Devandra

By delajahenulis

720 188 19

[ON GOING] Karena sosok sepertimu, memang pantas untuk ku perjuangkan. More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
16
17
18
19
Nb
20

15

20 4 0
By delajahenulis

Aku kembali ke rumah. Dengan rasa senang tak seperti biasanya. Rasa kesal yang sebelumnya mendominasi mood ku, berubah jadi bahagia. Entah apa yang kurasakan kali ini. Yang jelas, aku menyukainya. Aku senang, Deva bela belain datang ke rumah, hanya untuk memberi penjelasan tentang kejadian tadi di sekolah. Tapi, aku juga merasa sedikit bersalah, karena dia harus meninggalkan adiknya sendirian demi untuk menemuiku.

Ku yakin, kepribadian Deva benar benar berbanding terbalik dengan first impression ku tentangnya sebelumnya. Penampilannya memang sedikit kacau, tapi jiwanya, sangat berbeda. Aku memejamkan mataku. Pikiranku melayang. Sambil terbang ke alam mimpi dengan tenang.

***

Yesss!!! Senang sekali rasanya!!! Akhirnya untuk pertama kalinya selama kurang lebih aku hidup di dunia, aku menjadi yang pertama mandi di kamar mandi. Lebih dahulu daripada Kak Revan. Yeay! Aku bahkan masih sempat menyanyi di dalam kamar mandi. Rasanya dunia hari ini lebih indah dan menyenangkan dari biasanya. Tapi, aku bangun sepagi ini, itu karena Keyla salah pencet nomor, sehingga menelpon ku. Tapi tak apa, berkat Keyla, aku bisa pamer karena mandi duluan pada Kak Revan.

Dorr dorr dorr!!!

"Buruan Cha! Gue kasih kelonggaran, karena kasian sama lo, gak pernah mandi duluan." Ujar Kak Revan dari luar kamar mandi. Aku keluar dari kamar mandi. Senyam senyum seolah tengah memenangkan tiket lotre.

"Hai. Seger banget ya udah mandi. Apalagi mandi duluan. Hmmm...enakkk." Ujarku.

"Dih, orang masih baru pertama kali keduluan elo."

"Biarin. Syirik wlee!"

"Btw, bentar lagi, gue masih mau beli bulpoint sama tipe x di toko depan gang kompleks. Gak papa ya, lamaan dikit."

"Hm, gue kayaknya gak bareng Kak Revan deh."

"Kenapa? Lo mau naek angkot? Jangan jangan lo udah pacaran sama abang angkotnya???"

"Seenaknya aja lo ngomong. Gak lah. Gue...bentar lagi di jemput."

"Sama? Abang angkot? Atau Abang kernet?"

"Ihhh. Bukannn. Sama Deva. Gue bentar lagi di jemput Deva."

"Kan. Gue udah ngira kalian bakalan jadian."

"Jadian jadian apaan sih? Ngaco!!!"

***

Tin tin. Suara motor milik Deva. Terparkir di depan rumah.

"Buk, Acha berangkat ya. Udah di jemput Deva. Assalamualaikum. Titip assalamualaikum juga buat ayah, nenek, kakek, tante, Ali, sama Kak Revan."

"Iya iya waalaikumsalam."

Aku keluar untuk menemuinya.

"Yuk." Ajak ku.

"Buuuk. Jalan dulu ya buk. Assalamualaikum." Ucap Deva yang badannya hanya setengah masuk dan berada di dekat pintu.

"Iyaa, waalaikumsalam."

Aku naik ke atas motor. Menikmati udara pagi yang segar. Suasana jalan yang masih tidak begitu ramai. Cakrawala yang masih tidak terlalu terik. Butiran embun yang masih menempel di daun daun pohon. Ini pertama kalinya, aku merasa senang di bonceng Deva. Padahal sebelumnya, kami cukup sering bertengkar diatas motor. Entahlah mengapa.

"Ntar abis sekolah, masih ada acara OSIS?" Tanya Deva sesaat ketika sudah memarkirkan motornya.

Aku mengangguk. "Tapi kayaknya cuma ngeprint data siapa aja yang ikut acara HUT sekolah."

"Ohh."

"Kenapa? Lo buru buru? Kalo mau balik duluan gak papa. Gue ntar gampang."

"Nggak lah. Rencananya, gue mau ngajakin lo ketemu nyokap."

"Nyokap?"

"Iyaa. Tapi kalo lo sibuk nanti, ya gak papa sih."

"Hm, liat nanti aja deh."

"Ya udah."

Bel berbunyi. Percakapan kami berakhir. Saling masuk kelas masing-masing satu sama lain. Untungnya, hari ini pelajarannya cukup santai. Pelajaran seni budaya.

"Udah di tembak?" Ucap Keyla yang tiba tiba menanyakan hal itu.

"Hah?" Tanyaku balik yang tak mengerti.

