Rheanna (On going)

By Au_thorsecret

163 72 9

Rheanna margretha, perempuan yang yakin sahabatnya akan kembali. Padahal ia mengetahui jika sahabatnya itu su... More

(Nul)
(één)
(Twee)
(Vijf)
(Zes)
(Zeven)
(Acht)
(Negen)

(Vier)

13 8 1
By Au_thorsecret

"Aku tadi dijahili oleh teman kelasku. Kau kan pahlawanku, tolong bantu aku sahabatku..."

"Kau sahabatku selamanya..."

"Kau tidak akan meninggalkan aku kan?"

"Tidak akan, tidak akan pernah, dan tidak akan mau meninggalkanmu"

"Promise"

"Promise..."

"Hah...hah...mimpi apa itu?. Anak kecil?, mengapa aku jadi seperti ini sih?. Baiklah besok aku akan pergi ke psikiater. Aku bisa gila jika seperti ini terus"pikir Barend.

Barend pun memejamkan matanya kembali.

"Rheanna margretha...tunggu aku"

"Kau jahat, aku tidak mau bersamamu"

"Rheanna aku minta maaf"

"Pergilah"

"Rheanna...."

"Rheanna..."teriak Barend.

Barend beranjak dari sofa dengan nafas yang terengah-engah. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Dan menghubungi seseorang.

"Halo directeur"

"..."

"Baik directeur"

"Terima kasih Merel"

"Sama-sama directeur"

Tut...

"Ada apa denganku?"pikir Barend.

Tok...tok...

"Permisi meneer, ini saya Rheanna"ucap Rheanna dari balik pintu.

"Masuklah"suruh Barend dari dalam.

Rheanna membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan milik Barend. Barend memperhatikan Rheanna dengan penuh ketelitian. Mungkin saja ia dapat mengingat sesuatu tentang Rheanna.

"Ada apa meneer memanggil saya?"tanya Rheanna penasaran.

"Hmm, saya ingin bertanya padamu"jawab Barend.

"Tanyakan saja meneer"ucap Rheanna.

"Tidak, ah maksud saya tidak seperti ini, duduklah mungkin ini dapat membuang waktumu sedikit"ucap Barend, mempersilahkan Rheanna untuk duduk disebelahnya.

Rheanna duduk disofa, disebelah Barend.

"Apakah kau mengenal saya sebelumnya?"tanya Barend penasaran.

"Bukankah meneer sudah mendengar jawaban dari saya tadi pagi. Saya tidak mengenal meneer, sama sekali tidak meneer"jelas Rheanna, membuat Barend menghembuskan nafasnya lelah.

" Apa ada masalah meneer?"tanya Rheanna, menoleh ke Barend.

"Ah tidak-tidak, saya hanya bertanya"jawab Barend cepat.

Rheanna menganggukkan kepalanya mengerti. Barend memperhatikan Rheanna yang ia rasa tidak asing dengan lesung pipi dipipi kanan Rheanna.

"Rheanna"panggil Barend.

Rheanna membalas tatapan Barend.
"Iya meneer"balas Rheanna.

"Apakah kau pernah..."

Barend menggantung ucapannya. Membuat Rheanna mengangkat kedua alisnya Penasaran.

"Apakah kau pernah berciuman?"tanya Barend akhirnya.

"Eh mengapa meneer menanyakan itu?"bukannya menjawab, Rheanna malah bertanya balik.

"Maaf mungkin itu privasimu, tidak perlu dijaw..."

"Pernah meneer"jawab Rheanna, menyela ucapan Barend.

Barend pun terkejut dengan jawaban Rheanna. 'Ternyata hanya wajahnya saja yang terlihat polos'bathin Barend.

"Pernah?"tanya Barend.

"Iya meneer, tetapi ciuman itu dia berikan pada saya sebelum dia meninggalkan saya meneer"jawab Rheanna, menatap kosong lantai yang dingin.

Flashback on.

"Rheanna aku akan pergi ke-Westland sekarang"ucap Defras, menggenggam kedua tangan Rheanna.

"Apakah kau yakin ingin meninggalkanku?"tanya Rheanna.

"Aku harus berkata yakin meskipun hatiku tidak. Kau harus mengerti keadaanku Rheanna. Aku hanya memberi ini untukmu, simpan dan jagalah untukku"ucap Defras, memberikan gantungan kayu berbentuk kursi taman.

