•ʀᴇʟᴏᴀᴅ

By Grizz-dy

4.9K 1.3K 2.4K

ft. 엔시티 드림 [NCT Dream] ❝ Reloading members, complete ❞ Collab with @craz-ume More

C a s t
•ɛıŋʂ
•ʑῳɛı
•ɖʀɛɨ
•ʋɨɛʀ
•ƒυηƒ
•ʂɛƈɧʂ
•ʂıɛცɛŋ
•ŋɛųŋ
•ʑɛɧŋ
•ɛƖʄ
r e a l e n d

•α¢нт

275 83 131
By Grizz-dy

Happy Reading-!




Sekolah siang itu ramai. Tentu, karena ini masih jam istirahat.

Pemuda dengan tubuh ideal itu berjalan tenang menyusuri koridor. Sambil jalan, ia membersihkan kedua tangannya yang—

"Halo bos!" sapa seseorang saat berpapasan.

Ah, apakah se famous itu dia? Haha

"Ya, Kak?" tanya pemuda tadi ramah.

"Habis darimana, Na?" tanya seorang lainnya. "Eh, btw gue turut berduka cita atas kabar dukanya Chenle ya. Gue paham, anggota dream pasti merasa kehilangan banget."

"Habis dari kamar mandi, Kak Winwin, Kak Ten." Jaemin, pemuda tadi, tersenyum ramah. "Oh iya kak, makasih ya kak."

"Ohh, sendiri?" tanya Ten lagi. Jaemin mengangguk.

"Tumben?" tanya Winwin dengan memasang wajah cengo nya.

"Hehe, iya ni Kak." Jaemin tertawa kaku.

"Yang lain mana?" interogasi Winwin lebih lanjut.

"Gimana?"

"Temen lo yang lain, Na." Ten menyahut, membenarkan maksud Winwin.

"Ohh..." Jaemin mengangguk pelan. "Yang lain lagi di kantin Kak."

"Kok lo nggak?" Winwin menaikkan satu alis.

"A-a, emang kenapa ya, Kak?" Jaemin menggaruk tengkuk, merasa terganggu dengan pertanyaan kakak kelas nya yang beruntun dan terkesan menuntut.

Hening sejenak. Winwin yang masih menaikkan sebelah alis. Jaemin yang terlihat risih. Dan Ten yang bingung harus apa.

"Oh, gapapa kok Na. Biasalah, Winwin emang orangnya banyak tanya," ujar Ten dengan cengiran. Tangan kanannya merangkul Winwin paksa. Membuat sang empunya menoleh tak terima.

"Yaudah ya Kak, saya duluan," ucap Jaemin sopan dengan membungkukkan tubuhnya sedikit. Ten mengangguk cepat. Dan setelahnya Jaemin melangkah pergi meninggalkan dua kakak kelasnya.

"Eh, Na!" seru Winwin saat Jaemin sudah berjarak satu meter darinya.

Jaemin lantas membalikkan tubuh. Menaikkan kedua alisnya. "Ya?"

"Tolong bilangin si Renjun dong, besok ato kapan gitu bikinin jadwal buat kumpul anak China. Oke?" Winwin mengacungkan jempolnya. Senyumnya terbuka lebar.

"E-eh?" Jaemin terlihat sedikit terkejut dengan permintaan Winwin. "Iya deh, nanti aku sampein," lanjutnya ragu.

"Kalo sempet," lanjutnya dalam hati.

Dan setelahnya, Jaemin kembali melangkah pergi. Benar-benar pergi, karena Winwin ataupun Ten tidak memanggilnya lagi.

"Ish! Lo kenapa kepo banget sama urusan orang sih, Win?" Ten berkacak pinggang, ia menoyor kepala Winwin—cukup keras.

"Sakit ih Ten!" Winwin membalas menoyor kepala Ten dengan level keras yang sama.

"Kok bales sih?!" Ten memukul lengan Winwin.

"Lah, kok malah jadi mukul sih?" Winwin tak mau kalah. Ia memukul lengan Ten juga.

"Udah-udah woi! Gue cuman mau tanya!" Ten mendecak sebal. Winwin itu emang menyebalkan.

"Yaudah woi! Mau tanya aja pake nanya! Mana mukul dulu lagi!" Winwin ikut mendecak.

"Lo itu kenapa? Pake kepo-in urusan orang. Lagian kalo anak China kumpul, mau ngapain?" tanya Ten dengan nada yang sudah--sedikit santai.

