πŸ†ƒπŸ…°πŸ…ΌπŸ…°πŸ†ƒ Sangat Membenci Me...

By iu3a17

130K 6.9K 1.2K

[WARNING: TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR C... More

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Curhatan Mimin Selama Menerjemahkan
Introduction
Chapter I Katanya Semakin Membenci Sesuatu, Semakin Sulit untuk Menghindar
Chapter II Perang Dimulai
Chapter III Keduanya Memanas
Chapter IV Cara untuk Membalas
Chapter V Menyaksikan Sendiri
Chapter VI Seseorang yang Sok Kuat
Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha
Chapter VIII Perubahan Sudut Pandang
Chapter IX Di Waktu Malam
Chapter X Perasaan yang Menuntun
Chapter XI Dibawah Guyuran Air Dingin
Chapter XII Mati Akibat Ucapan
Chapter XIII Di Tengah Situasi Buruk
Chapter XIV Perasaan yang Terucap
Chapter XV Menelan Kata-Katanya Sendiri
Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup
Chapter XVII Kedua Kalinya Telah Dimulai
Chapter XVIII Mulut yang Berkata Tidak...
Chapter XIX ...Tapi Setiap Waktu Selalu Selesai
Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?
Chapter XXI Beginikah Teman?
Chapter XXIII Status Hubungan
Chapter XXIV Saat Memutar Sumbu yang Hampir Terlepas
Chapter XXV TTM Bukan Pacar, Tidak Berhak Bertindak Posesif
Chapter XXVI Berhenti Di Tempat yang Sama
Chapter XXVII Tiba Pada Titik Memutuskan Hubungan
Chapter XXVIII Menyalahkan
Chapter XXIX Ketika Type Telah Memiliki Status Hubungan
Chapter XXX Pulang ke Rumah
Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka
Chapter XXXII Cara Berpikir Pria Buruk Itu
Chapter XXXIII Seseorang yang Egois
Chapter XXXIV Ulang Tahun Bersama Seseorang di Masa Lalu
Chapter XXXV Tidak Terlihat akan Dicampakkan
Chapter XXXVI Harga untuk Menahan Sebuah Kenyataan
Chapter XXXVII Ketika Dia Meminta Putus
Chapter XXXVIII Cerita Kala itu
Chapter XXXIX Sungguh, Seseorang yang Lebih Tinggi
Chapter XL Milikku!
Chapter XLI Huft, Dia Benar-benar Jahat
Chapter XLII Menghimpun Tentara, Jangan Gila...
Chapter XLIII Rasanya Benci, Bagaimanapun Juga, Aku Mencintainya
Chapter XLIV Di Atas Panggung
Chapter XLV Bercinta di Malam Hari
Chapter XLVI Kebahagiaan Ini Akankah Berlanjut ?
Chapter XLVII Di Belakang Cintanya
Chapter XLVIII Ketika Sang Mantan Kembali
Chapter XLIX Tolong, Kembalilah
Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar
Chapter LI Mantan VS Pacar
Chapter LII Karena Cinta, Sehingga Takut
Chapter LIII Penyebab Berjanji
Chapter LIV Penyebab Sebenarnya
Chapter LV Kebenaran Di Bawah Dusta
Chapter LVI Investasi yang Tidak Terbayarkan
Chapter LVII Menghancurkan Topeng
Chapter LVIII Pernyataan yang Tidak Sesuai Harapan
Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es
Chapter LX Pertarungan Panas di Lautan antara Mertua dengan Menantu
[END]Chapter XLI Akhir Pertempuran Tak Terduga

Chapter XXII Aku Tidak Akan Berbaikan!

2K 108 22
By iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Kamu adalah Teman... Tapi adakah teman yang menginginkan ini?"

". . ."

Setelah pria muda itu membiarkan Thara menyentuh bibirnya sesaat, sedangkan tangan Sang Drummer muda menyentuh wajahnya dengan lembut, rasa panas dan manis merasuk ke dalam hatinya. Suasana seperti ini bagaikan Hukuman bagi seseorang.

Ketika dua tangan lembut menyentuh wajahnya, anak itu mengangkat tangan untuk menepisnya. Mimpi manis yang terjadi benar-benar singkat, membuat pria itu tidak dapat melakukan apapun. Bahunya telah di dorong sekuat tenaga. Diapun harus menarik tubuhnya untuk menjauh.

"Type"

Tharn memanggil, kedua matanya yang tajam menatap wajah yang terlihat tenang dan mulus, menyiratkan ekspresi tidak mengerti.

Baru saja, dia telah memberikan harapan.

Seandainya dia tidak merasakan apapun, bagaimana bisa dia mengijinkanku menciumnya?

Akan tetapi, setelah wajah mereka benar-benar terpisah, saat Tharn menatap ke dalam dua mata yang sangat disukainya, pria itu mulai meragukan pemikirannya.

Pandangannya... Terlalu hampa.

