20:00 [✔]

By Lee_Wookyung

6.3K 1.2K 180

[SEDANG DALAM TAHAP REVISI] ❝ Jam delapan lo deketin peti kemas di pinggir taman itu, lo bakal ngalamin ya... More

[ a/n 0.1 ]
01 | m a l a m
02 | p e n g e n a l a n
03 | p e s a n
04 | l i h a t
05 | f a k t a
06 | d i m u l a i
07 | b e r h e n t i
09 | t u n t a s
10 | g e n g
SECTION 2
11 | awal yang baru
12 | siswa baru
13 | rasa curiga
14 | diari
15 | pengantar
16 | bagian taehyun
17 | antara mereka
18 | pangeran
19 | pertemuan orang tua
20 | saksi
21 | sekian lama
22 | kunci
23 | peri imajinatif
24 | dongeng peri
25 | hari terakhir pertama
26 | pertengahan
27 | keputusan
28 | manajer
29 | ketahuan
30 | bintang lapangan
31 | voli
32 | instagram
33 | hari terakhir kedua
34 | makhluk lain
35 | mengambil buku
36 | perlihatkan
37 | kita bertemu
38 | ibu peri
39 | ibu peri (2)
40 | cermin mama
41 | datang lagi
42 | hilang
43 | labirin
44 | mama dan peri
45 | detik-detik
46 | selamat tinggal
47 | acara realita
48 | peraturan
49 | kompetisi
50 | pulang
51 | kenyataan
52 | bintang
53 | kisikan
54 | terakhir dari akhir
55 | abadi [end]
[ a/n 0.2 ]
[ ayo buka ]

08 | b e r s a t u

145 35 5
By Lee_Wookyung


• 20:00 •

Suara sendu dari bilik toilet paling pojok memenuhi langit-langit toilet khusus perempuan. Cewek itu sudah bolos dua jam pelajaran dan dia sama sekali tidak berpikiran untuk kembali ke kelas meski ponselnya sudah berdering sejak tadi.


Dari Hwang

dan Jeno.

Berada sendirian di neraka adalah hal yang paling ditakutkan oleh Kim. Ia juga sudah menduga kalau pada akhirnya hal ini akan terjadi juga. Kepala cewek itu bahkan sudah terputar kalimat, "Hai Kim bodoh, kenapa lo masih nekat satu sekolah sama Heejin?"

Hwang kini ada di rumah ayah kandung mereka, seperti biasa. Yang tidak biasa, cowok itu kini sedang dalam keadaan hancur di sana. Hwang yang tak berniat untuk berbohong tadi pagi langsung mengabari kalau ayah telah menyiksanya semalaman.

Kalau saja cowok itu tidak bilang dirinya baik-baik saja, mungkin Kim sudah nekat bolos dan melaporkan hal ini pada polisi. Lagi pun, gadis lemah sepertinya bisa apa selain pasrah untuk tetap pergi sekolahㅡkarena tidak mau Nyonya Kim ikut tahu.


Tapi seharusnya Kim tahu ini. Seharusnya Kim tahu rahasianya mereka akan terbongkar sepagi ini.

Hwang yang tersiksa dan rahasia keduanya yang terbongkar? Wow, double kill.

"Ayo, Kim. Lo gak boleh lemah di sekolah. Lo boleh lemah... kalau rumah."

Ponsel ia raih dari atas tangki kloset dan menyalakannya sejenak. Enam panggilan dari Hwang lengkap dengan sebelas spam chat, juga dengan tiga panggilan berturut-turut dari Jeno yang masih sangat baru.

"Cih, masih bisa sok perhatian juga dia?" desis Kim sembari mematikan kembali layar ponsel dan membuka kunci pintu bilik. Tidak lupa ia mengintip sebentar pada celah pintu, memastikan tidak ada siswi lain yang berada di sini.

