Angkasa

By shalsaalfiy

706K 32.4K 1K

(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Angkasa Gerald Anugrah, sang ketua geng motor The Blaze. Laki-laki yang dianggap bai... More

1. Angkasa
2. Murid Baru
3. Peringatan!
4. Angkasa Mau Yaaaaaaa?
5. Apa Semuanya Baik-baik Saja? Tidak!
6. Ada Gangster!!
7. Menjauh
8. Senja Tidak Menyerah!
9. Diary
10. Rumah Rahasia Senja (1)
11. Rumah Rahasia Senja (2)
12. Kode?
13. New Members
14. Rasa Yang Berbeda
15. Antara Aku, Kamu, Dan The Blaze
16. Sunset & Kehangatan Di Puncak
17. Ingkar
18. Danger Dengan Pelukan
19. Perubahan?
20. Ternyata Tidak
21. Togheterness
22. Jangka
23. Ancaman
24. Why Angkasa?!
25. Menjadi Kita (?)
26. Happy Birthday Senja!
27. Aku Merindukannya
28. Hancur
29. Pertengkaran
30. Malam Hari Bersamanya
31. Tujuan
32. Antara Rela Dan Tidak
33. Salah Paham
35. Bulan & Matahari
36. 3 Hari (300juta Tahun)
37. Karena Keadaan
38. Sakit (1)
39. Senyuman Luka (1)
40. Senyuman Luka (2)
41. Kejadian
42. Ls162! (?)
43. Aku Mencintainya
44. Maaf
45. WARNING
46. Sakit (2)
47. Hancur (2)
48. Dekapan Yang Dirindukan
49. Bentakkan
50. Kemana Kamu Yang Dulu (?)
51. Berjuang (Lagi)
52. Pertempuran Besar
53. Kehilangannya
54. Rindu
55. Malam Mencekam
56. Kembali Lagi?
57. Terluka
58. Dia Yang Tulus
59. Bersama Angkasa
60. Promise
61. Bersamanya (Selesai)
62. EXTRA PART : Langit Senja
SEQUEL ✨

34. Gengsi

7.9K 408 13
By shalsaalfiy

Sebenarnya memang begitu rasanya

Hatiku yang bicara

Namun, aku yang terlalu pengecut menjelaskannya.

Angkasa

****

Senja berlarian mengelilingi sekolah mencari Angkasa. Tapi dari tadi tidak ditemukan. Sudah lelah kakinya berlari mengelilingi sekolah yang luas dan megah ini. Tapi hasilnya nihil, seseorang yang ia cari tidak ada ditempat ini. Senja berfikir jika dia akan pulang bersama Angkasa. Senja merasa kecewa jika cowok itu tidak peduli, tapi mungkin cowok itu hanya mengira bahwa Senja akan pulang bersama Renaldi. Senja kembali tersenyum.

"Senja!" panggil seseorang membuat Senja menghentikan langkahnya dan menatap ke belakang. "Lo belum pulang?" cowok itu mendekat dan bertanya.

"Belum Di, ini baru mau pulang," jawab Senja. "Eh bukannya tadi kamu udah pulang ya?" tanya Senja.

"Iya. Tapi gue tau lo pasti belum pulang, jadi gue susulin lo," ucap Renaldi.

"Ohh gitu, tapi kenapa-"

"Gue anter ya?"

"Gak usah. Aku bisa pulang sendiri."

"Gapapa, Ja. Gue udah kesini buat jemput lo masa lo gamau?"

"Yaudah deh," jawab Senja pasrah. Sebenarnya dia tidak enak untuk menolak lagi.

****

Angkasa turun dari motornya. Emosinya memuncak. Tidak bisa lagi ia tahan. Angkasa memukul tembok di didepannya, lalu dia menduduki dirinya di lantai. Dia kini berada di rooftop yang sepi. Dia jauh dari teman-temannya yang sedang ada dibawah dengan suara tawanya yang begitu mengglegar. Angkasa tidak mau jika dia akan melontarkan emosi nya kepada teman-temannya. Angkasa memukul tembok lagi beberapa kali, tidak peduli walaupun sudah ada darah yang mengalir dari tangannya akibat dia memukul tembok. Bagi Angkasa, ini hanyalah luka kecil yang tidak bisa ia rasakan perihnya.

Angkasa mengacak rambutnya sendiri, "Arghhhhhhhhh!" teriaknya. Cowok itu menundukan kepalanya yang ia janggal menggunakan tangan.

"Kenapa, Bang?" tanya seseorang lelaki yang kini duduk disebelah Angkasa.

Dengan sangat tidak sengaja, Angkasa memukul cowok itu dengan keras membuat cowok yang disampingnya tersungkur.

"Hsssh, sorry." Angkasa begitu menyesal saat menyadari yang dirinya lakukan barusan.

