My Mysterious Dosgan : Dosen...

By NengKarisma

68.1K 6.1K 295

Seri Mental Disorder Story ke-1 (Afka & Aruna) ⚠️ Budayakan follow Author sebelum membaca ⚠️ πŸ€πŸ€ Aruna Green... More

Prolog
Kosan +62
Perkara Duit Kos
Malam Jum'at
Bakos = Bapak Kos
Badmood
Mr. Evill
Gembel Cinta
Menyebalkan
Dekat
Cupang
Keluarga Pacar
Ajakan Hangout
Cemburu
Stay With Me
Bertahan
Putus
Puncak Rasa Sakit
Mantan
Mantan (Lagi)
Cabe-Cabean
Menyelesaikan masalah
Bukan Sekedar Halusinasi
Ajakan Berkomitmen
Go Publick
Perkara Cincin
Bahagia
Suprise
Kecewa
Kegagalan
Tidak Baik-Baik Saja
Simpati
Melarikan diri
Faktanya
Sakit
Perhatian
Kesempatan kedua
Hamil
Visual
Memungut Restu
Sentuhan Akhir Cerita
VC
Janji Suci
Epilog
Penting Dibaca ⁉️

Pacaran

1.7K 172 4
By NengKarisma

Pacaran

"Ketika anda berpacaran dengan cewek manis, satu jam seperti sedetik. Ketika anda duduk diatas tungku panas, sedetik serasa seratus jam. Itulah relativitas."
-Albert Eistain-

👞 ❤👠

"Kenapa, merindukanku sayang?"

Sumpah demi spongebob dan patrick yang tinggal di bikini bottom. Aku kesal bukan main saat ini, bagaimana bisa dia mengklaim diriku yang tidak tidak.

Bukanya langsung pergi setelah membuatku tersedak, dia malah tetap tinggal. Duduk tepat di sampingku, setelah mbak Nina mengalah memberikan tempatnya.

"Makan pak?" Mbak Remi menawarkan dengan sopan, sedangkan yang ditawari hanya mengangguk kecil.

Bahkan Mbak Remi dan yang lainya terlihat canggung duduk dalam satu ruangan dengan dia. Dianya malah dengan tidak tahu dirinya, mulai menyendokkan beberapa lauk. Kemudian menyiuk secentong nasi ke dalam piringnya. Menggulung lengan kemeja yang digunakanya sejenak, lalu mencuci tanganya di baskon yang disediakan untuk air kobokan. Mau makan saja dia banyak drama ya, batinku.

Dari ekor mataku, bisa kulihat dia menggumamkan doa sebelum makan. Mbak Remi dan yang lainya terlihat hidmat menatap wajah tampanya. Takut takut ada sesuatu yang tidak sesuai dengan selera lidahnya. Raut canggung, nampak diperlihatkan oleh mereka ber--enam.

Mungkin, ini pertama kalinya mereka makan dengan Afka. Untuk kali ini saja aku memanggilnya Afka, di dalam pikiranku. Secara lisan sih, dih ogah banget.

"Makan, kenapa berhenti?" Dia menoleh ke arahku.

Memperhatikan bibirku yang kembali berhenti mengunyah. Yeah, dia itu lancang sekali, lirik lirik bibirku. Tapi ya, mau apa dia kesini sih?!

Mataku melotot saķing kagetnya dengan perbuatanya. Tanganya itu nakal sekali, menyentuh ujung bibirku. What the hell?! Dia mau buat anak orang jantungan?

"Nasi?" Ucapnya lirih sambil memperlihatkan remahan nasi yang diambil dari sudut bibirku.

Haduh, malulah diriku ini. Tak mau larut dalam gejolak malu, aku lebih memilih untuk melanjutkan acara makanku yang tertunda. Toh diusir juga bagaimana, dia sedang makan saat ini. Dengan santai dan juga ketidakpedulianya terhadap orang orang disekitarnya. Dasar Aneh!

☄☄☄

"Bapak ngapain bawa saya kesini?" Tanyaku penasaran.

"Hm."

"Hm, apa maksudnya? Kalau gak jelas saya turun nih?" Ancamku, dia hanya melirikku sekilas sebelum menarik tanganku kembali.

Selepas makan dan bebenah, dia tiba-tiba menyeretku. Membawaku melewati lantai tiga, menuju rooftop. Tempat yang baru pertama kali aku kunjungi, selama dua bulan tinggal disini.

"Wow?" Ujarku terpukau.


Ternyata dari atas gedung kosanku, ada pemandangan seperti ini. Keiindahan malam di ibu kota nampak cantik dari atas sini. Gemerlap lampu lampu menambah kesan indah dari ketinggian, lalu lintas yang padat juga nampak jelas disini. Belum lagi gelapnya langit yang ditaburi kemerlap bintang, menambah kesan menakjubkan di tempat ini.