"Mengapa kau memberikanku ini?"tanya Rheanna.

"Karena kursi taman ini adalah sebuah tanda jika kita sering ke taman dekat rumah kita. Dan agar kita berdua tidak dapat melupakan kebersamaan kita Rheanna"jelas Defras.

"Aku mengerti Defras, aku akan selalu mengingatmu kapan pun itu"ucap Rheanna.

Defras menerbitkan senyumannya mendengar ucapan dari Rheanna. Defras mengikis jarak dengan sahabatnya itu. Ia menangkup kedua pipi Rheanna. Defras memejamkan matanya lalu mencium bibir ranum Rheanna. Rheanna membelalakan matanya ketika Defras menciumnya secara mendadak.

Defras menjauhkan wajahnya dari Rheanna setelah puas mencium sahabat yang ia cintai itu.

"Dan tolong ingat rasa ini"ucap Defras sebelum ia benar-benar pergi.

Rheanna mengembangkan senyumnya ketika jari mungilnya menyentuh bibirnya. Tetapi senyuman itu pun luntur ketika melihat Defras sudah masuk ke dalam mobil.

Flashback off.

Barend tidak mendengarkan Rheanna yang sedang berbicara. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri. 'Apa aku harus melakukan ini?. Ya, aku harus melakukan ini'pikir Barend.

"Rheanna saya minta maaf"ucap Barend tiba-tiba.

Rheanna mengernyitkan dahinya bingung.
"Apa yang meneer kat..."

Cup.

Belum sempat Rheanna menyelesaikan ucapannya. Barend mencium bibir ranum Rheanna. Rheanna terperangah dengan wajah tampan Barend. Wajah baby face, bibir tebal merah alami, hidung mancung, rahang kokoh, mata biru yang tajam bak elang.

'Aku seperti mengenal mata biru ini. Tetapi siapa, oh Tuhan mengapa aku bisa  melupakan lelaki setampann ini?'bathin Rheanna.

Rheanna sadar dari lamunannya tentang Barend. Sedangkan Barend masih meneliti wajah cantik Rheanna secara rinci.

Plak.

Rheanna beranjak dari duduknya, lalu menghapus jejak bibir Barend dibibirnya  dengan kasar.

"Saya memang orang miskin meneer, tetapi saya memiliki harga diri. Tidak semudah itu meneer dapat menyentuh saya. Meneer memanggil saya kesini hanya untuk melakukan itu pada saya. Hehe, meneer lebih baik cari perempuan lain untuk diperlakukan seperti tadi..."

"Bukan itu maksud saya Rheanna"ucap Barend menyela ucapan Rheanna.

"Lalu maksud meneer apa?. Sudahlah meneer, saya akan memberi surat pengunduran diri nanti"ucap Rheanna ketus.

Barend menahan tangan Rheanna yang hendak memegang handle pintu.
"Rheanna dengarkan saya dul..."

Rheanna melepaskan cekalan Barend dengan kasar.
"Saya minta maaf atas kelancangan saya. Saya sudah menampar meneer. Saya permisi meneer"ucap Rheanna sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu.

"Shit...shit...shit"umpat Barend berkali-kali. "Arrggh mengapa menjadi seperti ini"teriak Barend.  Ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

♣♣♣♣♣

"Rheanna mengapa kau menangis disini?"tanya Merel yang datang bersama Senna.

"Iya Rheanna, apa kau ada masalah?. Ceritakan saja pada kami, siapa tahu kita dapat membantumu"ucap Senna cemas.

Rheanna menurunkan kedua tangannya dari wajahnya, lalu memberikan kedua temannya senyuman.

"Aku menangis?, haha kalian berdua ini. Mana mungkin aku menangis, aku hanya mengantuk karena udara siang ini sangat sejuk"jelas Rheanna, membuat kedua temannya tersenyum lega.

Senna dan Merel duduk disebelah kanan dan kiri Rheanna.

"Kau benar Rheanna, udara dihalaman kantor itu sangat menyegarkan"ucap Senna, bersandar disandaran kursi taman.

"Tetapi mata dan hidungmu merah Rheanna. Apa kau sungguh tidak apa-apa?"tanya Merel, memperhatikan wajah Rheanna.

"Tidak Merel"jawab Rheanna. "Aku hanya ingin bertanya pada kalian"lanjutnya.