Dia masih tak habis pikir, kenapa Jeno yang tampak seperti anak baik-baik itu ternyata malah kini harus bersangkutan dengan masalah ini. Cowok yang dia kira tidak brengsek seperti cowok lain yang berniat mendekatinya, nyatanya ia sama brengseknyaㅡbahkan lebih dari itu.

"Harus bilang apa gue ke Hwang? Ck, Lee Jeno sialan."


"Siapa yang sialan?"

Suara sahutan itu datangnya dari luar, tepatnya dari sosok cowok yang sudah beberapa menit ini menunggu Kim. Suara berat nan lantang itu, pasti hanya milik ...

"Hei, Lee Jeno!"

Kim tak gentar berteriak seperti tadi di depan pintu toilet perempuan, membuat satu-dua siswa yang lewat jadi meliriknya sinis. Masa bodoh dengan itu, toh dia harus kelihatan kuat setelah Jeno tahu dirinya menangis.

Jeno memang tampak kuat di depan Kim. Tapi lihat tangan kanannya yang kini bergetar kuat, itu bukti bahwa ia masih takut berhadapan dengan Kimㅡsebab, cewek itu bisa melakukan apa saja untuk balik menghancurkannya.

"Lo ke sini cuma mau denger gue nangis kan?" tanya Kim yang kini merendahkan nada bicaranya. Tatapan kedua mata yang masih sembap itu menajam, bak jelmaan manusia serigala.

Jeno mengernyit, ia lantas menggeleng. "Gue ke sini cuma buat mastiin ...."

"Tapi lo denger suara nangis gue kan?!"

Untuk pertanyaan kali ini, Jeno hanya bungkam. Itu benar, dia memang mendengar suara tangis pilu dari cewek itu, tapi bukan berarti ia datang untuk itu. Cowok itu hanya khawatir Kim melakukan hal macam-macam karena sudah bolos dua jam pelajaran. Tapi, toh bagaimana pun juga Kim tak akan mendengarkan alasan logisnya.

"Bisa pergi aja gak lo?! Gue mau sendiri. Gue mau menjauh dari lo, Jaemin, dan ... Heejin."

"Kim, ayo berpikir jernih! Gue tau lo panik banget rahasia lo udah kebongkar, tapi please. Lo gak mau gitu denger cerita dari gue? Cerita tadi pagi dari sudut pandang gue, bukan dari sudut pandang lo!"

Pertahanan cewek itu kembali runtuh kala ia tahu salahnya di mana, setelah bergeming lama. Kim sadar, ia tidak seharusnya berpikiran sepihak seperti tadi tanpa mendengar cerita dari Jeno.

***

Jaemin duduk tak nyaman di bawah pohon yang menjadi tempat pertamanya bertemu dengan si kembar Hyunjin. Itu sudah lumayan lama, tapi masih tak cukup untuk membuatnya lupa akan momen itu. Dan kini, di tempat yang sama, ia harus menjalankan suatu rencana untuk menghancurkan dua kakak-beradik itu.

Ini sudah malam, bahkan dirinya bisa saja pulang larut hari ini. Dia sudah izin pada ibunya dan berbohong kalau akan bermain dengan Jeno. Padahal nyatanya, ia sendiri sedang bertengkar hebat dengan cowok bermata sipit itu.

"Jaemin, mau sampai kapan bengong gitu? Lo gak ada niatan untuk bantu gue?" usik Heejin, tepat ketika angan Jaemin mulai liar pergi ke mana-mana.


Cowok itu menghela napas pelan, berat sekali untuk dirinya ikut memikirkan rencana ini. Pembahasan rencana Heejin sudah mulai ke tahap berat, tahap di mana semua rencana kehancuran si kembar mulai di bahas.


Heejin mengeluarkan ponsel dan melihat jam di sana. "Sebentar lagi pukul delapan. Lo jangan bengong, takutnya kesurupan arwah-arwah itu." Ia memperingati dengan bercanda, tapi membuat Jaemin jadi takut sampai memukul lengan cewek itu kasar.