"Haha, santai. Kayaknya banyak pikiran banget, Bang." Ryan terkekeh kecil, ia memegangi sudut bibirnya yang berdarah.

"Lo ngapain disini?" ucap Angkasa tanpa menatap Ryan. Suara cowok itu nampak tegas.

"Gue dari tadi disini, Bang. Gue tau lo dateng, tapi gue gak berani nyamperin lo soalnya keliatan lagi emosi. Takut diserang, dan ternyata bener," balas Ryan dengan wajah datarnya. Tapi Angkasa tidak merespon Ryan lagi, cowok itu nampak diam, sesekali Angkasa menghembuskan nafasnya kasar membuat Ryan menjadi ingin tahu ada masalah apa dengan Angkasa. "Bang, emangnya lo kenapa sih?" tanya Ryan.

Tapi merasa tidak ada jawaban dari Angkasa. Ryan menyenderkan tubuh nya ditembok belakangnya. "Emang sih, Bang, ngeliat orang yang kita sayang sama yang lain itu sakit," ucap Ryan. "Terkadang. Apa yang dulu kita bangun, lalu kita yakin bahwa itu akan baik-baik saja. Akan menjadi sebaliknya. Karena ekspetasi gak pernah sesuai sama realita." sambung Ryan.

"Lo tau masalah gue?" tanya Angkasa.

"Enggak sih. Yang gue tau cuma lo nyuruh Senja deketin Renaldi doang," jawab Ryan.

"Lo bisa gue percaya buat cerita?" Angkasa menaikkan alisnya.

"Bisa lah. Emangnya lo mau cerita apa? Cerita aja," ucap Ryan.

"Gue tadi liat Renaldi nyium Senja," ujar Angkasa.

Ryan mengerutkan keningnya. "Serius lo, Bang?"

"Lo pikir gue ada muka bercanda!" bentak Angkasa. Cowok itu memang nampak emosi.

"Nggak lah bang, santai dulu jangan emosi," ucap Ryan sedikit takut. "Emang lo liat dimana, Bang?" tanya Ryan.

"Dipinggir jalan," jawab Angkasa.

"Lo yakin itu Senja sama Renaldi? Lo liat jelas gak mukanya? Lo, kan, nyuruh Senja sama Renaldi, terus lo gak rela kan liat mereka? Gue sih yakin itu lo cuma halu karena lo selalu inget-inget mereka. Jangan terlalu yakin kalo lo cuma ngeliat mereka sekilas, jangan sampe juga nanti lo malah jadi berantem," ucap Ryan.

Angkasa mendengarkan ucapan Ryan, ucapannya memang benar. "Tapi gue liat Ryan. Gue yakin juga itu bener-bener Senja. Gak semudah itu gue lupain aja."

"Yaudah gue saranin aja lo tanya sama cewek lo dulu," ucap Ryan.

"Gue gak bisa. Gue takut gak bisa ngontrol emosi gue. Apalagi kalo tau itu memang benar."

"Gue yakin lo gak bakal pernah emosi didepan cewek lo? Kapan lo pernah tega sama dia?" ujar Ryan.

Angkasa mengakui lagi bahwa ucapan Ryan benar. Kapan dia pernah ingin marah didepan Senja? Banyak perempuan yang dulu pernah mendekatinya. Karena Angkasa risih, dia sampai pernah bersikap kasar seperti menampar, memukul, atau mengancam. Tapi semenjak dia bertemu dengan Senja dan mulai merasa dicintai dan mencintai. Angkasa menyadari bahwa dirinya bukan yang dulu.

Dia berubah.

Dia mencintai, dia menyayangi. Sampai dia lupa kodrat sebagai cowok yang tidak suka didekati. Namun nyatanya, pertemuan menyebalkan yang selalu ia sesali itu menjadi hal yang seharusnya memang dia kenang.

"Gue mau tanya sama lo." Angkasa menatap sekilas Ryan.

"Apa bang?"

"Lo punya cewek?" tanya Angkasa sambil menaikkan alisnya.

"Emmmm... ya... ya... ya anu Bang, gue balik dulu ya pengen ambil baju, terus gue nginep disini." Ryan mengalihkan topik, cowok itu terlihat gelagapan. Aneh.

Ryan ingin bangun dari duduknya, tapi Angkasa menahannya. "Jawab dulu!" ucap Angkasa.

"Nanti aja bang kapan-kapan ya." Ryan menggaruk belakang kepala nya yang tidak gatal.

"Jawab dulu," ujar Angkasa lagi.

"Kapan-kapan aja bang!!" Ryan langsung bangun dan berlari dari sana.

"Gak jelas," gerutu Angkasa dengan wajah datarnya.

****

"WO WO WO!" teriak Pandu.

"Kenapa njeng?" jawab Jarwo.

"Mabar kuy mabarrr!" Pandu duduk disamping Jarwo. "Cepet login!"

