πŸ†ƒπŸ…°πŸ…ΌπŸ…°πŸ†ƒ Sangat Membenci Me...

By iu3a17

130K 6.9K 1.2K

[WARNING: TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR C... More

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Curhatan Mimin Selama Menerjemahkan
Introduction
Chapter I Katanya Semakin Membenci Sesuatu, Semakin Sulit untuk Menghindar
Chapter II Perang Dimulai
Chapter III Keduanya Memanas
Chapter IV Cara untuk Membalas
Chapter V Menyaksikan Sendiri
Chapter VI Seseorang yang Sok Kuat
Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha
Chapter VIII Perubahan Sudut Pandang
Chapter IX Di Waktu Malam
Chapter X Perasaan yang Menuntun
Chapter XI Dibawah Guyuran Air Dingin
Chapter XII Mati Akibat Ucapan
Chapter XIII Di Tengah Situasi Buruk
Chapter XIV Perasaan yang Terucap
Chapter XV Menelan Kata-Katanya Sendiri
Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup
Chapter XVII Kedua Kalinya Telah Dimulai
Chapter XVIII Mulut yang Berkata Tidak...
Chapter XIX ...Tapi Setiap Waktu Selalu Selesai
Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?
Chapter XXI Beginikah Teman?
Chapter XXII Aku Tidak Akan Berbaikan!
Chapter XXIII Status Hubungan
Chapter XXV TTM Bukan Pacar, Tidak Berhak Bertindak Posesif
Chapter XXVI Berhenti Di Tempat yang Sama
Chapter XXVII Tiba Pada Titik Memutuskan Hubungan
Chapter XXVIII Menyalahkan
Chapter XXIX Ketika Type Telah Memiliki Status Hubungan
Chapter XXX Pulang ke Rumah
Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka
Chapter XXXII Cara Berpikir Pria Buruk Itu
Chapter XXXIII Seseorang yang Egois
Chapter XXXIV Ulang Tahun Bersama Seseorang di Masa Lalu
Chapter XXXV Tidak Terlihat akan Dicampakkan
Chapter XXXVI Harga untuk Menahan Sebuah Kenyataan
Chapter XXXVII Ketika Dia Meminta Putus
Chapter XXXVIII Cerita Kala itu
Chapter XXXIX Sungguh, Seseorang yang Lebih Tinggi
Chapter XL Milikku!
Chapter XLI Huft, Dia Benar-benar Jahat
Chapter XLII Menghimpun Tentara, Jangan Gila...
Chapter XLIII Rasanya Benci, Bagaimanapun Juga, Aku Mencintainya
Chapter XLIV Di Atas Panggung
Chapter XLV Bercinta di Malam Hari
Chapter XLVI Kebahagiaan Ini Akankah Berlanjut ?
Chapter XLVII Di Belakang Cintanya
Chapter XLVIII Ketika Sang Mantan Kembali
Chapter XLIX Tolong, Kembalilah
Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar
Chapter LI Mantan VS Pacar
Chapter LII Karena Cinta, Sehingga Takut
Chapter LIII Penyebab Berjanji
Chapter LIV Penyebab Sebenarnya
Chapter LV Kebenaran Di Bawah Dusta
Chapter LVI Investasi yang Tidak Terbayarkan
Chapter LVII Menghancurkan Topeng
Chapter LVIII Pernyataan yang Tidak Sesuai Harapan
Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es
Chapter LX Pertarungan Panas di Lautan antara Mertua dengan Menantu
[END]Chapter XLI Akhir Pertempuran Tak Terduga

Chapter XXIV Saat Memutar Sumbu yang Hampir Terlepas

2K 113 31
By iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Belakangan ini, kalian terlihat benar-benar dekat"

"Hanya perasaanmu saja"

"Tidak, tidak, tidak. Ini bukan perasaanku saja. Aku melihatnya sendiri, kalian sudah makan bersama selama beberapa hari ini"

Bagi mereka yang memiliki jadwal padat, sekelompok mahasiswa jelas merasa sepakat untuk membiarkan makan sarapan yang penting bagi tubuh agar bisa langsung masuk ke kelas dengan tepat waktu. Hanya saja, bagi seseorang yang tidak begitu tertarik dengan pendidikannya, apalagi sering berhenti bermain bola, kemudian melihat teman dekatnya duduk bersama seseorang yang beberapa hari lalu ekspresi wajahnya terlihat begitu dingin seperti sebongkah es, tentunya dia tidak tahan untuk menyapa mereka.

Tapi kawan baiknya hanya mengatakan bahwa itu hanya pemikirannya saja, tentu itu bukan hanya pemikirannya.

Karena beberapa beberapa hari lalu, dia tahu bahwa Type terlihat murung akan sesuatu, tapi selama beberapa hari ini anak itu cepat kembali ke asrama, sedangkan setiap diminta makan malam bersama dia tidak mau pergi bersamanya, bahkan mengatakan bahwa dia akan makan sendiri.

Rasanya tidak mungkin, makan bersama teman tentu lebih menyangkan daripada sendiri. Kecuali dia sudah punya teman makan yang tidak terlihat.

Dan temannya itu...Tharn

"Kenapa, No?"

"Emm, bagaimana bisa kamu makan bersama Type lagi?"

Techno hanya menanyakan ini, meskipun sebenarnya dia tidak ingin begitu berurusan dengan urusan sahabatannya. Tapi dia tidak bisa untuk tidak mencemaskan Sang Drummer itu. Belakangan ini, dia tahu suasana hati sahabatnya sering naik turun seperti wanita yang baru masuk jadwal menstruasinya. Kadang memang bagus saat bersama , tapi kadang juga buruk. Dia menatap kasihan pada Tharn, apalagi harus bisa menerima suasana hatinya yang mirip iblis itu.

"Bukan begitu. Aku yang mampir makan ke sini sebelum berangkat ke kampus."

Tharn menjawab sambil tersenyum tipis, hanya saja Techno masih belum bisa menepis kecurigaannya, caranya berbisik ini seperti pembantu yang sedang bergosip sambil melirik kanan-kiri, memastikan tidak ada yang mendengar pertanyaannya, lalu menanyakan ini dengan suara yang sangat pelan.

