersama seorang wanita yang sebenarnya benalu dalam hubungan kami. Benarkah, apa cuma aku yang mendramatisir disini? Entahlah, aku muak.

Derrtt
Derrtt

"Maaf, aku angkat telpon sebentar."
Pamitku sambil meraih benda pipih tersebut.

Lima menit aku kembali ketempat dudukku. Membenahi barang barangku kedalam tas, yang tentu menarik perhatian ketiganya.

"Maaf, aku harus pamit. Jemputanku sudah datang." Pamitku sopan.

"Benarkah, cepat sekali?" Tanya Aleena agak kecewa.

"Padahal kita lagi asik double date loh."

Double date, hellow? Tidak salahkah ucapan anda barusan nona??

"Mau kuantar?" Tanya Arez menawari.

Aku menggeleng kecil, sudah ada babang ojek setiaku didepan.

"Aku sudah dijemput." Ujarku sambil mengeluarkan selembar uang dari dompetku.

"No, no, aku yang bayar." Ujar Arez.

Untunglah, batinku girang.
"Ya sudah, aku pergi ya." Pamitku yang langsung diangguki oleh Arez dan diberi lambaiaan oleh Aleena.

Tanpa menengok kebelakang, aku langsung berlalu menuju keluar caffe. Untuk beberapa saat, aku sempat melihat wajahnya. Datar, seperti ekspresi dirinya pada umumnya.

Ya sudahlah, orang udah jadi mantan juga.

"Pake, kalo jatoh tau rasak lo."
Ketus Ajun yang menjemputku kini.

"Ok bang ojol." Ujarku sambil menerima helm fullface darinya.

Mengenakanya, lalu menaiki jok belakang motor metic milik Ajun.

"OTW bang, saya buru buru."
Ujarku sambil terkekeh geli.

"Dasar! pegangan lo."

"Wokee."

Ok mantan, nikmati saja waktumu bersama dengan teman spesialmu itu. Aku pun, akan menikmati waktuku sendiri.

👞❤👠

"Ada apa?" Tanyaku to the point.

Sepulang dari minimarket tadi, jelmaan Yeti Arab ini tiba-tiba menghadangku. Menghujaniku dengan berbagai pertanyaan khas datar miliknya.

"We need to talk, Aruna!"

"Ok, lima belas menit dari sekarang."
Ujarku to the point sambil melihat jam tangan dipergelangan tanganku.

"Saya tidak mau semua ini selesai begitu saja Aruna." Ujarnya gamblang.

Dia berkata itu dengan sangat mudahnya, tanpa mempertimbangkan perasaanku. Dia pikir, aku ini mau menerima semua ini dengan mudah? Aku mengambil keputusan ini karena dirinya pula. Semua tindakan ini sudah aku pertimbangkan jauh dari awal ketika aku memulai hubungan ini.

"Kita harus perbaiki semua ini dari awal, saya butuh kamu Aruna!"

Aku tersenyum tipis,sambil menghadapnya tegap. "Perbaiki? Letak mana yang mau mas perbaiki?"

"Aruna!"

"Dari awal semuanya sudah salah, baik pondasi atau tujuan hubungan ini. Semuanya sudah salah dari awal mas."

Nampak dirinya siap mengeluarkan argumen kembali, sebelum aku menyelanya lebih awal.

"Mas pikir, hanya karena butuh hubungan ini bisa terjalin dengan baik?"

"Aruna, dengarkan saya."

"Jika hanya kebutuhan semata, Aleena bisa memberikanya bukan? Kenapa harus berdalih butuh aku untuk menjalin hubungan dengan mas, sedangkan mas Afka sendiri lebih butuh wanita lain ketimbang diriku."

Jauh dari lubuk hatiku yang paling dalam, hubungan ini hanya seperti candaan sebelah mata menurutku. Tuk apa hubungan, jika semua kebutuhanya di dapatkan dari wanita lain. Maksudku, dia butuh aku untuk tetap berada disisinya. Lantas, kenapa harus ada wanita lain pula diposisi yang sama denganku.

