SILENTKILLER (Naja Mahatma)

Por sabrina1928

6.2M 369K 331K

(Sudah di terbitkan oleh penerbit Loveable.redaksi) FOLLOW DULU SEBELUM BACA || TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU... Más

Prolog
Cast SK
•Silentkiller 01•
•Silentkiller 02•
•Silentkiller 03•
•Silentkiller 04•
•Silentkiller 05•
•Silentkiller 06•
•Silentkiller 07•
•Silentkiller 08•
•Silentkiller 09•
•Silentkiller 10•
•Silentkiller 11•
•Silentkiller 12•
•Silentkiller 13•
•Silentkiller 14•
•Silentkiller 15•
•Silentkiller 16•
•Silentkiller 17•
•Silentkiller 18•
•Silentkiller 19•
•Silentkiller 20•
•Silentkiller 22•
•Silentkiller 23•

•Silentkiller 21•

91.7K 13.4K 10.9K
Por sabrina1928

Spam next dong biar update cepet nihhh😗😗😗😗

Okee let's go!

•••

Keesokan paginya Naya merasakan kakinya sudah tidak sesakit awal, ia sudah bisa berjalan seperti biasa meski sedikit pincang, dan saat bertanya pada Bibi tentang kedua orangtuanya, keduanya sudah pergi bekerja, yah seperti biasa.

Naya ingin mengirimi pesan Naja untuk menjemputnya, tapi Naya takut, iya takut mengganggu Naja dan lelaki itu akan merasa dirinya hanya ingin membebani saja, maka dari itu Naya memilih untuk memesan mamang ojek.

Dan yah, mamang ojek yang biasa Naya pesan, mamangnya melihat Naya dari atas sampai bawah membuat Naya berdecak sebal.

"Hai, Mamang! Udah lama nggak naek ojek," sapa Naya.

"Saya kira neng beneran setan, soalnya ngilang gitu aja," ucap mamang ojek, Naya segera naik ke atas motor.

"Naya sakit, Mang. Amang nggak jenguk."

"Lah eneng nggak ngasih tau."

"Tau ah, ntar gak mesen mamang ojek lagi nih," ancam Naya, mamang ojek terkejut dengan aesthetic slow-mo.

"Jangan dong, Neng."

"Ya udah bilang GWS dulu ke Naya," suruhnya, akhirnya mamang ojek mengatakan apa yang Naya suruh dan mamang ojek pun mengantar Naya sampai sekolah.

Naya segera salim ke mamang ojek membuat mamang ojek terkejut dengan aesthetic slow-mo.

"Kok salim, Neng?"

"Kan mau berangkat sekolah, Mang."

"Hm oke deh, belajar yang bener ya, Neng." Naya menyodorkan ibu jarinya tinggi-tinggi, lalu ia mendekati mamang ojek dengan aesthetic.

"Mang, Naya kalau malem suka nyari tumbal, amang mau ngorbanin diri nggak?"

"Ma-maksudnya?"

Naya hanya tersenyum lebar saja ke mamang ojek, refleks mamang ojek tanpa bicara apa-apa langsung menyalakan mesin motornya dan mengebut secepat kilat menghilang dari pandangan Naya.

Naya mengangkat bahunya cuek, ternyata mamangnya tidak bisa di ajak bercanda, yakali Naya mau numbalin amang ojek kesayangan, tapi bohong.

Sedang asyik berjalan, Naya bertemu dengan Alberto, cowok yang membuat kakinya bertambah parah sakitnya, bukannya membalas tatapan Alberto, Naya langsung membuang muka, hal tersebut memancing Alberto untuk mendekati Naya.

"Lho kenapa buang muka?"

"Terus kenapa?" Terkejut bukan main saat Naya membalas Alberto dengan ketus, saat Alberto hendak bersuara, tiba-tiba saja seseorang datang padanya dan dia Adam terlihat menatap Alberto dari atas sampai bawah.

"Lo di apain, Nay?" Tanya Adam.

"Lo siapa sih?" Itu suara Alberto menyaut.

"Lho, elo yang siapa? Sok jagoan banget hidup lo." Sepertinya kata-kata Adam langsung memancing emosi Alberto, saat hendak menghampiri Alberto, sudah ada seseorang yang menghalangi keduanya.

"Nggak malu di liatin orang?" Dan dia Madona seraya menatap Alberto begitu pun Adam.

"Apa sih lo, Don," omel Alberto tidak suka.

"Lo di cari bu Diva," ucap Madona memberitahu, lalu Alberto tanpa bersuara langsung pergi meninggalkan ketiganya, lain dengan Madona yang kini menatap Adam dan Naya secara bergantian.