"Oh, jadi sekarang kamu sudah tidak membenci gay lagi, bukankah begitu?"

"..."

Kali ini anak yang sedang membayar minumannya menaikkan pandangan tajamnya untuk menatap Techno, seketika rasa dingin menjalar di seluruh punggungnya, langsung saja dia mengembangkan senyuman canggung padanya, lalu bicara;

"Kamu tidak perlu menjawabku, aku sudah tahu jawabanmu"

"Aku benci... Tapi aku tidak membenci Tharn"

"Hm?"

Wajah Techno langsung berubah kosong saat menatap sahabatnya. Bagaimanapun juga, anak itu menyebutkan dengan sederhana jawabannya, sedangkan Tharn yang sedang menarik mi di sebelahnya, langsung memutar kepala untuk menatap si penjawab. Tingkah mereka berdua benar-benar membuat Type jengkel;

"Kalau aku membencinya, bagaimana bisa aku tinggal satu ruangan dengannya."

"Bukankah dulu kamu membencinya, dan kamu terlihat juga tidak suka bersamanya?"

Type memutar matanya, dan langsung menjawab;

"No, tetap tinggal bersama dan tidak suka itu kata yang berbeda"

"Kalau begitu, berarti sekarang bisa tinggal bersamanya"

Techno mengulang ucapannya, seolah tidak bisa percaya dengan pendengarannya. Karena beberapa bulan yang lalu, dia yakin sama sekali tidak pernah mendengar kalimat seperti itu keluar dari mulutnya. Selama bersamanya dalam waktu dekat, dia bahkan masih berpikir bahwa kawannya ini tidak tertarik apalagi mengatakan bisa tinggal bersama.

"Hari ini, kamu cukup ikut campur, No"

"Bukankah aku sendiri yang sedang terkejut di sini... Katakan padaku Tharn, apa yang kalian sembunyikan dariku"

Karena tidak bisa bertanya pada kawannya, jadi Techno merubah target untuk mendapatkan jawaban mudahnya. Tapi Thara hanya mengangkat alis ke arah pria di sebelahnya... Setelah itu dia hanya tersenyum lebih lebar.

Senyuman mereka sialan terlihat aneh, seperti... Merasa bahagia

Saat melihat senyuman itu, Techno sekarang mulai tersadar, otaknya langsung bekerja terburu-buru. Mengolah seluruh suasana yang masih abu-abu ini, sampai matanya memicing saat menatap sahabatnya setelah itu beralih menatap kawan seruangannya. Tapi, sebelum Techno bisa menyimpulkan seluruhnya, Type sudah mendorong kepalanya, setelah itu menggeleng kepala dan bicara;

"Aku tidak sedang menindas Tharn dan bersikap baik padanya, lalu kenapa kamu berpikir terlalu berlebihan begitu"

"Rasanya ini penting"

Jika masalah lain Techno tidak akan berusaha untuk ikut campur, tapi masalah kali ini bukan sesuatu yang bisa dilewatkannya begitu saja. Di saat seperti ini, Tharn yang dari tadi tidak mengatakan apapun menunduk untuk melihat jamnya, setelah itu dia berdiri sebelum pada akhirnya dia mengemasi piring bekas kwetiau milik Type dan menumpuk mangkuk mi-nya sekaligus, lalu mengambil dua gelas sisa minuman mereka ke dalam nampannya. Kemudian bicara;

"Aku pergi dulu, akan terlambat"

"Em pergilah, kemarin hampir terlambat juga sekitar jam segini 'kan"

"Itu karena salahmu"

Setelah berbicara Thara pergi meletakkan piring kotor, kemudian berjalan keluar dari kantin. Di tempatnya, seseorang menatap pemandangan yang sangat janggal ini dengan membuka mulutnya, lalu bertanya;

"Kenapa kamu membuat Tharn terlambat?"

Si pendengar hanya berpaling, sama sekali tidak memperlihatkan sesuatu yang mencurigakan, hanya mengatakan...

"Suara alarm ponselnya menyebalkan, jadi kumatikan, makanya Tharn tidak bangun tepat waktu... Cuma begitu"

Jika Tuan Thiwat mengatakan semua ini untuk merubah kepercayaan si pendengar, jelas dia salah. Karena Techno tahu betul bahwa kawannya yang satu ini, bukan orang yang akan mengacaukan barang pribadi milik orang lain sampai seperti itu.

Ketika masa pertandingan olahraga, mereka harus mempersiapkan diri dan bermalam bersama di ruangan sama, karena mereka memiliki satu warna kelompok yang sama. Tiba-tiba saja, suara ponsel terdengar keras, entah milik siapa di dalam ruangan. Type melemparkan bantalnya pada sang pemilik ponsel, kemudian memarahi orang itu agar segera mematikan ponselnya, lalu pergi keluar ruangan untuk mandi. Meskipun begitu, dia bukanlah tipe orang yang ingin tahu ataupun dibingungkan dengan urusan orang lain. Hanya saja, saat dia mengatakan mematikan ponsel Tharn, rasanya orang itu telah benar-benar memiliki hubungan dekat dengannya...

Ini

Keduanya jelas terlihat *mencurigakan[1], jangan sampai tertangkap basah saat aku masih mengikuti kisahnya.

"Aku bertanya serius, kamu benarkah baik-baik saja berhubungan dengan gay?"

"Aku sudah meyakinkan melalui ucapanku sebelumnya 'kan. Tidak baik-baik saja. Aku hanya bisa bersama dengan Tharn"

Thiwat hanya menjawab dengan suaranya yang berat setelah itu terkekeh saat melihat wajah kawan baiknya. Techno sudah berubah pucat pasi seperti melihat hantu saat menatapnya. Karena bagaimanapun, Techno tidak sanggup melihat ekspresi wajah licik yang diperlihatkan olehnya. Benar-benar jahat, seolah menyimpulkan dengan pasti bahwa Type tidak akan memberitahu sahabatnya ini.

