Prince Of Night [Tower Of God...

By ChaerunNessa

20.1K 2.4K 230

Namanya adalah Bam, yang artinya 'Malam'. Pemuda berbakat yang memiliki tujuan menemukan jati diri dan Ayah k... More

Chapter #1
Chapter #2
Chapter #3
Chapter #4
Chapter #5
Chapter #6
Chapter #7
Chapter #8
Chapter #9
Chapter #10
Chapter #11
Chapter #12
Chapter #13
Chapter #14
Chapter #15
Chapter #16
Chapter #17
Chapter #18
Chapter #19
Chapter #20
Chapter #21
Chapter #22
Chapter #23
Chapter #24
Chapter #25
Chapter #26
Chapter #27
Chapter #29

Chapter #28

521 84 6
By ChaerunNessa

Bocah lelaki berumur 7 tahun terlihat berlarian di halaman dengan riang. Sesekali ia melompat-lompat kecil sambil mengangkat tangan mungilnya yang memegang mainan tinggi-tinggi. Dibawah langit biru dirinya menikmati waktu bermainnya hari itu

"Burung ini akan terbang tinggi. Uh! Uh!"

Dia terus melompat dan sesekali melambaikan tangan pada ibunya yang duduk memperhatikannya dari jauh. Wanita cantik itu balas melambai sambil terkekeh melihat kelakuan putra kecilnya. Dia ikut senang hanya dengan melihat anaknya tertawa lepas.

Bocah itu seketika memekik histeris begitu melihat seorang pria berjalan menghampirinya. Pria itu nampak persis seperti anak itu namun dengan versi yang lebih dewasa, terutama rambut dan bola mata biru yang ia wariskan.

"Ayahh!!! Ayah sudah selesai bekerja! Yeay!!!"

Edahn menangkap tubuh anak itu lalu mengangkatnya tinggi.   Dia berjalan mengampiri istrinya bersama anak yang sudah dalam gendongannya itu.

"Kau bersenang-senang hari ini?"

Bocah yang kini duduk dipangkuannya itu mengangguk antusias. "Ayah, kenapa burung bisa terbang bebas. Tapi aku tidak bisa?"

Edahn terlihat sedikit kebingungan lalu memilih menjawab seadanya saja. "Kau juga bisa terbang ketika sudah dewasa seperti Ayah."

"Ayah bisa terbang?" Matanya membulat membuat siapa saja yang melihatnya menjadi gemas.

"Tentu."

"Aku mau lihat!"

Edahn mencoba memalingkan wajahnya menghindari tatapan memohon dari anaknya. Ia memang paling sulit berhadapan dengan anak kecil padahal ini bukan pertama kalinya dia punya anak. Dia memandang wanita disebelahnya mengharapkan pertolongan, tapi wanita itu hanya mengangkat sebelah alis berpura-pura tak mengerti maksud Edahn.

Edahn menghembuskan napasnya lalu menatap anak yang sedari tadi menunggu jawabannya. "Kau bisa minta Ibumu memperlihatkannya. Ibumu bisa terbang sangat tinggi, lebih tinggi dari Ayah."

Wanita tadi lantas melotot lalu memukul lengan suaminya yang tiba-tiba menimpalkan masalah padanya. Walaupun tak sakit sama sekali, Edahn tetap meringis kesakitan. Wanita itu memilih mengalah mengganti pukulannya dengan elusan lembut di bahu suaminya.

"Baiklah, nanti ibu perlihatkan bagaimana ibu terbang. Tapi setelah kita berkunjung ke rumah nenek ya."

Ketiganya melanjutkan berbincang-bincang hangat diselingi candaan ringan. Siapa saja yang melihatnya pasti berpikir kalau keluarga itu sangat harmonis. Mereka berharap kehangatan itu akan selamanya terjadi. Namun nyatanya kebersamaan itu hanya bisa bertahan sampai saat itu saja.

Bruk!!

