A Gift For You

By ain_aqella07

347 34 5

Disaat kau dan dia masih lagi mempelajari apa itu cinta, secara tiba tiba kau menjauhinya. Bukan karena bosan... More

A Gift For You

347 34 5
By ain_aqella07

Apa yang kau rasakan saat kau tiba-tiba ditinggalkan? Dia seperti di telan bumi, bagaikan debu yang ditiup angin lalu menghilang.

Kemana kau, Perth. Aku merinduimu.

Aku membutuhkan mu

Aku ingin pelukan mu

Karena aku tahu, hidup ku takkan lama berada disisimu.
.
.
.
.
Aku tidak berniat untuk meninggalkan mu. Aku hanya ingin bersiap sedia. Untuk semuanya.

Disaat hari lahirmu, aku akan memberimu kado yang paling berharga. Kado yang takkan kau lupakan dengan mudah.

Atau kau bahkan takkan melupakannya meskipun suatu hari ajal menjemputmu.

Aku tidak tahu, yang penting.. Aku ingin kau tahu..

Aku akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan mu Saint Suppapong.

-
-
-
-
-
"apa kau yakin, Perth. Kau rela kehilangan nyawamu hanya untuk Saint? Kau gila" ini adalah ucapan ke 19 kali dari sahabatnya Plan. Perth menyunggingkan senyum nya. Ya dia gila, dia gila karena terlalu menyayangi Saint, hanya itu.

"aku tidak gila Plan. Kau tahu saat pertama kali aku melihatnya tersenyum? Saat itu aku berjanji akan tetap menjaga senyuman nya. Tidak akan membiarkan setitik pun air mata yang mengalir dari kelopak mata cantiknya. Tapi saat aku melihat nya menangis di atas ranjang rumah sakit karena kanker nya, aku merasa seperti menjadi kekasih yang tidak berguna. Karena itu aku bertekad untuk memberi semua padanya. Termasuk nyawaku" ucapan tulus dari Perth membuat Plan menitik kan air matanya. Untung ada Mean yang mengusap pelan pundaknya.

"tapi hikss.. Dia pasti akan menangis jika tahu kau lah pendonor nya.. Hikss" ucap Plan. Berusaha keras untuk tidak terisak. Perth menatap kearah MeanPlan singkat lalu mengalihkan pandangan matanya kearah lautan yang terbentang luas di hadapannya. Dengan matahari yang perlahan mulai turun. Dia dan Saint sangat gemar kesini jika ada waktu terluang hanya itu menghabiskan masa bersama. Dan mungkin saat itu tidak akan pernah berulang lagi. Perth tersenyum sedih.

"ada ibunya. Ada kalian, Tonnam, Peak, Zee, Jo dan P'Chen. Aku takkan keberatan untuk meninggalkannya seorang diri. Dan oh ya, selalu ingatkan Saint untuk tidak mengambil porsi makanan terlalu banyak. Dia akan bertambah gemuk jika begitu" lalu sebuah tawa keluar dari mulut Perth. Seakan tidak mempunyai beban dia tertawa lepas. Mengingat kelinci gemuknya yang selalu cemberut saat dia mengatakan Saint gemuk. Bibir nya yang menggoda itu selalu membuat Perth tidak tahan untuk menggendong kelinci gemuknya itu kekamar.

Perth menghentikan tawanya dan melihat kearah pasangan MeanPlan yang kini menangis terisak melihat kearah Perth. Bahkan Mean yang terkenal dingin itu bisa menangis karena cinta mereka.

Perth kembali melihat kearah lautan didepannya. Lalu berdiri dan berteriak.

"AKU MENCINTAIMU, SAINT. AKAN KU BUKTI KAN PADAMU JIKA CINTAKU BENAR DAN BUKAN PALSU!"

Dia kemudian memejamkan matanya lalu berucap,

"love needs sacrifice, right?" ucapnya lalu setitik air mata jatuh dari matanya.
.
.
.
.
"makan obatmu, Saint"

"biar aku mati saja. Perth tidak peduli padaku"

"SAINT" satu bentakan dari Chen cukup membuat Saint terdiam lalu menunduk. Chen mengusap wajah nya pelan. Perth menghindari Saint karena ada alasan, semua tahu alasannya tapi tidak dengan Saint. Yang Saint tahu Perth menghilang selama setengah tahun tanpa kabar berita dan saat itu kankernya sudah memasuki stadium 4.

