Angkasa

بواسطة shalsaalfiy

706K 32.4K 1K

(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Angkasa Gerald Anugrah, sang ketua geng motor The Blaze. Laki-laki yang dianggap bai... المزيد

1. Angkasa
3. Peringatan!
4. Angkasa Mau Yaaaaaaa?
5. Apa Semuanya Baik-baik Saja? Tidak!
6. Ada Gangster!!
7. Menjauh
8. Senja Tidak Menyerah!
9. Diary
10. Rumah Rahasia Senja (1)
11. Rumah Rahasia Senja (2)
12. Kode?
13. New Members
14. Rasa Yang Berbeda
15. Antara Aku, Kamu, Dan The Blaze
16. Sunset & Kehangatan Di Puncak
17. Ingkar
18. Danger Dengan Pelukan
19. Perubahan?
20. Ternyata Tidak
21. Togheterness
22. Jangka
23. Ancaman
24. Why Angkasa?!
25. Menjadi Kita (?)
26. Happy Birthday Senja!
27. Aku Merindukannya
28. Hancur
29. Pertengkaran
30. Malam Hari Bersamanya
31. Tujuan
32. Antara Rela Dan Tidak
33. Salah Paham
34. Gengsi
35. Bulan & Matahari
36. 3 Hari (300juta Tahun)
37. Karena Keadaan
38. Sakit (1)
39. Senyuman Luka (1)
40. Senyuman Luka (2)
41. Kejadian
42. Ls162! (?)
43. Aku Mencintainya
44. Maaf
45. WARNING
46. Sakit (2)
47. Hancur (2)
48. Dekapan Yang Dirindukan
49. Bentakkan
50. Kemana Kamu Yang Dulu (?)
51. Berjuang (Lagi)
52. Pertempuran Besar
53. Kehilangannya
54. Rindu
55. Malam Mencekam
56. Kembali Lagi?
57. Terluka
58. Dia Yang Tulus
59. Bersama Angkasa
60. Promise
61. Bersamanya (Selesai)
62. EXTRA PART : Langit Senja
SEQUEL ✨

2. Murid Baru

28.4K 1.2K 43
بواسطة shalsaalfiy

****

"Katanya ada murid baru yang cakep-cakep banget!"

"Mereka anak The Blaze itukan?"

"Iya bener!"

"Ih! Keren deh!"

"Ganteng ganteng banget anjir!"

SMA Semangat Bangsa kini sedang ribut dengan murid baru. Ya, tentu anak-anak The Blaze itu. Memang banyak yang kenal dengan mereka, mungkin salah satu followers Instagram The Blaze.

"Emang siapa sih murid barunya?" Senja melihat teman-temannya satu persatu. Perempuan itu sepanjang koridor, mendengar orang-orang yang membicarakan kedatangan murid baru.

"Itu loh anak-anak The Blaze," jawab Mega.

"Emang mereka siapa?" tanya Farah.

"Anak geng motor."

Senja menggelengkan kepala, heran. "Anak geng motor kok di sukai."

"Ya mereka ganteng-ganteng, Ja! Mereka terkenal gara-gara di instagramnya itu loh, mana pengikutnya banyak banget," kata Mega.

"Tetep aja jelek kalo udah suka buat masalah mah," ucap Farah.

Mega mengangguk. "Iya sih, lagian juga gak bakal ada yang berani deketin juga. Apalagi sama ketuanya."

"Tapi kalo gue dikasih kesempatan deket mereka, gue mau si sama mereka." ucap Mega.

"Yeh... Sama aja!" kata Senja.

"Tuh tuh mereka, ternyata aslinya emang beneran ganteng banget gila!" kata Mega sambil melihat lima orang cowok yang turun dari motor mereka masing-masing.

Mata Senja hanya fokus pada seorang cowok—yang turun dari motor KLX merahnya. Perempuan itu terus memperhatikan cowok itu. Yah, benar! Dia adalah Angkasa, seseorang yang membuat Senja jatuh hati pada pandangan pertama. Sekarang? Dia datang kesini!

Senja berlari kecil menghampiri cowok-cowok yang tengah berjalan berdampingan tersebut. "Hai!" sapa Senja, pandangannya tak lepas dari sosok Angkasa.

