20:00 [✔]

By Lee_Wookyung

6.3K 1.2K 180

[SEDANG DALAM TAHAP REVISI] ❝ Jam delapan lo deketin peti kemas di pinggir taman itu, lo bakal ngalamin ya... More

[ a/n 0.1 ]
01 | m a l a m
02 | p e n g e n a l a n
03 | p e s a n
04 | l i h a t
06 | d i m u l a i
07 | b e r h e n t i
08 | b e r s a t u
09 | t u n t a s
10 | g e n g
SECTION 2
11 | awal yang baru
12 | siswa baru
13 | rasa curiga
14 | diari
15 | pengantar
16 | bagian taehyun
17 | antara mereka
18 | pangeran
19 | pertemuan orang tua
20 | saksi
21 | sekian lama
22 | kunci
23 | peri imajinatif
24 | dongeng peri
25 | hari terakhir pertama
26 | pertengahan
27 | keputusan
28 | manajer
29 | ketahuan
30 | bintang lapangan
31 | voli
32 | instagram
33 | hari terakhir kedua
34 | makhluk lain
35 | mengambil buku
36 | perlihatkan
37 | kita bertemu
38 | ibu peri
39 | ibu peri (2)
40 | cermin mama
41 | datang lagi
42 | hilang
43 | labirin
44 | mama dan peri
45 | detik-detik
46 | selamat tinggal
47 | acara realita
48 | peraturan
49 | kompetisi
50 | pulang
51 | kenyataan
52 | bintang
53 | kisikan
54 | terakhir dari akhir
55 | abadi [end]
[ a/n 0.2 ]
[ ayo buka ]

05 | f a k t a

200 45 18
By Lee_Wookyung


• 20:00 •

"Jadi, Kim Hyunjin sama Hwang Hyunjin beneran kembar?" tanya Jaemin sekali lagi, memastikan.


Heejin mengangguk cepat. Membuka penutup kaleng minuman dan meneguknya sampai tersedak. "Ehek! Eh... iya, gitu deh."

Jaemin mengangguk. "Terus, mereka ganti marga dan berusaha nyembunyiin identitas asli mereka karna itu permintaan masing-masing orang tua mereka?"

"Iya."

Oke, detik ini juga cowok itu pusing tujuh keliling. Diusapnya poni yang sudah menutupi setengah dahinya itu. Sudah pusing, panas pula. Untung Heejin dengan senang hati mentraktirnya sekaleng soda.

"Buset lagi keadaan kayak gini aja Jeno masih sempet ngebet Siyeon," keluh Jaemin yang tak sengaja melihat Jeno dan Siyeon berduaan berjalan di sepanjang jalan kecil taman.

Heejin tertawa kecil sembari mengayunkan kedua kaki. "Lo kan juga lagi berdua sama gue, Jaemin."

"Tapi gue gak ngebet elo."

Skakmat. Mata Heejin langsung melebar dengan bibir tertekuk lucu. Wajahnya tertunduk, mirip sekali dengan ekspresi meme imut. "Ehm, oke."


Kepala Jaemin terangguk-angguk memikirkan perkataan Heejin kembali. "Oh ya, lo tau semua ini dari mana? Jangan-jangan cuma halu aja, ya!" tuduhnya.

"Ih enggak! Gue dulu satu sekolah sama duo Hyunjin dan mereka dulu masih. Orang tua mereka cerai pas liburan sekolah menjelang naik ke kelas sepuluh ini. Jadi ya jangan heran, akting mereka masih cetek banget."

Lalu percakapan di akhiri dengan tawa dari keduanya.

Lantas cowok itu beranjak dari duduknya, melempar kaleng soda ke tong sampah di sebelah Heejin. Tangannya setelah itu diusapkan ke seragam dan terulur menawarkan bantuan untuk berdiri.

Awalnya Heejin ragu. Mengingat selama ini Jaemin bersikap jutek padanya dan kini malah berubah drastis. Tapi ia tetap menerima tawaran itu agar suasananya jadi tak canggung, lalu berterima kasih.

Cowok itu memimpin jalan menuju ujung taman, tepatnya ke tempat peti kemas hitam hangus itu berdiri. Hawanya di sana jadi aneh, mendadak bulu kuduk keduanya meremang. Suasana sunyi mendukung kengerian mereka.

"Kenapa sih peti kemas udah gosong gini masih tetep dipajang? Taman bagus-bagus gini kok ada giniannya? Serem, tau." Itu pertanyaan Jaemin. Tadinya ia berniat basa-basi saja, tapi cewek di belakangnya malah serius menjawab.