Hingga kini pun, aku belum bisa mengerti tentang jalan pikiranya. Jalan pikiranya dalam sebuah ikatan penuh bualan ini.

"Una muak, lebih baik akhiri dari sekarang. Jika ujung-ujungnya cuma ada harapan palsu di dalamnya."
Ujarku lantang, tak peduli dengan posisiku berada kini.

"Aruna, saya bisa jelaskan."
Ujarnya tenang.

Dalam keadaan seperti ini pun, dia masih bisa setenang ini. Aku memang tipikal sulit menangis didepan orang lain. Tapi percayalah, hatiku juga luka karenanya.

"Dengar, saya muak dengan semua ini. Untuk apa bapak menjadikan saya pacar, jika ujung ujungnya hanya perihal status. Aleena ada dan lebih tahu tentang bapak bukan? bapak juga lebih percaya kepadanya. Lalu kenapa, tidak pacaran saja dengan dia." Ujar ku to the point dan se-formal mungkin.

Aku jujur tentang rasa muak yang aku rasakan. Semua ini terasa bertele-tele. Tak kusangka sedikitpun, menjalin hubungan denganya akan serumit ini.

Aku hanya ingin cepat cepat sidang, lulus dan wisuda. Setelah semua itu, aku akan kembali ke rumah orang tuaku meninggalkan semua kerumitan ini. Itu, awalnya yang aku ingin raih dalam beberapa waktu kedepan. Tapi tak kusangka, semuanya akan menjadi serumit ini.

"Kamu salahpaham Aruna, ayo. Saya jelaskan semuanya." Ujarnya sambil meraih pergelangan tanganku.

"Lepas, saya mau pulang." Ujarku meronta.

Di depan anak tangga lantai dua, memang posisi kami berada kini. Emosi yang sudah memuncak, membuatku tak peduli lagi jika banyak telinga yang mendengar pertikaian kami. Toh, mereka juga sebagian sudah tahu tentang kedekatan kami.

"Lepas, atau aku teriak." Ancamku, saat dia membawaku dengan paksa ke lantai tiga.

"Silahkan, saya tidak takut Aruna."
Ujarnya santai, yang kian membuatku cemas.

Dia itu tidak bisa ditebak, dengan kepribadianya yang berubah ubah. Belum lagi, gangguan kecemasan yang diidapnya juga cukup merisaukan diriku.

BRAK!

Aku beristigfar kecil di dalam hati, saat dia membuka unit kamar miliknya dilantai tiga dengan kasar.

"Masuk!"

"Gak mau!"

"Masuk Aruna!"

"Gak!" Tolakku untuk kesekian kalinya, sebelum sebuah pekikan tertahan lolos dari bibirku, saat dia mengendong tubuhku secara paksa.

"A--apa apaan kamu?" Kesalku sambil memukul mukul bahunya.

"Aku mau keluar!" Sambal menendang-nendang kecil ke udara, aku terus meronta.

Hingga ia menurunkanku di salah satu sofa berwarna silver di tengah tengah ruangan. Mengambil posisi duduk di sampungku, ia meraih kedua tanganku yang langsung kutepis secara kasar.

"Saya butuh kamu, karena kamu berharga di hidup saya Aruna."

Aku yang masih kesal, hanya bisa mendengarkanya acuh.

"Saya butuh kamu Aruna."

Sudah untuk kesekian kalinya dia mengatakan hal tersebut. Maksud dari kata butuh tersebut apa, apa dia hutuh tubuhku atau hal lain dari diriku. Perkataanya itu selalu ambigu, membuaku pusing sediri.

"Cuma kamu, yang masih bertahan di sisi saya setelah mengetahui keadaan saya."

"Cuma kamu Aruna, yang mengerti tentang kedaan saya. Apa yang saya takuti selama ini."