"Widih, dateng-dateng udah disamperin bidadari secantik ini. Emang rejeki anak soleh," ucap Pandu.

Senja tersenyum melihat Angkasa dan teman-temannya. "Angkasa pindah kesini?" tanya Senja.

"Menurut lo?" Angkasa menaikkan alisnya sambil menatap Senja.

"Haha! Iya."

"Tunggu-tunggu, lo kenal sama Angkasa?" tanya cowok berambut agak pirang tersebut. Namanya Herdi.

Senja mengangguk. "Waktu itu sempet ketemu, dia nabrak aku," jawab Senja.

"Lo ditabrak gimana? Tulang lo ada yang patah enggak?" tanya Herdi berlebihan.

Senja menggeleng. "Nggak apa-apa kok," jawab Senja.

"Bisa jalan?" tanya Herdi.

Senja mengangguk. "Bisa."

"Ayok kapan?" ujar Herdi lagi.

Pandu menoyor kepala Herdi. "Alah crocodile!"

Herdi mendengus. "Anjir sakit goblok!"

Herdi mengulurkan tangannya. "Eh iya, gue Herdi."

Senja menerima uluran tangan itu. "Senja," balas Senja ramah. Ya, Senja memang orang yang sangat ramah. Dia sopan, ramah, dan baik pada siapapun selagi orang itu memperlakukannya dengan baik.

"Lo jangan sampe kemakan omongan apapun, ya, dari dia. Dia buaya soalnya," sahut Fadli.

Senja hanya membalas dengan kekehan geli.

"Kita ke ruangan kepsek, sekarang," ujar Angkasa.

"Emangnya lo tau dimana ruangannya? Gue sih gak tau," kata Herdi.

Pandu melihat Senja. "Senja? Mau kan anterin kita?" tanya Pandu.

Senja mengangguk. "Hmmm boleh," ucap Senja. "Yaudah, kalian ikutin aku ya!"

Teman-teman Senja nampak berbinar-binar dan tidak percaya bahwa temannya bisa sedekat dengan anak baru yang diidolakan oleh mereka. Siapa yang tidak kenal dengan anak The Blaze?

Lima cowok itu mengekori Senja, mengikuti perempuan itu melewati koridor-koridor kelas yang sepi. Ada juga kelas yang ribut, mereka terlihat bebas. Karena ini jam istirahat, selain itu juga pasti ada kelas yang guru tidak masuk.

"Angkasa kenapa pindah kesini?" tanya Senja sambil menatap Angkasa, tidak henti-hentinya Senja menatap Angkasa walaupun sambil berjalan.
"Angkasa, kok diem aja? Oh aku tau pasti mau ketemu aku terus yakan?"
Tapi tidak ada balasan dari cowok itu. Angkasa hanya diam dengan tatapan lurus kedepan.

"Waktu itu ngatain ini sekolah pembuangan, tapi pindah kesini juga," sindir Senja.

Angkasa hanya menoleh sebentar. Lalu menatap lurus kedepan lagi.

"Angkasa emang gitu, Senja. Gausah ngajak ngobrol Angkasa, gak bakal nyahut," Sahut Herdi yang kini berjalan di samping Senja. "Mending lo ngajak ngobrol gue." Goda Herdi pada Senja.

"Jangan dengerin omongan buaya Ja, mending sama gue." Pandu mendorong Herdi dan menggantikan posisi Herdi berjalan di samping Senja.

"Gak mau sama kalian berdua ah, mau nya sama Angkasa," balas Senja, dan ada tawa mengglegar dari Rafi dan Fadli yang berjalan dibelakang. Sementara Angkasa masih diam tidak menunjukan ekspresi apapun.

"Angkasa gak bakal mau, yakan Sa?" ucap Herdi. "Mending sama gue."

"Siapa bilang?" Angkasa kini bicara, dan jawaban Angkasa berhasil membuat semua nya ternganga tidak percaya menatap Angkasa. "Ngapain pada liatin gue? Ngajak berantem?"

"Nggak kok Sa," Pandu cengengesan. "Nah ini kan ruang kepala sekolahnya? Yaudah yuk masuk!" Pandu melihat sebuah plang yang bertuliskan ruang kepala sekolah.