"Apa?"tanya Senna dan Merel bersamaan.

"Kalian ini kompak sekali ya. Baiklah, serendah apa aku dimata kalian?"tanya Rheanna memberanikan diri.

Senna dan Merel pun tercengang dengan pertanyaan teman lugu-nya yang satu ini.

"Mengapa kau menanyakan itu Rheanna?. Kau ini tidak rendahan meskipun rendah hati"jawab Senna dengan nada sedikit kesal.

"Benar apa yang dikatakan oleh Senna. Kau ini tidak rendahan, dan kau bukan tipe seperti itu"jawab Merel. "Tetapi beritahu pada kami, mengapa kau bertanya seperti itu?"tanyanya.

"Huft...Merel kau tahukan jika tadi aku dipanggil oleh meneer Barend?"tanya Rheanna.

"Ya aku tahu, kan aku yang disuruh memanggilmu"jawab Merel.

"Dan aku dicium oleh meneer Barend saat itu"ucap Rheanna yang mampu membuat kedua temannya membelalakan matanya.

"Mengapa dia melakukan itu padamu?"tanya Merel tidak percaya.

"Bagaimana itu dapat terjadi?. Apa mungkin dia menyukaimu Rheanna?"tanya Senna penasaran.

Rheanna menceritakan semua apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu diruangan sang direktur. Senna dan Merel pun merasa terkejut dengan apa yang diceritakan Rheanna.

"Lalu kau mau keluar karena itu?"tanya Senna dibalas anggukkan oleh Rheanna.

"Bagaimana dengan kita berdua, pasti kita sangat merindukanmu nanti"ucap Merel dengan nada sedihnya.

"Kalian berdua tidak perlu khawatir, kita harus sering-sering berkumpul jika ada waktu luang"ucap Rheanna menenangkan.

"Itu pasti Rheanna"ucap Senna.

Merel pun mengangguk mengiyakan perkataan Senna.

"Ah iya aku hampir lupa"ucap Rheanna mengambil sesuatu dari saku bajunya. "Ini surat pengunduran diriku, tolong berikan pada meneer Barend ya Rel"lanjut Rheanna, memberikan amplop putih pada Merel.

"Aku yang memberinya pada directeur?"tanya Merel terkejut.

"Iya, jika kau tidak mau biarkan Senna yang memberikannya"jawab Rheanna ketus.

"Baiklah aku yang akan memberikannya nanti. Ah iya kalian tidak makan siang?. Ini sudah hampir habis waktunya"ucap Merel.

Senna melirik jam tangannya.
"Benar hampir habis. Rheanna ayo kita makan siang bersama-sama, biarkan Merel yang mentraktir kita berdua"ucap Senna.

Rheanna terkekeh melihat Merel mengerucutkan bibirnya.
"Huft...aku yang akan mentraktir makan siang kalian berdua kali ini. Itu juga karena Rheanna akan keluar dari kantor ini"ucap Merel.

"Hehe terima kasih Merelku sayang"ucap Senna meledek Merel.

"Iya-iya, ayo Rheanna"ucap Merel, menggenggam tangan temannya itu.

Rheanna, Senna, dan Merel pun melenggang pergi menuju kedai makanan yang berada di dekat kantor untuk sekedar mengisi perut mereka.

♣♣♣♣♣

Tok...tok...

"Permisi directeur"ucap Merel dari balik pintu.

"Masuk"suruh Barend dari dalam.

Merel pun masuk dengan anggunnya mendekati meja atasannya itu. Ia menaruh sebuah amplop berwarna putih di hadapan Barend.

"Apa ini?"tanya Barend bingung.

"I-ini surat dari Rheanna directeur. Eh maaf,  maksud saya surat pengunduran diri dari Rheanna directeur"jawab Merel.

"Pengunduran diri?"gumam Barend, memandangi amplop putih dihadapannya itu.

'Ucapan perempuan itu tidak main-main'pikir Barend.

"Apakah kau teman dekatnya Rheanna?"tanya Barend.

Merel menganggukkan kepalanya.
"Iya directeur"jawab Merel.

"Apa dia menceritakan apa yang sudah terjadi antara saya dengan dia?"tanya Barend menginterogasi.

Lagi-lagi Merel menganggukkan kepalanya memberi jawaban iya pada Barend.

