Remake It to Me (FREE)

De Laceena

8K 1.3K 826

Bekerja sebagai pustakawan tentu menempatkan Hinata ke dalam tumpukan berbagai jenis buku. Profesi tersebut d... Mais

🌠1
🌠 2
🌠 3
🌠 5
🌠 6
🌠 7

🌠 4

1.1K 225 140
De Laceena

Pagi yang santai di hari ini di mana si papa muda sedang fokus pada cekatan tangannya mencampur bumbu-bumbu ke dalam salad sayur yang akan dia gunakan sebagai isian sandwich. Saus alpukat plus perasan air lemon sudah lebih dahulu dia siapkan berikut dua pasang roti dipanggang setengah kering. Sementara, istrinya duduk tak jauh dari dia, masih di meja yang sama sedang menyuapi putri kecil kesayangan mereka.

"Hun, lihat putrimu! Dia menghabiskan asparagus di tangannya." Hinata tak bisa menutupi kegembiraannya ketika menjumpai sensor motorik putrinya berkembang pesat.

"Anak Papa senang makan sayur, ya?!" Seketika Naero menengok ke mereka, mengulas senyuman yang selalu berhasil meningkatkan elok rupanya. "Kalau dibiasakan perlahan-lahan pasti dia suka."

"Yah, pertumbuhannya sangat bagus. Aku senang dia tidak mengalami hambatan apapun--tadinya aku berpikir akan ada masa sulit di sela-sela pertambahan usianya."

"Anakmu cerdas, sayang. Dia jarang sekali menangis."

"Tidak ada bayi yang akan menangis jika orang tuanya seperti kamu."

"Terima kasih, aku mengakui pujian itu." Sekejap sepasang alisnya naik mengimbangi sudut-sudut bibir yang mengembang. Ini bertepatan dia baru saja menuntaskan sajian sandwich-nya. "Kamu mau pistachio-mu, sayang?"

"Uhm, taburkan lebih banyak."

"Akan aku tambahkan—segelas susu?"

"Tidak."

"Oke, baiklah. Kita bisa segera makan jika anakmu sudah selesai."

"Hampir," sahut Hinata seraya dia menyuapkan sendok-sendok terakhir dari sup kentang yang dihaluskan bersama ikan salmon tersebut.

"Aku belum bilang, ya--"

"Bilang--apa?!" Kening Hinata berkerut menunggu sambungan kalimat suaminya.

"Kemarin aku bertemu Roseanna di supermarket, di meja kasir."

"Ah, lalu?"

"Kita saling sapa, menanyakan kabar, yah seperti umumnya perjumpaan teman lama. Dia juga mengajakku hangout di lain waktu, berbincang-bincang mengenai pernikahan."

"Dia ingin mewawancaraimu soal kehidupan setelah menikah? Apakah itu perlu?"

"Bukan begitu, sayang--"

"Mungkin saja dia mengharapkan kenyataan berbeda dari ceritamu. Contohnya, memikirkan kamu tidak bahagia dan dia bisa kembali mencoba masuk ke dalam lingkaranmu."

"Hei, calm down, please! Tidak ada hal seperti itu. Dia hanya bingung dengan rencana pernikahannya. Dia ditentang keluarganya. Aku kira Roseanna hanya menduga bahwa akulah satu-satunya yang bisa mendengarkan dia."

"Alasan klise. Fine, I don't want to be the bad human here. Kamu boleh pergi. Tapi, aku mau itu merupakan pertemuan terakhir. Kamu tahu seburuk apa mantanmu itu 'kan? Aku tidak suka seseorang yang berpotensi merusak keutuhan keluargaku menyelinap seenaknya."

"Ya Tuhan, jangan semarah itu!" Naero buru-buru menghampiri dan duduk di belakang istrinya usai menarik kursi kosong sejajar. "Cukup katakan tidak dan aku akan membatalkannya. Suasana di pagi ini sungguh luar biasa 'kan? Kita baru saja merayakan perkembangan Sunny, tidak pantas perkara sepele merusak segalanya. Apa kamu berpikiran sama denganku, sayang?" Lipatan detik sekian, Hinata mengangguk-angguk sembari memejamkan matanya. Cukup menyesali responsnya kepalang berapi-api. Dia kerap terpancing setiap kali mantan kekasih Naero mengisi perbincangan mereka.

"I'm sorry, I'm just worried. Masa lalu tidak pernah menjadi kedamaian dalam kehidupan rumah tangga siapapun. Dia sangat mencintaimu dulu. Kamu ingat ketika dia menolak undangan pernikahan kita 'kan?"

"Tentu, tidak ada yang salah terhadap kecemasanmu. Tapi, sayang, terus-menerus menduga sebentuk keburukan secara berkesinambungan justru bisa merusak konsentrasi. Kamu jadi sulit berpikir jernih karena bayangan itu menguasaimu—kita tutup percakapan ini dan aku tidak akan menemui dia. Apa kamu merasa lebih baik sekarang?!"

"Berkat kamu. Terima kasih sekali untuk selalu mengerti aku." Hinata menoleh dari balik punggungnya, mendapatkan satu kecupan agak lama di pelipis.