"Ja, makasih ya. Nanti kita ketemu lagi," ucap Pandu. Senja hanya membalas dengan senyuman.
Kelima lelaki itu masuk kedalam ruang kepala sekolah, sedangkan Senja balik ke kelas nya dengan senyum yang terus mengembang.

Senja berjalan dengan senyum yang terus berada dibibirnya, semua orang yang melewati Senja menyapanya. Senja pun balas menyapa, Senja memang banyak sekali di kenal siswa-siswi disekolah ini. Dia adalah wakil ketua OSIS, ya memang OSIS saat ini seperti sudah punah karena aturan yang begitu bebas disekolah ini. Tapi Senja masih ikut kegiatan OSIS ketika mengurus siswa-siswi tahun ajaran baru.

****

Angkasa, Rafi, dan Fadli sedang duduk dikantin. Setelah keluar dari kelas yang mereka tempati, sedangkan Pandu dan Herdi ntah pergi kemana, mereka katanya ingin jalan-jalan mengelilingi sekolah. Tapi teman-temannya tak heran dengan kelakuan mereka, palingan nyari cewek.

Senja masuk kedalam kantin, Angkasa melihat perempuan itu masuk ke dalam kantin. Mata Senja memutari seluruh isi penjuru kantin. Bibirnya terangkat ketika melihat seorang cowok duduk dipojok kantin—bersama teman-temannya.

"Aku ke Angkasa dulu ya," pamit Senja kepada kedua temannya. Ketika Senja ingin melangkah, tangan Senja ditahan oleh temannya.

"Jangan deket-deket deh sama dia. Lo bisa kenapa-kenapa, Senja," kata Farah.

Senja tersenyum. "Gak apa-apa. Kan dia pacar aku," balasnya asal.

Farah dan Mega sama-sama kaget mendengarnya. "Hah? Serius?" kompak mereka berdua.

"Angkasa kan paling ganteng diantara mereka. Ketua geng pula. Tapi sayang gak ada yang berani deketin dia. Kenapa lo berani?" ucap Mega.

"Kan aku udah bilang. Aku pacarnya," balas Senja. "Udah ah aku mau kesana dulu."

Farah dan Mega sama-sama tercengang, menatap punggung Senja yang menjauh dari mereka. Senja berjalan mendekat ke meja Angkasa, Rafi yang semula nya duduk disamping Angkasa, Rafi pindah tempat karena Rafi sudah peka. Terbaik buat temen yang kaya gini.

"Hai Angkasa!" sapa Senja. "Kamu udah makan? Atau belum? Mau aku pesenin?" ujar Senja. Tapi cowok itu hanya diam sambil memainkan handphone nya.

"Angkasa! Kok diem?" kesal Senja karena Angkasa hanya diam, dan tidak sama sekali menoleh padanya. "Angkasa... kamu gak suka ya aku disini?"

"Enggak," balas Angkasa cuek. Angkasa menegak air mineral nya sampai habis lalu menaruhnya dimeja dengan suara yang lumayan membentak.

"Angkasa?" panggil Senja, tapi Angkasa tidak menoleh.

Angkasa berdiri dari duduknya. Angkasa melangkah lebih dulu meninggalkan teman-temannya yang masih diam.

"Angkasa emang begitu orang nya. Susah dideketin sama cewek," ucap Fadli kepada Senja.

"Iya gapapa kok." jawab Senja sambil tersenyum, Senja memang gampang sekali tersenyum. Membuat semua orang senang berteman dengan nya.

"Kalo Angkasa ngomong kasar, jangan diambil hati." Rafi mengingatkan. "Yaudah kita duluan ya mau ke kelas."

"Eh kalian sama Angkasa dikelas berapa?" tanya Senja.

"Dua belas IPA dua," jawab Rafi.

"Oh okey!"

Rafi dan Fadli berjalan keluar dari kantin, Senja menuju tempat teman-temannya yang dari tadi memperhatikannya. Senja duduk di bangku—samping Farah.

"Kok dicuekin? Katanya pacar," sindir Farah.

"Calon maksud nya." Senja cengengesan.

Dua sahabatnya itu berdecak mendengar tuturan dari Senja. Mereka sudah terkejut dan tak menyangka, padahal temannya ini hanya berhalusinasi.