Alasan kenapa Tharn sampai terlambat, karena malamnya dia dan pria itu bercinta, sehingga pada akhirnya tidur di tempat tidur yang sama. Ditambah, posisinya tidur berada di dekat meja jepang, dimana ponsel Tharn diletakkan. Ketika suara terdengar, dengan cepat tangannya terangkat untuk mematikan alarm, bukan hanya itu saja, dia bahkan melempar ponsel begitu saja ke tengah meja, sama sekali tidak takut menjatuhkan iPhone keluaran terbaru itu...

Cuma begitu

"Aku hanya ingin tahu seperti seekor kerbau, tentu tidak akan berusaha untuk menyalahkanmu. Dari awal aku sudah membantumu sampai menjadi seperti ini..."

"Hei teman, kalian mau bolos kuliah ya?"

Sebelum Type bisa merespon ucapan, suara seseorang terdengar sehingga membuat keduanya berpaling untuk melihat ke arah suara. Setelah itu terlihat sosok mantan atlit Muay Thai yang berjalan ke arah mereka, sikapnya sangat santai seolah ingin bolos kuliah. Dia bahkan duduk dengan baik dengan suasana hati yang bahagia. Sampai kedua pria yang sedang berdiskusi segera menutup pembicaraan sampai di sini...

"Kamu?"

"Malas, kuota di tempatku masih kosong"

Ketika Champ berbicara begitu, Techno langsung menuduk untuk melihat ke arah jam.

"Kalau begitu aku ikut, pergi sekarang bisa kena marah dosen"

Ketika mengatakan ini, Type berdiri sendiri dari tempat duduknya kemudian bicara;

"Meskipun kuotanya penuh aku tidak ikut, lebih baik masuk kelas meskipun harus di umpat dosen"

Sebelum Type sempat pergi Champ buru-buru menghentikan;

"Hei, hei, Hei. Tunggu. Siang ini kamu kosong 'kan? Pergi makan bersama ya, di rumah makan belakang kampus yang baru buka. Katanya makanan di sana enak"

Type memutar kepalanya, kemudian dia mengangguk setuju. Selama beberapa hari ini, dia sering kembali lebih cepat, karena dia sendiri memang lebih suka bersama teman sekamarnya. Selama itu pula, Type yang telah setuju membuka hatinya mulai bisa menilai lebih pria itu, hasilnya terkadang dia menemukan masalah untuk berbicara saat bersama dengannya.

Memang benar kata teman membuatnya tidak nyaman dan terasa menjengkelkan, sedangkan kata 'TTM' cukup membuat Thiwat lebih tenang untuk bisa bergerak sedikit bebas ketika dia pergi menemukan yang lain meskipun hanya sekali.

"Em, masuk kelas dulu. Setelah selesai akan kuhubungi"

Type menjawab untuk pergi ke kelas sendiri, membiarkan dua orang yang duduk melanjutkan pembicaraan.

"Bagus, rencanaku sukses"

"Rencana? Rencana apa?"

Sebelum Techno berdiri dari duduknya untuk membeli makanan, temannya yang memiliki tubuh berisi itu mengatakan kalimatnya, cukup untuk membuatnya tertarik. Langsung saja pria itu mengembangkan senyumnya, kemudian bicara;

"Sebenarnya, temanku akan datang dan ingin bertemu dengan Type"

"Hm? Apa itu, dimana, katakan dengan jelas"

Techno yang mendengar ini langsung bertanya, kemudian duduk mendekat ke arah pria yang sedang tersenyum di hadapannya, setelah itu dia menjelaskan dengan seringaian di wajah;

"Sebelum ini, aku tidak sengaja bertemu dengan Type di Pusat Perbelanjaan saat bersama teman-temanku. Dia tertarik padanya, jadi dia memintaku untuk mengenalkannya. Dia bilang, kalau aku mau melakukannya. Dia akan mentraktirku. Pekerjaan ini menganggumkan bukan..."

"Tunggu, tunggu, tunggu. Temanmu ini pria atau wanita?"

Techno langsung mengatakan ini, karena menurut pengalamannya menjadi teman Type selama bertahun-tahun... Banyak sekali pria yang ingin dekat dengan Type.

"Wanita. Untuk apa mengajak pria untuk bertemu dan pada akhirnya berkencan dengannya. Oh iya, bukankah Type membenci gay, memang dia mau bersama gay"

"Haah~ benar, jangan mengatakan ucapanmu itu di depannya. Kalau kamu tidak ingin di tendang habis-habisan dengannya. Dia itu pria sejati. Aku sendiri yang meragukan"

Techno dengan cepat mengatakan kalimatnya, meskipun saat menyebutkan 'pria sejati' entah kenapa terdengar lebih lirih dari kata lainnya, bagaimanapun juga dia teringat kejadian antara sahabatnya dengan Tharn beberapa saat lalu, tapi saat Type mengatakan padanya dengan jelas bahwa mereka tidak punya hubungan tertentu, dia hanya perlu percaya bahwa tidak ada apa-apa di antara mereka. Pada akhirnya dia tersenyum lebar.

"Em, bagus juga. Kenalkan wanita itu agar Type tahu. Sialan ternyata kali ini masalah Type ya. Membiarkannya menjadi sehat dan hangat bukanlah sesuatu yang buruk"

Seandainya saja Tharn mendengarkan ucapannya ini, ekspresi wajah dingin yang dilihatnya terakhir kali, bisa dipastikan tiba-tiba akan berubah menjadi pembunuh.

***

"Hei gaes, ini Pufai dan Mai. Mereka temanku di SMA"

Thiwat sama sekali tidak sadar dengan ini, dia hanya mengikuti di belakang kedua temannya untuk masuk ke dalam restoran. Ekspresi wajahnya biasa saja dengan tas penuh buku kuliah di punggungnya. Dia bisa melihat kedua wanita itu sudah duduk di meja, sehingga Champ berjalan lebih dulu untuk memperkenalkan mereka. Setelah itu, mereka semua mulai duduk secara bersama-sama.