"Kenapa ga jadian aja lo berdua? Cocok, sama-sama kampung soalnya," ucap Madona seraya menyeringai.

Naya menghela napasnya, lain dengan Adam yang menaikkan sebelah alisnya terpancing dengan ucapan Madona.

"Oh ya? Lo ada yang suka nggak? gini-gini aja meskipun banyak duit kayaknya cowok nggak ada yang mau ya sama lo?" Mata Madona melotot dengan ucapan Adam.

"Mau tau gak kenapa cowok gapernah tertarik sama lo? Soalnya lo tuh rendah di mata cowok." Sudah cukup menyakitkan ucapan yang Adam keluarkan, dengan segera dia menarik tangan Naya untuk meninggalkan Madona sendiri, lain dengan Madona sepeninggalan Naya dan Adam tak lama kedua temannya datang.

"Don, ish di cariin juga," ucap Selena ngos-ngosan.

"Sumpah, gue benci banget sama yang namanya Adam adik kelas itu," tutur Madona berapi-api.

"Kenapa, Don? Eh yang ganteng itu ya—"

"Stop, Prim! Jangan bilang dia ganteng, demi apapun gue baru pertama kali di rendahin di depan cowok kecil kayak dia, awas aja, gue bakal buat perhitungan sama yang namanya Adam itu."

"Lo mau ngapain?" Tanya Selena.

"Gue keluarin pesona gue biar dia keperangkap sama kecantikan gue yang di bilang rendah itu, awas aja, Adam harus bertekuk lutut sama gue!" Pekik Madona kesal setengah mati.

Lain dengan Naya yang melihat Adam dan Stella sudah tidak bersama lagi, hal tersebut membuat Naya menahan Adam untuk tidak masuk kelas terlebih dahulu, ia meminta Adam untuk berhenti di luar kelas.

"Kenapa, Nay?"

"Adam nggak mau cerita sama Naya kenapa kalian berdua berantem?" Tanya Naya membuat Adam mendengus sebal.

"Gausah di bahas lah."

"Adam kok tega sama Naya?" Naya mengeluarkan jurus yang langsung melemahkan hati Adam ini dengan memasang wajah melas dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata.

"Jangan nangis," peringati Adam.

"Hiks," dan Naya mengeluarkan air matanya membuat Adam menepuk jidatnya lalu segera mengusap air mata Naya.

"Gue sama Stella udah gak cocok lagi buat berteman."

Seketika Naya terkejut dengan kalimat yang keluar dari mulut Adam yang sangat mulus tanpa dipikir terlebih dahulu.

"Adam kok bercanda sih!"

"Serius."

"Kenapaa? Emang kalian kenapa sih sampe lo berani ngomong gitu?" Adam menatap wajah Naya entahlah tatapan ap yang Adam layangkan saat ini, dan Naya juga sedang menerka apa yang sedang mereka hadapi sampai pertemanan keduanya hancur.

"Gue gasuka sama sifat dia," tutur Adam pelan.

"Kenapa? Bukannya kita baik-baik aja awalnya?"

"Dia yang buat perpecahan." Astaga kenapa harus ada guru di saat-saat seperti ini, Naya langsung menatap Adam.

"Ceritain lagi istirahat!" Ancam Naya lalu segera masuk ke dalam kelas, Adam menoleh ke belakang dan benar ada guru yang sedang melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Lain dengan Naja yang sudah bersama dengan teman-temannya, di mana Steven sudah merumuskan strategi main untuk ke depannya, ya bisa di bilang Steven memang bagian itu karna setiap Steven yang mengatur semuanya paham. Lain dengan Naja yang jago dalam hal menyerang membuatnya selalu menjadi kapten dalam permainan.

"Naja, pulang sekolah free kok nggak usah latihan, lo butuh refreshing kayaknya bengong mulu," ucap Alan memberitahu, Naja menoleh lalu memutar bola matanya malas.

"Iya nih, tapi gue ada gosip coy," ujar Opan heboh membuat Alan dan Erick tertarik.

"Apa nichhhh."

"Kepo deh akoeh."

"Ada yang tiba-tiba keluar main game, terus ternyata malah main lagi tapi sama ceweknya," ucap Opan yang sudah pasti sedang menyindir.

"Iya anjir, bikin heboh pergame-an. Siapa yaaa?" Tanya Alan sok tidak tahu.

"Kek kenal, yang noob itu maennya."

"Bacot lo semua!" Timpal Naja telinganya panas di omongin dari jarak dekat.

