20:00 [✔]

De Lee_Wookyung

6.3K 1.2K 180

[SEDANG DALAM TAHAP REVISI] ❝ Jam delapan lo deketin peti kemas di pinggir taman itu, lo bakal ngalamin ya... Mais

[ a/n 0.1 ]
01 | m a l a m
02 | p e n g e n a l a n
03 | p e s a n
04 | l i h a t
05 | f a k t a
06 | d i m u l a i
07 | b e r h e n t i
08 | b e r s a t u
09 | t u n t a s
SECTION 2
11 | awal yang baru
12 | siswa baru
13 | rasa curiga
14 | diari
15 | pengantar
16 | bagian taehyun
17 | antara mereka
18 | pangeran
19 | pertemuan orang tua
20 | saksi
21 | sekian lama
22 | kunci
23 | peri imajinatif
24 | dongeng peri
25 | hari terakhir pertama
26 | pertengahan
27 | keputusan
28 | manajer
29 | ketahuan
30 | bintang lapangan
31 | voli
32 | instagram
33 | hari terakhir kedua
34 | makhluk lain
35 | mengambil buku
36 | perlihatkan
37 | kita bertemu
38 | ibu peri
39 | ibu peri (2)
40 | cermin mama
41 | datang lagi
42 | hilang
43 | labirin
44 | mama dan peri
45 | detik-detik
46 | selamat tinggal
47 | acara realita
48 | peraturan
49 | kompetisi
50 | pulang
51 | kenyataan
52 | bintang
53 | kisikan
54 | terakhir dari akhir
55 | abadi [end]
[ a/n 0.2 ]
[ ayo buka ]

10 | g e n g

153 28 1
De Lee_Wookyung

• 20:00 •

2018, pertengahan Februari















































































































Bunga scintilia kita mekar di bawah cahaya bintang

Gelak tawa dari lima sekawan di tengah petang itu makin menjadi, kala salah satu dari mereka melontarkan lelucon sekali lagi. Terlebih bagi cowok berambut kuning yang menyampirkan tas di pundak kanan, Choi Yeonjunㅡterbahak sampai wajahnya ikut merah.

"Tapi benar lho. Manusia kan, enggak bisa ketawa sambil kayang?" Cowok berambut ikal yang berjalan di tengah teman-temannya kembali menggoda, membuat empat lainnya tertawa kembali.

Taehyun menggeleng pelan, heran dengan tingkah laku si adik kecil di gengnya. Tatapannya kembali ke depan, menatap aneh pada peti kemas jauh di pojok taman. Sebenarnya tak ada apa-apa, jika saja benda logam itu tak bersinar terang kala cahaya oranye dari matahari tak tertuju pada benda itu.

Taehyun yang baru saja ingin membuka mulut langsung bungkam, lalu tergantikan perannya oleh Soobin, cowok yang kini berteriak menyuruh yang lain untuk berhenti.

"Hei, kalian liat itu?" seru Soobin setengah lantang.

Taehyun berhenti, balik menatap Soobin yang kini terlihat kegirangan. Tapi tak lama kemudian, ia menjawab, "Peti kemas bekas bangku-bangku angkatan kita kan? Kenapa?" ... meski tahu apa jawabannya.

"Kita ke sana, mau?"

Beomgyu ragu-ragu menatap Yeonjun. "Boleh, Jun?"

Cowok yang ditanya itu mengangkat alis, beralih menatap peti kemas yang tampak memancarkan cahaya tersebut. "Kalo gak ada yang larang ...."

"... kenapa enggak?"

Semua kembali tertawa dan mulai berlari ke ujung taman. Soobin yang sampai duluan langsung mengitari peti kemas itu, mencari pintu yang ada di sana.

"Woi, di sini!"

Semua langsung mendekat pada Soobin yang kini mencoba membuka pintu dengan tangan kosong, dan ... terbuka! Soobin dan yang lain langsung girang tak terkira.