"Kamu mabuk, ayo kembali"

Type hanya berbicara begini, membuat pria yang mendengar hanya terduduk di tempatnya, menatap ke arah anak yang mulai berlagak memanggil pegawai restoran untuk menghitung semuanya, sampai pada akhirnya Tharn buru-buru mengatakan;

"Aku tidak mabuk"

"Kamu mabuk"

Type berpaling sambil menjawab dengan suara yang lancar, sedangkan Tharn memperlihatkan ekspresi wajah sesuai dengan suasana hatinya.

"Aku tidak sedang mabuk, hanya minum beberapa gelas tidak bisa dibilang mabuk!"

"Kamu mabuk Tharn, kamu benar-benar mabuk!"

Type masih saja menegaskan, hanya saja dia mengatakan dengan nada yang suram. Ada emosi yang tersirat di matanya, entah apa yang membuatnya merasa begitu marah atau tidak puas dengan semua ini. Jelas sekali terlihat sampai membuat Tharn ikut menegaskan dengan nada yang jengkel;

"Aku yakin, aku tidak sedang mabuk!"

"Jika kamu tidak mabuk. Bagaimana bisa kamu melakukan tindakan sialan begitu!"

Kali ini Type menatapnya dengan marah, bersikap seolah berada dalam batas kesabaran dan berusaha untuk menahan amarahnya. Sikapnya ini membuat Tharn tetap duduk di tempatnya. Menatap ke arah anak yang terus menuduhnya mabuk, seolah yakin bahwa dia benar-benar telah melakukan sesuatu tanpa dipikir. Tapi Tharn, hanya terus menegaskan... Bahwa sesaat lalu dia tidak sedang mabuk

"Phi, ini uangnya"

Type memalingkan wajah pada pegawai yang datang, tapi Tharn masih bersikeras berbicara padanya dengan nada serius, terlihat sedang memohon agar anak itu mau mendengarkannya.

"Kamu menuduhku menciummu karena aku tidak sadarkan diri, tapi biarkan aku memberitahumu. Mabuk tidak membuatku menjadi gila, tapi mabuk membuatku menjadi lebih berani."

Thiwat langsung mengalihkan pandangan untuk menatap ke arah suara, kedua matanya langsung menangkap pandangan Tharn, sehingga pria itu menegaskan dengan nada bicara berat sekali lagi;

"Kamu pikir, sudah berapa lama aku menginginkan ini!"

". . ."

Sepasang mata keduanya saling menatap, mereka sama sekali tidak bergerak. Terlihat bahwa mereka saling tidak memahami pandangan yang tersirat dimata masing-masing, atau mungkin salah satu dari mereka memang tidak ingin memahami apapun saat ini.

Langsung saja Type mengeluarkan dompetnya, kemudian mengambil sejumlah uang yang tidak seberapa nilainya, meletakkan uang itu di atas meja kemudian bicara;

"Aku menunggumu di luar restoran. Cepat, aku ingin segera kembali ke ruanganku"

Sebelum melangkah keluar Type menatap sejenak pada pria di hadapannya dengan pandangan marah...

Tharn hanya bisa menggosok wajahnya untuk menutupi pandangannya yang menyiratkan kebingungan.

Apa aku sedang di tolak? Bukankah seharusnya kamu terbiasa dengan ini. Berapa kali dirimu ditolak seperti ini?

Saat ini Tharn hanya bisa tersenyum getir, pada akhirnya dia hanya bisa mengasihani dirinya yang telah berbuat berani malam ini. Kondisi saat ini hanya membuatnya bernafas berat.

Phi Jet hanya dapat memandang dengan pandangan cemas ke arah pria itu, bagaimanapun juga pria itu tidak dapat mengangkat senyuman hanya untuk membayar makanan, setelahnya dia pergi keluar restoran sambil tidak bisa melukiskan perasaannya, haruskan merasa senang dengan ciuman itu atau merasa sedih dengan ucapan yang didengar darinya.

***

Keduanya kembali ke asrama dengan menaiki taksi. Type sendiri tidak mengatakan apapun selama perjalanan, sedangkan Tharn hanya memalingkan kepalanya untuk menatap ke luar jendela. Mereka berdua seperti memikirkan masing-masing kejadian yang baru saja terjadi. Bahkan setelah kembali ke dalam ruangan asrama, mereka tidak saling membuka pembicaraan.

Anak dari wilayah selatan itu keluar dari ruangan untuk mandi, sedangkan Tharn hanya terbaring di atas tempat tidurnya, tidak dapat mengalihkan pemikirannya dan hanya memikirkan kejadian itu saja.

"Haruskah aku mabuk"

Tharn tenggelam dalam pikirannya, dia sampai tidak habis pikir, padahal caranya mencium jelas bukan seperti tuduhan yang diucapkan oleh Type. Sentuhan itu sekarang masih melekat dibenaknya, membuat otaknya hampir tidak bisa bekerja dengan benar. Sentuhan itu seperti kabut yang menyelimuti pikirannya. Apa yang dilihat di awal kejadian serta apa yang didapat pada akhirnya hanya bisa membuat pria itu menghembuskan nafas dengan kasar.