Cantik

Itu adalah pemikiran orang yang melihat kedua gadis yang memiliki gaya berbeda. Gadis bernama Pufai berkulit putih, agak mirip dengan orang cina, dia mengenakan riasan tipis diwajahnya. Membuatnya terlihat imut dan menarik. Karena tubuhnya kurus, lengkuk tubuhnya tidak terlalu di perlihatkan saat memakai seragam. Sedangkan wanita bernama Mai, terlihat lebih cerdas duduk di sebelahnya. Dia mengenakan seragam yang ketat, jelas sekali memperlihatkan bentuk tubuhnya, bahkan ukuran pinggangnya cukup sedang.

Meskipun Pufai terlihat malu-malu, tapi memiliki kesan patuh dan berani.

"Yang ini, Type dan Techno"

"Kalian mengambil fakultas yang sama dengan Champ 'kan?"

Saat gadis berwajah pintar itu bertanya, kedua pria yang duduk mengangguk.

"Type dan Champ mengambil mata kuliah yang hampir sama, sedangkan kami semua bergabung dalam mata kuliah umum yang melibatkan pelatihan dan olahraga." Techno memberitahu.

"Memang apa bedanya?"

Champ menjelaskan;

"Perbedaannya saat lulus nanti, aku dan Type akan menyandang gelar *ilmu pasti[2], sedangkan No akan menyandang gelar ilmu *seni liberal[2]."

"Sepertinya harus belajar ilmu pasti lebih banyak ya"

"Benar, kami terlambat padahal sudah sekuat tenaga datang"

Techno langsung menimpali seolah dia yang baru saja ikut kuliah. Setelah itu dia memulai mengajukan pertanyaan sama seperti saat mereka bertanya tentang jurusan yang diambil, hanya saja topik itu menjadi tidak begitu menarik karena ternyata keduanya tidak kuliah di tempat yang sama. Sampai dia merasa tidak benar menganggap aneh pertemuan yang tidak disangka seperti itu.

"Oh, benar-benar hebat. Kami ini memang temannya Champ, tapi di posisi yang berbeda. Kami bukan seseorang yang bisa belajar di ilmu pasti, tidak bisa mengerjakan soal ilmu pasti"

Pufai berbicara pada seseorang yang langsung mengambil *udang mentah cabai[3] di atas meja, pria itu duduk berseberangan dengannya. Saat mendengarnya berbicara Type mendongak untuk memperhatikan ucapannya kemudian memberikan senyumannya, setelah itu menggelengkan kepala;

"Orang yang hanya belajar ilmu turunan dari ilmu pasti tidak bisa dibilang hebat. Kalau kamu ingin bertemu yang benar-benar hebat, kamu harus bertemu dengan teman-teman Team... Dia kawanku, dari fakultas MIPA."

Saat menimpali ucapan gadis di hadapannya Type tersenyum, sedangkan sang gadis membalas dengan tersenyum tipis kemudian mengangkat piring udang mentah cabai ke sisinya.

"Cukup terkenal untuk diketahui bahwa mempelajari ilmu pasti itu berarti pintar, meskipun aku tidak mempelajari ilmu pasti, ini sama seperti mengetahui...bahwa Type menyukai udang mentah cabai 'kan?"

Caranya bertanya membuat para pendengar tertawa.

"Aku juga suka, apalagi udang mentah yang dihisap lebih dulu, rasanya enak"

"Oh, kalau di tempatku banyak yang suka, aku jarang menemui seseorang yang bisa memakannya"

Merasa langsung mendapatkan respon baik, si pendengar mulai memperlihatkan senyuman yang lebih lebar.

"Ini makanan kesukaan ayahku. Cukup menganggumkan seorang gadis sepertimu bisa menikmati udang mentah cabai sepertinya"

Type terlihat ingin segera memakan makanannya, tentu saja makanan pertama yang disajikan baru udang mentah, jadi dia menyendokkan penuh saus cabai dengan sebuah sebuah udang metah di atasnya, kemudian menambahkan potongan bawang dan langsung memasukkan ke dalam mulutnya.

"He~eh, memang tidak pedas Type"

Gadis muda itu bertanya saat melihatnya makan, membuat Techno memajukan wajahnya seolah mendapatkan hadiah dan menjawab;

"Dia ini berasal dari wilayah selatan, dia bilang saat ibunya membuat *Khanom Chin[3], beliau menambahkan segenggam cabai"

Type langsung melambaikan tangannya sambil menelan udangnya, sebelum pada akhirnya bicara;

"Bukan segenggam"

Orang lain pikir ucapan Techno ini melebih-lebihkan, tapi setelahnya anak itu meluruskan;

"Kamu pernah melihat se-baskom cabai yang di campur bihun, begitulah cara ibuku membuat Khanom Chin dengan memasukkan semua bihun ke dalam baskom penuh cabai"

Beberapa orang yang mendengar berteriak tertahan dan terheran-heran, bagaimanapun juga, mereka membayangkan betapa pedihnya mulut memakan makanan seperti itu. Tapi Pufai terlihat berbeda, dia terlihat begitu tertarik dengan ceritanya.

"Rasanya ingin mencoba, apa kamu punya resepnya?"

"Hei, rasa pedasnya bisa membuat orang mati 'kan"

Mai berbicara sambil memperlihatkan wajahnya yang terlihat tidak tertarik, membuat orang yang mendengar tertawa.

"Hei, bukan masalah. Memakan makanan pedas bisa mengeluarkan keringat, bisa mengurangi berat badan tanpa harus pergi ke sauna 'kan."

"Em, kamu makan sendiri!"

Saat kawannya mengatakan begitu, sang gadis berparas imut memutar kepalanya dan mengembangkan senyumannya, berbicara dengan penuh antusias;

"Aku suka memasak, kalau bisa, ingin bertanya lebih jauh untuk meminta resep laksa yang berasal dari wilayah selatan, seperti *Kaeng tai pla[5] . Keluargaku suka sekali, tapi tidak bisa membuatnya."