Namun, benar saja, suara ponsel Heejin sudah berbunyi, sekaligus menyala dan menunjukkan pukul delapan pas. Entah kenapa, mulai dari situ hawa di sekitar mereka jadi berubah drastis. Di mulai dengan lampu yang berubah temaram, sampai ...


DOK! DOK!


Heejin menjerit kaget, begitu pun dengan Jaemin yang refleks berdiri dan melangkah mundur. Benar seperti apa yang dikatakan Heejin, peti kemas itu tampak bergetar hebat sekarang. Beberapa sisinya bahkan sampai bengkok karena dipukuli terus-menerus.

Bukannya kabur ke luar area sekolah, Heejin malah berlari mendekati peti kemas dengan ponsel masih di tangan. Cewek itu tak kelihatan gentar sama sekali dan malah tak mengacuhkan panggilan dan peringatan Jaemin sama sekali.

Bisa dilihat, ia malah menyentuh benda logam itu, sebelum sosok cowok menyentuh dan mencekik lehernya kuat.



"JEON HEEㅡ"

"Kamu gak bisa liat situasi? Ayo kabur!"

Bukannya menurut dan kabur sesuai instruksi Hwang, Jaemin malah menepis lengan Hwang dan malah berlari menuju tempat Heejin disiksa saat ini. Ia tak mau percaya dengan Hwang yang menurutnya adalah rival-nya, meski dilandasi dengan alasan logis.

Cewek yang kini masih dicekik oleh sosok cowok berambut merah itu mulai lemas, bahkan sampai ponsel di tangannya terjatuh. Jaemin terhenti dan mulai melangkah mundur.

Bersamaan dengan itu, sosok cowok berambut hitam legam mencengkram leher Jaemin dan Hwang, sampai keduanya terbatuk hebat.

Semua terlambat. Ketiganya mulai lemas dan cekikan itu belum juga terlepas dari leher mereka masing-masing.


"Can't you see me?"

Jaemin yang mulai melemah sekuat mungkin untuk mencoba membuka mata dan melihat apa yang terjadi. Ia merasa wajahnya terganggu oleh sesuatu yang kasar berupa ... rambut? Juga merasakan darah mulai mengucur dari pelipisnya.

"Jika kamu melihatku, aku sedang merapikan ponimu. Katamu ini mengganggu dan panas, bukan?"

Sontak, cowok yang sedang diajak bicara itu membuka mata dan merasakan sepasang maniknya tertusuk oleh rambut-rambut kecokelatan miliknya. Mereka sudah dipangkas acak-acakan.

"Sialan, siapa ...?!"

Belum sampai tiga detik Jaemin berseru begitu, ia melihat sosok cowok berambut ikal dengan wajah 95% terbakar tersenyum memamerkan gigi-gigi berantakan miliknya. Matanya melotot, seakan mata itulah yang akan menghantuinya sepanjang malam.





































"AH, SEPERTINYA KAMU MELIHATKU?!"

Continue Reading

You'll Also Like

1K 58 9
Kini Bandung sudah menjadi saksi betapa gilanya aku mencintaimu, kota yang pernah kita singgahi walau hanya sebentar. Meski kamu tak selalu ada di sa...
2.4M 218K 52
TERSEDIA DI GRAMEDIA📍 "Aku terlalu lelah untuk terus berkelana di bawah hujan." Legenda Negeri Angkasa. Sosok laki-laki yang rasa sabarnya tidak per...
7.5K 450 25
SUDAH TERBIT!! Kisah yang bercerita tentang seorang remaja bernama Angkasa, lelaki yang mempunyai Trust issue berlebih terhadap perempuan. Terutama B...
1.4M 228K 56
[ SUDAH DIBUKUKAN ] ❝ aku masih mau berjuang, Al. tapi Tuhan pengen aku pulang.❞ -Satya Langit Aksara Pernah dengar istilah "orang tepat datang diwa...