"Benar-benar membuatku sakit kepala"

Pemuda itu mengatakan pada dirinya sambil mengangkat tangan untuk meletakkan lengan di dahinya, meskipun dia berbicara pada dirinya untuk bangun dan mandi, tapi dia masih ditempatnya, masih yakin dengan apa yang telah dilakukan, dan hanya bisa mengingat ekspresi wajah pria yang satu setengah jam yang lalu mengijinkannya mencium bibirnya.

Ciuman itu rasanya tidak sama seperti sebelumnya.

Meskipun mereka sering berciuman, bahkan sepanas apapun ciumannya, tapi Thara bisa merasakan bahwa tidak ada emosi yang tersimpan di dalamnya, perasaan manis yang dirasakan saat itu karena mereka sama-sama merasa bahwa itu memang bagus. Tapi ciuman yang baru saja terjadi, mampu memancing emosi yang terdapat di dalam tubuhnya bahkan setelah dilakukannya malam ini...

Rasanya benar-benar berbeda

Karena terasa begitu berbeda, dia menjadi begitu kecewa saat menemukan pria itu menuduhnya mabuk.

"Huft"

Tharn tidak tahu sudah melamun berapa lama, sekarang ini dia tahu hubungan mereka akan selalu terus berputar seperti ini lagi dan lagi, sampai pada akhirnya pintu asrama dibuka, pria yang baru saja mandi itu telah kembali hanya dengan mengenakan celana pendek. Dia melihat ke arah pria blasteran itu sambil berjalan ke arahnya.

Tubuh jenjang yang terbaring telah memutar ke samping, seolah tidak ingin menatap wajah anak itu. Meskipun sebenarnya anak itu tahu.

Huft, pada akhirnya Tharn hanya bisa merasa kecewa.

Thara sepertinya terlambat mengetahui hubungan mereka. Karena bagaimanapun juga dia tidak punya hak untuk mengekspresikan perasaannya pada orang itu sampai seperti ini. Mau seperti apapun dia, Type tidak akan tertarik ataupun perduli. Meskipun dia mati karena rasa sakitnya, anak itu tidak akan sadar soal ini.

Seharusnya dia sadar bahwa dia sendiri yang telah merancang dan menunjukkan hubungan yang seperti ini padanya. Anak itu hanya tinggal menunggu untuk bertengkar padanya, kemudian memisahkan diri darinya atau bertingkah layaknya seorang gadis.

Aku tahu, meskipun tidak punya hak sedikitpun berpikir begini, tapi tidak tahan untuk tidak bisa berbaikan dengan semua ini

"Tharn"

Hm!!!

Meskipun membatin begini, saat mendengar namanya dipanggil dan sadar bahwa anak itu sekarang sedang berdiri berlawanan dengan tempat tidurnya, tapi tubuh jenjang di atas tempat tidur masih tetap berada di posisi yang sama, membelakangi anak itu. Meskipun begitu dia masih saja menunggu anak itu akan mengatakan apa padanya, seolah memberikannya sebuah harapan di hatinya. Meskipun siapapun tahu seharusnya dia menyerah saja.

"Tharn, kamu bisa mendengarku 'kan?"

". . ."

Thara ingin menghembuskan nafas berat karena kebodohannya sendiri. Dia seharusnya mengambil kesempatan saat anak itu memanggilnya, tapi... Dia sekarang masih tetap berbaring seperti itu di tempatnya.

"Tharn, aku tahu kamu masih belum tidur"

"Em"

Pada akhirnya Sang Drummer mengeluarkan suara untuk meresponnya, sedangkan Type yang tidak bisa punya pilihan, hanya bisa berputar dan kembali masuk ke dunia seperti itu;

"Ayo, tidur bersama"

Kali ini, dalam hati si pendengar hanya dipenuhi banyak pertanyaan. Pertanyaaan sebaiknya dia melakukannya atau tidak. Setiap waktu dia adalah orang yang pertama memulai, selalu saja dirinya, dan ucapan Type mampu membuat pria bertubuh jenjang itu membalikkan tubuhnya, kemudian menatap ke mata pria yang sedang menatapnya.

Masih terlihat begitu tajam

Sampai pada akhirnya, harapannya runtuh kembali.

"Ayo, tidur bersama"

"Kemarilah"

Tharn mulai menerima ini, kemudian berbicara dengan ekspresi wajah yang tenang padanya. Saat ini, ketika Type memajukan tubuhnya dia menggunakan tangan untuk menariknya, membuatnya terbaring di ranjang yang sama. Anak itu terlihat menurut dengan baik, terlihat pasrah saat menjatuhkan diri di atas tempat tidur untuk menemaninya berbaring. Menatap dengan matanya yang bersinar, terlihat sekali perasaan puas yang terlukis di matanya seolah semua ini memang sudah seharusnya.