"Jakarta indah kalau malam, kenapa kalau siang kerasa sumpek ya?"
Gumamku.

"Kok bapak gak pernah bilang ada tempat sebagus ini sih?" Kesalku, sejak aku tinggal di sini dia memang pelit berbagi informasi.

Selain itu, ke dekatan kami ini sebenarnya membingungkan. Bukan saja tidak ada kejelasan, dia juga kadang suka seenakna mengklaim diriku miliknya. Kan gak adil, kalau aku baper gimana. Tanggung jawab loh?

"Jadi kekasih saya, Aruna."

A-apa? Apa katanya barusan?
Itu bukan sebuah pertanyaan, tetapi pernyataan. Dia mengajakku pacaran, tepapi begini caranya?

Wah, tidak ada romantis romantisnya sekali!

"Maaf pak, saya gak dengar." Dalihku acuh.

"Saya butuh kamu, di hidup saya."

Butuh? Sebuah kebutuhan macam apa maksudnya. Semacam simbiosis mutualisme maksudnya, keadaan dimana saling mengutungkan kedua belah pihak. Atau hanya sekedar butuh agar terikat dalam hubungan toxic relationship? Atau, kebutuhan lainya. Aku tidak mengerti dengan kebutuhan yang dia maksud di sini. Ucapanya terasa ambigu untukku.

"Kenapa bapak mau pacaran sama saya?" Tanyaku serius.

Aku baru dua bulan menyandang status Jomblo di tinggal nikah. Aku masih trauma, jujur. Sebuah pengkhianatan membuatku sedikit paranoid untuk merajut kasih kembali. Aku takut tersakiti lagi, wajar. Aku parno dikhianati, manusiawi bukan? Karena sebuah penghianatan itu menyakitiku begitu dalam.

Walaupun ya, aku selalu menyembunyikan kesakitanku dengan apik.

Orang bilang, obat patah hati adalah orang yang patah hati pula. Karena mereka mengerti apa yang kita rasakan, juga apa yang kita takutkan. Bersanding dengan orang yang memiliki luka yang sama, dijamin akan membuat kita saling mengerti. Karena sama sama pernah tersakiti karena di khianati hingga patah hati.

Apakah itu juga berlaku untuku?
Ntahlah, akupun masih bingung.

"Saya butuh kamu, untuk melengkapi hidup saya."

Sebenarnya aku bingung, setiap kali dia berkata butuh aku. Tapi dari sikapnya, seakan akan dia tidak pernah butuh aku dihidupnya. He is introvert.

Dia pendiam, jarang bicara dan pelit berbagi tentang sesuatu yang menyangkut dirinya. Jadi, bagaimana aku bisa masuk kekehidupanya, jika dia saja tidak membuka sepenuh hati jalan itu untukku.

Setidaknya, di dalam sebuah hubungan itu sarus saling percaya dan terbuka, agar kita dapat meminimalisir hal hal yang tidak diinginkan terjadi dikemudian hari. Bukan seperti dia yang masih sulit terbuka kepadaku.

"Saya ingin kamu di sisi saya, agar saya bisa melawan sakit di hati saya."

Aku tahu, ibunya kala itu juga pernah bilang jika dia sakit. Tapi sakit apa?
Aku tidak tahu, jadi bagaimana aku mau membantunya.

"Trust me, Aruna."

Bibirku kelu, aku ingin menolak. Tetapi dilain sisi, diriku memberontak untuk menerimanya. Memberi kesempatan tuk mengenal dia lebih jauh. Setidaknya, kita bisa saling mengenal terlebih dahulu bukan?

"Hm, gimana kalau kita jalani dulu pak. Kita saling mengenal dulu, baru bapak pertimbangkan jika benar bapak mau menjalin hubungan dengan saya."

"Istilah kerennya, kita PDKT--an dulu pak?"

Aku ini orangnya jarang bisa serius, terkadang baperan, moodyan, childish, kadang juga cengeng. Kayaknya bakal sulit berkomitmen dengan seseorang yang pikiranya sudah dewasa dan matang seperti dia, dia terlalu sulit untuk diimbangi.

"Tapi syaratnya, tidak ada kebohongan diantara kita."

Aku ajukan itu, karena kepercayaan penting dalam sebuah hubungan. Karena hubungan yang didasari kebohongan ujung ujungnya tidak akan benar.

"Hm."

"Satu lagi, saya mau tahu apapun itu tentang bapak tanpa dusta, begitupun bapak tentang saya." Ujarku sambil menatapnya serius, iya. Aku sedang dalam mode serius ini.

Dia berbalik, menghadap ke arah diriku. "Boleh saya minta sesuatu?"

Aku mengangguk sebagai jawaban.
"Apapun yang kamu ketahui kelak tentang saya, jangan coba coba untuk mundur."

Dari ucapanya barusan, aku yakini jika masalahnya bukanlah hal yang mudah. Jadi aku harus menyiapkan mentalku, untuk bertahan atau tidaknya itu urusanku.