"phi, dimana Perth?? Aku tidak dapat mendampinginya selalu phi." ucap Saint sedih. Dia mengalihkan pandangannya kearah jendela rumah sakit. Melihat matahari terbenam dengan cantik. Teringat saat dia dan Perth berlari di pantai saat malam mulai terlihat. Saint memejam kan matanya lalu menangis.

Sungguh saat ini Chen ingin saja mengatakan semuanya. Perihal Perth yang tiba tiba menghilang. Ingin dia berteriak pada Saint yang sudah dia anggap anak kandungnya sendiri itu.

Flashback

"phi, aku pergi dulu ya. Jangan kabarkan perihal kenapa aku menjauh darinya. Aku mohon"

"tapi kenapa, Perth? Kau bahkan tidak memberitahu ku alasan kenapa kau menjauhinya"

Perth tersenyum. Dia kemudian mendongak melihat kearah gumpalan awan yang bergerak. Saat ini mereka berada di taman rumah sakit.

"aku ingin dia terbiasa dengan semua ini. Disaat aku sudah tiada, aku ingin dia tidak selalu bersedih dengan semua ini. Aku hanya ingin dia bahgia phi. Hanya itu." ucap Perth tulus. Ini memang tekad nya.

Chen memegang dada nya yang terasa sesak. Perth seorang pria yang hidup tanpa ayah dan ibu saat dia berumur 5 tahun. Saat itu, Saint bertemu dengannya dan membawa pulang Perth kerumahnya. Mereka selalu bersama kemana saja dan Saint selalu menganggap Perth adalah nong.

Dan saat umur Perth dan Saint menginjak remaja, Perth menyatakan perasaan nya pada Saint. Awalnya dia berfikir Saint tidak akan menerimanya, tapi Saint tiba tiba memeluknya dan menangis di pundak nya. Saat itu mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

"jangan Perth. Phi mohon naa. Jangan tinggalkan Saint" isak Chen memohon pada Perth. Perth tersenyum lalu menggeleng. "kalian sudah banyak berjasa padaku. Tiba saatnya aku membalas budi kalian. Dengan memberikan Saint peluang untuk hidup" ucap nya.

"Perth!!" teriak seseorang. Perth mengalihkan pandangannya kebelakang dan melihat Plan yang tengah melambaikan tangannya. Perth berdiri, memberi wai pada Chen lalu berlari kearah Plan.

Setelah mereka pergi, Chen menangis sejadi jadinya. Selama 5 tahun mereka bersama, kenapa takdir ingin memisahkan mereka?

Flashback off

"Saint.. Perth pasti akan kembali. Jika dia tidak kembali sebelum operasi mu, aku akan menghajarnya" walau Chen sendiri tidak yakin dia dapat menghajar Perth atau tidak karena nanti... Tubuh itu mungkin sudah lemas dengan sendirinya.

Chen kembali menahan air mata yang ingin menetes. Dia melirik kearah Saint.

"aku harap pendonor itu bukan Perth" entah kenapa, dia merasakan hal yang buruk terjadi pada Perth setiap kali mereka membahas tentang pendonor jantungnya. Tapi Saint selalu menepis pikiran itu, dia berharap Perth baik baik saja. Karena walau apa sekalipun, Saint tidak bisa membenci Perth. Dia akan selalu mencintai Perth.
.
.
.
.
.
Seorang lelaki sedang terbaring diatas ranjang pasien. Lelaki itu adalah Perth, dia sedang menunggu Plan yang datang bersama kameranya. Akhirnya Plan datang lalu mendekati Perth.

"kenapa kau ingin kamera ini, Perth?" tanya Plan. Dia sebenar nya agak bingung karena Perth juga meminta Plan untuk membawa tabletnya.

Perth tersenyum. Lalu menjawab, "last letter from Perth to Saint" jawabnya. Plan mengernyit bingung. Perth tertawa kecil. "jangan menganggu ku, ya" ucapnya pelan. Plan hanya mampu mengangguk dan sedikit menjauhi Perth.

Perth memasang kameranya lalu tersenyum.