"Nggak ah males. Lo noob," balas Jarwo.

"Yehhhh! Ngatain lu." timpal Pandu.

"Lo kenapa sih wo lemes amat? Kenapa?" tanya Pandu kepo.

"Gue tebak gue tebak!" Aren langsung duduk diantara Jarwo dan Pandu. "Pasti duit jajan lu dipotong yak? Iya kan? Hahahaha!" tawanya terdengar sangat puas.

"Ohh iya bener-bener. Kalo Jarwo keliatan lemes gitu biasanya gak dapet uang jajan." Pandu ikut tertawa, Jarwo hanya menatap malas kedua temannya. "Jangan sedih, Wo. Ada Herdi yang akan menraktir lo," ucap Pandu lagi.

Herdi yang tadi sedang melihat televisi. Merasa namanya dipanggil langsung menoleh. "Apa, nyet? Bawa-bawa gue?" galaknya.

"Lo nanti nraktir Jarwo kan Her? Iya ga? Lo kan banyak duit." Pandu menaik-naikkan alisnya kepada Herdi.

"Gue aja lagi kabur dari rumah. Masa mau nraktir orang? Boro-boro bawa duit gue anjir. Baju aja gue gak bawa, nih baju sekolah aja gue minjem sama Angkasa, Rafi," jawab Herdi.

"Senasib berarti. Herdi sudah jatuh miskin. Jangan sama dia, samaaa..." Aren melihat Angkasa yang baru turun. "Nah Angkasaa!" ucapnya.

Angkasa menatap Aren. "Kenapa lo? Mau ngajak gue berantem?"

"Bukan-bukan, Sa. Enggak ko enggak," Aren cengengesan sendiri.

Angkasa duduk didepan Jarwo, Aren, dan Pandu. Cowok itu menekuk tangannya didepan dada dengan raut wajah datarnya.

"Kenapa Sa? Galau aja lu," Farel datang dengan membawa cemilan yang ada didalam kotak. Farel duduk disamping Angkasa.

"Wahhh bagi dong Rel!!!" Pandu pindah duduk menjadi disamping Farel.

"Duh anjir. Kebiasaan, nih-nih. Sana-sana lo bertiga main aja diluar. Jangan disini," usir Farel kepada ketiga temannya yang saling berebut makanan yang ia bawa.

"Siap bosku! Kalo udah ada makanan. Kita bisa apa cuy?!!" ucap Jarwo lalu Jarwo, Pandu, dan Aren pergi dari sana sambil berjalan merebut makanan.

Farel hanya bisa menggeleng melihat kelakuan temannya. Farel kembali kepada Angkasa. "Sa, lo kenapa sih?" tanya Farel.

"Senja."

Farel menghela nafasnya. "Udah, jangan kaya gini terus kalo lo gak tahan. Jangan suka maksain diri mangkanya."

"ANGKASAAAAAA!!" teriak seorang cewek yang datang dengan menggunakan seragam sekolah, dibalut jaket jeans berwarna pink. Cewek itu langsung duduk disamping Angkasa setelah Farel berpindah tempat, Farel paham. "Angkasa kok kamu tadi ninggalin aku sih? Aku kan pengen pulang bareng kamu?" ucap cewek itu.

"Kan udah sama Renaldi," jawab Angkasa yang terdengar dingin. Berbeda. Sangat berbeda.

"Ya karena kamu gak ada. Jadinya pulang bareng dia, padahal aku maunya sama kamu. Bukan sama Renaldi!" ucap Senja. Tapi cowok itu nampak diam, seperti tidak akan lagi menggubris omongan Senja. Membuat Senja juga diam.

"Farel," panggil Senja. Farel yang duduk di sofa depan Senja dan Angkasa langsung menoleh.

"Eh iya kenapa Ja?" tanya Farel.

"Farel bukan Farel Ramansyah, ya?" pertanyaan cewek itu dengan santai tapi membuat Angkasa dan Farel langsung terkejut.

"Bukan," jawab Farel.

"Gak bohong, kan?"

"Udah, Ja. Jangan nanya-nanya kaya gitu terus," Angkasa berusaha memotong pembicaraan yang tidak perlu menjadi panjang.

"Emang kenapa? Aku salah ya?" ucap Senja.

"Gak salah. Tapi kan masalah ini udah diomongin? Jangan lagi ngomongin kaya gini," ujar Angkasa.

"Ya tap-" mendapat tatapan tajam dari Angkasa. Senja tidak lagi berbicara. "Iya-iya gak nanya lagi." ucap Senja.

"Angkasaaaa? Beli eskrim yuk?" ajak Senja.

"Udah beli eskrim kan sama Renaldi? Ngapain beli lagi?" Angkasa nampak lebih keras lagi.

"Iyasih," jawab jujur Senja.