Tanpa berlama lagi, mereka langsung masuk dan meneliti keadaan di dalam sana. Kesan pertama yang diambil mereka adalahㅡpanas dan pengap. Tentu saja, tak ada pendingin ruangan di sini. Apalagi tempat ini sudah tak dimasuki lagi sejak satu semester.

"Kayaknya gue ga bakal betah di sini. Balik aja." Yeonjun selaku ketua geng, memerintah. Dia benar-benar tak suka merasa kepanasan dan pengap seperti ini.

"Jangan! Gue bawa kipas portable kok."

"Berapa?"

"Lima."

"Buset, lo jualan apa gimana, Gyu? Tapi gak papa, yaudah sini."

Beomgyu dengan serta-merta mengeluarkan semua kipas portable-nya untuk dibagikan. Sekarang, semua tidak akan merasa pengap dan kepanasan.

Mereka menghabiskan waktu sangat lama di sana, sampai tak terasa bahwa jam sudah menunjukkan pukul delapan pas. Waktunya mereka untuk kembali pulang ke rumah masing-masing.

"Mau gak kalo tempat ini kita jadiin markas pribadi? Kan kita juga belom punya tempat rahasia pribadi, tuh?"

Yeonjun yang kembali menyampirkan tas di bahu mengangguk. "Boleh."

"Tapi bakal ketauan gak, sih? Lo semua mau dihukum cuma gara-gara tinggal di tempat ini?" Taehyun mencari detail dari sudut terkecil. Dia benar-benar tak mau dihukum hanya karena masalah konyol seperti ini.

"Lo takutan amat sih, Hyun? Gak bakal laah. Makanya, kunci terus dong pintunya. Orang juga ga bakal sekepo itu sampai mau masuk-masuk sini," balas Soobin yang membuat Taehyun langsung bungkam. "Jadi gimana?"

"Gue setuju."

"Gue juga."

Sekarang tinggal bagian Taehyun untuk menjawab. Semua tatapan tertuju padanya. "Ya ... terserah kalian aja."

"Okee berarti udah setuju semua, ya? Besok bawa barang-barang apa pun punya kalian, yang berguna buat ditaruh di sini. Deal?"

























































































































Bersama
Kita selamanya selamanya, kamu tahu

Di jam istirahat kali ini, Yeonjun dan yang lain kompak memutuskan untuk menghabiskan waktu di dalam peti kemas. Cowok berambut kuning yang tengah bosan itu menyapukan pandangan pada seisi ruangan, menatap teman-temannya yang sibuk sendiri.

"Heh, Soobin. Lo ngapain?"

Cowok itu menoleh, mengangkat bahu. "Lagi masang gas."

"Anjir buat apa?"

"Lo banyak tanya. Buat masaklah! Bosen banget di sini ga makan-makan. Mending sekalian pasang gasnya aja."

Lagi, Yeonjun terheran dengan niat Soobin. Tumben sekali cowok itu jadi rajin dan inisiatif seperti itu. Tapi, ia tak mau ambil pusing dan memilih untuk keluar dari peti kemas untuk mengambil ponselnya yang ada di laci.

"Mau ke mana, Jun?" Itu pertanyaan Taehyun.

"Ke kelas, ambil hape." Yeonjun menjawab sambil mengedikkan bahu.

Siang ini, langit sedang berselimut di balik awan tebal. Lapangan jadi gelap sekali dan tak banyak yang berniat keluar kelas. Di saat cuaca seperti ini lebih baik menghabiskan waktu di dalam ruangan sambil bercanda ria.

Cowok berambut kuning itu menyipit kala masuk ke gedung sekolah, menyesuaikan mata dengan cahaya yang masuk ke pupil.

Benar saja, kini para siswa-siswi banyak sekali berkumpul sambil duduk-duduk dan tertawa. Mereka tampak tak mengacuhkan Yeonjun yang baru datang dari luar. Yah, lagi pun siapa pula yang ingin diperhatikanㅡitu sama sekali bukan sosok Yeonjun.

