Hei, Baby boy - yeonbin

By cairaxa

382K 37.2K 12.3K

Yeonjun tidak pernah tahu kalau bermain dengan seorang pembangkang dan keras kepala seperti Soobin, jauh lebi... More

prolog
1. Got Him
2. A Deal
3. Rules
4. Mine
6. Yeonjun's office
7. Daddy
8. Fuck You
9. Penthouse
10. Club
11. First punishment
12. Bussiness trip
13. Kai
14. Welcome back, Yeonjun
15. The New One
16. Straight
17. Ramai
18. The Older's house
19. The Party
20. I Know I Love You
21. Noona
22. Second punishment

5. Teasing

17.3K 1.8K 366
By cairaxa

Sepanjang jalan, Soobin berusaha merapikan dirinya yang sedikit berantakan. Berusaha terlihat normal, saat kembali sampai dimejanya, Soobin tersenyum pada Hyunjin setelah kembali dari toilet kemudian tiba tiba duduk disebelah Beomgyu.

"Oh? Tidak duduk lagi disana?"

Soobin menoleh ke arah Beomgyu, menatap sahabatnya itu.

Maaf maaf saja, tapi Soobin tidak mau kembali duduk di pojok sana. Tidak dengan Choi Yeonjun sialan itu yang akan kembali duduk disebelahnya.

Yeonjun itu memang pintar mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dan Soobin tidak mau kembali menjadi korban.

"Eueum. Tidak enak duduk disamping orang penting seperti itu, tau. Kau akan merasa tertekan karena aura penguasanya" jawab Soobin sembari berbisik, tidak mau Hyunjin mendengarnya, takut mengganggu.

Bagaimana pun juga, Soobin masih segan terhadap Hyunjin.

Walaupun sebenarnya kurang masuk akal juga jika ia masih segan terhadap orang yang notabenenya hanya seorang sekretaris disaat dirinya bahkan selalu bersikap kurang ajar pada atasannya, Choi Yeonjun.

Bisa Soobin lihat Yeonjun juga baru saja kembali. Soobin mengerti tatapan Yeonjun saat melihat kearah bangku yang sebelumnya ia duduki. Keberatan karena tidak bisa mengambil kesempatan lagi, Choi?

"Ponselmu sudah ketemu?"

"Hm. Kau sudah selesai?"

"Ya. Ti—"

"Kita kembali ke kantor sekarang"

Hyunjin mengerutkan keningnya bingung. "Kau belum selesai dengan makananmu"

"Aku sudah kenyang" dan Soobin bisa melihat Yeonjun yang melirik ke arahnya saat mengatakan itu.

Lagi lagi, pipi Soobin terasa panas karenanya. Ugh. Menyebalkan.

Eits. Tapi tenang saja. Mereka tidak melakukan sesuatu yang berlebihan di toilet tadi. Beruntung karena Yeonjun masih bisa diajak bernegosiasi.

Lagipula Soobin tidak mau dihukum karena hal yang tidak dilakukannya. Ia dan Hueningkai memang dekat. Tapi hanya sebatas teman saja, seperti ia dan Beomgyu.

Meskipun begitu, tetap saja Yeonjun menciumnya dan menambah beberapa tanda baru dileher walaupun tanda yang sebelumnya juga masih terlihat jelas.

Setelah membereskan beberapa barang bawaan, kedua petinggi itu pamit pergi dan berterima kasih karena sudah mau berbagi meja dengan mereka.

Tapi sepertinya kurang lengkap bagi seorang Choi Yeonjun jika pergi tanpa menggoda kesayangannya terlebih dahulu.

Saat melewati Soobin, Yeonjun berhenti sebentar kemudian berlagak seperti seseorang yang tidak sengaja menemukan sesuatu disekitar leher Soobin. "Oh, maaf. Tapi sepertinya aku melihat tanda kemerahan dilehermu itu"

Dan seperti yang diprediksi Yeonjun, Soobin membeku kemudian tak lama meliriknya tajam.

Jika saja ini bukan ditempat umum apalagi dikampus, mungkin Soobin sudah memberikan satu bogem mentah pada mulut licin rubah licik itu.