Dan yah semuanya tertawa tidak dengan Steven yang hanya menarik sudut bibirnya sekilas, Naja menatap Steven.

"Lo kenapa nggak gabung sih sama mereka bertiga? Biar pas gue punya anggota tim gila semua."

"Bukannya elo gabung?" Pertanyaan Steven mengundang Opan.

"Au, dulu Naja kan yang buat kita begini, Naja juga yang nyuruh kita banyak omong, terus ngajarin dandan—"

"Bangsat!" Naja bangkit dari duduknya lalu membekap mulut Opan.

Dan keceriaan kelima orang tersebut mengundang seseorang untuk memperhatikannya, dan seseorang itu mempunyai ide untuk membuat kelimanya hancur.

***

"Adaaaaaammm, Naya ke rumah deh, cerita dong," pinta Naya dan Adam masih sama, tidak ada niatan untuk memberitahu Naya.

"Kenapa nggak lo tanya Stella?"

"Hm Stella lagi galak, tadi Naya nanya aja nggak di jawab." Adam menghela napasnya pelan.

"Ya udah biasa aja, mau gue anter balik?" Dan pas sekali Stella lewat walaupun hanya sekilas menatapnya dan Adam, hal tersebut sangat menyakiti Naya.

"Hmm, lain kali aja," ucap Naya lalu segera berlari mengejar Stella, dan dapat.

"Stell, hhh, gila napas Naya sempit."

"Lagian ngapain sih?"

"Stella kok kesel?" Tanya Naya dengan mata berkaca-kaca.

"B aja, gue emang lagi gini aja, ya udah gue balik."

"Stella, Naya punya salah yaa?"

"Enggak, gue emang lagi nggak mau di ganggu aja, Nay." Dan Stella benar-benar pergi, Naya menghela napasnya pelan, entah pertengkaran apa yang sedang mereka hadapi, Naya melihat Adam juga sudah pulang dan kini Naya bingung harus apa.

Dan pas sekali Naja sedang lewat bersama teman-temannya menuju tempat parkir, Naya langsung melambaikan tangannya ke arah Naja dan berlari menuju Naja meski kakinya terasa sedikit sakit.

"Wah cemcemannya dateng tuh."

"Nilith," ucap Opan seraya tersenyum.

"Anying ngakak," balas Erick.

"Itu dia sendiri yang ngasih nama apa lo, Ja?" Tanya Alan, Naja menggeleng.

"Gatau."

"Hai kak Naja, teman-teman kak Naja!" Sapa Naya setelah sampai di depan kelimanya dengan napas terengah.

"Aduhhh, cakep-cakep nggak boleh keringetan tau," saat Alan hendak mendekati Naya, entah refleks tangan Naja langsung menahan tangan Alan.

"Mau apa lo?"

"Elapin keringet." Naja menatap datar Alan yang selalu bercanda padanya padahal Naja bukanlah orang yang mudah di ajak bercanda, dengan cepat Alan mengangkat jari manis dan telunjuknya membentuk huruf V kearah Naja.

"Hehe, bercanda ma bro, oke silakan berpacaran ria, kami pulang dulu yaps!" Pamit Alan dan akhirnya Opan, Erick Steven langsung pergi meninggalkan Naya dan Naja berdua.

"Gausah lari-lari," ucap Naja tanpa melihat ke Naya, Naya tersenyum tipis.

"Abisnya Naya kangen kak Naja sih."

Naja tidak menanggapi lalu melangkahkan kakinya menuju mobil lalu Naya menahan tangan Naja.

"Kak!" Panggil Naya, Naja menaikkan sebelah alisnya.

"Naya boleh numpang nggak?"

"Sampe lampu merah?" Pertanyaan Naja membuang Naya memanyunkan bibirnya.

"Boleh nggak papa, yang penting bareng." Naja memutar bola matanya malas dengan kepolosan Naya lalu segera masuk ke dalam mobil sedang Naya masih berdiri di tempatnya dengan wajah melas.

Karna Naya tak kunjung masuk mobil Naja langsung menurunkan jendelanya.

"Mau naik nggak?"

"Boleh emang?" Tanya Naya takut.

"Boleh, yang bilang enggak siapa?" Tanya Naja dengan nada sinis, refleks senyum Naya melebar lalu seperti anak kecil masuk ke dalam mobil dan memasang seatbeltnya.

"Awwww, mail!" Pekik Naya histeris saat membuka ponselnya.

Naja mengernyit lain dengan Naya yang tersenyum bahagia.