"Heh, Choi Yeonjun!"

Seseorang memanggil, jadi ia berbalik badan dan menatap datar, bahkan terkesan sinis. "Apa lagi, Pak Junho?"

Pria yang dipanggil Pak Junho itu berkacak pinggang. "Kok kamu malah nanya? Ya, rambut kamu itu! Bapak udah bilang ilangin kan, kuning-kuningnya? Kenapa gak nurut kamu? Mau saya bawa ke BK sekalian?"

"Duh, Pak," Yeonjun melemaskan bahu, menatap ke atas sekilas. "Ini kalau saya ilangin ya gak bisa. Masa saya harus keramas seharian biar catnya luntur? Atau sekalian botak? Yaa gak bisa dongg."

Pak Junho menggeleng-geleng, heran sekali dengan perlakuan siswanya yang kurang ajar.

"Mending bapak nunggu aja ini cat rambut saya luntur sendiri. Gak akan saya cat lagi kok. Oke-oke?" Yeonjun tersenyum lebar, menunjukkan jarinya yang membentuk simbol 'oke'.

Belum ada sepuluh detik dia berkata begitu, ia langsung melangkahkan kaki untuk kembali berjalan ke kelas. Tak peduli dengan Pak Junho yang masih berteriak memanggil dari kejauhan.

"Brengsek."

Tangan cowok itu mengepal, menggosok matanya yang memerah dengan penuh emosi. "Kurang ajar. Dikira siapa juga yang mau punya rambut kuning aneh kayak gini?"

Yeonjun segera berlari menuju kelasnya di pojok lantai dua, mendiamkan beberapa teman lelakinya yang menyapa. Ia sama sekali tak mau menunjukkan mata merah itu pada siapa pun.

"Gila, gue mau dihukum cuma gara-gara ini?! Hell, gue cuma turutin kata-kata Almarhum ayahnya sebelum meninggal tahun lalu. "Gue cuma bisa berduka dengan cara ini."

Yeonjun berhenti dan mendongak menatap papan nama kelasnya. Ia heran, kenapa tulisan di sama jadi sangat buram sama sekali tak bisa terbaca. "Ck, idiot. Sekarang gue gak bisa baca." Itu umpatannya.

Dengan tergesa-gesa, Yeonjun berjalan masuk ke kelas dan berhenti tepat di depan bangkunya dan bangku Taehyun. Setelah mengeluarkan ponsel dan memasukkannya kembali ke kantung saku baju seragam.

DUAK!

Meja dan bangku milik Yeonjun seketika melayang dan jatuh dengan berhamburan. Semua orang yang ada di kelas itu langsung menyingkir sampai ke luar kelas. Beberapanya masih mengintip untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan si jagoan Choi Yeonjun.

"SIALAAAN!
























































































































Bisakah kamu mendengarnya? Suaraku mencarimu

"Wow keren banget lo, Kai! Ini udah keberapa kalinya lo menang kontes pidato bahasa inggris?" Beomgyu dengan wajah cerahnya langsung mendekat pada Kai yang baru masuk.

Taehyun tersenyum lebar. "Tiga kali berturut-turut seumur hidup."

"Anjay." Soobin melotot, ikut mendekat dan melihat piagam yang dipegang cowok berambut ikal itu. "Lo emang sahabat gue yang paling kece deh, gue salut!"

"Loh, Hyun? Lo mau ke mana anjir? Ini enemy kita masih nyerang!" celetuk Yeonjun yang kewalahan bermain PS ketika Taehyun malah beranjak meninggalkan stick-nya.

"Gue mau liat Kai dulu. Lo ga mau ikutan apa? Kai lagi bersuka cita sekarang, lho."

"Serius anjir, Taehyun!"

"Woi, Hyun!"

"KANG TAEHYUN!"

Terlambat. Tim Yeonjun-Taehyun sudah kalah telak oleh musuh mereka. Baru kali ini Yeonjun jadi kalah hanya karena kekonyolan partner-nya itu. Pasrah, akhirnya ialah yang berbalik dan menatap kegiatan teman-temannya.