'Bajingan ini benar benar'

"Maaf. Mungkin hanya perasaanku saja" Yeonjun tersenyum simpul kemudian pergi meninggalkan Soobin dengan perasaan kesalnya.

"Memangnya lehermu kenapa?"

Soobin menoleh kearah Beomgyu kemudian menggeleng ribut. "Tidak apa apa. Sepertinya saat di toilet tadi aku digigit serangga haha" hanya saja serangga itu besar, berupa manusia, seorang bajingan dan juga menyebalkan. Tentu saja sisanya Soobin ucapkan dalam hati.

Beomgyu meruncingkan matanya, menelisik daerah leher Soobin yang ternyata, entah kenapa, terlihat sebuah bekas gigitan di leher atas dekat rahangnya.

"Kau yakin digigit serangga?"

"Eum" Soobin mengambil es jeruknya di meja seberang, tempat duduknya sebelumnya kemudian menyesap cairan berwarna oranye itu.

"Begitukah? Aku baru tau ada serangga yang memiliki mulut seukuran mulut manusia"

Soobin tersedak saat itu juga. Ia seharusnya tahu bahwa Beomgyu itu orang yang teliti walaupun terkadang bertindak seperti orang bodoh.

"Kau menyembunyikan sesuatu kan? Mengaku, Choi Soobin!"

"Aku tidak!"

Beomgyu memutar bola matanya, menunjuk Soobin menggunakan sumpit yang dipegangnya dan berujar, "Kau tahu kalau kau tidak bisa membohongiku"

Kali ini, Soobin menghela nafasnya. Sedikit menyesal kenapa ia dan Beomgyu sudah sangat lama bersahabat hingga benar benar mengetahui segala sesuatu tentang satu sama lain.

"Baiklah. Aku kalah"

"Apa ini berhubungan dengan penerus Choi itu?"

Sialan. Lagi lagi, sahabatnya itu tepat sasaran. Kenapa Beomgyu seperti cenayang?

"Ya, begitulah"

Setelah mendengarnya, Beomgyu berubah excited dan menghadapkan tubuh sepenuhnya pada Soobin, siap mendengarkan.

"Ceritakan. Aku buang semua stok susu almond mu jika ada bagian yang terlewat"

"Hei!"

"Cepat ceritakan, Choi" desak Beomgyu lagi dan Soobin hanya menghela nafas.

Ia mengambil nampan berisi makanannya dan berujar, "Ini ditempat umum. Dan lagi, aku masih lapar. Jadi nanti saja"

Kali ini, giliran Beomgyu yang berujar tidak terima. "Hei!"

"Urusan perutku nomor satu, Gyu"

Beomgyu mendecak. Untung saja ia membawa stok kesabaran berlebih sekarang. "Baiklah. Kau harus bercerita pulang kampus nanti"

Soobin hanya menganggukkan kepalanya.

Well, ternyata Beomgyu cukup mudah dibodohi karena setelah ini, mereka berbeda kelas dan kelas Soobin selesai lebih awal. Jangan harap ia akan menunggu Beomgyu hanya untuk menceritakan hubungannya dengan si keparat Choi itu.

Mentalnya belum siap untuk menceritakan kebodohannya tentang Yeonjun juga perjanjian mereka.

'Maaf, Gyu. Lain kali saja ya?'

***

Pukul dua lebih tiga puluh, Soobin berjalan cepat menuju gerbang keluar untuk menghindari Beomgyu juga Hueningkai yang keukeuh ingin mengantarnya pulang.

Sebenarnya Soobin mau mau saja jika Hueningkai mengantarnya pulang. Hanya saja, perasaan Soobin mengatakan itu hal yang buruk karena tidak ada yang menjamin jika Yeonjun tidak akan mengetahuinya.

Soobin bernafas lega setelah berhasil keluar dari gerbang kampus. Ia berjalan menuju halte bus saat tiba tiba seseorang menarik tangannya.

"Yak! Choi Yeonjun!"

Yah. Lagi lagi, pelakunya adalah si bajingan gila ini.

Soobin menghempaskan tangannya agar terlepas dari cekalan Yeonjun. Ia menatap yang lebih tua tajam. "Apa yang kau lakukan?!"

