Polin in Love

By achieras

30.7K 2.9K 806

( COMPLETED ) Jerome Polin Sijabat. Awalnya, aku bahkan tidak tau siapa itu Jerome. Tapi, setelah menonton ch... More

Prolog
1. Halu
2. Pertemuan
3. Centang Biru
4. Keberanian
5. A Day with Jerome
6. IG Live
7. Broken Home
8. Pernyataan
9. Sepucuk Surat
10. Masa Lalu
11. Okay?
12. Cemburu
13. Layar
14. Kembali
15. Makan Bareng
16. Keluarga
17. Alasan
18. Day One
19. LDR
20. Hancur
21. Payung
22. Berpisah
23. The One
Epilog

24. Restu

989 94 7
By achieras

"Shalom! Happy Sunday!"

Aku menyalami tangan usher yang menyambut kami dan tersenyum lebar. "Shalom!"

Hari ini aku dan Jerome sama-sama tidak ada jadwal pelayanan, jadi kami memutuskan untuk ibadah bareng.

Dan, seperti biasa, kalau gereja, Jerome akan mengenakan kemeja batik.

"Disini aja," ajakku sambil menarik tangan Jerome untuk duduk di salah satu kursi.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya ibadah dimulai. Aku dan Jerome sama-sama memuji dan menyembah Tuhan dengan antusias.

Sampai di lagu lambat, yang membuatku menangis karena benar adanya.

Waktu Tuhan pasti yang terbaik, walau kadang tak mudah dimengerti. Lewati cobaan kutetap percaya, waktu Tuhan pasti yang terbaik.

Aku menatap Jerome yang sedang fokus menyembah disebelahku, lalu cincin yang terpasang di jari manisku.

Doa yang pernah aku naikkan, untuk bertemu dengan pasangan hidup terbaik yang datang dari Tuhan, telah dijawab olehNya.

Yang awalnya namanya hanya bisa kusebut dalam doa, hari ini kami bisa berdoa dan beribadah bersama.

Sungguh indah, dan ajaib.

Sebelum ini aku udah mengalami banyak pengalaman pahit dalam cinta. Untuk bertemu dengan Jerome pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Tapi, siapa yang meyangka, dari kejadian pahit dan luka yang ada, dengan sabar dan berdoa, semua berakhir indah seperti ini.

God is good all the time!

"Nya, jadi?" tanya Jerome begitu kami keluar dari gereja dan berjalan ke mobil.

"Jadi," ujarku sambil membaca pesan yang terakhir aku dapat.

Papa
|Kita ketemu di Ninety-Nine Cafe jam 4 sore ya
|Ajak calon suami kamu

"Ya udah kita berangkat ya," kata Jerome sambil melajukan mobil.

"Iya, udah jam 3-an juga nih," balasku sambil melirik jam tangan yang terpasang di pergelangan tanganku.

Sejak dari kejadian Papa ketemu Jerome, entah kenapa Papa seperti menghilang dari hidupku. Tidak pernah menelepon, chat satu pun tak ada.

Aku sempat mengabaikannya. Tapi, setelah dua minggu Papa menghilang, aku berusaha untuk menghubunginya duluan.

Hasilnya nihil. Pesanku sama sekali tidak dibalas. Telepon pun tidak diangkat. Tapi, aku selalu mengabarinya tentang apa pun yang terjadi dalam hidupku.

Termasuk, soal aku yang akan menikah.

Dan, aku sangat terkejut, sekaligus senang, ketika Papa membalas pesanku dan mengajak untuk bertemu.

Tak lama, kami sudah sampai di tujuan. Jam menunjukkan angka 15.46. Belum sampai waktu bertemu, tapi ketika aku membuka pintu kafe, aku melihat sosok yang sangat amat kurindukan sudah duduk disana.

Pria paruh baya itu tampak sedang menyesap kopi sambil membaca koran. Begitu ia meletakkan gelasnya di meja, aku langsung memeluknya dari belakang.

"Papa!"

Air mataku berderai. Entah kenapa, walaupun Papa bukan orang yang sempurna, bahkan sering menyakitiku, aku tetap sayang padanya.

Bagaimanapun dia adalah orangtuaku, dan aku bukan tipe yang pendendam.

Aku merasa bahu Papa bergerak naik turun perlahan, lalu aku mendengar isakan disana. "Nya-Nyanya?" ucapnya terbata.

"Iya, Pa, ini Nyanya."

Ia menuntunku duduk di depannya, lalu memegang tanganku. "Anakku."

Aku sedikit syok mendengar Papa mengucapkan kata itu, kata yang selama ini aku ingin ia ucapkan kepadaku.

"Nak."

"Ya, Pa?"

"Maafin Papa, makasih, kamu masih mau ketemu sama Papa," ucapnya dengan air mata yang masih mengalir.

Aku mendekat dan memeluknya. "Gapapa, udah Nyanya maafin dari dulu dan selalu Nyanya maafin."

Papa membalas pelukanku. Kami larut dalam situasi itu cukup lama. Setelah melepas pelukan, kami mengobrol soal banyak hal.

Akhirnya, segala uneg-uneg dan salah paham yang dibiarkan selama bertahun-tahun selesai hari ini.

Tiba-tiba aku teringat Jerome. Aku celingak-celinguk mencari dia dimana.

Ternyata, dia duduk tak jauh dari tempat kami. Saat tatapan kami bertemu, ia hanya tersenyum.

Sepertinya, Jerome memberi ruang untuk aku dan Papa melepas rindu.

"Kamu datang kesini ajak calon suami kamu, kan?"

"Ehmm, iya sih...," jawabku sambil menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.

"Mana dia? Sini kenalin ke Papa," pinta Papa.