Semua mengelu-elukan Kai, seakan cowok bernama lengkap Hueningkai itulah yang paling spesial. Bahkan, sosok Taehyun yang biasanya hanya diam ikut bangga dengan pencapaian Kai. Tapi, mengapa ia tak bisa merasakan aura kebahagiaan sama sekali?

"Guys, ga ada yang mau main sama gue?" Yeonjun masih berusaha berpikir positif.

"Taehyun, lo ga lanjut?" Tapi, Taehyun masih asyik tertawa bahagia bersama Kai.

"Soobin! Yo main sama gue! Mumpung kosong satu nih slot-nya!" Sama, Soobin masih asyik menatap piagam Kai yang terlihat bersinar di mata cowok itu.

Yeonjun mulai panik sembari menggigit bibir keringnya. "Gyu, lo gak mau ...?"

"Kok bisa?! Serius tadi lo duduk sama cewek cantik tadi?" Beomgyu memotong permintaan Yeonjun, karena ia sama sekali tak bisa mendengar suara Yeonjun yang teredam oleh suara mereka.

Kalian tahu? Ada konsekuensi jika kalian mendiamkan teman. Konsekuensi itu ... tidaklah ringanㅡah, tegantung dengan orang yang kau diamkan. Kalian akan dibalas didiamkan, atau bahkan ... tercampak.

Dan kali ini pun, salah satu dari mereka akan menerima konsekuensi itu.
























































































































Dengan kebencian, hatiku terasa berat

"Hai, semua! Kalian mau gue traktirㅡ"

"Balikin uang Yeonjun!" Beomgyu berseru tepat kala pintu dibuka oleh Kai.

Kai mengerjap bingung. "A-apaan?"

"Alaah, ga usah pura-pura bego lo, Kai! Oh, atau emang lo beneran bego? Terus yang menang kemarin itu nyogok?" tutur Soobin kasar.

"Lo gimana sih anjir. Dia aja masih harus nyuri. Gimana caranya nyogok?" bisik Taehyun. Soobin jadi garuk-garuk kepala yang tak gatal.

Kai mulai paham akan situasi yang terjadi, tapi ia mencoba untuk tetap menang. "Tunggu-tunggu. Jadi kalian nuduh gue nyuri uang Yeonjun?"

Cowok yang sejak tadi disebut-sebut namanya itu berjalan maju. "Iya. Bukan nuduh lagi, tapi emang kejadian kan? Siniin uang gue!"

"Uang apaan, sih? Gue aja ga tau Yeonjun nyimpen uang di mana. Lagian, apa motif gue nyuri? Ga guna!" Itu pembelaan dari Kai.

"Lo kan anak orang miskin!"

"Dari mananya?! Gue punya uang, ya, ga usah nuduh!" Kai hampir menangis sekarang. "Lo semua gue aduin ke BK, mau?"

"Dih main beka-bekaan. Lapor sonoh kalo berani!" cibir Yeonjun sembari memajukan bibir.

Kai melongo. "A-awas ya lo semua!" Cowok itu langsung menangis dan keluar lagi dari tempat itu. Dia bersumpah, tak akan memaafkan Yeonjun sampai kapan pun.

"Yah, pergi tuh." Taehyun melengos. "Lo beneran gak papa uang lo diambil sama dia, Jun."

Yeonjun menyeringai. "Gak apa-apa. Tapi, gimana kalo gue aja yang traktiran? Si curut caper malah pergi tuh."

Beomgyu menyipit curiga. "Traktiran? Bukannya uang lo habis di curi sama dia?"

Yeonjun mendadak membisu, panik harus menjawab apa. Duh, ketauan nih gue!

"Lha, gimana sih lo, Gyu? Yeonjun kan anak orang kaya? Udahlah, yok ke kantin aja."