"hai my sweetheart.....
.
.
.
.
.
.
"phi~ kenapa Perth tidak datang. Aku ingin bertemu dengannya phi" cicit Saint. Saat ini dia sedang menunggu dokter memanggilnya ke ruangan operasi. Chen menghela nafas, dadanya terasa sesak. "Perth akan datang setelah kau sadar. Saat itu kau boleh memeluk nya... Tapi aku tidak yakin kau dapat memarahinya" tentu saja ucapan terakhir itu Chen ucapkan dalam hati.

Saint mengembungkan pipinya kesal. Sejujurnya dia merasa khawatir sekarang.

'pendonor itu.. Bukan Perth, kan?' batinnya.
.
.
.
.
Plan menangis dan tetap memegang tangan Perth. Perth dan Mean telah kewalahan membujuk Plan tapi Plan tetap menangis hingga matanya bengkak.

"ayolah, phi. Aku hanya ingin bertemu dengan ayah dan ibuku. Kalian pasti akan bertemu dengan ku suatu hari nanti" ucap Perth. Plan semakin terisak.

"bodoh!! Hikss... Kapan.. Hiksss... Aku akan bertemu dengan mu lagi, hah?!" ucap Plan dengan isak tangisnya. Perth tersenyum lemah.

"suatu hari saat kau sudah tidak lagi menginjak bumi" ucapnya pelan tapi dapat di dengar oleh mereka berdua.

Seorang dokter dan beberapa perawat masuk kedalam kamar itu. Plan melepaskan pegangan tangannya dan hanya dapat menangis melihat ranjang Perth didorong keluar.
.
.
.
.
.
Perth melalui kamar Saint dan saat itu hanya Chen yang melihat Perth karena Saint saat itu sedang menutup matanya. Perth tersenyum kearah Chen dan mengucapkan selamat tinggal pada nya. Chen yang tidak kuasa menahan tangisnya akhirnya menangis. Saint yang mendengar Chen menangis membuka matanya.

"kenapa phi menangis?" tanya Saint. Chen mengusap air matanya lalu tersenyum pada Saint. "aku hanya takut operasi mu tidak berjalan lancar, Saint" jawabnya. Saint hanya mengangguk lemah. Dadanya terasa sangat sakit karena itu dia hanya berdiam diri di atas ranjang.

Seorang dokter dan beberapa perawat memasuki kamar Saint. Dia kemudian ingin mendorong ranjang Saint tapi di tahan oleh Chen. Chen menarik dokter itu agar sedikit menjauh dari Saint.

"dokter.. Kumohon bius dia disini." ucap Chen memelas pada dokter itu. Chen tidak mahu Saint memberontak didalam ruangan operasi itu. Dokter itu hanya mengernyitkan dahinya, tapi saat melihat Chen yang memelas padanya, dia akhirnya mengangguk.

Dokter itu mengarahkan perawat untuk mengambil botol bius. Lalu dibiuskan pada Saint.

"selamat tidur, Saint" ucap Chen saat melihat Saint perlahan menutup matanya. Akhirnya ranjang pasien milik Saint didorong menuju ke ruang operasi.
.
.
.
.
Perth memandang sedih wajah pucat milik Saint. Dia ingin bangun dari ranjangnya tapi ditahan oleh dokter Phana, sahabatnya sendiri. Phana menggeleng. "jangan, Perth. Operasi sebentar lagi dimulai" ucapnya. Dia juga sedang menahan tangisnya sendiri, untuk berjaya dalam operasi ini karena itu Perth yang memintanya.

Perth hanya mengangguk. Lalu kembali melihat kearah Saint.

"aku mencintaimu, sayang. Maafkan aku yang bodoh ini. Tapi aku ingin kau selalu bahagia walaupun tanpaku disisimu. Aku tahu suatu saat cinta kita akan kembali bersama. Dan saat itu aku berjanji akan tetap berada disisimu. Tapi untuk saat ini, maafkan aku" ucap Perth lirih. Mereka yang berada diruangan operasi itu hanya dapat memandang sayu kearah Perth.

Phana mengambil botol bius lalu membiuskan nya pada Perth. Sebelum kesadaran Perth menghilang, satu gumaman kecil terdengar dari celah bibirnya.

"aku mencintaimu, Saint Suppapong"
.
.
.
.
.
Mereka yang berada di luar ruangan operasi hanya bisa menangis. Mengingat kembali momen mereka bersama. Karena Perth tidak pernah membuat mereka semua marah. Apalagi pada Saint, hubungan mereka terjalin cukup bahagia tanpa sebarang pergaduhan yang besar. Saint memang seorang anak yang manja, dan Perth selalu berusaha untuk membahgiakan Saint dengan apa cara sekalipun. Termasuk memberikan nyawanya pada Saint. Seperti saat ini.