Saat gadis itu mengatakan demikian, pria yang mendengar sekarang terlihat menautkan alisnya karena melihat untuk sekelebat sebuah pesan Line masuk, jelas dia tidak tertarik untuk membuka. Meskipun hanya sekelebat, dia tahu... Itu Tharn

"Ayolah, apa akun Line mu?"

Setelah itu, merekapun mulai bertukar akun Line.

***

"Pufai, aku yakin tidak selembut yang terlihat"

Setelah berpisah dengan kedua gadis itu, ketiga pria itu sekarang berjalan kembali ke asrama. Hanya Techno yang menaiki motornya perlahan dari universitas. Dia yang membuka pembicaraan, anak itu masih saja membahas makan bersama yang direncanakan oleh Sang mantan atlit Muay Thai, sampai membuat Type tersenyum, kemudian bicara;

"Aku tahu"

"Hei Noo, lihat wajah Type yang memerah. Sialan, jelas wajah tertarik itu"

Champ berbicara dengan wajah tersenyum memperlihatkan jajaran giginya, membuat orang yang mendengar tertawa.

"Hei, aku ini sedang bersikap percaya diri"

"Menurutku, Type cukup yakin. Setelah pembicaraan itu, Pufai langsung berubah duduk di sebelahnya, awalnya berbicara masalah makanan khas wilayah selatan. Tapi setelahnya, aku sempat mendengar ada pertanyaan, sudah punya pacar atau belum"

Techno bicara dengan gaya yang menggoda. Karena jika terjadi padanya, diapun akan merasa cukup percaya diri apabila ada seorang gadis terlihat tertarik padanya. Hanya saja, Pufai ternyata terlihat cukup cakap dalam berbicara dengan orang lain, sedangkan wanita lain lebih memilih untuk tidak terlalu memperlihatkan.

"Jadi bagaimana menurutmu? Apa temanku cukup oke untukmu?"

Champ sekarang seperti seseorang yang berada di sisi temannya, saat mendengarkan pendapat itu.

Type menjawab dengan wajah sedikit memerah;

"Sangat imut"

Wanita sama sekali tidak terlihat berbahaya bagi Type, wajahnya juga benar-benar terlihat imut. Penampilannya sangat menggoda, bisa dibilang seseorang yang berani di ajak kencan tanpa merasa malu. Sedangkan tingkah lakunya seolah menggambarkan ingin menyenangkan orang lain. Dia sadar kenyataan ini saat menunggunya bertanya. Rasanya ingin memiliki hubungan yang tumbuh menjadi lebih jauh. Perasaan ini rasanya benar-benar lebih baik, karena wanita merupakan seseorang yang bisa di lindungi dan membuatnya menjadi lebih rajin.

"Kalau begini, temanku ada harapan"

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya ada harapan atau tidak. Kamu memang bukan temanku...Seharusnya kamu mengatakan, dia sudah punya pacar atau belum?"

"Tentu saja mendukungmu. Hei, dia baru saja putus"

Champ mengatakan dengan sikap percaya diri, membiarkan orang yang mendengar cukup puas mendengarnya.

Secara alami, pria memang seharusnya tertarik pada wanita, seharusnya bisa cukup bersenang-senang saat bersamanya.

***

Tapi, kenapa aku merasa bersalah.

Baru saja sampai ke dalam ruang asrama. Thiwat masih sedikit menautkan alisnya saat melihat seorang pria yang sedang membaca buku, berselonjor santai di atas tempat tidur. Pria itu menyapanya dengan mengembangkan senyuman, hampir saja dia mengangkat tangan untuk menyentuh dadanya tanpa mengerti perasaan yang sedang mengganggunya ini.

Kenapa begini?

"Apa kamu sudah makan? Aku menanyakan lewat LINE tapi tidak mendapat balasan. Aku sudah membelikanmu kotak makan siang dari Seven, kusimpan di kulkas...yang *tumis babi pedas[6] 'kan"

"Kenapa kamu tahu kalau aku suka memakannya?"

"Menurutku itu makanan yang paling pedas."

Thara meresponnya seolah itu pengetahuan yang sudah umum diketahui olehnya, bagaimanapun juga, pria ini baru saja berbicara pada wanita lain tentang hal yang sama, dia hanya tidak mengerti bagaimana bisa mereka menyelidiki sampai sejauh itu, sehingga dia meneruskan bertanya;

"Bagaimana kamu tahu kalau aku suka makanan pedas?"

"Kamu menambahkan banyak sekali sambal pada kwetiau 'kan?"

Dari pada menjawab pertanyaan, Sang Drummer malah mengajukan pertanyaan sampai si pendengar terdiam, kemudian dia meneruskan;

"Makanan yang terlihat jernih langsung berubah menjadi merah mendidih. Aku tidak perlu membuat orang lain mengatakan bahwa kamu suka makanan pedas"

Saat Tharn menjawab pertanyaan seperti ini, sekarang Type mulai bertanya;

"Bagaimana denganmu?"

"Aku, memang kenapa?"

Pertanyaan ini membuat pria yang sedang membaca bukunya menaikkan pandangan, kemudian mengangkat kedua ujung bibir di wajahnya lalu menjawab;

"Mau tahu tentangku?"

Si pendengar merasa sebenarnya pertanyaan itu tidak ingin diketahui jawabannya, tapi entah kenapa dia tetap mengangguk, tentu saja melihat sikapnya pria itu langsung tersenyum lebih lebar... Senyumannya benar-benar terlihat lebih cerah dari sebelumnya, terlihat begitu menarik hati. Itu sama sekali tidak mirip dengan senyuman bisnis untuk menggoda seseorang.

"Aku bisa makan, tapi tidak banyak, tidak juga bisa memakan sebanyak yang bisa kamu makan. Aku memang suka Sprite, tapi tidak setiap hari diminum sampai gula darah bisa naik. Aku suka telur ceplok, tapi harus setengah matang. Saat memakan roti bakar, aku hanya menggunakan selai, bukan mentega. Masakan barat lebih kusukai daripada masakan Thai, Spaghetti makanan kesukaanku..."