Lalu, Yeonjun kembali lega dan tertawa menang.
























































































































Sedih, kembalikan aku di sisimu kembali

"Kai! Ambilin minum gue di laci meja!"

Baru saja cowok itu duduk dipojokkan, dan malah harus mengambilkan botol milik Yeonjun di laci meja televisi. Dengan malas-malasan, cowok itu menyerahkan botolnya pada si pemilik.

"Iniㅡlho, kok nempel di tangan gue?!"

Panik, cowok itu menyayun-ayunkan tangannya yang menempel di botol Yeonjun berkali-kali. Tetap saja, botol itu masih merekat erat di tangannya.

"Aduuh, kayaknya gue lupa deh. Tadi ada tugas prakarya, gue kerjain di sini. Eh kayaknya bekasnya masih basah, ya?"

"Choi Yeonjun gilaㅡ"

"Sini-sini deh, gue bantuin."

Kai langsung bungkam dan menyerahkan tangannya yang menempel dengan botol minum. Awalnya, Kai mengira Yeonjun akan baik sekali membantunya. Namun, tidak. Ini malah lebih psrah daripada tidak ditolong.

SREEK!

"AAARGH, YEONJUN!"

"HAHAHAHA, RASAIN! Lo mau-mau aja, sih dibantu gue!" Yeonjun masih saja cekikikan pada Kai yang masih menjerit frustasi melihat tangannya yang robek dan berdarah-darah.

Cepat-cepat Yeonjun berlari ke wastafel yang ada di peti kemas itu, mencuci lukanya sampai aliran darah itu terhenti. Tapi, sekasar apa pun Kai mencucinya, darah itu tidak bisa terhenti. Robekannya terlalu besar.

Kai menangis, merasakan perih di tangan dan hatinya.
























































































































Beomgyu melotot. Ia menjerit ketika mendengar cerita Kai soal rahasianya dengan Yeonjun. "Anjiran, serius lo?! Jadi, tuduhan sama luka lo iniㅡ"

"Gue dateng."

Beomgyu dan Kai langsung membeku. Perlahan keduanya menoleh pada sosok yang baru saja dibicarakan dengan takut-takut.

Seperti biasa, Yeonjun hanya membalas dengan tatapan tak acuh nan bengis.
























































































































Semua sudah tahu kebusukkan Yeonjun. Hanya Yeonjun sendiri yang tak tahu keempat temannya sudah tahu kebusukkannya. Jadi, setiap harinya semua jadi berperilaku aneh pada Yeonjun,

membuat cowok itu pada akhirnya tahu sendiri kalau ia sedang dijauhi secara terang-terangan.
























































































































"Anjir. Ini gimana ya, bikin gasnya bocor?"

Taehyun segera mengumpat di kolong meja, mendengar suatu suara yang mencurigakan. Dia tahu itu suara Soobin, tapi untuk apa dia mau membocorkan gas? Bukannya itu berbahaya?

Baru saja Taehyun akan berdiri untuk memastikan, Soobin sudah lebih dulu berdiri tepat di depan Taehyun.

"Kayaknya tadi ada yang dateng, tapi kok ga ada ya?"
























































































































Suara berisik di area taman membuat siapa pun pasti akan terusik. Namun, hari sudah malam. Tak akan ada siapa pun yang terusik jika saja geng top sekolah tak berkumpul di dalam peti kemas.

"Lo denger suara sesuatu gak?"

"Hahㅡeh, iya! Ada suara grasak-grusuk dari luar. Mau coba cek?"

Kai segera menghentikan kegiatannya agar tidak dicurigai.

"Eh, ga usah. Suaranya udah berhenti."

Kai lega. Akhirnya ia bisa melnjutkan kegiatannya lagi di sekitar peti kemas.

"Ooh, jadi yang ditungguin gak dateng-dateng tuh karena lagi siramin minyak...."

Mendadak, Kai bergidik hebat. Dirijen yang ada di tangannya langsung terjatuh dan minyak langsung menyebar ke mana-mana.