Nuk yang baru saja datang hanya dapat menangis karena dia juga baru tahu yang pendonor untuk Saint adalah Perth sendiri. Nuk sangat menyayangi Perth sebagaimana dia menyayangi Saint. Tapi Perth tidak mahu terlalu manja pada Nuk karena dia tahu siapa dia di keluarga itu. Nuk tidak keberatan tapi Perth selalu mengatakan dia merasa tidak enak jika Nuk terlalu memperhatikan nya.
.
.
.
.
.
Sudah 6 jam mereka menunggu. Mereka terus saja berdoa agar Saint selamat.

Cklekk..

Akhirnya pintu operasi itu terbuka. Mereka dengan cepat menghampiri Phana. Phana membuka masker nya lalu tersenyum sedih. "Saint selamat, diprediksi dia bisa siuman esok hari." ucap Phana. Tapi air mata terus saja keluar dari kelopak matanya.

Mereka juga menangis. Antara sedih dan bahagia. Nuk mendekati Phana. "apa mae bisa melihat Perth?" ucapnya lirih. Phana mengangguk lalu mengijinkan Nuk untuk masuk. Nuk memasuki ruangan itu dengan menutup mulutnya. Dia berusaha keras untuk tidak menangis saat melihat tubuh Perth terbaring kaku.

Nuk mengusap pelan surai hitam Perth dan tak kuasa menahan isakannya. Dia memang gembira saat melihat Saint dapat hidup secara normal kembali. Tapi dia tidak menyangka jika pendonor itu adalah Perth.

"semoga kau tenang disana, nak. Mae mencintaimu. Pasti kau sudah bertemu dengan mama dan papa mu, kan? Terima kasih sudah selalu berada disisi Saint. Membahagia kan nya, mencintai nya dan memeluknya. Mae mencintaimu, sayang" lalu Nuk memgecup pelan surai hitam Perth. Suhu dingin dari badannya membuat Nuk semakin terisak. Lalu dengan cepat meninggalkan ruangan operasi setelah mengusap surai anaknya, Saint.

Nuk memeluk Plan yang juga menangis. Mereka semua menangis bahkan Zee, Peak, Jo dan Tonnam yang baru saja tiba dari Korea menangis terisak. Mereka berpikir saat pulang dari Korea, mereka ingin menghajar Perth yang tiba-tiba menghilang setelah Saint sakit. Tapi setelah dijelaskan oleh Chen, mereka jatuh terduduk. Perth sanggup mengorbankan masa mudanya hanya untuk Saint.
.
.
.
.
.
Saint membuka matanya perlahan. Melihat sekeliling dan mendapati mata mereka bengkak akibat terlalu lama menangis. Nuk yang melihat Saint membuka matanya menghampiri Saint lalu memeluknya.

"kenapa kalian menangis? Aku masih hidupkan??" serak Saint. Itu mengundang tawa untuk mereka semua. Saint memanyunkan bibirnya lucu lalu kembali melihat sekeliling.

"dimana Perth, mae?" tanyanya membuat semua yang berada disitu menegang. Chen mendekati Saint lalu mengusap pelan surai coklatnya. "tunggu seminggu lagi dan aku akan membawa Perth padamu. Aku berjanji, Saint. Aku berjanji" ucap Chen membuat Saint mengernyit bingung tapi tetap mengangguk.
.
.
.
.
.
Seminggu berlalu dan saat ini Saint dibenarkan pulang. Saat berada di kamarnya, Saint mengerutkan dahinya saat melihat kamarnya yang berlainan. Dia sangat menyukai warna merah tapi kamarnya kali ini berwarna soft blue. Warna yang dia pilih untuk Perth saat pria itu bertanya padanya warna apa yang sesuai untuknya. Saint memanyunkan bibirnya. Chen tersenyum lalu menepuk pundak Saint pelan.

"Perth yang melakukan ini. Jangan marah dulu, Saint. Karena aku tidak yakin kau bisa memarahinya lagi atau tidak" lirih Chen. Saint memandang Chen. "kenapa? Kenapa aku tidak bisa memarahinya?" tanya Saint bingung. Chen hanya menggeleng lalu mengambil sebuah tablet. Tablet milik Perth.