"Kata kakak gue, peti kemas ini tuhㅡya, kayak peti kemas biasa. Sekolah pesen ratusan kursi sama meja baru buat anak kelas sepuluh. Pake mobil pun ga mungkin. Meja sama kursinya mau ditaroh di mana? Ditaruh di luar bakal kepanasan sama keujanan. Lagian gedung kelas sepuluh dulu sedang ada renovasi besar-besaran."

Heejin diam, menunggu balasan dari Jaemin yang hanya berupa anggukan. "Beberapa benda logam itu udah di pindahkan, tapi ada satu yang dibiarkan karna terjebak genangan lumpur danㅡewh, pasti jijik banget liat benda itu diangkat dengan permukaan bawah yang lengket-lengket cokelat."

Kekehan renyah keluar dari mulut Jaemin. Cowok itu merasa lucu dengan tingkah Heejin yang bergidik jijik itu.

"Peti kemas itu dibiarin gitu aja, sampe akhirnya ada lima siswa yang ngubah tempat itu jadi tempat perkumpulan rahasia. Dan, entah gimana ceritanya sampai akhirnya ada kebakaran hebat di sana yang menyebabkan mereka... tewas."

"LOH SIAPA YANG BAKAR?!"

"Ya mana gue tau, cari tau sama Kim-Hwang sana!" cetus Heejin kesal. "Staf sekolah baru tau tempat ini dijadikan markas setelah peristiwa itu terjadi. Gak ada yang tau juga, kenapa tempat ini bisa terbakar."

Jaemin dan Heejin sama-sama bergeming.

"Jadi kalau Kim dan Hwang liat sesuatu, itu berarti arwah mereka?"

"Uh-um." Cewek itu mengangguk. "Dari desas-desus yang ada katanya sih mereka indigo. Di sana tempat terliar di sekolah ini. Pasti, orang yang bisa lihat sesuatu bakal anti banget sama area ini."

"Ah, peti kemas ini gak pernah dipindahin lagi, karna udah ada dua korban jiwa dan lima korban luka-luka setelah nyoba angkat benda ini dari tempatnya. Ya, serem sih. Itu berarti lima siswa yang tewas itu liar banget, energi mereka besar."

"HEH TAPI KENAPA KITA NGOMONGIN MEREKA DI SINI?!" Jaemin auto porak-poranda. Kenapa juga Heejin baru memberitahukannya sekarang.

"Gak apa-apa. Asal kita gak bisa liat mereka dan gak berusaha rusakin peti kemas markas mereka, pasti mereka gak bakal ganggu." Heejin menenangkan. Syukur, Jaemin langsung lega saat itu juga.

"By the way, lo tau ini semua sampai detail gini dari mana sih?"

"Gue tadi kan udah bilang. Dari kakak gue, alumni dua tahun lalu."

"Na Jaemin!" panggil sosok bermata sipit yang berada di kejauhan. Lee Jeno, siapa lagi?

Jaemin tersenyum, balik melambaikan tangan. Senang sekali ternyata Jeno tidak melupakannya, meski di sana masih ada Siyeon bersama cowok itu.

"Nah, lo udah dipanggil Jeno. Gue pergi, ya?" Heejin mengangkat tangan kanan, kemudian berbalik dan hendak pergi begitu saja.

"Lho, lo ga ikutan? Ada Siyeon juga kok."

Heejin menerbitkan senyum manisnya. "Enggak, gue ada urusan soalnya."

Mendengar balasan itu, Jaemin hanya ber-oh panjang. "Oke, gue pergi dulu ya. Duluan, Jin."

Belum sampai sepuluh langkah Jaemin pergi, Heejin kembali berbicara dengan tubuh sudah berbalik hendak pergi.

"Makasih ya, buat hari ini. Makasih, udah percaya sama gue."

Jaemin langsung berhenti dan berbalik, menatap punggung Heejin yang sudah pergi dan wujudnya mulai hilang samar-samar. Cowok itu menghela, menyadari bahwa ada kekosongan yang menyelinap hati cewek bernama Jeon Heejin itu.

***

Cewek yang ada di dalam kamar serba pink itu bergeming. Bibirnya bergerak seperti mengatakan sesuatu yang tak jelas. Matanya menatap nanar pada sekumpulan kertas dan coretan yang ada di papan depan meja belajarnya.

Baru saja tangannya hendak mengambil spidol merah, suara teriakan memekakkan pendengaran timbul dari ruang yang berada lima meter dari kamarnya.