"Bukankah aku hanya bertanya kamu bisa makan makanan pedas atau tidak, dasar brengsek"

Type tidak menunggu penjelasan masakan apa yang Tharn sukai, dan segera mengakhiri pembicaraan dengan sikap yang bosan. Segera saja dia melemparkan tasnya ke atas tempat tidur, kemudian mengambil alat mandinya. Melihat tingkahnya yang kikuk itu membuat Tharn terkekeh.

"Aku sudah makan, tapi kalau merasa tidak menghormati, meski sudah malam aku akan makan lagi"

Type segera melangkah keluar dari ruangan. Setelah berjalan sejenak dia berhenti.

Ini karena tawanya terlihat begitu bagus...

Tapi kenapa rasa sakit begitu terasa di dalam hatiku.

Aku bukan kekasihnya.

Aku punya orang lain, ceritaku sendiri.

***

Saat ini Type sedang bermain ponselnya. Tharn melirik ke arah tempat tidur di sebelah tempat tidurnya, anak itu terlihat sedang sibuk mengetik seperti sedang berbincang dengan seseorang, bukan salahnya menemukan kejanggalan ini. Bagaimanapun juga, sebelum ini orang yang tinggal di sebelah tempat tidurnya tidak pernah berbincang dengan seseorang sampai seperti itu.

Alat komunikasinya sering diacuhkan. Di letakkan di sembarang tempat. Sama sekali tidak diperdulikan. Seandainya di telpon, dia terlihat tidak ingin menerima telponnya. Tapi sekarang... Baru mendengar suara sedikit, dia akan berlari untuk melihat.

Dengan siapa dia berbicara?

Tharn mengerutkan dahinya, dia memang ingin tahu, tapi tidak ingin berdebat. Karena situasi diantara dirinya dengan anak itu baru saja meningkat lebih baik dari sebelumnya.

***

Di pagi hari, mereka akan makan bersama setelah itu berpisah, sedangkan sorenya terkadang mereka pergi untuk membelikan makan di depan universitas bersama-sama, tapi terkadang anak itu sering memilih untuk makan bersama temannya, dan saat kembali ke ruangan suasana di antara keduanya menjadi semakin dekat dari sebelumnya.

Type sama sekali tidak pernah menolak setiap dia ingin mendekapnya, karena anak itu selalu menyambutnya dengan baik, dan dia merasa mulai tidak banyak mempermasalahkan apapun, karena setelah pulang bekerja dia akan tidur bersama dengan kekasih hatinya.

Saat saling bersama, mereka semakin mengenal satu sama lain. Type baru tahu bahwa Tharn merupakan anak tengah dari tiga bersaudara, sedangkan Type sendiri merupakan anak tunggal. Type mulai tahu seperti apa Tharn, sedangkan Tharn mulai memperhatikan apa yang dibencinya, hubungan mereka benar-benar telah berkembang menjadi begitu dekat, sampai dia kadang memakai baju Tharn, sedangkan Tharn mencuci baju di keranjang baju yang sama dengannya.

Jika hubungan mereka hanya sekedar teman biasa jelas, Type tidak ingin bajunya menjadi satu dengan orang lain. Apalagi jika mereka hanya teman, dia bahkan tidak mau memakai baju yang sama dengannya. Karena bagaimanapun, dia sempat membencinya bahkan hanya untuk menyentuh bajunya, seolah baju itu dapat menularkan penyakit. Tetapi sekarang, dia sering menggabungkan baju miliknya, dengan melemparkan baju itu ke dalam keranjang baju Tharn. Sehingga semua baju itu menjadi tanggung jawab Thara untuk di cuci dan dikeringkan.

Meskipun Tharn tidak ingin berdebat, bahkan tahu bahwa hubungan mereka berjalan dengan baik, Tharn pada akhirnya memanggil saat Type sedang sibuk dengan ponselnya;

"Type"

"Ada apa?"

Type merespon dengan sikap yang penuh resiko, karena matanya sama sekali tidak berpaling dari layar ponsel;

"Besok jumat, pacar Phi Jet memintaku untuk datang ke restoran."

"Hm? Apa kamu akan bermain?"

Type langsung meletakkan ponselnya, kemudian menatap pria itu dengan bersungguh-sungguh. Tharn mengangguk untuk mengiyakan;

"Em, membantunya di restoran seperti sebelumnya, benar-benar, mungkin dalam beberapa hari ke depan aku akan sering pergi restoran untuk membantu"

Thara berbicara sambil tersenyum karena dia sedang memikirkan ucapan Phi Jet;

"Undang juga anak berkulit gelap itu, aku akan membantumu"

Tharn tersenyum karena memikirkan bantuan yang tidak terduga, apalagi saat mendengar ucapan Type yang seperti tertarik. Dia merasa anak itu sedang memberinya harapan, dan setelahnya, pria itu memang setuju;

"Menarik, menurutku Phi Jet pasti akan terus menceritakan banyak hal padaku, bukankah begitu?"

"Memang apa yang diceritakan?"

"Kamu adalah Dewa"

Orang yang mendengar hanya segera menggelengkan kepala;

"Itu cuma bualan, aku hanya manusia biasa yang menyukai musik"

Saat mengatakannya Tharn memperlihatkan sisinya yang menarik, anak itupun mengangguk untuk menyetujui;

"Em, kalau begitu aku akan pergi. Bukankah belakang ini Phi Jet menanyakan tentang pembetukan grup band baru. Membantu senior seperti ini lumayan memberikan pemasukan uang 'kan?"

Pertanyaan ini membuat Tharn menghela nafas panjang, karena sekarang dia memiliki band baru, hanya saja kurang pemain bass handal, sedangkan meminta pemain lama bukanlah sesuatu yang memungkinkan, karena kawan lamannya ini yang telah memarahi dan menghajarnya habis-habisan saat itu.

"Hampir jadi, tapi masih harus banyak berlatih bersama"

Tharn meyakinkan dengan tersenyum.