"Menjemputmu"

"Ini masih dikampus, Yeonjun! Bagaimana tanggapan orang jika tau orang sepertimu datang menjemputku?!"

"Disini sepi"

Soobin menatap Yeonjun tidak percaya. Bagaimana bisa pemikirannya benar benar sesimpel itu?

Yeonjun kembali memegang pergelangan tangan Soobin dan menariknya berjalan menuju sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari sana.

Dan lagi lagi, Soobin melepaskan cekalan itu. Ingat, walaupun pihak bawah, ia jago berkelahi dan tenaganya juga tidak main main.

"Maaf, tuan Choi yang terhormat. Tapi masih banyak kendaraan umum seperti bus, taksi, dan kereta bawah tanah. Jadi, aku tidak membutuhkan tumpangan darimu. Terima kasih"

Setelah mengatakan itu dengan nada sarkas, Soobin berjalan mendahului Yeonjun. Sedikit heran kenapa Yeonjun tidak lanjut menghadangnya. Tapi tak apa, itu artinya ia bisa pulang dengan tenang.

Sayang sekali, kejadian itu hanya berlangsung beberapa detik karena sekarang, Yeonjun bahkan menghalangi jalannya.

"Menyingkir"

Yeonjun tetap diam ditempatnya. Dan itu benar benar membuat Soobin kesal.

"Aku bilang menying—AKH!"

Sepertinya, Yeonjun memang hobi sekali mengangkat tubuh bongsor itu.

Yeonjun menggendong Soobin ala Koala hug dan dengan segera masuk kedalam mobil yang ternyata sudah ada disamping mereka.

Pantas saja. Yeonjun membiarkan Soobin berjalan sendiri karena arah mereka berdua sama. Dan ia bisa langsung menyeret Soobin masuk setelah waktunya pas.

"Kau gila!"

"Aku tau. Hyunjin, jalan"

Akhirnya Soobin mengerti kenapa mereka berdua duduk dikursi penumpang. Sudah ada orang lain yang mengendari mobil ini ternyata.

"Turunkan aku"

"Kenapa kau tidak menjawab telfon dan pesanku?"

Soobin memutar bola matanya malas saat Yeonjun justru malah balik bertanya padanya. "Aku tidak membawa ponsel. Puas?"

"Tidak. Orang jaman sekarang tidak akan bisa keluar tanpa membawa benda pipih itu"

"Buktinya aku bisa"

"Aku tidak percaya"

Soobin menghela nafas untuk kesekian kalinya. Ayolah, ia hanya ingin cepat cepat turun dari pangkuan Yeonjun. Risih karena lengan yang lebih tua terus memeluk pinggangnya dan jangan lupakan ada orang lain disamping mereka.

"Dengar, Yeonjun. Ponselku sudah ketinggalan zaman dan lagi aku bukan orang penting yang hampir setiap saat ada seseorang yang menghubungi lewat ponselnya. Ponselku membosankan asal kau tau jadi aku malas untuk membawanya. Jelas?"

Yeonjun mengangguk dengan senyum miring yang terukir dibibirnya. "Jadi, kau mengatakan itu karena ingin aku membelikanmu ponsel baru, begitu?"

"Apa? Tentu saja ti—"

"Hyunjin, putar arah. Kita ke toko elektronik terlebih dahulu. Kesayanganku menginginkan hadiah kecil"

"Yak! Apa maksudmu?!"

Bisa Soobin lihat orang yang disebut Hyunjin itu dengan patuh memutar arah menuruti ucapan Yeonjun.

Tidak tau saja sebenarnya dalam hati, Hyunjin sudah menyumpah serapahi sepupu sialannya itu. Jika saja ini bukan bagian dari pekerjaan, Hyunjin tidak akan mau di-babukan oleh si bajingan Choi.

"I'm your Daddy, right? You can tell me if  you need or want something"

"Tapi Yeonjun. Aku. Tidak. Mau. Ponsel. Baru" Soobin menekan setiap kata yang diucapkannya, sarat jika ia serius dengan ucapannya.