Dia hanya ingin bersetubuh, bukan bercinta

"Hei!"

Anak dari wilayah selatan itu langsung berteriak, bagaimana tidak, karena sekarang kaki pria yang terbaring di sebelahnya terangkat dan diletakkan di atas tubuhnya yang dingin, karena dia baru saja mandi. Sedangkan kedua tangannya memeluk tubuhnya, melingkar di sekitar dada, dan matanya tertutup.

"Ayolah, katanya mau tidur"

Suara bass terdengar sambil memeluk tubuh dingin di sebelahnya, karena ranjang sempit dia memeluk erat tubuh anak di sebelahnya, hanya saja anak itu bisa merasakan lengan yang memeluknya sama sekali tidak bergerak, tapi si pria mabuk hanya meletakkan kaki, kemudian menempelkan wajah di lehernya yang gelap, hanya saja tidak menciumnya.

Bukan hanya begini... Dia hanya ingin berbaring bersama

Tharn berbicara;

"Sedikit sempit, tapi aku baik-baik saja"

"Bukan ini yang kumaksud, dasar brengsek! Tidurlah bersamaku"

"Memang kenapa, bukankah ingin tidur, tidurlah"

Tharn masih menutup matanya, dia bisa merasakan rasa marah anak itu.

Perasaannya sama denganku

"Tharn! Jangan meletakkan kakimu di tubuhku!!"

"Memang aku menaruhnya dimana sampai membuatmu jengkel"

"Dasar sialan!!"

Anak dari wilayah selatan melepaskan mulut anjingnya, tapi orang yang sedang memeluknya sudah tidak tertarik dengan semua ini, dia masih bertingkah tidak paham bahwa tidur yang dimaksud ini adalah hubungan seks, bukan tidur bersama. Sampai pada akhirnya...

"Oi!!! Aku tidak tahan lagi, dasar brengsek!"

Type pada akhirnya bisa mendorong tubuh pria itu menjauh. Pria itu berguling dan membuka matanya, menatap sejenak ke arah wajah anak yang memerah karena marah. Dia menggeramkan kalimatnya dengan nada berat, menatap padanya dengan penuh kebencian. Setelah itu dia berbalik kemudian duduk di tempat tidurnya sendiri dengan sekuat tenaga, membiarkan pria yang sedang terbaring tahu bahwa dia jengkel.

Melihat seluruh tingkahnya hanya membuat Tharn tersenyum di sudut bibirnya, kemudian menutup matanya.

Aku tahu ada kesempatan untuk diraih, tapi aku ingin mengajarimu, agar sadar bahwa yang kuinginkan bukan hanya sekedar berhubungan badan!

***

Aku bukan gay, bukan gay. Tidak akan pernah!

Type merasa belakangan ini sering berbicara sendiri...terlalu sering, sampai dia tidak tahan untuk terus menanyakan ini pada dirinya, mungkin kewarasannya bisa saja rusak. Tidak perduli berapa kali masalah itu berputar di pikirannya, dia tidak bisa melewatkan masalah yang menyangkut seseorang bernama.... Tharn

Memang siapa yang bilang anak bernama Thiwat itu tidak merasakan apapun tentang ciuman yang dilakukan oleh pria yang sedang mabuk semalam, dia bahkan terus menerus mengatakan pada dirinya...

Semuanya tidak benar!

Yah, seandainya tidak benar mungkin kamu bisa saja memukul Tharn 'kan, tapi pada kenyataannya yang keluar hanya ucapan buruk untuk menuduhnya mabuk.

Sialan, saat itu aku juga sedang mabuk sampai kehilangan akal.

Pemuda itu berpikir sambil sambil meletakkan dahi ditangannya yang menopang, jujur saja, dia tidak dapat memikirkan apapun selain hubungannya dengan kawan seruangannya itu.

Dia pernah membencinya, sangat membenci. Kebencian yang Type rasakan begitu besar, sampai ketika melihat wajahnya, dia ingin muntah. Tapi sekarang, Type mulai menerima bahwa dirinya sudah tidak benci, sebaliknya dia merasa begitu baik saat bersama. Karena keterbiasaan yang dirasakannya, membuat dia mulai beralasan dengan menghilangkan kata 'teman seks' menjadi teman...

Dia memang teman yang baik

"Adakah teman yang ingin saling berciuman?"

Ck, ataukah ini...

Pada akhirnya Type berusaha untuk menyimpulkan semua ini dengan berpikir aneh, tapi setelahnya dia begitu gugup untuk menyimpulkan. Karena perasaannya pada Thara ini jelas lebih dari sekedar teman biasa, tapi bukan dia bukanlah kekasihnya...

Yah, bisa berciuman seperti itu jelas lebih dari sekedar teman

Tapi tidak mungkin menjadi kekasihnya, karena aku tidak akan pernah berhubungan dengan seorang gay!