"Ehm..., o-oke," balasku terbata dan penuh keraguan.

"Kenapa ragu gitu?"

Aku menggeleng dan segera berjalan ke arah Jerome.

Sebenarnya, aku takut. Gimana ya reaksi Papa kalau tau Jerome-yang dulunya sempat tidak sopan ke dia, adalah calon suamiku?

Setelah berdiri di depan Jerome, aku menarik tangannya lembut, menggenggamnya dan menunutunnya ke tempat dimana Papa duduk. Mata Papa menelisik Jerome dari atas sampai bawah, dan yang tak kusangka-sangka, Papa tersenyum.

"Sini duduk, Nak," ujar Papa sambil mempersihlakan Jerome duduk diseberangnya.

Jerome duduk, lalu tersenyum. "Sore, Om. Saya Jerome Polin Sijabat, kita pernah ketemu sebelumnya, kalau Om masih ingat...," jelasnya ragu.

"Iya, saya ingat kamu. Kamu yang tegur saya waktu itu kan?"

Jerome tampak merasa gak enak. "Iya, maaf, Om, saya kurang sopan."

Papa tertawa. "Gapapa, karena kamu saya tersadar akan kesalahan saya."

Papa bercerita bahwa selama tiga tahun ini dia memulai hidup baru. Meninggalkan alkohol, rokok, judi dan segala yang buruk. Ia membangun usaha perabot dari nol, dan sekarang sudah sukses.

Perubahan yang terjadi dalam diri Papa terjadi karena teguran Jerome saat itu, dan Papa juga lebih mendekatkan diri ke Tuhan. Dan, Tuhan mengubah hati dan karakternya menjadi lebih baik.

Awalnya, Papa segan untuk mencariku. Tapi, begitu dia mendapat kabar aku akan menikah, ia tanpa ragu mengajakku bertemu.

"Papa keren!" pujiku sambil mengacungkan jempol. Papa terkekeh.

"Oh ya, ini." Papa mengeluarkan amplop yang cukup tebal. "Alasan Papa ajak ketemu mau kembaliin ini, uang Nyanya yang dulu Papa pinjam. Maaf baru bisa dibalikin sekarang. Mau transfer, Papa juga gak tau nomor rekening kamu."

Tentu saja aku menolak. "Papa simpan aja deh."

Papa menggeleng dan menyodorkannya kembali ke arahku. "Ini utang Papa. Papa bakal merasa bersalah banget kalau Nyanya gak mau ambil."

Akhirnya dengan berat hati aku menerimanya. "Ehm.., oke, thankyou, Pa."

"Dan satu lagi," ucapan Papa terhenti, lalu ia menatap Jerome. "Papa mau ngobrol sama calon suami kamu."

Sebenarnya agak aneh di telingaku mendengar kata 'calon suami', tapi emang begitu kenyataannya.

"Bisa tinggalin kita berdua sebentar, Nya?" tanya Papa.

Aku menatap Jerome. Ia hanya mengangguk dan tersenyum lembut padaku.

"Oke," ujarku sambil duduk agak jauh dari mereka.

Aku memerhatikan mereka dari jauh. Sesekali mereka tertawa ditengah obrolan. Sepertinya semua berjalan dengan baik.

Tak lama, mereka berjalan ke arahku.

"Nanti Papa gandeng kamu ke altar ya," ujar Papa sambil mengusap kepalaku. "Anak gadis Papa udah besar ternyata."

Aku tersenyum lebar. "Oke!"

"Papa lega kamu menikah dengan pria baik seperti Jerome," ujarnya, lalu menepuk puncak kepalaku.

"Jerome," panggil Papa perlahan. "Jaga anak saya dengan baik."

Jerome mengangguk dan tersenyum. "Oke, Pa!"

Aku sedikit kaget, sejak kapan Jerome memanggil Papa dengan sebutan 'Papa' juga.

Papa terkekeh, lalu ia menepuk-nepuk pundak Jerome. "Papa pergi dulu ya, sampai ketemu lagi."

"Iya, Pa, sampai ketemu lagi," ujarku sambil memeluk Papa. Ia membalas pelukanku.

Ternyata, berada di pelukan Papa senyaman ini rasanya.

Aku tersenyum. Diam-diam bersyukur kepada Tuhan.

Lagi-lagi, doaku dijawab Tuhan. Di waktu yang tepat.

Memang benar, waktu Tuhan, rencanaNya itu yang terbaik.

"Tadi ngomongin soal apa?" tanyaku ke Jerome setelah Papa meninggalkan kafe.

"Banyak. Sekalian minta restu."

"Terus? Dikasih?"

"Menurut kamu?"

"Dikasih."

"Ya udah," jawab Jerome sambil menyentil jidatku. "Calon istriku banyak nanya!"

Lagi-lagi pipiku memanas karena kata 'calon istri' yang Jerome sebutkan. Duh, Jerome ini kocak, tapi kalau udah bucin, romantisnya parah!

Continue Reading

You'll Also Like

60.6K 6.4K 13
#Badmintonseries Dia adalah Gintingku 2018. Related to another athlete series ©2018, oneflowerisme
14.8K 2.2K 44
cerita ini menceritakan tentang seorang taruna akademi Kepolisian yang mencintai salah satu taruni di sana
17.8K 968 30
ON GOING..! Cast : Rizky Ridho Ramadhani (Ridho squad Timnas) : Salma (gadis yang dijodohkan oleh mama Ridho) : Silvy (pacar Rid...
30.4K 1.8K 31
》Selesai《 ___ Cast : Aldy Maldini (Namakamu) Wilkinson ___ Aldy Maldini mencari pacar yang tidak mengejarnya. Dalam artian dia ingin mencari perempua...