Saint mengambil nya dengan bingung. Chen bangun lalu keluar dari kamar Saint tapi sebelum dia benar benar keluar, Chen menoleh dan berkata,

"ikhlaskan dia" ucapnya lalu keluar dan menutup pintu kamarnya.
.
.
.
.
Saint masih lagi terdiam dan mencerna perkataan Chen tadi. Tapi pada akhirnya Saint menggeleng lalu membuka tablet milik Perth.

Saat membuka tablet itu. Terus terpampang sebuah video. Saint terus menekan button play lalu video itu berjalan dan terlihat Perth yang sedang memasang kamera lalu tersenyum. Saint bingung saat melihat baju rumah sakit yang dipakai oleh Perth. Apa Perth juga sedang sakit atau..

"hai my sweetheart. Aku tahu saat kau membuka video ini. Aku sudah tiada disisimu. Maafkan aku yang bodoh ini. Jika kau mahu tahu siapa pendonor mu. Pendonor mu itu adalah aku. Maafkan aku, sayang. Aku.. Hhhh...aku sungguh brengsek karena meninggalkanmu. Tapi aku hanya ingin kau bahagia walau saat itu aku sudah tidak bersama mu lagi. Jika kau merinduiku, peluk lah boneka harimau yang ku belikan untukmu itu. Dan aku berjanji akan selalu berada disisimu saat kau memeluk boneka itu. Ingatlah aku yang selalu mencintaimu, Saint. Dan maafkan aku karena meninggalkanmu. Aku tahu aku kejam, tapi aku hanya kau mengerti, aku melakukan ini karena aku sangat menyayangi mu, aku sangat mencintaimu. Kau yang menolongku waktu itu, selalu berada disisiku dan sudah mahu menerima ku seadanya. Terimakasih sweetie. This is a gift for you, my sweetheart. I hope you like it, baby"

Takk..

Tablet yang dipegang Saint jatuh kelantai. Saint terkedu. Dia meremas dadanya. Jadi jantung ini...

Saint mengalihkan pandangannya pada boneka harimau imut ditepian ranjang. Dia meraih boneka itu lalu memeluknya erat. Menangis meraung di boneka itu. Saint tidak lelah memanggil nama Perth walau pun dadanya sakit.

"WHY DID YOU LEAVE, PERTH!! I NEED YOU HERE!! AKU JUGA MENCINTAIMU, PERTH" raung Saint. Dia kemudian memukul boneka harimau itu. Chen dan Nuk dengan cepat memasuki kamar Saint lalu memeluk Saint erat. Mereka juga menangis. Saint menangis meraung memanggil nama Perth. Dia memberontak untuk melepaskan pelukan mereka tapi tidak bisa.

-
-
-
-
-
-
Perth memandang sedih kearah Saint. Tapi dia bahagia kerana Saint dapat hidup secara normal setelah ini.

"Perth. Ayo" suara dari seorang wanita membuat Perth menoleh kebelakang. Lalu mendapati mama dan papanya yang tersenyum kearah nya. Perth mengangguk lalu kembali melihat kearah Saint yang masih menangis dan meraung.

"semoga kau bahagia, bunny. Aku mencintaimu" ucapnya lalu mengikuti mama dan papa nya menuju sebuah cahaya.
.
.
.
.
.
.
.
5 tahun kemudian

Saint membawa sebuah buku lukisan dan boneka harimau yang masih lagi cantik warnanya lalu meletakkannya di pokok diatas bukit itu. Dia menghela nafas sejenak lalu tersenyum.

"aku datang, Perth" ucapnya. Bukit inilah tempat dimana dia dan Perth menyatakan perasaan mereka bersama. Saint tersenyum sedih. "tak terasa sudah 5 tahun kau pergi meninggalkan ku. Dan sudah 10 tahun hubungan kita. Jangan pernah berpikir aku akan mencari penganti yang lain, Perth. Hanya kau yang berada dihatiku sampai saat ini dan tidak akan terganti." ucap Saint. Hidung bangirnya memerah, air mata menggenang di pelupuk matanya dan siap tumpah bila bila masa saja.