Akhirnya Type hanya bisa menegaskan kesimpulan terakhirnya sekali lagi, dan kembali berada di statusnya saat ini ketika bersama dengan teman seruangannya. Karena semakin dipikirkan, semakin membuat hatinya kalah. Bagaimanapun juga malam itu, dia tidak bisa membuktikan pada dirinya bahwa kondisinya benar-benar Type yang biasa.

Type memang merasakan sesuatu hanya karena permainan anak kecil begitu, hasilnya saat kembali dia menegaskan hubungan dengan memintanya berhubungan seks saja, tapi Tharn malah membuat jengkel dengan kakinya.

"Sialan, menolakku karena memiliki tuntutan seperti itu. Lalu berlagak bodoh seolah tidak tahu"

Type berbicara seperti ini, kemudian menghela nafas panjangnya sekali lagi...

Berbicara pada sendiri lagi... Lama-lama aku bisa dikirim ke *Srithanya [1]

"Kamu sedang bicara apa?"

"Loh, kok kamu ada di sini No?"

Saat teman dekatnya berbicara padanya, Thiwat mendongak dan baru sadar bahwa ternyata dia tidak sedang sendiri. Di sebelahnya, Techno yang duduk langsung membuat keributan;

"Heiiii, dasar Type. Aku sudah dari awal duduk di sini sebelum kamu duduk di sebelahku. Apa kamu sama sekali tidak melihatku? Teman, pikiranmu benar-benar menyimpang"

"Ya, yah. Aku memang menyimpang. Ada apa?"

Type terlihat malas berdebat dengannya, dan langsung bertanya sambil menghela nafas panjang.

"Sebenarnya, apa yang membuat pikiranmu gentayangan begitu? Karena aku sudah memintamu ikut masuk ke dalam tim sepak bolaku, walaupun kamu hampir tidak pernah memperlihatkan kepalamu. Baru saja, kamu pasti sedang terlibat masalah serius yang hampir membuatmu mati 'kan?"

Techno bertanya dengan nada cemas, membiarkan si pendengar tetap duduk di tempatnya. Type memang setuju saat diminta masuk ke tim sepak bolanya, tapi sejak dia datang, seluruh pikirannya di penuhi dengan seseorang hampir setiap waktu.

"Tidak bisa dikatakan, masalah ini menyangkut orang lain juga."

Type mengatakan padanya dengan nada serius, seolah si pendengar ini tidak boleh tahu apa yang dipikirkannya.

"Baiklah, terserah padamu. Masalah kali ini berarti masalahmu sendiri 'kan. Meskipun begitu, aku bisa mendengarkan keluhanmu kapan saja, bagaimanapun juga aku ini kapten timmu di masa depan"

Tujuan terpenting Techno langsung saja terungkap, membuat si pendengar hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sambil memikirkan apa yang harus dilakukan setelah pulang dari lapangan sepak bola, di samping itu dia tidak ingin berurusan dengan orang ini juga.

"Ngomong-ngomong, apa ada masalah dengan Tharn?"

"Tidak ada hubungan dengannya!"

Type langsung memalingkan kepalanya saat nama pria itu di seret masuk ke dalam percakapan.

Sepertinya, orang ini suka sekali membuka pembicaraan dengan menyangkutkan orang itu.

"Saat aku bertemu dengannya untuk menyapa, dia sama sekali tidak memalingkan wajah, ekspresi wajahnya benar-benar serius, aku yang berniat menyapa, saat melihatnya sialan, bulu kudukku berdiri. Aku bahkan tidak berani bertanya apa yang terjadi padanya, rasanya ingin mengumpat sebenarnya apa yang terjadi padanya"

Si Pendengar garis keras ini, langsung menautkan alisnya karena merasa cemas. Bagaimanapun juga, kawan baiknya ini berbicara seolah semua itu kesalahannya tanpa harus menyaksikan kejadian yang sebenarnya.

Sebelum ini, aku sudah melihat begitu banyak masalah yang terjadi 'kan.

"Kamu ini temanku atau temannya?"

Kali ini Techno tertawa saat mendengarnya berbicara;

"Temanmu, karena aku temanmu maka aku tahu siapa orang pertama yang sedang kamu umpat ini... Sejujurnya, aku kasihan pada Tharn. Bagaimana bisa dia menyukai orang sepertimu. Kalian memang bisa sampai sejauh ini, bahkan kedua Ce itu masih mempertanyakan semua ini. Walaupun aku tahu kamu memang memiliki hati lembut, hahaha... Saat memikirkannya membuatku tertawa. Orang yang begitu membenci gay dapat menghilangkan seluruh rasa bencinya, kemudian jatuh cinta pada seorang gay. Tidak bisa dibayangkan"

Techno berbicara dengan penuh rasa humor, dia bahkan memikirkan ucapan kedua Ce itu untuk sesaat, tapi ketika melihat ekspresi kawannya seperti sedang menelan pil pahit, dia langsung saja berseru;

"Hei, jangan-jangan kamu dan dia sudah..."