****

Senja pulang sekolah lebih lama karena harus piket kelas. Senja berjalan sambil melihat-lihat sekolahnya yang sangat tidak terjaga. Senja melihat lapangan yang penuh anak futsal sedang berlatih.

Perempuan itu berhenti sejenak, melihat lelaki yang bernomor punggung 1 Senja merasa tidak asing dengan tubuh lelaki itu. Senja mendekat kearah lapangan, ia berdiri dipinggir lapangan menatap baik-baik lelaki yang belum terlihat wajahnya itu.

BRUK!

Seperti ada hantaman keras yang mengenai kepalanya. Senja ambruk, perempuan itu merasakan pusing di kepalanya. Setelahnya, ia tak tahu apa yang terjadi lagi. Semuanya gelap.

****

Senja memegangi kepala nya yang terasa sangat berat, Senja melihat seluruh isi ruangan yang didominasi berwarna putih. Bau minyak kayu putih juga menyeruak ke indera penciumannya.

"Minum dulu," seorang lelaki datang sambil menyodorkan botol minum kepada Senja. Lelaki itu membantu Senja bangun dan duduk.

"Angkasa?" tanya Senja tak percaya.

"Minum dulu." Angkasa membuat lamunan Senja buyar, Senja meminum minuman yang diberikan oleh Angkasa.

"Lo udah gak apa-apa, kan?" tanya Angkasa membuat perempuan itu mengangguk. "Yaudah, gue mau lanjut main."

Cowok itu ingin melangkahkan kakinya pergi dari sana. "Ehh nanti dulu, kan aku masih sakit Angkasa. Jangan tinggalin sendirian disini, takut." ujar Senja menghentikan langkah Angkasa.

"Gue anter lo pulang aja ya?" balas Angkasa.

"Emang aku kenapa sih?" tanya Senja bingung. Karena tadi dia merasa sedang berada dipinggir lapangan, lalu tiba-tiba sesuatu menghantam dirinya. Dan seketika semuanya menjadi gelap.

"Kena bola," jawab Angkasa.

Senja mengangguk-anggukan kepala nya. "Angkasa, temenin dulu ya disini."

"Gue anter lo pulang aja, gimana?" tanya Angkasa.

"Gak mau, mau sama kamu aja." Senja memeluk tangan Angkasa. "Kan kamu suka sama aku, iya kan?"

"Kapan gue bilangnya?"Angkasa melepas pelukan Senja.

"Kan tadi pas temen kamu bilang kamu gak suka aku, tapi kamu malah bilang, 'siapa bilang?' itu berarti kamu suka aku kan?" ujar Senja.

"Gue gak mau aja lo sama Herdi, cewek nya banyak," jawab Angkasa tanpa dosa, dan wajahnya tetap datar.

"Boong banget!" elak Senja.

"Yaudah, terserah." Angkasa melangkah pergi dan keluar dari ruang UKS itu.

Senja beberapa kali meneriakki nama Angkasa, tapi Angkasa tidak balik lagi. Perempuan itu memilih ikut keluar dari UKS, walaupun kepalanya masih terasa sedikit berat. Senja menuju lapangan. Angkasa memang kembali ke lapangan untuk melanjutkan bermain futsal.

Perempuan dengan rambut sebahu itu duduk samping pohon pinggir lapangan. Senja duduk disana sambil menatap Angkasa yang sedang bermain futsal. Keringat yang menetes dari rambut Angkasa. Angkasa mengibas-kibaskan rambut nya. Membuat kadar ketampanan Angkasa bertambah.

Senja tersenyum-senyum sendiri melihat Angkasa yang begitu tampan, dan jago sekali bermain futsal, dari mulai menggiring, dan menendang bola. Angkasa juga sudah banyak menyetak goal di gawang tim lawan.

Hari sudah semakin gelap, tapi ntah kenapa Senja begitu betah disini melihat orang yang sedang bermain futsal. Hingga orang yang latihan futsal itu selesai, Senja melihat Angkasa yang keluar lapangan, Senja mengikuti Angkasa. Ia melihat Angkasa yang mengambil tas-nya dan akan pulang. Senja berlari menghampiri Angkasa

"Angkasaaaaa!" panggil Senja. Angkasa yang merasa dirinya dipanggil, Angkasa menoleh kebelakang. Dia melihat seorang perempuan yang sedang berlari tergesa-gesa.