"Kita sarapan." Naero beranjak ke seberang meja, mengambil dua potong sandwich dan memberikan satu kepada istrinya. "Lupakan pembicaraan kita tadi, jangan sampai itu mengusik pekerjaanmu." Ada tekanan kecil pada nada perkataannya, persis sepenggal peringatan yang sekadar bisa dianggukkan oleh Hinata. Setidaknya dia menampakkan seringai demi meyakinkan dirinya baik-baik saja.

-----

Setengah jam Hinata tempuh untuk tiba di perpustakaan kota, tempat dia bekerja. Tujuh menit dia berjalan menuju ruangan, dan menaruh pula tasnya di permukaan meja. Namun, hitungan sekon sosok Roseanna merayap bagaikan mimpi horor yang menghantui kewarasan. Peresensi wanita itu senantiasa berhasil menjelma bak sebentuk teror mengerikan.

Hinata spontan menggigiti kukunya, mulai gemetaran selaras pandang bergerak liar ke sekitar. Sejemang singkat mendadak juga dia menyadari dadanya bagai terjepit, menyebabkan pernapasannya ikut tertatih-tatih. Sampai sisa kendali membuat dia gelagapan mengambil botol kecil berisi pil penenang dari dalam tasnya untuk ditelan tergesa-gesa. Air botol yang diminum pun tak ayal sedikit berceceran membasahi pakaian. Dia amat kerepotan setiap kali anxiety datang menyerang tak kenal tempat dan waktu. Dan semuanya gara-gara Roseanna, Hinata sangat membenci mantan kekasih suaminya itu.

Tubuhnya terduduk, terempas cukup keras. Punggung digiring bersandar, siku bertumpu di lengan sofa saat dia memijit keningnya. Hinata Pusing bukan disebabkan kesulitan pada rutinitas tugas-tugas di perpustakaan, melainkan keutuhan rumah tangga yang sedianya tak perlu dia curigai. Naero begitu besar mencintai dia serta putri semata wayang mereka. Permasalahan terletak pada kecemburuan dia mengalahkan seluruh afirmasi/ afeksi sang suami. Ibarat penuturan Gabriella dalam menggambarkan sosok Naero selaku pria impian, Hinata terlampau sadar akan ada wanita dan wanita semacam yang mengangankan suaminya.

"Hinata, ya ampun! Ada apa sih, denganmu? Aku memanggilmu entah berapa kali sudah. Kamu kelihatan pucat, sakit?"

"Aaa, tidak. Aku—aku cuma mual. Yah, mual."

"Katamu tidak, kemudian kamu bilang lagi cuma mual. Bukankah itu sama saja menegaskan kalau kamu memang kurang fit hari ini?"

"Mual di pagi hari tidaklah mengherankan bagi sebagian orang. Barangkali karena terlalu banyak pistachio yang aku makan di rumah."

"Ehm, masuk akal juga." Gabriella menyilangkan kedua lengannya ke dada. "Berarti, kamu sarapan di rumah?"

"Naero memasak untuk kami semua."

"Tidak mengherankan lagi, si suami idaman. Tapi, bisakah kamu berhenti membuatku iri? Aku sangat ingin menemukan laki-laki seperti itu. Beritahu aku di mana mendapatkannya?" Gabriella mendesah rendah, berjalan lambat sebelum dia duduk berhadapan dengan Hinata.

"Coba cari saja ke tempat-tempat yang menurutmu mustahil."

"Shut up, Lady! Kamu tidak sepantasnya mengejek temanmu ini, Hinata."

"Agar kamu segera bangun dari mimpimu dan temukan laki-laki yang sebaiknya tidak pernah menduakanmu."

"Pacarku setia. Aku tidak punya masalah mengenai hubungan percintaan, selain aku pribadi yang merasa tidak puas terhadap pola pikirnya. Aku hanya mau pernikahan, itu saja."

"Katakan itu di depan dia, bukan aku."

"Dibutuhkan waktu yang tepat, Hinata. Sulit bagiku  mengutarakan keinginan terpendam. Aku kepikiran risikonya, bagaimana bila tiba-tiba dia membenciku dan mengakhiri hubungan kami?!"

"Atau itu cuma pembenaran untuk menunda keputusanmu? Kamu tidak akan tahu hasilnya tanpa mencoba. Berhentilah mengeluh selagi kamu masih stuck di dalam asumsimu, Gabby." Si empu yang disebut nihil menanggapi, malah mengangkat bahu tanda tak acuh. "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu," sambung Hinata pula. "Apa kamu pernah mempertimbangkan kisah Alice? Maksudku, tidakkah mungkin cerita seperti itu benaran ada di dunia ini?"

"Apa?!"

Continue ...

Continue lendo

Você também vai gostar

143K 342 13
21+++ Mengandung unsur kekerasan sexual dan pornografi. Ga suka? Skip. Plagiat menjauh! Tentang Cesa yang menikah dengan seorang pria kaya. Bukannya...
208K 288 17
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca
622K 37.7K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
205K 519 20
21+++ Tentang Rere yang menjadi budak seks keluarga tirinya