"Masukkan pemikiranmu itu ke dalam toples, setelah itu buang toplesnya ke dalam air. Itu tidak mungkin terjadi!"

Saat kawan baiknya menuding, Type langsung menaikkan nada bicaranya, membuat orang yang berbicara sambil mengangkat jarinya, segera menurunkan, dan memicingkan matanya.

"Type, tidakkah mencium bau aneh?"

Kali ini Type tersenyum dingin, kemudian bicara;

"Em, aku juga bisa menciumnya. Bukankah itu bau kaus kakimu? Sialan, bau sekali... Aku mau kembali ke ruanganku"

Tiba-tiba saja Type meresponnya, kali ini dengan cepat dia berdiri dari tempatnya, kemudian merebut segelas soda yang baru saja di beli, lalu berjalan menjauh dari tempat duduk penonton dengan cepat, tadinya dia hanya ingin menghabiskan waktu di lapangan, sekarang dia telah meninggalkan kawannya yang tidak bisa mengikutinya dari belakang;

"Apa sih masalahnya... MAKSUDKU KAMU YANG MENCURIGAKAN, TYPE! Memangnya kaus kakiku sebusuk itu ya?"

Saat bertanya pada dirinya, Techno menunduk dan mencium kakinya, setelah itu dia mundur lalu mengumpat;

"Sialan, busuk!"

***

Setelah Type meninggalkan sahabatnya di belakang, langkah kakinya yang tadinya berjalan cepat, lama kelamaan berhenti. Karena bagaimana pun juga, perkataan Techno yang baru saja diucapkan berputar di dalam benaknya. Type tahu masalah apa yang ada di benak pria itu, dan sadar bahwa pria itu tidak sedang bersikap aneh.

Entah, hubungan mereka telah berputar berapa kali, tapi dia masih melangkah sesederhana itu. Bagaimanapun juga, kebersamaan yang telah diduga oleh sahabatnya benar-benar jauh dari ekspektasi.

Aku sendiri tidak pernah membayangkan itu semua terjadi.

Type memicingkan matanya, alasan kenapa dia sampai keluyuran di lapangan sepak bola untuk menghabiskan waktu disebabkan teman seruangannya itu.

Anak itu merasa aneh. Memang saat ini keadaannya tenang, sangat tenang sampai rasanya tidak nyaman dan begitu kehilangan.

Awalnya Type pikir, mungkin pemikirannya berlebihan. Tapi saat anak dari wilayah selatan itu mendengarkan cerita Techno, dia menyadari selama 3-4 hari ini, Sang Dummer muda itu lebih tenang dari biasa. Benar-benar diam, sikapnya kembali sedingin es seperti sebelumnya sampai Type tidak ingin mendekatinya... Karena dia sendiri tidak nyaman berada di dekatnya.

Sebenarnya... Perasaan apa ini?

Type memegangi dada di sebelah kirinya, alisnya terjalin. Dia bisa merasakan perasaan aneh dan tidak nyaman di dadanya. Hatinya seolah diganggu oleh sesuatu yang dia sendiri tidak tahu apa itu. Tapi yang jelas, semua ini menyangkut seseorang bernama Tharn.

"Hanya tidak ingin tidur bersama, memang bisa menindasku begitu"

Sekali lagi Type berbicara pada dirinya sendiri.

Baguslah, orang itu ternyata mampu membolak-balikkan suasana hatinya dan membuat anak itu merasa tidak bahagia. Alasan yang diketahuinya ini terus saja disangkal selama beberapa malam sebelumnya. Meskipun merasa sedikit kehilangan, Type tidak punya cara lain untuk membujuknya sekali lagi, karena hasilnya pasti akan sama seperti saat dia membujuk di malam itu. Bagaimanapun juga, dia harus rela menyerahkan perhiasan terpentingnya, yaitu hatinya.

Hanya aku kah yang sedang berpikir begitu keras, sialan, rasanya benar-benar tidak ada harapan.

Pada akhirnya, anak muda itu hanya menuduk, kemudian menghela nafasnya. Memikirkan waktu yang tepat untuk membujuknya lagi, kapan hari jumat atau sabtu tiba?

Baiklah jumat malam, Tharn apa kamu puas?

***

Setelah mengatakan pada dirinya untuk tidak menunda lagi rencananya. Type pada akhirnya hanya mengeluarkan umpatan sekali lagi;

"Kamu benar-benar brengsek, apa-apaan ini!!!"

Meskipun bicara rasanya tidak berguna, karena orang yang dimaksud tidak ada di tempatnya.