"Kau yakin tidak mau ponsel baru?"

Soobin menggeleng dengan mantap. "Tidak mau. Aku hanya ingin pulang ke rumah, Yeonjun"

Yeonjun mengangguk. "Baiklah. Tapi aku tetap akan membelikanmu ponsel"

"Sudah ku bilang aku—"

"Iya atau kau ingin kita melakukan itu disini? Disamping Hyunjin? Oh dan bukankah bercinta diatas mobil yang sedang melaju terdengar menyenangkan?"

Sial. Frontal sekali. "KAU GILA! AKU TIDAK MAU!"

"Kalau begitu biarkan aku membelikanmu ponsel. Agar aku bisa menghubungimu"

Soobin mendecak. Sebal karena Yeonjun selalu memiliki cara agar keinginannya terwujud. "Terserah kau saja. Sekarang turunkan aku"

"Tidak mau"

"Yeonjun! Ada orang lain disini! Kau tidak malu?!"

"Jadi jika Hyunjin tidak disini, kau akan sukarela duduk dipangkuanku?"

Soobin menghembuskan nafas tak percaya. Kenapa Yeonjun selalu menafsirkan lain terhadap apa yang dikatakannya?! "Bukan begitu maksudku!"

"Kalau begitu diam saja"

"Yak! Aku—"

"Diam atau aku akan benar benar menerkammu, Soobin"

Soobin cemberut dan menatap Yeonjun sebal. Ia memalingkan wajahnya pada jalanan, tidak mau menatap yang lebih tua.

"Merajuk, hm?"

Soobin tidak menjawab. Ia masih ingin mempertahankan posisinya tapi Yeonjun yang terus menatapnya intens juga keberadaan Hyunjin disamping mereka berdua membuat wajahnya terasa panas.

"Kau menyebalkan" dan Soobin pun menyembunyikan wajah merahnya diantara ceruk leher orang yang memangkunya. Ia malu sekali astaga.

Apa yang dilakukan Soobin membuat Yeonjun terkekeh lepas. Ia meraih lengan yang lebih muda, memposisikannya agar kedua tangan itu mengalung dilehernya. Setelahnya, Yeonjun mengeratkan pelukan keduanya dan menggigit gemas cuping telinga Soobin. "Kau menggemaskan sekali"

"Aku tidak!"

"Yes you are, baby"

"Diamlah Yeonjun"

"Kenapa?" Yeonjun semakin semangat untuk menggodanya. "Aku hanya mengatakan fakta. Kau menggemaskan"

"Ugh, aku membencimu"

Yeonjun kembali terkekeh. Soobin mengatakan itu tapi ia malah semakin erat memeluk leher Yeonjun dan juga semakin menyembunyikan wajahnya.

Soobin yang sedang merasa malu benar benar menggemaskan. "Cute. You are so cute, baby"

"Eum"

"You know that you are cute, right?"

"Eum"

"Yes, sweetheart?"

Choi-bajingan-Yeonjun dengan mulut manisnya.

Lagi, Soobin hanya menjawab dengan deheman. Yeonjun yang soft seperti ini lebih berbahaya dari Yeonjun yang brengsek. Bahkan Soobin sampai tidak tau harus membalas bagaimana, jadilah ia hanya terus membalas dengan deheman.

Setelahnya, sepanjang jalan, Yeonjun terus membisikan kata kata manis pada Soobin juga memberikan kecupan ringan di sekitar leher dan telinga agar kesayangannya itu terus merasa malu dan terus bersikap menggemaskan seperti ini.

Maaf, Hyunjin. Tapi mereka lupa bahwa kau masih ada disana. Sayang sekali.

TBC

Baru bisa up :" tapi besok up lagi kok ehe doain aja :>

Jangan lupa votment dan makasih udah mampir! 🙏🏻

Luv U 💞

Salam

Cai

Continue Reading

You'll Also Like

62.4K 3.4K 19
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...
71.8K 10.8K 25
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
1M 10.9K 20
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING!!!🔞 YANG GAK SUKA CERITA BOYPUSSY SILAHKAN TINGGALKAN LAPAK INI! CAST N...
1.1M 61.8K 65
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...