"Baiklah, besok jumat 'kan"

"Em, aku tidak akan melewatkannya"

Type berbicara begini, sambil memasukkan ponsel ke dalam tasnya. Kemudian bertanya pada Tharn ingin makan apa pagi ini, seluruh tindak-tanduknya membuat Thara yakin, anak itu tidak ingin ditanyai selama ini dia berbicara dengan siapa melalui ponselnya.

***

"Hei Tharn..."

Tharn yang baru selesai mengikuti kuliah siang, bersiap pergi ke arah kantin fakultas untuk mencari makanan kecil sebelum ke ruang latihan musik, sedangkan sahabat baiknya sudah pulang lebih dulu karena game terbaru baru saja keluar, jadi dia meninggalkan Thara sendiri untuk berlatih di ruang latihan. Di saat seperti ini, terdengar suara yang dikenal memanggilnya, membuatnya berpaling, kemudian bicara;

"No, kenapa kemari?"

"Senior menyuruhku mengantarkan dokumen ini. Dimana ruangan ini?"

Techno segera menjawab, kemudian memperlihatkan alamat yang tertempel di depan amplop dokumen.

"Akan kuantar, aku mau beli minuman dulu"

Saat mengatakan, Tharn buru-buru membeli minuman. Setelah itu segera kembali untuk menuju teman yang sudah menunggunya, lalu bertanya;

"Jadi, kenapa kamu yang mengantar?"

"Em, aku juga tidak tahu. Aku sedang main di ruangan himpunan mahasiswa, karena ruangannya besar, tiba-tiba saja senior datang dengan membawa dokumen dan mengatakan "Sialan, jangan cuma numpang tidur di ruangan ber AC, pergi bekerjalah juga". Jadi aku berada di sini, begitulah yang terjadi. Kamu sudah selesai kuliah?"

Saat Techno berbicara, si pendengar tersenyum. Karena dia sering mendengar keluhan Type tentang temannya yang satu ini. Hubungannya dengan manusia lain cukup bagus, malah menurutnya memang benar-benar bagus.

Melihatnya seperti ini, dia sekarang tahu kenapa Techno bisa mengenal setiap orang hampir di seluruh fakultas. Selama setahun ini, tidak tahu sudah berapa banyak orang yang di ajak mengobrol begini bersamanya. Tidak perlu menyebutkan dia membangun pertemanan demi mendapatkan posisi kapten tim sepak bola ke depannya, menurut Tharn anak itu memang suka membangun persahabatan. Bahkan caranya berkomunikasi terlihat lebih antusias daripada ketua himpunannya sekalipun.

"Sudah selesai, tapi mau berlatih di ruang latihan"

"Ruang latihan, Hei! Aku ingin melihatmu bermain drum. Bisakah aku melihat?"

"Baiklah"

Tharn berbicara sambil mendaki tangga untuk pergi lantai atas gedung, setelah itu membantu Techno mengantarkan dokumen sebelum kembali ke ruang latihan spesial yang sudah di pesan sebelumnya. Karena melihat beberapa peralatan musik seperti drum dan lain-lain di setiap ruangan, Techno yang mengikuti dari belakang terlihat kagum dan sangat tertarik, dia hampir menempelkan wajah di pintu kaca untuk melihat setiap mahasiswa yang sedang berlatih di ruang latihan lainnya.

"Keren, di sini ada berapa ruang latihan. Rasanya kok tidak banyak, bagaimana cara bergantian memakai ruang latihan untuk seluruh mahasiswa dalam satu fakultas?"

"Ada sekitar ratusan, hampir seluruh gedung ada ruangan seperti ini. Untuk lantai ini ada 50 ruangan"

"Kalau tidak salah, biaya kuliahnya kurang lebih sama dengan mereka yang belajar di fakultas *kedokteran[7] 'kan?"

"Lebih murah kok dari mereka yang belajar di luar negeri"

Techno sekarang masuk ke salah satu ruang latihan, di dalamnya terdapat satu set drum. Tharn langsung menempatkan tas di ujung ruangan, bertindak biasa duduk di atas dibelakang peralatan drum dan tertawa saat mendengar Techno membandingkan biaya kuliah fakultasnya dengan anak kedokteran, yang tentu saja dia tidak pernah memikirkan sekeras itu saat memilih masuk jurusan ini.

"Bagaimanapun juga, masuk ke dalam reputasi biaya fakultas yang sangat mahal"

Techno bicara sambil bersandar di tembok, lalu bertanya;

"Kamu pasti bisa memainkan lagu-lagi Season Change 'kan, aku akan menyebutkan judul lagunya, sedangkan kamu memainkannya"

"Cobalah"

Thara hanya mengatakan ini, membiarkan orang yang mendengar terdengar bahagia.

"Bermain benda keramat"

Soal pertama sudah di ucapkan, Tharn langsung memulai bermain, suara drum yang ditabuh langsung bergema memenuhi ruangan.

"Lahir hanya untuk saling mencintai"

Meskipun bermain kurang dari 30 menit, tantangan baru akan di mulai, tapi Thara sama sekali tidak terlihat sulit saat merubah musik yang diminta.

"Raksasa mengejar monster"

Suara irama drum menggema di seluruh penjuru ruangan yang sempit disertai dengan hentakan berat dan dentaman yang berurutan, membuat Techno berteriak kegirangan untuk menyebutkan judul lagu selanjutnya;

"LAGIIII... Gairah di *Jalan Sua Pa[8]!"

Jika berpikir bahwa Thara akan kalah, tentu salah. Karena Tharn hanya perlu waktu beberapa detik untuk merubah posisi tangannya, keahliannya benar-benar gila saat mendapatkan tantangan dari kawannya ini. Setiap judul lagu mulai disebut, nada yang keluar hampir tidak mungkin membuat seseorang yang bermain bisa mengikuti sesuai ucapannya

Tung!

"KAMU BENAR-BENAR HEBAT, SIALAN BENAR-BENAR DEWA!!!!"

Techno langsung berteriak, membuat Sang Drummer tertawa melihat tingkahnya.