"Angkasa! Kok ninggalin sih? Aku pulang bareng kamu ya?" ucap Senja.

Angkasa mengerutkan keningnya, perempuan ini masih disekolah? "Lo masih disini?" tanya Angkasa.

"Iya, kan nungguin kamu, aku mau pulang, tapi gak ada ongkos," jawab Senja sambil menunjukkan wajah memohonnya.

Angkasa yang melihat perempuan didepan nya ini sangat polos dan lugu tidak tega membiarkannya. "Gue kasih lo ongkos, terus lo pulang sendiri."

"Nggak! Aku gak minta ongkos. Cuma minta kamu anter aku," jawab Senja.

"Gue kasih lo ongkos aja." Angkasa menyodorkan uang yang sebelumnya ia ambil dari sakunya.

"Gak mau, mau dianterin pulang aja," jawab Senja yang masih memelankan suara nya. Dan Senja menunduk. "Yaudah kalo gak mau juga gapapa." Senja berjalan dengan kepala yang ditundukan dan jalan yang ia pelan kan.

Angkasa melihat langit yang mulai gelap. Matahari akan segera tenggelam, dan dia membiarkan perempuan malang itu pergi sendirian? Angkasa juga sempat menawari perempuan itu pulang bersama, kan, tadi. Lagian, tak salah jika ia mau membantu. Karena saat tadi kepala Senja terhantam bola, itupun karena ulahnya.

Angkasa melihat pundak Senja yang menurun. Sangat tidak tega rasanya membiarkan perempuan itu pulang sendirian. "Senja!" panggil Angkasa.

Angkasa sedikit berlari menghampiri perempuan itu. Senja mendongakkan kepala nya menatap Angkasa. "Kenapa?" tanya Senja

"Gue anter lo pulang," balas Angkasa, lalu Angkasa jalan lebih dulu. Senja tersenyum senang, sampai dia loncat-loncat sendiri. Angkasa yang merasa aneh pun menengok kebelakang. Tapi Senja langsung menetralkan dirinya lagi, dan mengikuti Angkasa.

Senja naik ke motor Angkasa. Senja memeluk tubuh Angkasa dari belakang, rasanya begitu nyaman. Angkasa hanya bisa diam merasakan pelukan hangat dari perempuan dibelakangnya.

Saat perjalanan, Angkasa hanya diam saat Senja terus berbicara. Menurutnya, tak penting meladeni perempuan seperti Senja. Yang ada, takan ada habisnya.

Senja menunjukan dimana jalan rumahnya, tapi perjalanan nya sampai malam seperti ini. Padahal, jarak rumahnya tak terlalu jauh dengan sekolah. Tapi Senja terus memutar-mutar arah jalan ke rumahnya, membuat Angkasa kesal sendiri.

Senja turun dari motor Angkasa, "Makasih Angkasa," ucap Senja sambil tersenyum.

"Ngapain sih muter-muterin jalan?" Angkasa menatap tajam kearah perempuan itu, dirinya merasa kesal. Padahal, untuk sampai ke rumah ini dari sekolah. Tak membutuhkan waktu sampai 30 menit seperti ini.

Senja yang tidak sama sekali merasa bersalah malah cengengesan. "Hehe, soalnya mau lama aja berduaan di motor sama kamu."

Angkasa melihat rumah Senja, rumahnya seperti istana. Orang berada? pikirnya. Tapi kenapa tadi Senja bilang kalo tidak punya ongkos pulang?

"Soalnya aku mau dianter kamu Angkasa," ucap Senja.

Angkasa menatap wajah Senja bingung, dia bisa mendengar suara hatinya? Ah, sudah beberapa kali perempuan ini seperti tahu isi hatinya. Benar-benar perempuan aneh!

"Udah sana jalan, istirahat dirumah, cape kan?" ucap Senja lagi, tanpa kata-kata Angkasa langsung menjalankan motornya.

***


Jangan lupa vote & komen ya!
Semoga kalian sehat selalu ❤️

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

499K 53.9K 23
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
HERIDA بواسطة Siswanti Putri

قصص المراهقين

635K 24.9K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
ALZELVIN بواسطة Diazepam

قصص المراهقين

6M 334K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.1M 45.2K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...