Angkasa

By shalsaalfiy

706K 32.4K 1K

(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Angkasa Gerald Anugrah, sang ketua geng motor The Blaze. Laki-laki yang dianggap bai... More

1. Angkasa
2. Murid Baru
3. Peringatan!
4. Angkasa Mau Yaaaaaaa?
5. Apa Semuanya Baik-baik Saja? Tidak!
6. Ada Gangster!!
7. Menjauh
8. Senja Tidak Menyerah!
9. Diary
10. Rumah Rahasia Senja (1)
11. Rumah Rahasia Senja (2)
12. Kode?
13. New Members
14. Rasa Yang Berbeda
15. Antara Aku, Kamu, Dan The Blaze
16. Sunset & Kehangatan Di Puncak
17. Ingkar
18. Danger Dengan Pelukan
19. Perubahan?
20. Ternyata Tidak
21. Togheterness
22. Jangka
24. Why Angkasa?!
25. Menjadi Kita (?)
26. Happy Birthday Senja!
27. Aku Merindukannya
28. Hancur
29. Pertengkaran
30. Malam Hari Bersamanya
31. Tujuan
32. Antara Rela Dan Tidak
33. Salah Paham
34. Gengsi
35. Bulan & Matahari
36. 3 Hari (300juta Tahun)
37. Karena Keadaan
38. Sakit (1)
39. Senyuman Luka (1)
40. Senyuman Luka (2)
41. Kejadian
42. Ls162! (?)
43. Aku Mencintainya
44. Maaf
45. WARNING
46. Sakit (2)
47. Hancur (2)
48. Dekapan Yang Dirindukan
49. Bentakkan
50. Kemana Kamu Yang Dulu (?)
51. Berjuang (Lagi)
52. Pertempuran Besar
53. Kehilangannya
54. Rindu
55. Malam Mencekam
56. Kembali Lagi?
57. Terluka
58. Dia Yang Tulus
59. Bersama Angkasa
60. Promise
61. Bersamanya (Selesai)
62. EXTRA PART : Langit Senja
SEQUEL ✨

23. Ancaman

9.5K 504 3
By shalsaalfiy

Yang hilang karna dianggap pengecut

Akan datang dengan seribu ancaman

Renaldi

***

Senja masuk kedalam kelasnya. Seperti biasanya, senyuman lebar yang selalu terlihat di wajah cantiknya.

"Hai kalian!" sapa Senja kepada kedua temannya yang sudah lebih dulu didalam kelas. "Lagi pada ngobrol apaan nih? Seru banget kayaknya."

"Ngobrolin cowok. Biasa nih si Mega." balas Farah.

Senja duduk ditengah-tengah bangku diantara kedua sahabatnya. "Kamu lagi suka sama siapa, nih, Ga?"

"Lo percaya aja, sih, sama si Farah!" ujar Mega dengan raut wajah kesalnya, lalu dia menatap Senja. "Eh, tapi gimana hubungan lo sama Angkasa? Masih gitu-gitu aja?"

"Nggak gitu-gitu aja dong! Ada yang beda!" jawab Senja senang. "Beberapa hari ini. Aku sama Angkasa makin deket. Aku pokoknya deket banget, deh, jadi nambah seneng!" ujar Senja yang memang dilihat dari raut wajahnya sangat gembira.

"Eh, iya juga ya? Lo bisa kepuncak bareng anak-anak The Blaze. Gimana caranya? Lo berani gitu?" tanya Mega. Karena dia tau dari postingan Instagram anak-anak The Blaze yang jalan-jalan kepuncak. Dan ternyata di sana ada sahabatnya. "Banyak sih yang mau ada diantara cowok-cowok ganteng itu. Tapi kan mereka gal berani deket, takut. Bisa-bisa mati!" ucap nya.

"Bisa lah, kan leader nya yang ngajak. Berani kok aku. Anak-anak The Blaze tampangnya emang sih serem-serem. Tapi mereka seru dan asik banget! Aku suka kalo ikut ngumpul sama mereka," ucap Senja.

"So? Gabung di The Blaze apa nggak sih? Gue bingung deh, dari mulai berdirinya The Blaze. Gue udah jadi penggemar The Blaze tau, gak! Tapi gue gak pernah liat tuh cewek ada di perkumpulan para The Blaze," ucap Farah bingung. "Dan cewek pertama yang gue liat itu yah elo. Lo pake santet apa gimana, sih, Ja?"

"Iya-iya bener. Lo punya nyali berapa sih bisa berani deket-deket mereka?" tanya Mega yang ikut penasaran.