"Untung saja aku sering mendengarkan lagu Big Ass, aku juga sering memainkannya"

Tharn masih bersikap rendah hati saat berbicara, membuat si pengunjung ini merasa begitu riang sampai ingin menari dan hampir ingin merebut stik drum, tapi pada akhirnya dia meminta untuk diajari bermain. Padahal baru saja dia mengeluhkan kemampuannya yang buruk dalam berlatih chord gitar yang diberikan padanya.

"Type benar-benar sialan, sama sekali tidak pernah mengatakan bahwa kamu sehebat ini. Kalau tahu begini, aku pasti sudah lama akan jadi pengikutmu. Lebih baik lupakan si brengsek itu, sekarang dia sedang sibuk mengejar seorang gadis, sama sekali tidak tahu..."

Benarkah ini!

Setelah kalimat itu di sebut, Tharn yang berniat memberikan stik drum untuk membiarkan kawannya mencoba, menjatuhkan stik itu di atas piringan besi. Tapi rasanya Techno tidak sadar telah mengatakannya sampai pria itu mendongak tajam untuk menatapnya.

"Ada apa?"

"Baru saja kamu menyebutkan, Type sedang mengejar... seorang gadis"

"Eem, aku tidak, aku tidak mengatakan, aku tidak mengatakannya, kamu salah dengar. Bermain drum bisa membuat pendengaran tidak baik"

Techno langsung menghentikan dirinya melangkah, bagaimanapun juga sikapnya yang sangat mencurigakan membuat pandangan mata pria itu berkilat. Kedua tangannya sekarang mencengkram bahu Techno, dengan suara yang dalam dia bicara;

"Ceritakan padaku... tolonglah"

Kalimat terakhir yang didengar membuat Techno hampir mengangkat tangan untuk meninju kepalanya sendiri, tapi dia hanya menyentuh kedua pelipis kepalanya.

Aku tahu, Tharn berada di sisi Type, ditambah lagi aku selalu terseret ke dalam masalah karena terlalu banyak bicara.

"No, kumohon"

Techno tidak bisa melakukan apapun selain menceritakan semua yang diketahuinya meskipun dalam cerita tidak melibatkan diri sendiri. Saat mendengarnya berbicara, tangan Sang Drummer telah berubah pucat karena terlalu erat menggenggam stik drumnya.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis: M.A.M.E.

Thai-Indonesia: iu3a

*[1] อะไรในกอไผ่ secara harfiah artinya terdapat sesuatu di belukar bambu. Maksudnya terasa mencurigakan, atau tidak normal. Ekspresi kalimat yang asli 'ไม่มีอะไรในกอไผ่': Tidak terdapat sesuatu di belukar bambu, kata tidak 'ไม่มี' untuk menyangkal sesuatu yang mencurigakan/diragukan. Mimin langsung menggunakan maknanya.

*[2] Mimin sempat ragu untuk mengganti arti yang dimaksud Champ dengan ilmu pasti dan ilmu seni liberal. Yang Mimin tahu dari fakultas olahraga di Indonesia itu ada 2 jurusan, yang satu menyandang gelar .Spd(Jadi guru) dan yang satu jadi S.Or(Penelitian olahraga). Mungkin Type dan Champ ambil yang S.Or, sedangkan Techno ambil yang .Spd? Maybe. Karena ragu sama jurusan di Thai ini, Mimin tetap menggunakan arti secara tertulis ya gaes. No offense bagi anak olahraga yang kesasar baca di tempat ini.

*[3] กุ้งแช่น้ำปลาตรง(gûng-châe-nám-bplaa-dtà-rong): Gung Che Num Pa, atau Udang mentah cabai. Udang segar di marinasi dengan kecap ikan(biar asin) di masukin ke kulkas sebentar, untuk sausnya ada perasan jeruk lemon, cabai, bawang dan ditaburi daun mint[cari di google]. Mungkin fungsinya agar udangnya nggak amis. Dilihat dari gambarnya, sama sekali tidak menggunggah selera ('ヘ`;)Mimin nggak doyan ikan mentah ditambah ada pare di sana.

*[4] ขนมจีน : Khanom Chin, Laksa Thailand berkuah pedas berwarna merah yang dimakan bersama dengan bihun, dan terkadang dicampur dengan bakso ikan/ikan yang sudah dibersihkan tulang dan kepala tinggal papan dagingnya saja. Mimin menemukan gambaran yang dimaksud Type, mungkin begini:

Walaupun sepertinya, dibawah ini sama-sama merah tapi terlihat lebih manusiawi:

*[5] แกงไตปลา(gaeng dtai bplaa): Gaeng Tai Pla atau Laksa jeroan ikan yang diasinkan. Resep legendaris masakan ini memang berasal dari kalangan komunitas nelayan di bagian selatan Thailand. Resep ini ada untuk memanfaatkan jeroan ikan yang biasanya di buang. Bentuknya begini, mirip kotok/kotokan/otok-otok(beda daerah beda nama sesuaikan saja) pindang salem di Indonesia, bedanya ini pakai rempah kare, perasan jeruk lemon dan kemangi serta petai cina(melanding)sebagai pelengkap[ada yang pakai pete asli juga], kalau melihat cara buat rasanya agak asam wangi gitu untuk menutupi amis jeroan ikan, biasa dicampur pakai ikan asin dan dimakan dengan pendamping nasi hangat;

*[6] กะเพราขี้เมาหมู (-prao-kêe-mao mŏomŏo): Babi tumis pedas ada paket makan siangnya di 7-11, bentuknya seperti ini:

*[7] พวกอินเตอร์(pûakin-dtêr): Grup inter (arti secara harfiah), Mimin memikirkan internis (dokter penyakit dalam) alias kuliah kedokteran. Arti disesuaikan ya gaes.

*[8] เสือป่า(sĕua-bpàa): Sueapa atau Sua pa merupakan nama jalan dan perempatan yang ada di kota bangkok.


Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 698 29
Penulis : ShiShi Penerjemah Inggris : @Rosy0513 Penerjemah Bahasa : @Miss_Recca_Hanabishi Sinopsis : Adalah BeiTang MinQian, seorang supermodel kelas...
3.9M 42.3K 33
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
957K 88.7K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...