"Huft.. karena kau sudah tahu. Saya minta tolong jaga rahasia ini. Hanya saya, Rheanna dan kau yang tahu. Karena kejadian ini bukan seperti yang kamu pikirkan"ucap Barend frustasi.

Barend menyandarkan tubuhnya ke kursi kebesarannya. Ia mengadahkan wajahnya dengan kedua tangan yang menutupi wajah tampannya.

"Baik directeur saya akan menjaga mulut saya. Tetapi karena teman Rheanna bukan saya sendiri, Senna pun sudah tahu tentang rahasia ini"ucap Merel dengan hati-hati.

"Suruh temanmu menutup mulutnya. Dan kau boleh pergi"suruh Barend dengan kedua matanya yang dipejamkan.

"Tetapi directeur"ucap Merel.

Barend membuka matanya dan menaikkan sebelah alisnya penasaran dengan kelanjutan ucapan karyawannya itu.

"Rheanna sepertinya menangis setelah directeur menciumnya dengan tiba-tiba. Ia berpikir jika dirinya sangat rendah. Saya harap directeur dapat bersikap bertanggung jawab atas apa yang telah directeur lakukan. Baiklah saya permisi directeur"ucap Merel, lalu melenggang pergi.

Barend sangat tertohok dengan apa yang dikatakan oleh Merel. "Apa yang harus aku lakukan?"gumam Barend, memijat pangkal hidungnya lelah.

♣♣♣♣♣

"Rheanna kau sudah pulang?"tanya Rein, ketika melihat Rheanna yang sedang menyiram tanaman yang berada di depan rumahnya.

"I-iya, aku baru saja pulang"jawab Rheanna gugup.

"Ini baru pukul 5 sore. Biasanya kau pulang dua jam lagi?"tanya Rein yang baru saja pulang dari kantornya.

"Aku hanya merasa kelelahan saja. Jadi, aku izin untuk pulang lebih awal"jelas Rheanna beralibi.

Barend menghampiri Rheanna. Ia langsung menyentuh kening dan pipi Rheanna.
"Kau sakit?, apa mau aku antar ke rumah sakit?"tanya Rein panik.

"Tidak, tidak perlu. Kau ini lebay sekali, aku hanya lelah, beristirahat pun lelahnya akan hilang"jelas Rheanna.

Barend menganggukkan kepalanya, tanda ia mengerti. Rheanna menaruh selangnya ketika sudah selesai menyiram.

"Kau juga tumben sekali, pukul 5 sudah pulang?"tanya Rheanna.

"Kata siapa aku sudah pulang. Aku harus lembur dikantor. Pekerjaanku akan sangat banyak mulai hari ini hingga dua minggu ke depan. Jadi sekarang, aku ingin mengambil dokumen yang tertinggal"jelas Rein.

"Hmm seperti itu ya. Jika seperti itu, pergilah nanti kau terlambat"ucap Rheanna.

Rein pun tersenyum.
"Aku CEO nya, mana mungkin ada yang berani memarahiku Rheanna, kau ini"ucap Rein.

"Ahaha iya aku lupa"ucap Rheanna dengan tawa renyahnya.

"Baiklah aku akan mengambil dokumenku dahulu. Aku selalu lupa apa yang akan aku lakukan ketika sudah bersamamu, hehe"goda Rein terkekeh.

Rheanna mendorong dada bidang Rein.
"Kau ini, sudah sana pergilah"ucap Rheanna.

"Aish kau mengusirku ya?. Ah baiklah aku pergi. Jaga dirimu baik-baik, jangan lupa makan dan istirahat yang cukup"ucap Rein, mengusap kepala Rheanna.

Rein melenggang pergi, sedangkan Rheanna tersenyum senang merasa diperhatikan. 'Ternyata masih ada yang mau memperhatikanku...'bathin Rheanna.

"Andai saja Rein itu Defras"lirih Rheanna.

Rheanna pun melangkahkan kakinya menuju pintu. Ia hendak memegang handle pintu jika tidak ada yang memanggilnya dari belakang.

"Rheanna tunggu"panggil...

To be continued.


Vote⭐+comment+share ya:)
Jangan lupa kasih dukungannya, vote⭐
Dank u😘
Kalau mau kenal author follow ig:@Reka_andraini.
Follow akun wp author juga.

11/07/2020



Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 157K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
850K 12K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.1M 42.6K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.1M 214K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...