"Ihh, udah di tembak Deva?"

"Apaan sih?! Gila lo ya?!"

"Maksudnya bukan di tembak beneran, Cha. Maksudnya, Deva udah nyatain perasaannya ke elo?" Pertanyaan yang membuatku memelototkan kedua bola mataku padanya.

"Apaan sih? Gesrek lo ah."

"Hah?! Jadi belum pacaran?!" Ucap Nara yang tiba tiba meluncurkan suara toanya. Membuat seisi kelas menoleh.

"Heh! Apaan sih? Siapa juga yang bilang pacaran? Gue sama Deva gak ada apa apa. Ngaco kalian!"

"Duh Cha, gini ya. Selama ini, lo sering jalan berdua sama Deva, dianter jemput juga sama Deva, ketemuan diem diem juga sama Deva. Tapi gak pacaran? Intinya nih ya, lo tu digantungin. Gak di kasih kepastian." Ucap Keyla seolah menjelaskan.

"Tunggu tunggu, ketemuan diem diem? Kapan?"

"Yang waktu malem malem itu. Di deket rumah lo."

"Lo ngikutin gue?!"

"Hah? Ng-nggak. Cuma waktu itu gue kebetulan lewat aja. Eh pas liat kalian lagi berduaan. Tapi gue gak nguping kok, kalian lagi ngomong apaan."

"Iyalah harus. Awas aja lo nguping."

"Jadi intinya belum pacaran nih? Belum dikasih kepastian? Kalo gue jadi lo ya Cha, udah gue tembak duluan Deva-nya." Kali ini Nara ikut berbicara.

"Dih, ogah. Eh gini ya, Key, Nar, gue sama Deva nggak ada hubungan spesial. Kita cuma temen. Paham? Dah ah, kerjain tuh soalnya."

"Aneh deh kalian." Ucap Keyla yang maksud dari 'kalian' = aku dan Deva.

Pelajaran berlangsung singkat. Karena guru seni budaya hanya menyuruh murid muridnya mengerjakan 20 soal di papan.

"Oii!!!" Ucap seseorang di dekatku ketika aku berdiri di pintu hanya untuk memikirkan akan jajan apa hari ini.

"Ngagetin gue tau!"

"Dih lo tu ya, gitu doang kaget, gitu doang geli, gitu doang kesel, gitu doang..." Deva menghentikan kata katanya yabg belum selesai terucapkan.

"Gitu doang apa?" Tanyaku.

"Gitu doang cantik." Ucapnya sambil menatapku ditambah dengan senyuman.

"Apaan sih? Gak mempan bikin gue kejang kejang karena baper!" Ucapku yang tidak mau dikira senang karena ucapan Deva barusan.

"Susah sih emang. Bikin lo baper tu susah."

"Terus?"

"Yaa makanya gue mau bikin lo cinta dulu, biar nanti bapernya gampang." Lagi lagi gombal. Ya Tuhan!!! Jantungku serasa mau copot disini!!!! Please stop!!!

"Bener kan gue bilang. Kalian tuh udah pacaran. Sok gak ngaku lo Cha!" Tiba tiba Elvan berada di sampingku.

"Siapa yang pacaran? Ngaco lo!" Ujarku tak terima.

"Iya lo Van. Ini belum pacaran kali Van. Masih otw." Lagi lagi Deva mengatakannya sambil tersenyum ke arahku. Membuat jantungku rasanya benar benar sudah copot. Aku membuang pandangan.

"Ohh, masih otw nih ceritanya?" Tanya Elvan sambil menggoda.

"Iyaa Van. Abisnya dapetinnya susah. Suka ngegas." Jawab Deva.

"Ya terus?"

"Yaa tapi gak papa. Karena lo pantes buat gue perjuangkan." Oh my God! Ini yang ketiga kalinya jantungku deg degan tidak karuan.

"Cihuy. Mantul bang Deva." Ucap Elvan yang kemudian pergi menuju kelas sebelah.

"Apaan sih lo? Gak jelas tau nggak?!" Keluhku pada Deva yang masih senyam senyum menatapku.

"Hahaha. Nanti gue tunggu di gerbang. Terus langsung ketemu nyokap gue. Oh iya terus, besok sibuk gak?"

"Besok kan minggu?"

"Iyaa, lo sibuk gak?"

"Kenapa?"

"Ya jawab aja. Sibuk nggak?"

"Nggak."

"Oke besok gue jemput jam 10.00 pagi."

"Eh, tapi Dev..."

"Harus bisa!!! Ucap Deva yang mulai berjalan jauh ke kelasnya.

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 140K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
808K 96.2K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
575K 27.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
4.9M 388K 37
[DIMOHON BUAT READER'S SEBELUM BACA CERITA INI UNTUK TAHU KALAU INI MENCERITAKAN TENTANG TRANSMIGRASI YANG CUKUP KLISE. JADI JIKA ADA KALIMAT YANG SA...