Senja menghela nafasnya. "Kalian pasti mikirnya. Geng motor itu jahat? Ganas? Mematikan? Iyakan?!" ucap Senja. Lalu kedua temannya mengangguk. "Padahal nggak! Mereka bakal nyelakain orang sama yang gak tau apa-apa. Tapi kalo kalian ngusik mereka. Mereka pasti nggak mau tinggal diemlah."

"Gimana bisa lo tau tentang mereka? Lo kan baru kenal mereka? Gak kayak kita berdua yang selalu stalking ig mereka dari dulu," balas Mega.

"Sebenernya aku gak mau cerita. Ya, tapi gapapa deh," ucap Senja. "Kakak aku dulu itu juga anak geng motor. Aku juga sering ikut kakak aku kumpul sama temen-temen geng motornya. Waktu pas aku kelas sepuluh. Aku juga kan belum terlalu deket sama kalian."

"Dari situ aku tau. Kalo semua anak gengbmotor gak cuma ngelakuin hal-hal negatif kayak ngebunuh orang atau sebagainya. Mereka itu ada yang bercanda, ngobrol, saling curhat, bahkan belajar bareng. Dan menurut aku. Kehangatan dan kebersamaan mereka itu melebihi apapun. Belum pernah aku nemuin hubungan teman rasa keluarga banget kaya mereka," ujar Senja.

"Dari situ juga aku ngerti, kalo orang-orang hanya bisa menilai dari apa yang mereka lihat. Bukan apa yang mereka tau,"

"Belajar dari situ. Jangan pernah menilai orang lain dari apa yang kita lihat. Karena penampilan tidak membuktikan sikap seseorang sebenarnya," ucap Senja. Teman-teman Senja sudah mengerti.

****

"Angkasaaaaaa!" seperti biasanya. Senja datang ke kelas Angkasa. Tapi ditangan Senja. Membawa kotak bekal berwarna merah jambu.

"Senjaaaaaaaa!" Pandu mengikuti gaya Senja. Senja hanya tersenyum membalasnya.

Senja lalu duduk di samping Angkasa yang hanya terdiam. "Angkasa? Kamu udah makan? Pasti belum, kan? Nih aku bawain makanan buat kamu." Senja menyodorkan kotak bekal berwarna merah jambu ke depan Angkasa. "Eh, iya, kamu waktu itu makan makanan bekal aku gak? Yang kotaknya warna item, sampe sekarang belum dibalikin juga."

Angkasa tapi tetap diam, dengan wajah dinginnya. Tapi Senja tetap sabar, dan setia duduk di samping Angkasa.

"Ja! Ja!" panggil Herdi, lalu Senja membalikan badan. Menatap teman-teman Angkasa. "Tau gak, sih, lo?" tanya Herdi.

"Nggak! Emangnya apa?" tanya Senja sambil mengerutkan keningnya.

"Lo pernah kan ngasih kotak bekal warna item ke Angkasa?" tanya Herdi. Lalu Senja mengangguk. "Nah, waktu itu gue liat di rak piring apartemen Angkasa. Gue bilang ke Angkasa, 'Sa minjem ya' tapi Angkasa bilang gini 'jangan' terus gue jawab 'minjem doang sebentar pelit amat' terus Angkasa jawab lagi 'kalo lo ambil, lo bonyok' gitu katanya. Pantes aja tuh kotak makan dijaga dengan sepenuh hati. Padahal kalo itu punya si Bos mah biasanya 'ambil aja' kan dia worang kaya. Ternyata ada kenangan manis," jelas Herdi panjang.

"Bukan ada kenangan manis, kotak itu bukan punya gue," sahut Angkasa dengan wajah kesalnya. Senja yang mendengarnya masih merasakan kecewa yang teramat dalam. "Barang punya oranglain masa gue pinjemin ke orang lain," ucapnya lagi. Ya, benar juga sih!

Tapi Senja tetap tersenyum. Senyum nya sangat terjaga. Tidak ada yang bisa menganggu gugat senyum manis di bibir Senja. "Tapi makanannya dimakan, 'kan?" tanya Senja kepada Angkasa.

"Kalo gak dimakan mubazir," balas Angkasa yang masih terlihat cuek.

"Hadeuh! Pake acara gengsi segala," sindir Pandu membuat Angkasa menatap Pandu dengan tatapan tajam dan amarah. Pasti Pandu akan di makan saat ini juga jika Angkasa tidak tahu tempat.

"Eh gak, kok, Bos! Bercanda. Gitu doang sewot ah," ujar Pandu sambil cengengesan. "Pissss!"

"Angkasa? Makan dulu nih! Kan kamu masih sakit," ucap lembut Senja.