"Karena saya, sudah terlanjur memilih kamu."

Aku mematung di tempat mendengar ucapan nyaringnya. Dia terlalu dekat denganku, deru nafasnya yang hangat terasa menerpa wajahku. Rotasi bumi terasa berhentik seketika, pasokan udara terasa tertahan di lapisan ozon. Sekilas namun nampak nyata juga seratus persen realita. Saat benda hangat tak bertulang itu mampir menyapa milikku. Membelai kecil, selembut sapuan angin. Bertahan untuk sejenak, tanpa gerakan frontal. Namun tindakannya, mampu menimbulkan segala gelenyar aneh di dalam rongga dada.

Dia sulit di tebak, pribadi yang misterius dan bertindak sesuka hatinya. Tapi hati tak dapat dibohongi, pesonanya sejak lama tak dapat diabaikan. Ia bagaikan magnet tersendiri yang terus menarikku mendekat. Lekat, hingga terasa menyesakkan dada saking erat.

👞💋👠

Tin
Tin
Tin

Aku celingukan sendiri, saat mendengar deru sùara klakson saat baru keluar dari minimarket tempatku bekerja. Langit memang gelap, tapi malam ini cukup terang dengan hadirnya sinar rembulan.

Selesai dengan pekerjaan part time ku yang hari ini shift siàng, aku langsung buru buru pulang. Lumayanlah, dari minimarket tempatku bekerja sampai kosan satu kali naik TransJakarburu

"Ayo masuk!"

Aku menoleh sebentar, ke arah mobil BMW hitam yang terparkir tidak jauh dari tempatku berdiri. Tau tau, dia sudah berdiri di sampingku. Dengan senyum kecil, aku meng--iyakan ajakanya.

Semenjak percakapan kemarin malam, dia mulai memperlihatkan usaha menerima diriku di hidupnya. Dia mulai terbuka sedikit demi sedikit, Hi'm trying. Yang aku lihat begitu, dia juga lumayan lebih banyak bicara. Walaupun terkadang menyebalkan.

"Bapak tadi langsung ke sini?"
Tanyaku sambil memasangkan seatbelt.

Dia menatapku memperingati, ah-iya aku lupa memanggilnya dengan embel embel yang dia usulkan.

"Mas Afka tadi langsung kesini?"
Dia langsung menalihkan pandanganya ke arah jalan, ketika mobilnya mulai melaju.

"Hari ini mas tidak ke kampus ya?"
Tanyaku, karena seharian ini dia memang tidak terlihat dikampus.

"Tidak."

"Mas sudah makan?"

"Belum."

"Di depan berhenti dulu ya, kita makan disana. Aku laper."

"Hm."

Aku kini sudah terbiasa dengan ucapanya yang selalu singkat, padat dan jelas. Mulai membiasakan diri lebih dengan wajahnya yang selalu menampilkan ekspresi flat tersebut. Karena dia juga sudah mecoba terbuka, jadi apa salahnya jika akupun mencoba menyelaminya lebih dalam.

"Apa?" Tanyaku bingung, saat dia terus menatapku.

"Tangan."

"Tanganku?" Bingungku sambil mengankat kedua tanganku ke udara.

"Tidak ada apa apa--" Ucapku terputus saat dia meraih salah satunya.

Menautkan jemarinya dengan milikku yang terlihat mungil dalam tautanya. Menyalurkan kehangatan lewat eratnya tautan itu. Aku tersenyum kecil sambil mengikuti langkah besarnya menuju sebuah angktingan penjual nasi goreng. Dia mencoba, dan akupun memutuskan untuk mencoba memenuhi harapanya.

Kita, akan mencobanya bersama sama, walaupun kesulitan di tengah jalan menerpa usaha kita nantinya. Setidaknya, kita sudah mencoba.

💕💕

To Be Continue

Aruna update lagi ya😊😊
Maaf jika masih banyak typo dipenulisan. Sekarang, masih ada yang mau kasih komentar gak?
Jangan lupa tinggalkan jejak yoo😄😄
Jangan lupa follow IG ku juga karisma022
Juga akunku di wttp @nengkarisma

Ok, sampai jumpa lagi nanti yo😊😊

Salam dari Aruna ya😙😙

Sukabumi 24 Juni 2020
Revisi 05/01/21

Continue Reading

You'll Also Like

4M 43.2K 33
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.9M 93.7K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
247K 7.7K 33
Ify tidak pernah menyangka akan dijodohkan oleh Ayahnya dengan lelaki yang tidak pernah dikenalnya. Rio lelaki dingin dan kejam yang dinikahkan oleh...
55.9K 3.7K 58
{SELESAI} Bagi Popor bekerja pada Kevin adalah sebuah tragedi. Hidupnya yang awalnya tenang di basemen sebagai Office Girls, terpaksa harus terusik k...