Angkasa kaget dengan ucapan Senja. "Kamu tadi bener beli eskrim sama Renaldi?" nada bicaranya terdengar tinggi.

"Iya. Sebelum nyusulin kamu," jawab Senja.

"Di kedai eskrim deket sekolah?" tanya Angkasa.

Senja mengerutkan keningnya. "Kedai eskrim deket sekolah? Bukan. Pas aku pulang sekolah mau beli disitu, tapi udah tutup."

"Jangan bohong, Senja."

"Beneran. Ngapain coba aku bohong? Aku beli eskrimnya tadi di supermarket deket sini. Terus aku makan dulu eskrimnya," jawab Senja.

"Sekali lagi, aku bilang jangan bohong Senja."

"Aku gak bohong, Angkasa. Memangnya alasannya apa aku mau bohongin kamu? Kalo enggak percaya, sekarang ayo lihat ke kedai eskrim itu. Tutup."

"Kamu pelukan sama Renaldi?" tanya Angkasa.

"HAH? pelukan? Kok kamu bisa sih ngomong kaya gitu?"

"Aku liat Senja," jawab Angkasa.

"Dimana?" tanya Senja.

"Di kedai eskrim deket sekolah."

"OHHH ITU!!!!" Senja tertawa, membuat Angkasa mengerutkan keningnya. "Itu bukan aku. Tadi Renaldi pamit pulang duluan mau ketemuan sama siapa gitu pokoknya. Terus aku nyari kamu aja, deh. Dan pasti yang kamu liat bukan aku!"

"Cie, kamu pasti cemburu, ya?" tanya Senja menggoda Angkasa.

"Nggak. Biasa aja," jawab Angkasa.

"Ihh kok Biasa ajaa? Kan aku pacar kamu? Aturan , mah, harus cemburu dong!" omel Senja tak terima.

"Gengsi Angkasa mah, Ja." Farel menyahuti.

"Sok tau, njing. Kata siapa begitu!" ujar Angkasa kepada Farel.

"Kata gue njing kenapa? Mau marah?" balas Farel sambil terkekeh.

"Iya-iya bener kata Bang Farel. Bang Angkasa mah gengsi. Orang tadi gue liat di rooftop dia lagi uring-uringan. Mukul-mukul tembok. Ngacak-ngacak rambutnya frustasi," sahut Ryan yang baru datang.

Bangsat. Malu. Angkasa tidak mau ingin bereaksi apa, Ryan benar-benar seperti menyenggol harga dirinya sekarang. Dia menyesal cerita sama dia tadi, bocah tengil ini menurutnya memang perlu pelajaran.

"Gue, kan, udah bilang, Bang. Kalo apa-apa omongin dulu sama cewek lo. Jangan asal ambil keputusan. Jadi begini kan?" Ryan tertawa.

Angkasa menatap tajam cowok yang kini berada dihadapannya. Membuat Ryan cengengesan lalu dia pergi. Waduh, bahaya.

"Cemburu itu cuma satu kata, tujuh huruf. Dan, elo? Susah buat ngomongnya? Payah, lo." Farel bangkit, lalu meninggalkan Angkasa dan Senja yang masih diam.

Senja menghela panjang, perempuan itu memeluk lengan Angkasa. "Jadi, kamu cemburu apa enggak, nih? Aku, sih, maunya kamu cemburu."

"Kamu ngapain sih kesini?" ucap Angkasa yang tak menjawab pertanyaan Senja.

"Ketemu kamu, dong. Aku kangen kamu tau."

Angkasa hanya bisa menghela nafas nya. "Pulang, udah sore. Mau disini terus?"

"Ih! Baru juga nyampe, duduk. Masa udah disuruh pulang? Jahat banget!" ucap Senja tak terima.

"Yaterus mau apa?"

"Mau apa aja. Aku kangen sama kamu Angkasa!" Pelukannya di lengan Angkasa semakin erat.

"Sama gue kangen nggak, Ja? Tadi kan disekolah juga diem-dieman," sahut Herdi yang berjalan di depan Angkasa dan Senja bersama Aren.

"Pasti jawabannya nggak. Udahlah lo Her, ganggu orang pacaran aja. Diem lu urusin dulu bagaimana kehidupan lo selanjutnya setelah kabur dari rumah," tandas Aren.

"Kenapa lo ingetin lagi? Gue udah lupa ini." Herdi berdecih pelan. Aren hanya tertawa.

"Jangan disini." Angkasa menarik tangan Senja, ntah kemana cowok itu akan membawa Senja.

"Ehh mau dibawa kemana Sa?" teriak Pandu. "Jangan macem-macem!"

"Yakali! Otak Angkasa gak sekotor otak lo man!" ucap Fadli kepada Pandu.

***

Jangan lupa vote dan komen!❤️

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 129K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
290K 27K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
568K 44.2K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...