"jika kau bertanya apa aku marah? Jawabannya ya. Aku sangat marah padamu. Tapi kau adalah kau. Disaat aku merasa kesepian, kau pasti akan memberi ku sesuatu untuk membuat ku mengingatmu. Terima kasih atas dua kado istimewa ini" akhirnya air mata Saint jatuh. Bahunya bergetar menahan tangis.

Dia kembali meneruskan ucapannya. "aku sangat mencintaimu, Perth. Kau adalah cinta pertama ku dan juga cinta terakhirku. Kau segalanya bagiku. Kau lah yang akan selalu menjadi raja dihatiku. Tiada terganti. Kau selamanya milikku dan aku selamanya milikmu, Perth sayang" ucap Saint lalu dia merebahkan tubuhnya di atas rumput hijau itu. Memejamkan matanya lalu tertidur disitu.
.
.
.
.
Sebuah tangan yang dingin menyentuh pipi tembam milik Saint membuat Saint terganggu. Lalu dia terkejut saat mendengar suara tawa seseorang yang sudah lama dia tidak dengar.

"walau aku tiada kau tetap seperti kelinci gemuk" suara bariton itu membuat Saint membuka matanya lalu menangis dan memeluk erat tubuh dingin milik Perth. "Perth!!hiksss... Hikssss... Tolong jangan pergi lagi.. Hikss.. Hikss.. Aku mencintaimu, Perth!!" isak Saint.

Perth mengusap pelan surai coklat Saint lalu meregangkan pelukannya. Menatap tepat kearah bola mata milik Saint. Lalu dengan pelan mendekatkan wajahnya pada wajah Saint dan akhirnya dua bibir itu bertemu. Hanya kecupan kerinduan yang membuat Saint memejamkan matanya. Perth melepaskan kecupan itu lalu mengusap pelan air mata yang jatuh dari kelopak mata Saint.

"aku harus pergi, Saint. Ingatlah aku selalu berada denganmu. Ini.." Perth menunjuk kearah dada Saint, lalu kembali meneruskan ucapannya, "aku selalu berada disini. Ingatlah aku yang akan selalu mencintaimu diatas disana. Suatu hari kita pasti bertemu kembali, sayang" ucap Perth lalu mengecup kening Saint.

Saint hanya dapat menangis dan perlahan sosok itu menghilang.

Saint terjaga dari tidurnya. Sentuhan tadi terasa nyata dan dia sangat pasti Perth ada disini tadi. Saint hanya dapat meremas rumput hijau disitu. Lalu tersenyum. Dia dapat memeluk Perth tadi.

Saint mendongak menatap kearah langit lalu berteriak,

"LIHATLAH AKU, PERTH! AKU AKAN TETAP MENCINTAIMU!! AKU BERJANJI TIDAK AKAN ADA SEORANG PUN YANG BISA MENGAMBIL HATI KU SELAIN DIRIMU!" teriak Saint dengan air mata yang menetes membasahi pipi putihnya
.
.
.
.
.
End

Maaf yaa.. Bukan ngeupdate Come Back To Me, Love, Phi, I'm Fall In Love With You dan Tears Behind The Painting, tapi gw malah ngeupdate cerita lain. Tapi srs chapter ini bikin gw mewek. Padahal ini cerita gw sendiri.

Mereka hanyalah manusia biasa yang mempunyai kekurangan. Perth dan Saint adalah gabungan nama dari mereka. Mereka hanyalah manusia biasa, yang hadir di hidup kita. Walau saat ini mereka berjauhan, tapi kita sebagai fans, janganlah mencemooh mereka. Mereka hanya ingin mencari uang dengan hasil mereka sendiri. Jika mereka hanya memegang satu series saja, kenapa mereka disebut seorang actor?? Biarkan mereka menjadi seperti apa yang mereka mau kan.

PerthSaint dihati.
Trigon forever.









Continue Reading

You'll Also Like

135K 3.7K 54
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
606K 21.9K 96
The story is about the little girl who has 7 older brothers, honestly, 7 overprotective brothers!! It's a series by the way!!! 😂💜 my first fanfic...
225K 9.4K 25
Where Lewis Hamilton goes to a cafe after a hard year and is intrigued when the owner doesn't recognise him. "Who's Hamilton?" Luca says from the ba...
840K 10.7K 44
You're rafe Cameron's girlfriend. He's controlling, manipulative, and insanely jealous over you. (13/01/24) #1-Rafecameron (12/03/24) #1-Outerbanks ...