"Aku udah urus Heejin di sini, tiga tahun! Bahkan sekarang dia udah masuk dunia SMA, kamu gak malu ninggalin istri dan anaknya sendirian di sini?! Malu kamu, Jeon, malu harusnya!"

Lalu, terdengar suara berbeda yang agaknya berasal dari ponsel. "Aku udah transfer semua uang kebutuhan kalian! Apalagi yang kurang?! Aku di sini juga kerja, ngertilah sedikit!" balas suara itu tak kalah sengitnya.

Tersengar suara wanita itu berdecak, lalu kembali melanjutkan pertengkarannya dengan sang suami yang sedang merantau di negeri seberang.

Heejin menggeram. Ia berjalan menuju pintu kamar dan menendangnya kuat-kuat. Seperti apa yang diharapkannya, wanita itu langsung membentak nama Heejin. Ya, cewek itu malah senang kalau mamanya balik memarahi,

karena hanya dengan itulah ia meluapkan segala emosinya.

Tak mau berlama-lama larut dalam emosi, Heejin kembali ke meja belajarnya sembari mencoret-coret rencana untuk selanjutnya.


Jangan kalian kira ia tak ada persiapan. Tentu, menjebak Jaemin agar membuat duo Hyunjin itu sengsara sudah direncanakannya sejak liburan masuk tahun ajaran baru.

"Jeon Heejin, buka!" Itu suara mamanya.

Tanpa berlama-lama lagi, ia membukakan pintu dengan wajah datar.

"Mama pinjam meja belajar kamu."

Heejin melotot. Lagi-lagi mamanya bertingkah kekanakan. Hell, lagi pun siapa pula orang tua yang tega membuat anaknya tak nyaman dengan memakai meja belajar anaknya sendiri? Oh, kecuali Mama Jeon tentunya.

Belum sempat Heejin berkata-kata, Mama Jeon sudah masuk terlebih dahulu. Matanya awas meneliti seisi kamar putri semata wayangnyaㅡya, fakta bahwa Heejin memiliki kakak hanya dusta. Lalu, seperti biasa ia tertawa melihat pemandangan depan meja belajar Heejin.

"Apa-apaan lagi. Mau jadi detektif abal-abal kamu? Papan kok dibuat nempel yang aneh-aneh? Harusnya tuh sibukin diri dengan belajar! Kayak anaknya Tante Kim sama Om Hwang tuh, pinter dia, belajar terus gak kayak kamu."


Tentu saja yang dimaksud oleh wanita itu adalah Kim dan Hwang, anak kembar beda marga.

Heejin makin geram. Sudah pinjam meja belajar tanpa persetujuan, main caci maki pula. Yang hanya bisa ia lakukan hanya membayangkan dirinya marah, bukan dengan merealisasikannya.

Punya nyali sebesar apa Heejin sampai berani melawan ibu kandungnya?

Dengan langkah tegas, cewek dengan rambut yang diikat ekor kuda itu mengambil buku dan pulpennya yang ada di atas meja sebelum pergi ke luar dengan pintu yang ditutup kasar.

Kalau kalian tebak Heejin akan melarikan diri ke kamar mandi, kalian benar. Seperti kebanyakan orang frustasi lainnya, ia mengurung diri di kamar mandi, menumpahkan semuanya di sana. Pikiran dan hatinya sudah retak, hancur.

Cewek itu sempat-sempatnya membuka buku dan mencoret-coret sesuatu di sana. Biarlah tulisannya tak terbaca dan buram karena tertetesi air mata, toh memang itu yang ia harapkan.













































Kim, Hwang, kalian tunggulah sebentar ya?
Tunggu pembalasanku :)

Continue Reading

You'll Also Like

2.8K 434 33
Elang, mengapa takdir tidak menyambut kita dengan ramah? Duniaku porak-poranda dalam satu kedipan mata, terus menerus dihujam lara. Elang, bagaimana...
398 57 3
"Sama kamu vibesnya bahagia banget, tapi semesta cuma ngizinin sebentar!" Amora tau, ini semua hanyalah imajinasi yang ia buat. Ia tanpa sadar mencip...
2.8K 154 35
[April 2020] Pahamilah perubahan sifatnya, layaknya cuaca yang mudah berubah-ubah. Sebab, dirinya pernah jatuh dan patah hati dalam kurun waktu yang...
1.7K 528 10
Orang baik akan pergi saat di sepelekan, tapi orang tulus tidak akan pergi sesakit apapun itu Dipublikasi: 29 Des 2023. Ending cerita: ------