Khun terbangun dengan keringat dingin yang membanjiri seluruh tubuhnya. Kepalanya terasa begitu pusing dan tangannya sudah bergerak memijat-mijat pelan area pelipisnya. Rasa sakit itu perlahan menghilang dan napasnya kini juga sudah kembali normal.

Khun melihat jam yang berada di atas meja disebelah tempat tidurnya. Masih pukul 3 pagi dan dia terbangun karena bermimpi buruk.

Kenapa ia memimpikan kejadian itu? Kenangan 'indah' itu sudah nyaris hilang dalam memorinya dan sekarang ia dipaksa mengingatnya kembali melalui mimpi tadi. Apa semesta sedang mempermainkannya?

Saat itu adalah saat terakhir kali Ayahnya bersikap baik padanya. Setelah itu semua seketika berubah. Dia tak bisa mengingatnya dengan jelas. Tetapi yang pasti Ayahnya mulai memandangnya dengan cara yang jauh berbeda. Tak ada lagi senyuman, tak ada lagi kasih sayang. Semua menghilang seakan memang tak pernah ada.

"Sialan!"

***

Pagi harinya, Mansion keluarga Khun dihebohkan dengan suatu kejadian yang cukup besar untuk menjadi bahan pembicaraan. Kepala Keluarga mereka -Khun Edahn- terlihat mengunjungi Mansion Ester. Mansion itu hanya dihuni oleh anggota keluarga yang diasingkan, sementara Edahn dan para istrinya tinggal di Mansion utama atau Mansion Carnation. Untuk anak-anak Edahn, mereka tinggal di Mansion Daisy yang terletak bersebelahan dengan bangunan khusus tempat tinggal para pekerja.

Mansion Ester terletak paling ujung di wilayah tempat tinggal anggota keluarga Khun yang berjarak sekitar 100 meter dari Mansion Utama. Mansion kecil itu hanya dihuni oleh satu-satunya istri terbuang Edahn, yaitu Khun Agnis beserta beberapa pelayan.

Edahn berjalan dengan langkah cepat sambil membawa sebuket bunga. Para pelayan yang melihat itu seketika bertanya-tanya. Apalagi beberapa anggota keluarga yang kebetulan berpapasan dengan Edahn saat pria itu berjalan di koridor.

"Bukannya di ujung sana cuma ada Mansion Ester?"

"Tuan Edahn mau menjenguk Nyonya Agnis?"

"Tidak mungkin! Nyonya Maschenny saja saat sakit tidak begitu di pedulikan."

"Apa Tuan Edahn mabuk? Semalam aku dengar dia minum hampir 80 botol anggur."

"Tapi dia terlalu terlihat segar untuk dikatakan sedang mabuk."

Kalimat-kalimat itu diabaikan Edahn begitu saja. Dia sendiri tahu perbuatannya akan sedikit membawa kehebohan. Sudah bertahun-tahun sejak Edahn terakhir kali menginjakkan kakinya di Mansion Ester. Tentu saja hal ini akan menjadi pertanyaan besar.

Di depan Mansion Edahn disambut oleh dua orang penjaga yang langsung mempersilahkannya masuk. Selanjutnya dia dipandu oleh seorang pelayan wanita menuju sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat. Edahn bisa mendengar suara seorang pria dari dalam sana.

Klek.

Di ruangan itu Edahn melihat seorang wanita terbaring dengan lemah sambil menatap pria yang sedang berbicara panjang lebar di hadapannya. Kehadiran Edahn membuat keduanya menghentikan aktivitas mereka dan kompak menatap Edahn dengan penuh tanda tanya.

'Kenapa dia di sini?'

Pria itu, Gustang, baru saja melakukan pemeriksaan pada tubuh Agnis. Dia mendapat panggilan dari Flux yang memintanya datang ke sini atas perintah Edahn. Tapi dia tak menyangka akan bertemu dengannya langsung di kamar ini.