"FuㅡLO MAU BAKAR MARKAS KITA?!"

Tanpa gentar, cowok yang ditanyai itu langsung menatap Yeonjun tajam dan berseru, "Iya! Gue mau bakar kalian hidup-hidup, biar kalian ngerti gimana sengsaranya gue selama ini!"

Yeonjun menggeleng-geleng tak paham. "Gila lo, ya?" Lalu, ia menarik Kai untuk masuk ke peti kemas, menunjukkan kebusukan Kai di depan teman-temannya yang lain.

"Guys, liat ini! Kai yang kita tunggu-tunggu malah lagi nyiramin minyak di depan peti! Dia mau bakar kita hidup-hidup!"

Semua langsung terkesiap.

"Seriusan, anjir?!"

"Lo ada dendam sama kita?"

"Gila lo, Kai!"

Entah kenapa, nyali Kai langsung menciut ditanya seperti itu oleh sahabat-sahabatnya. Ia merasa ... bersalah? Atau ia memang tak punya nyali untuk membalas dendam?
























































































































Dengan perlahan, Soobin memundurkan diri sebelum yang lain sadar. Ia berjalan mundur menuju gas, lantas membocorkannya dan langsung mengeluarkan korek api di sakunya.

"Sama, Kai. Sama, gue juga ada dendam sama Yeonjun ..."

"... tapi maaf, kayaknya lo juga bakal ikut terbakar di sini."
























































































































PLAK!

"Puas lo bales dendamnya? Puas?!"

PLAK!

"Apa gue harus bunuh lo dulu sebelum gue terbunuh duluan?!"

PLAK!

"JAWAB, LO!"

Belum puas menampar Kai sebanyak tiga kali, Yeonjun masih mau mencekik leher Kai sampai badan si rambut ikal terangkat.

"Dasar pembunuhㅡ"
























































































































"YEONJUN! LARI! MARKAS KITA KEBAKAR!"
























































































































Panik, tak sengaja Yeonjun mencekik Kai sampai cowok itu kehabisan napas.

"Astaga."
























































































































Pintu mendadak tak bisa dibuka, juga dengan keadaan yang semakin memanas karena api cepat menjilat. Apalagi yang membuat lebih buruk? Ah, jangan lupakan tubuh Kai yang belum sejam kehilangan nyawa.
























































































































Semua terjadi begitu cepat, sampai ....

"Astaga, bau terbakar!"

"Di dalam sana ada orang?!"

"C-cepat bawa keluar orang di dalam sana!"

"Semua mayat ini ... siapa?"






























































































BERITA TERKINI!

.

Lima siswa di salah satu sekolah menengah atas ditemukan meninggal di dalam peti kemas yang terbakar.

Konon, ada kebocoran gas dan ceceran minyak yang membuat api tersulut.

Belum lagi dengan bahan peti kemas yang terbuat dari logam, membuat api semakin cepat menyambar.

Masih belum diketahui siapa lima siswa ini,
tapi yang pasti, ada salah satu siswa yang dikenali wajahnya karena memiliki luka bakar paling sedikit,

yang berinisial
HK




































































































20:00 SECTION 1
| END |



jadi, apa masih ada kelanjutan cerita setelah ini?

YES or NO

Continue lendo

Você também vai gostar

2.8K 154 35
[April 2020] Pahamilah perubahan sifatnya, layaknya cuaca yang mudah berubah-ubah. Sebab, dirinya pernah jatuh dan patah hati dalam kurun waktu yang...
19.1M 1.8M 51
Sudah terbit, buku bisa dibeli di shopee. INGAT BELI YANG ORI!! [Follow akun ini dulu, bro. Anda senang, aku juga. Simbiosis mutualisme] Tuhan, mana...
251K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
399 57 3
"Sama kamu vibesnya bahagia banget, tapi semesta cuma ngizinin sebentar!" Amora tau, ini semua hanyalah imajinasi yang ia buat. Ia tanpa sadar mencip...