"Lo kenapa sih?" Tanya Naja.

"Gapapa, Naya terkejut waktu buka HP, eh mail Naya muncul." Naja menghela napasnya.

Baru saja Naja hendak menjalankan mobilnya tiba-tiba ponselnya berdering membuat Naja menatap kesal ke ponselnya.

"Ck," decaknya.

"Halo?"

"Naja, please jemput gue, batre gue tinggal satu persen dan gue gatau harus ngapain sekarang."

"Terus?"

"Please jaaaa, gue udah kirim alamatnya, soalnya kalo gue minta jemput Papa lo gaenak soalnya lagi jam kerja juga."

"Nyusahin." Dan Naja langsung mematikan ponselnya, dia menatap Naya yang sedang menyimak dengan aesthetic.

"Siapa, Kak?" Tanya Naya.

"Fany," jawab Naja membuat otak lemot Naya mencoba berpikir yang nyatanya blank, lupa dengan siapa Fany.

"Dia siapa?"

"Cewek yang mau dijodohin sama gue," jawab Naja apa adanya seraya menjalankan mobilnya, meskipun tidak suka dengan Fany, Naja bukanlah tipikal cowok yang tega membiarkan, maka dari itu ia tetap datang ke tempat yang Fany kirimkan alamatnya.

"Kak Naja mau ke Kafe?" Tanya Naya, Naja tidak menjawab lalu keluar mobil dan Naya segera menyusul Naja. Dan benar Fany sedang duduk di sana.

"Manja banget hidup lo, kan lo bisa jalan cari taksi atau enggak ojek," ucap Naja lalu duduk di depan Fany dengan tatapan tajam.

"A-anu, gue takut, Ja. Kalo misalnya gue di culik gimana?" Tanya Fany, Naya refleks menyaut.

"Hm Naya tiap pagi mesen mamang ojek tapi mamang ojeknya nggak nyulik Naya kok."

"Ya lo kan kampungan, mana ada yang mau nyulik lo," balas Fany membuat Naya memanyunkan bibirnya.

"Lo mau balik cepet? Gue panggilin taksi kenalan gue kalo lo takut di culik sama orang."

"Engga, Ja. Emangnya lo mau ngapain?"

"Minum dululah, haus, lo mau nggak?" Tawar Naja pada Naya.

"Naya mau, tapi yang minumannya pink ya kak Naja," pintanya, Naja hanya menghela napasnya pelan lalu segera pergi untuk memesan.

Fany menatap Naya kesal setengah mati, pikirnya tadi Naja sendiri, nyatanya masih membawa cewek cupu yang diperkenalkan Naja waktu itu.

"Lo gatau malu banget ya? Gue tuh udah di jodohin sama bokap Naja. Dan lo dengan begonya masih bertahan aja." Naya mendongak karna ucapan Fany.

"Lho? Naya kan pacar kak Naja, gimana lagi dong?"

"Bocah kecil nggak usah deh main-main sama kehidupan gue. Masih berani buat bertarung dapetin Naja?" Tanya Fany, Naya tidak paham lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tarung apa? Naya nggak bisa berantem."

"Ck, bego! Gausah deh lo deket-deket Naja lagi kalo gamau kehidupan lo hancur tau nggak?!"

Saat Naya hendak menjawab, Naja sudah datang dan duduk di antara Naya dan Fany.

"Naja, lo masih bener-bener nggak suka sama gue?" Tanya Fany.

"Gue udah direstuin sama bokap lo, Ja."

"Ya gue gamau sama lo."

"Tapi kita udah dapet restu, sedangkan dia? Nggak lama lagi juga bakal bosen dan lo ninggalin dia."

"Tau apa lo sama kehidupan gue?" Tanya Naja karna Fany mulai berani melewati batasnya, Fany menunduk karna saat mendengar ucapan tersebut pertanda Naja tidak suka.

****

Naja mengantar Fany ke rumahnya meski banyak drama Fany menolak pulang dan lain sebagainya akhirnya tinggal Naya dan Naja berdua, Naja menatap Naya yang tidak kunjung turun dari mobil.

"Udah bisa jalan kan? Kenapa diem aja?" Tanya Naja.

"Naya gatau harus apa, Naya masih bertanya-tanya sampai sekarang, Kak." Naja menatap Naya yang sedang menunduk.

"Apa Naya pantes sama kak Naja? Kenapa banyak orang yang gasuka kita berdua bersama?" Tanya Naya dengan nada lirih.

"Gausah dengerin omongan orang—"

"Ta-tapi Naya butuh kejelasan dari kak Naja, sebenernya kak Naja itu beneran jadiin Naya pacar atau karna sebab?" Seketika Naja terdiam.