"A-agnis, kalau begitu ingat semua perkataan ku tadi ya. Obatnya harus rutin diminum dan jangan lupa istirahat. Karna Edahn sudah disini, aku pamit. Ada yang perlu aku persiapkan untuk diskusi dengannya nanti."

Gustang membereskan barang-barangnya dengan terburu-buru. Begitu selesai dia langsung keluar meninggalkan Agnis berdua saja dengan Edahn.

Pria itu berjalan mendekat lalu berdiri di samping tempat tidur Agnis. Tak ada perbincangan yang mengalir dari mulut keduanya. Sampai beberapa saat kemudian barulah Edahn mulai berkata.

"Aku dengar kau jatuh sakit. Tenang saja. Gustang akan menyembuhkanmu."

Agnis masih diam tidak berniat menyahuti ucapan Edahn. Mata sayunya menatap pria itu lekat-lekat. Jarang sekali ia bisa melihat wajah pria yang masih berstatus menjadi suaminya itu. Terakhir kali keduanya bertemu pada saat Khun terpilih menjadi salah satu perwakilan keluarga untuk dikirim ke Baylord Tengah. Agnis biasanya hanya bisa melihat Edahn dari kejauhan saat pria itu berada di luar Mansion.

"Untukmu."

Edahn menyerahkan buket bunga yang dibawanya. Buket itu berisi rangkaian dari tiga jenis bunga, yaitu Amaranth, Tulip, dan Forget Me Not. Seulas senyum terukir manis di bibir mungil Agnis. Entah kapan terakhir kali ia diberi hadiah Bunga oleh seseorang.

"Aku pergi. Aku kesini karna ingin menemui Gustang." Edahn berbalik hendak meninggalkan kamar Agnis.

"Aku..." suara lirih Agnis membuat langkah Edahn seketika berhenti. "...kurasa tak apa jika kali ini penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Kau tak perlu terlalu menekan Gustang. Aku dengar dia sibuk mengurus kasus besar yang sedang terjadi."

Edahn membalikkan tubuhnya memandang Agnis dengan tatapan tajam, "Kau pikir aku tidak mampu menangani penyakit kecil seperti itu? Diam lah. Kau tak berhak memandang rendah diriku."

Edahn keluar dengan sedikit membanting pintu kamar setelah mengucapkan kalimat bernada dingin kepada Agnis. Tangannya terkepal kuat memperlihatkan pembuluh darah yang tercetak jelas. Gustang dapat melihat aliran listrik di sekitar Edahn sejak pria itu berjalan menuruni tangga dan menghampirinya.

"Kita bahas sambil jalan."

Sesampainya diluar Mansion Ester, Edahn segera menanyakan rincian penyakit yang di derita Agnis.

"Penyakit itu memang penyakit yang sama seperti 10 tahun lalu."

"Lalu apa temanmu itu bisa menyembuhkannya lagi?"

Gustang menggeleng dengan ragu, "Aku tak tahu. Sepuluh tahun lalu itu merupakan sebuah kebetulan dan keberuntungan bahwa kami dapat menyembuhkannya. Kau tau jelas itu bukan penyakit biasa. Itu kutukan."

Edahn tahu jelas maksud perkataan Gustang. Tapi dia tidak bisa membiarkannya saja. Apabila tersebar kabar kalau anggota keluarganya terkena kutukan, itu akan menimbulkan prasangka dari masyarakat. Bisa-bisa reputasinya akan semakin memburuk dan kehilangan beberapa pengaruh serta kekuasaan. Bagaimana pun Agnis harus bisa sembuh.

"Aku juga akan mencari cara."

"Baiklah. Lalu apa kita akan berangkat sekarang?"

"Ya. Kita tak punya banyak waktu."

-To Be Continued-

Continue Reading

You'll Also Like

66K 6.8K 22
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
82K 16.2K 176
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
191K 9.3K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
415K 4.4K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...