"Hehe, ya gak papa." Winwin menggaruk alis. "Soalnya guea tadi liat si Renjun masuk kamar mandi," laki-laki itu mengedikkan bahunya.

"Ih, trus hubungan nya sama kumpul anak China apa dodol?!" Ten berteriak, lagi. Kalian tahu kan, kalau Winwin itu lholhok nya ga ketulungan. 

"Gue lihat ada darah," ucap Winwin pelan.

"Dimana Winwin sayaaaaaaaang??" geram Ten.

"Di kaos kakinya Jaemin. Tapi sengaja ditutup pake celana."















































































"Gue trauma sama yang namanya gedung sekarang," ujar Jaemin bergedik ngeri.

"He'em ya, gue jadi takut keluar malem. Awokwkwk." Haechan ikut menimpali.

"Ada yang Jisung pikirin dari kemaren," ucap Jisung dengan menatap tempat tusuk gigi didepannya dengan tatapan kosong. "Kenapa ya, jasadnya Chenle belum juga ditemuin? Harusnya udah dikubur kan ya sekarang? Padahal Jisung pengen banget cerita sama Chenle, walaupun lewat batu nisan," eluh Jisung.

"Iya juga ya.." sahut Jeno dengan lesu. 

"Tapi ada hal yang gue pikirin juga." Haechan mengangkat tangan.

"Apa coba?" Jaemin terkekeh pelan. Sepertinya pemuda itu tau, bahwa Haechan pasti akan cengengesan.

"Kemana ya, perginya warisan yang buat Chenle. Kan Chenle anak tunggal," ujar Haechan yang setelahnya disambut gelak tawa dari teman-temannya.

"Udah-udah heh, ga baik ngomongin orang yang udah ga ada." Jeno mencoba menghentikan teman-temannya yang membahas Chenle.

"Ini Renjun belom dateng juga, kemana ya?" lanjut Jeno.

Diam. Tidak ada yang menjawab. 

"Ini di chat cuman centang satu. Ihhh!" monolog Jeno seraya men-scroll ruang chat nya dengan Renjun.

Lagi, tidak ada yang menjawab. 

"Terakhir bilangnya mau ke kamar mandi sih. Dia boker apa mandi kembang ya? Apa gue samperin aja?" Kini Jeno sudah meletakkan handphone nya. Melempar tatapan kepada teman-temannya yang entah kenapa sejak tadi diam. 

Deg!

Dua orang di meja itu menelan saliva, tegang.

Tiba-tiba saja suasana berganti hawa.

 Dengan tangan yang mengepal erat dan keringat dingin yang terasa, Haechan mencoba untuk menunjukkan ekspresi biasa saja.

Dengan wajah tak berdosanya, ia memberi usul. "Coba aja di telpon dulu, Jen."

"Iya, mungkin kalo telpon bakal diangkat." Jaemin menambahi.

"Sung, menurut lo gimana?" 

"Eum,, terserah aja sih. Ditelpon juga boleh." Bocah itu meringis. Jeno mengangguk. Mendapat tiga suara untuk menelpon? Oke, ia akan coba. 

"Eh tapi," Jisung menurunkan handphone yang Jeno cekal. 

"Kenapa, Sung?" Jeno menaikkan sebelah alis.

"Mending kita samperin dia ke kamar mandi. Siapa tahu dia kekunci? Dan handphonenya ketinggalan di kelas?" usul Jisung. Tapi anehnya, anak itu berbicara cepat sekali. Tanpa titik koma. 

"Oh iya, ya? Yauda yok ke kamar mandi. Nanti keburu istirahat selesai." Jeno sudah mengambil ancang-ancang berdiri. Diikuti Jisung yang duduk disebrangnya. 

"Eh tapi, Jen!" Haechan mencekal lengan kiri Jeno. Membuat laki-laki itu otomatis diam, dan menghadap Haechan. "Ditelpon aja kali, lagian gue udah laper banget ini. Ya kali cuman gara-gara Renjun ga balik dari kamar mandi, trus istirahat kita kepotong?"

"Eum, iya Jen." Jaemin mengangguk, membenarkan maksud Haechan. "Kita tunggu sampe istirahat selesai aja. Habis itu baru cari Renjun kalo dia belum balik."



















































"Buset! Ni udah selesai istirahat lho, nder! Si Renjun kemana sih?" Jeno mengecek lagi pesan-pesan yang ia kirim pada Renjun. Tentu masih centang satu. 