"Gue udah sembuh," balas Angkasa.

"Yaudah, makan aja. Lagian makan itu kebutuhan," ucap Senja lagi dengan senyum yang masih merekah dibibirnya.

"Buat lo aja, gue gak laper," ucap Angkasa.

"Tapi aku udah bawa bekal dua, sengaja. Biar ini bisa buat kamu!" jawab Senja lagi.

"Buat yang lain aja," jawab Angkasa, rasanya Senja ingin menangis. Tapi ia akan tahan tangisan itu. Senja bukan wanita cengeng. Tapi dia akan tetap merasa kecewa jika sudah seperti ini, jika susah tidak dianggap dan dia seperti pengemis bodoh yang meminta ke seseorang yang diharapkan bisa memberi apa yang ia mau.

Senja menghela nafasnya. "Yaudah deh. Ini buat Herdi aja! Jngan lupa dimakan, ya, enak loh! Buatan aku sendiri." Senja menyodorkan kotak makan itu kedepan Herdi. "Yaudah kalo gitu akumau ke perpus dulu ya." Senja keluar dari dalam kelas Angkasa yang hanya terisi kelima cowok itu.

"Wahh, makanan gratis nih!" ucap Herdi dengan mata yang berbinar-binar seperti melihat seorang wanita yang paling cantik. "Senja tau aja kalo gue nunggu saat-saat ; "Nih buat herdi aja." ucap Herdi sendiri. Ganteng doang! Nunggunya yang gratisan.

"Bagi-bagi." Pandu langsung mengambil ayam goreng dari dalam kotak makan itu. Sedangkan Fadli juga mengambil ikan goreng.

Herdi berdecak kesal. "Lah terus gue makan apa dong njir? Masa makan nasi doang! Lo pada gak ngotak!" ucap Herdi. Kini emosi Herdi sudah memuncak. Dia berani bersumpah jika teman-temannya akan mendapat kesialan. Gaboleh gitu tau Her! Nanti malah bebalik lhoo! Ntar diputusin semua pacar kamu tau!

Herdi ; jangan gitu lah thor! Mimpi buruk gue ntar malem.

****

Senja berjalan dengan kepala yang ia tundukkan, hatinya begitu kecewa menerima kenyataan yang pahit ini.

BRUK! Tubuh Senja menabrak seseorang, Senja sudah seperti penabrak banyak orang, dia hobby menabrak? Ntahlah.

"Maaf, aku nggak sengaja." Senja menatap cowok yang mengulurkan tangan, berniat membantu Senja bangun.

"Iya gapapa. Lo gapapakan?" tanya cowok itu kepada Senja.

"Gapapa kok! Makasih ya." ucap Senja sambil tersenyum. "Eh murid baru ya? Kok ga pernah liat?" tanya Senja.

"Iya, kenalin. Gue Renaldi Adhitama." cowok tampan dengan alis tebal, dan gigi berbehel itu mengulurkan tangan nya kepada Senja.

Renaldi Adhitama? Kayak pernah denger, tapi dimana dan kapan?
Senja berfikir. Memutar-mutar otaknya agar ingat. Karena nama itu pernah ia dengar.

Lelaki bernama Renaldi itu melambaikan tangan diwajah Senja. "Heii?"

Lamunan Senja terhenti. "Eh, iya, aku Senja." Senja menerima uluran tangan itu. "Yaudah, aku duluan, ya, mau ke kelas," ucap Senja. Lalu Senja berlalu dari hadapan Renaldi.

hancur dengan perlahan.

****

Angkasa berjalan melewati lorong-lorong kelas yang sepi. Pasti semua murid memilih pulang daripada ada di sekolah tapi kerjaan cuma kekantin. Angkasa menuju parkiran sekolah. Teman-temannya sudah lebih dulu karena tadi Angkasa mengambil kunci motor yang tertinggal.

Bruk!

Seorang lelaki yang berpapasan dengan Angkasa. Dia dengan sengaja menabrak bahu Angkasa. Emosi Angkasa mulai memuncak. Belum pernah ada yang berani seperti ini padanya.

"Berhenti lo!" teriak Angkasa kepada lelaki yang memakai jaket hitam, dan wajah nya tertutup. Lelaki itu membuka tutupan wajah nya. "Renaldi." Angkasa benar-benar kaget melihat kehadiran cowok itu lagi.

"Hai, apa kabar? Gimana kabar lo? Baik-baik aja brother?" ucap lelaki yang ada didepan Angkasa.

"Lo udah berani dateng didepan gue lagi?!" ucap Angkasa. "Sekarang, berapa nyali lo?"