Sekarang masuk hari sabtu. Ketika Type bangun di pagi hari, dia melihat sebuah catatan tertempel di atas meja jepang bertuliskan kata:

[Pulang ke rumah]

Singkat, padat, dan jelas. Hanya terdiri dari tiga kata. Anak itu merasa sangat marah sampai dia bisa mendengar udara berhembus keluar dari telinganya. Wajahnya yang terlihat pintar itu merengut, dia tidak tahan untuk langsung mengumpat ke arah tempat tidur yang ditinggal pemiliknya;

"Benar-benar, kamu ini apa-apaan? Memang apa yang membuatmu marah? Ini sudah lewat beberapa hari, dasar brengsek. Masih saja diam. Kembali ke ruangan diam-diam, sialan bahkan tidak mengatakan apapun. Memang apa yang kamu inginkan dariku? Huh, lalu aku, kenapa aku semarah ini? Bukannya dia tidak di sini, rasanya jauh lebih baik? Aku bisa memiliki ruangan ini sendiri. Bukankah seharusnya kamu merasa bahagia Type, kali ini Tharn benar-benar ingin berpisah darimu."

Pada akhirnya, Type yang merasa jengkel sendiri mengatakan semuanya dengan perasaan yang sangat tidak bahagia.

Bukankah pria itu hanya mengatakan akan pulang ke rumah. Memang apa sulitnya mengatakan itu pada teman sekamarnya sendiri?

Orang yang sedang bingung dengan perasaannya sendiri bertanya pada dirinya dengan nada berat. Kemudian dia duduk di atas tempat tidur, menatap ke arah tempat tidur, sambil terus menyalahkan sikap marah pria blasteran berhidung tembok karena telah pergi meninggalkannya begitu saja.

"Masalah ciuman bisa membuatnya seperti ini, tidak 'kan?"

Type berbicara pada dirinya lagi, dia menatap ke arah tempat tidurnya sejenak sebelum berbaring di atas tempat tidurnya.

"Bermimpilah, kalau kamu pikir aku akan berbaikan denganmu!"

Pada akhirnya, anak itu sekali lagi mempertegas seperti apa dirinya...

Tidak akan berbaikan!

Tentu saja, orang seperti Type tidak mungkin pergi untuk berbaikan.

***

Dug

"Minumlah"

Pada hari minggu sore, saat Tharn kembali ke dalam ruangan dengan membawa tas bawaannya. Type segera bangun dari tempat tidurnya, kemudian berjalan menuju kulkas yang ada di tengah asrama, lalu meletakkan kaleng minuman di tengah meja jepang. Tanpa basa-basi, sedangkan pria yang baru saja kembali, sama sekali tidak menyapa atau menduga, dia hanya mendongak untuk menatapnya;

"Apa ini?"

"Memang apa menurutmu? Anggur mahal!"

Jelas, dia bisa melihat 'kan ini Sprite

Type berpikir begini sambil memeluk beberapa kaleng di tangannya, kemudian menatap ke arah pria yang mengangkat bahunya, mengatakan ucapannya dengan sangat lancar;

"Terima kasih, tapi tidak usah repot-repot. Aku tidak haus"

Setelah selesai bicara, pria itu terlihat akan keluar dari ruangan. Kemudian mengembalikan barang yang baru saja di beli oleh anak itu kepadanya. Melihat sikap dinginnya, anak itu menggertakan giginya. Dia bisa mendengar suara wajah memerah karena marah, sampai pada akhirnya anak itu membuka sebuah kaleng soda.

Baik, akan kuminum sendiri

Kalau kamu mau mempermasalahkannya sampai sejauh ini, aku tidak akan berbaikan padamu!!!

Keesokan harinya;

Tidak, tidak tidak. Aku tidak bisa menyerah begitu saja.

Type masih mengatakan pada dirinya dengan kuat. Kali ini dia menjatuhkan satu kaleng minuman bersoda ke atas tempat tidur teman seruangannya. Lalu duduk bersila di atas tempat tidurnya sambil membaca buku.

"Apa ini"

"Entahlah, itu 'kan tempat tidurmu. Aku tidak tahu"

Saat Si pemilik ranjang pulang, dia bertanya. Tapi orang yang menjatuhkan berbicara seolah dia tidak tahu, terlihat sekali jengkel menuding tempat tidur itu bukan miliknya. Seandainya Tharn bertanya, maka anak itu siap menjawab tidak tahu. Saat dia melirik pria berhidung mancung itu, pria itu sedang mengambil kaleng minuman itu dan mengangkat bahunya, kemudian bergumam;

"Baiklah"

Setelah berbicara, Sang Drummer menarik pembuka botol dan meminum isinya. Membuat orang yang memberikan minuman terlihat memiliki sedikit harapan, setelah selesai meminum sodanya, dia berdiri, kemudian berbicara dengan mudahnya;

"Malam ini, aku akan tidur di tempat temanku"

Apa?! Aku 'kan sudah melakukan sampai seperti ini, apa kamu masih marah padaku!"

Anak dari wilayah selatan itu menggertakan giginya, dia menatap ke arah pria yang bermaksud berjalan pergi dari ruangan dengan sikap apatisnya. Seolah mengatakan padanya bahwa jangan mencampuri urusannya, jangan menyentuhnya, dan jangan sampai terlibat ke dalam situasi kacau karena saat ini merupakan situasi yang paling baik untuk mereka. Hanya saja...