Padahal biasanya, Renjun tuh gercep kalo di chat. Karena dia bakal nge-block nomor yang mengirim chat spam. 

Tiba-tiba semua atensi teralih untuk Jisung. Anak itu mengangkat tangannya takut-takut.

"Lo kenapa?" Jeno mengernyitkan dahi. Sejak istirahat tadi, Jisung tuh jadi aneh. Apa dia minta dibeliin boneka Anna?

"Ada yang mau Jisung sampein..." lirihnya. 

"Yaudah buru gih."

"Jisung udah tau siapa pelakunya, sebelum kita kumpul di gedung itu," ujarnya ragu.

"Terus kenapa ga bilang dari awal?" tanya Jeno cepat. 

"Jisung takut bakal jadi korban selanjutnya, jadi Jisung diem aja. Maafin Jisung, ya.." Bocah itu mengusap air mata nya yang sudah membasahi pipi. 

"Siapa coba? Sebutin aja," Jaemin merangkul Jisung, menenangkan.

"Dia itu-"

"EH! Gue gabung sini ya?" 

"Kak Lucas? Kak Mark?" Jeno menaikkan alisnya.

"Iya ged, soalna teh meja-meja udah penuh. Ini kan isinya cuman empat orang, jadi kita gabung ya?" ujar Lucas dengan mencomot sisa kentang goreng milik Jisung.

"Numpang tempat apa numpang makan lo?" Jisung menepis tangan Lucas. Membuat sang empunya mengaduh pelan.

"Ini udah selese istirahat kenapa baru jajan?" tanya Jeno saat melihat Mark hendak menyuap batagor.

"Hehe, kita tadi telat keluar kelas. Si Lucas nih, pake acara bantah guru pas jam basket tadi." Mark menunjuk Lucas yang hanya cengengesan.

Ya, Mark dan Lucas itu satu tingkat diatas anggota dream. Mereka kelas XI-3. Jadi, mereka unggul di ekstrakulikuler. 

"Btw, kenapa diem-diem bae?" Mark angkat suara. Satu suapan batagor sudah terkunyah halus dimulutnya.

"Gak ada apa-apa kok, Kak," jawab Jaemin dengan senyum tipis.

"Oh, yaudah." Mark mengangguk, lalu melanjutkan acara makannya.

"Eh, betewe ontheway busway. Itu kronologis nya si Chenle gimana? Kok bisa tiba-tiba gitu?" tanya Lucas menatap anggota dream satu-satu.

"Kak Lucas belum tau?" Jisung mengerjapkan matanya sekali. Lucas menggeleng. Dan Jisung ditempatnya  enggan untuk memulai bercerita.

"Malem itu, kita cuman kumpul-kumpul. Trus Chenle asma nya kambuh. Ga keturutan buat ke rumah sakit, jadi ya wassalam." Jeno mengedikkan bahu. Tentu, ia berbohong. Kalian tahu sendiri kan?

"Iya, Kak." Haechan mengangguk. Menyetujui ucapan Jeno.

"Kenapa lo ikut ngeiyain? Kentara banget kalo lo pelakunya. Bodoh." Seseorang tersenyum miris. Betapa bodoh orangnya ini.

"Trus ini si Renjun mana? Kok ga komplit?" Lucas bertanya dengan wajah bodohnya.

"Si Renjun lagi di-"

Sial, ucapan gue kepotong.


































"Chat gue ke Renjun udah centang biru!"

Continue
.
.
.
.
.
R e l o a d
.
Ft. Nct Dream
.
.
.

Ini jadi mudeng apa mubeng?
Paham apa ga? Wkwk. Bentar lagi selese ges! Jadi tentuin siapa pelaku utama nya. Ote?

See u in next part-!

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 203K 39
[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] BELUM DI REVISI!! SEBAGIAN PART SENGAJA DI HAPUS!!🙏🙏 PLEASE YANG BACA CERITA INI KALAU UDAH TAU ENDINGNYA JANGAN SPOIL...
280K 16K 39
[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis cantik keturunan mafia rusia yang tidak s...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

6.9M 522K 92
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
966K 62.2K 64
[WAJIB FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] ~ADA INFO TAMBAHAN NIH. KALAU KALIAN NGERASA SEPANJANG CERITA ADA YANG BERANTAKAN, WAJAR AJA YA. KAREN...