"Gue dateng bukan membawa nyali. Gue dateng buat ngehancurin lo secara perlahan. Perlahan gue akan memusnahkan siapapun yang dekat dengan lo, termasuk cewek lo!" ucap Renaldi dengan senyum liciknya.

"Kurang ajar!" Angkasa baru saja ingin melemparkan pukulan. Tapi tangan nya ditahan oleh lelaki itu.

"Eits! Santai dulu Bos! Kali ini, gue gak mau langsung main fisik. Tapi, kalo lo mau main fisik ke gue? Silahkan aja, mau bawa The Blaze? Silahkan. Tapi jangan salahkan gue kalo nanti The Blaze hancur,"
ucap Renaldi dengan senyum liciknya itu. "Inget, ya, Angkasa! Lo punya utang budi sama ayah gue. Jangan munafik."

"Mau lo apa?!" ucap Angkasa dengan nada tingginya. Untung saja sekolah ini sepi. Jadi tidak akan ada yang mendengar ucapan mereka.

"Mau gue? Haha! Gue dateng cuma mau ngancurin hidup lo!" ucap Renaldi dengan tawanya.

"Lo jantan? Kita main ditempat luas!" ujar Angkasa.

"Gue bukan jantan lagi sekarang, gue adalah orang yang tersakiti. Gue cuma mau hidup lo ancur," balasnya.

"Jangan pernah bawa-bawa The Blaze, dan semua temen-temen gue! Mereka gak ada masalah apapun sama lo." ucap Angkasa, otot lehernya sudah muncul.

"Gue gaakan bawa-bawa The Blaze ke masalah kita berdua. Tapi nggak dengan cewek lo," jawab Renaldi.

"Cewek gue?" Angkasa mengerutkan keningnya.

"Senja Clara Azzura, adik dari seorang Alvero Abraham?" ucap Renaldi dengan senyum devilnya.

"Dia bukan cewek gue!" ujar Angkasa.

"Oh ya? Tapi gue yakin. Lo peduli sama dia." Renaldi lalu meninggalkan Angkasa yang masih diam ditempat.

"Sial! Kenapa dia muncul lagi! Dan kenapa gue gabisa ngelawan dia. Ketika gue inget kata-kata utang budi! Dan gue inget kesalahan gue yang pernah gue lakuin ke dia." Batin Angkasa.

****

Angkasa berjalan lagi menuju parkiran sekolah. Dan di sana sudah ada teman-temannya yang menunggunya. Pasti ada omelan yang akan Angkasa dengar.

"Aduhh! Lama banget sih lo? Abis ngapain aja? Udah lumutan nih gue nungguinnya!" omel Pandu, benar saja pikiran Angkasa.

"Banyak bacot lo!" Angkasa menaikki motornya. Namun ketika dia ingin memakai helm nya. Dia melihat seorang lelaki yang sedang tersenyum miring sambil mengisyaratkan menunjuk perempuan yang sedang berdiri didepan gerbang sekolah.

"Bos! Ngeliatin siapa lo?" teriak Herdi.

Angkasa menghela nafasnya. Lalu dia memakai helm full face nya. Angkasa langsung melajukan motornya. Tepat di samping gadis yang tengah berdiri, Angkasa memberhentikan motornya, "NAIK!" perintah Angkasa, namun Senja masih terbengong-bengong.
"Cepet naik!" ucap Angkasa lagi.

Senja mengerutkan keningnya. "Aku?" cewek itu menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, cepet naik!" kata Angkasa lagi membuat Senja langsung menuruti perintah Angkasa untuk naik ke motornya.

Kadang, dia memang susah ditebak!

****

Senja merapihkan rambutnya yang berantakan karena Angkasa mengendarai motornya sangat kencang. "Angkasa! Kalo naik motor jangan balap-balap, bahaya tau!"

"Masuk, jangan keluar rumah. Kalo lo mau keluar rumah. Lo chat gue. Biar gue yang anter. Besok sekolah, gue jemput lo! Jangan berangkat sebelum gue jemput lo," ucap Angkasa membuat Senja bingung sendiri.

"Hah!? Kenapa?" tanya Senja.

"GAUSAH BANYAK NANYA! MASUK! ucap Angkasa dengan keras.

Senja bingung dengan sikap Angkasa kali ini. "Iya tap-"

"Masuk gue bilang masuk ya masuk!" potong Angkasa dengan cepat.

"Iya-iya masuk nih! Hati-hati dijalan Angkasa!"

***

Jangan lupa vote, vote gratis!!

Continue Reading

You'll Also Like

Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.3M 224K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
1.1M 44.8K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
549K 42.2K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...