"Kak Naja jawab, Tiba-tiba aja kak Naja jadiin Naya pacar waktu itu tanpa romantis, terus kak Naja jagain Naya terus bilang seakan-akan Naya parasit."

"Sebenernya Naya itu siapa nya kak Naja sih?" Dan yah Naya benar-benar mengungkapkan isi hatinya. Naja menatap Naya yang sudah berkaca-kaca.

Naja masih terdiam membuat Naya refleks membuka pintu mobil dan keluar, Naja segera ikut keluar.

"Naya!"

"Kita putus aja, Kak," ucap Naya mengakhiri, Naja terdiam lalu menghela napasnya.

"Ya udah."

Naya melotot lalu kembali berbalik dan menarik tangan Naja yang hendak masuk ke dalam mobil.

"Kak Naja jahat! Gaboleh putuss, hiks, Naya sayang kak Naja, Naya nggak mau putus! Kalo putus nanti Naya apa-apain lo kak Naja."

sebelah alis Naja terangkat karna menghadapi cewek aneh seperti Naya.

"Lo berani ngapain gue emang?" Tanya Naja seraya berkacak pinggang, Naya dengan cepat menarik napasnya panjang-panjang lalu...

"Naya pake kak Naja kalo kak Naja mutusin Naya."

"Cewek gila."

"Seriusan lo Naya."

"Yang minta putus siapa?" Tanya Naja heran, Naya menggaruk tengkuknya lalu berdecak sebal.

"Kak Naja juga iyain aja, kan Naya bercanda, eh ngambek deng, tau ah, intinya Naya mau make kak Naja."

"Coba pake," tantang Naja heran dengan kalimat pake yang Naya ucapkan.

"Bener yaa? Naya siap nih."

"Hm."

"Satu."

"Dua."

Dan wajah Naja masih mendatar.

"Tiga—" saat Naya hendak mencium Naja, Naja sudah mengubah posisi Naya saat ini menyender di mobil dan kedua tangannya di taruh di sisi kanan dan kiri gadis itu, kini keduanya saling tatap.

"Jangan main-main soal itu, lo gatau gimana gue kan? Apalagi hal semacam ini mempengaruhi sifat asli gue."

"Maksud kak Naja?"

"Kalo lo mancing-mancing terus, gue bakal abisin lo," ucap Naja dengan tatapan tajam.

Naja menatap kanan dan kiri melihat kondisi saat ini, dengan cepat Naja melancarkan aksinya dan Naya terkejut bukan main.



TBC!

Ngapain lo ja depan rumah orang? Wkwk naja" tidak bisa menahan itu🤣

BTW Oy! Klean kok makin males buat komen sih? Aku minta 5k dong, besok update lagi dehhhhh

Terus buat yg heboh nanyain "Sk mau diterbitin kak? Astaga kak cepet bgt dll"

Kan aku udh bilang SK tu udh di tawar banyak penerbit cuma aku udh bilang sama penerbitnya kuat nunggu ga? Soalnya aku mau nyelesein naskah ini dulu di WP😚😚😚

Dan loveable mau nunggu, ya sudah, wkwk. Intinya klean nnti kalo SK jadi buku harus siapppp peluukkkk😛

Ehh kalian udh follow?
Sab_febriann
Kanayaa.cl
Naja.mahatma
Silentkiller.ofc

Blm?! Kalo belum yuk follow, jangan lupa follow wp aku jugaa yahhh❤️❤️❤️

Spam komennnnn / next^^

Mau salam ke mereka ga? Yu

NAJA

NAYA

ADAM

STELLA

MADONA

STEVEN

ALAN

OPAN

ERICK

FANY

AUTHOR NIH AUTHOR

YUK RAMEIN GUYS



Ini naya

Dan ini Naja

Tpi boong

Noh naja noh kegantengan yang menyeruak ke empedu

Seguir leyendo

También te gustarán

Sangga Por Ririn

Novela Juvenil

791K 108K 30
Semenjak kepergian Rigel, Sangga lah yang menggantikan peran Rigel sebagai ketua geng Toxic. Permasalahan demi permasalahan terus datang silih bergan...
414K 15K 30
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
MARSELANA Por kiaa

Novela Juvenil

1.3M 74.5K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
533 150 21
[BELUM REVISI] Bagi Zee, Irham itu nggak lebih dari sekedar ketua Osis bucin nan melankolis yang suka sok sangar waktu razia. Cowok aneh yang terus-t...