Diam adalah kunci terbaik untuk saat ini. Coba kita lihat, sejauh mana pria satu ini akan angkat bicara.

"Ketika ketakutan itu muncul, saya selalu butuh seseorang. Dan seseorang itu kamu Aruna, tetapi jauh sebelum itu Aleena yang membantu saya mengatasinya."

Deg

"Aleena selalu ada di setiap saya membutuhkanya, ketika gangguan itu muncul."

"Walaupun ya, terkadang saya yang mencari dia karena saya membutuhkan dia."

"Terus, mas pacarin Una buat apa?"
Ujarku naik pitam.

"Harusnya, sesama pasangan itu kita saling percaya dan saling mensupport satu sama lain, bukan malah saling menyembunyikan!"

"Kalau begini caranya, buat apa mas punya pacar kalau yang jadi prioritas utama wanita lain." Ujarku naik satu oktaf, terbawa emosi.

"Butuh? Mas butuh apa dari Una, jawab?!"

Bisa aku lihat, Afka hanya diam melihatku. Tubuhnya mulai beraksi, bisa aku lihat itu. Walaupun dia tidak banyak berekspresi, tetapi ketakutan itu bisa nampak jelas kini.

"M--mas,Una--"

Bingung, satu kata itu yang mulai meresap di benakku. Apakah kali ini dia akan berubah jadi monster, ketika ketakutanya itu kambuh. Jika ia, maka habislah diriku ini.
Belum lagi, aku juga merasa bersalah karena telah membentaknya. Sedangkan aku tahu, apa ketakutan terbesarnya.

"Mas, Una--"

Dia gemetar hebat, matanyanya mulai memerah seperti menahan amarah. Jemarinya terkepal kuat, hingga menimbukan nyeri dan buku buku jemarinya menutih. Tak ada ekspresi yang nampak mencolok pada wajahnya, hanya saja raut wajahnya perlahan tapi pasti mulai berubah.

Matilah diriku, jika aku benar benar harus menghadapi sisi Afka yang lain. Dua puluh tiga tahun hidupku, aku tak pernah sekalipun mengghadapi sosok seperti Afka ini. Misterius, dan penuh teka teki tak terpecahkan.

Ketika aku ingin menjauh, dan ingin meraih hidupku yan normal seperti tahun tahun kebelangang. Dia, malah kembali membuatku terperangkap akan semua cerita pelik di hidupnya ini.

"M-mas Una--"

Grep

Ya salam, benar memang jika kita berani bertindak harus berani bertanggung jawab. Aku telah meng-iya 'kan hubungan denganya, maka akupun harus siap menerima konsekuensinya. Ya salam, peliknya hidupku ini.

🍁🍁🍁

To Be Continue

Pagi readers👐👐
Hayoo, Aruna udah update nih🤗
Gimana, ada yang mau komentar??
Ok, jangan lupa tinggalkan jejak ya.
Aku mau double update nih🤗🤗
Ok, jangan lupa follow akunku @nengkarisma ya❤

Maaf jika typo masih bertebaran🙏🙏

Sukabumi 23 Juli 2020
Revisi 07/01/21

Continue Reading

You'll Also Like

43K 1.3K 57
Seorang dokter tampan di paksa untuk menikah oleh orang tuanya. Lalu siapakah wanita yang akan menjadi pendampingnya?
1.7M 177K 64
[TERSEDIA DI SHOPEE] 17+ CERITA INI MURNI KARYA SAYA SENDIRIโ— PLAGIAT HARAP MENJAUHโ— "jadi selama ini kalian bohong sama Naura?" "Kenapa, Om? Kenapa...
150K 13K 20
Baca dulu cerita kapten Aron 1 dan jangan lupa follow dulu sebelum baca. Menjadi sepasang suami istri dengan profesi yang sama-sama sibuk, membuat ru...
3.2M 142K 49
[SUDAH TERBIT] SEBAGIAN PART DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN~ Check ig @candybooks.official & @novely.young Bisa ngebayangin ngga punya dosen ga...