Ada seseorang yang masih saja tidak bisa menerima ini dan membatin;

Aku tidak ingin dia bertingkah seperti berada di atas angin!

Hump

"KUDOAKAN KAMU TERKENA DIABETES, GULA YANG KAMU MINUM MENYUMBAT PEMBULUH DARAHMU AKAN MEMBUATMU MATI KARENA MINUM MINUMAN BERSODA!"

Tiga hari telah berlalu, kondisi di antara Thara dan Thiwat masih belum meningkat. Anak muda dari wilayah selatan itu hanya terlihat lebih sering pergi ke mini market untuk membeli minuman bersoda, warna kalengnya selalu yang hijau dan biru. Bagaimanapun juga, sekarang bukan hanya 3 kaleng yang masuk ke dalam keranjang belanjaannya, tapi 4 kaleng. Bisa dilihat... Perang ini akan berlangsung cukup lama.

Apa maksudnya perang? Ini semua untuk berbaikan dengan kawan seruangan.

Bukan, aku bukan ingin berbaikan yang seperti itu. Hanya tidak suka dengan suasana ruangan yang terasa tidak nyaman.

Kali ini Type masih menegaskan dirinya sambil membawa se-plastik minuman bersoda, dan dia telah melakukan hal ini selama berhari-hari... Menjatuhkan sekaleng minuman itu di atas tempat tidur seseorang.

Melihat ini, pada akhirnya pria itu pun berbicara;

"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kamu pikirkan, tapi jangan membeli minuman bersoda seperti ini setiap hari"

Tharn belakangan ini sudah menolak kebaikan hatinya, dia meletakkan kaleng minuman itu di atas meja, menatap dengan pandangan yang salah pada seseorang yang telah bertindak jahat malam itu dan memilih untuk diam-diam menjauh. Jelas sikapnya ini membuat anak yang diam-diam membeli minuman langsung menautkan alisnya. Perasaan marah tiba-tiba saja muncul di dadanya.

"Aku yang seharusnya bertanya, sebenarnya apa yang sedang terjadi padamu. Tidak bisakah mengatakannya langsung!!!"

Anak yang sudah kehilangan kesabaran sekarang berdiri dari tempatnya, suaranya terdengar kasar. Sepasang matanya berkilat, rasa marah yang dirasakan menjadi lebih besar. Melihat ini pria itu hanya menghela nafas panjang, dia berbicara dengan nada yang lelah;

"Tidak ada yang ingin kukatakan"

"DASAR THARN BRENGSEK!"

Type menggertakan giginya dengan tidak sabar. Sedangkan pria itu hanya memutar kepalanya untuk menangkap pandangan matanya. Setelah itu dia mengatakan;

"Seharusnya, ini membuatmu bahagia"

". . ."

Sesaat setelah Tharn berhenti berbicara, suasana hening langsung menyelimuti seluruh ruangan. Matanya memandang ke arah mata anak itu, berusaha sekali lagi membaca pikirannya. Terutama, Type yang terlihat sedang mengepalkan tangannya.

Aku merasakan lebih, tapi masih tidak dianggap... Dia masih tidak mengetahuinya.

"Malam ini, aku akan tidur di tempat temanku"

Kalimat yang diucapkan memang tidak bisa membuat Type menghentikannya, tapi senyuman yang diberikan membuatnya tidak bisa berkata-kata.

Itu bukan senyuman yang keluar dari hatinya. Itu hanya sebuah senyuman... Profesional.

Senyuman palsu yang pernah diumpatnya.

Saat pria itu berjalan untuk memutar gagang pintu, Type tidak bisa memikirkan apapun, tubuhnya langsung bergerak sebelum otaknya. Tangannya sudah merebut bahu pria itu, kemudian membuat tubuh pria itu berbalik, lalu menarik kerah bajunya untuk mendekatkan wajah.

Cub

"! ! !"

Untuk sesaat bibir mereka saling bersentuhan. Sampai orang yang mendapatkan ciuman sama sekali tidak pernah menduga ini akan terjadi, sama seperti seseorang yang telah bergerak sendiri untuk menciumnya. Dia tidak tahu kerasukan apa sampai dirinya mau mencium terlebih dahulu. Setelah mencengkram erat kerah bajunya, Type perlahan-lahan menjauhkan wajahnya. Kedua mata mereka saling menatap, dan sesaat kemudian...Tharn tersenyum.

"Type..."

"Jika kamu ingin menciumku, sialan aku bisa memberikanmu ciuman. Tapi sebelumnya katakan padaku, atau aku tidak akan berbaikan padamu. Dan jangan sekali-sekali memberikanku senyuman seperti itu lagi!"

Type mengatakan dengan nada yang ditekan, berusaha untuk tidak memikirkan rasa panas di wajahnya. Setelah bicara dia melepaskan genggamannya, kemudian berjalan ke atas tempat tidur untuk berbaring di atas tempat tidurnya lalu bicara;

"Kamu, pergilah kemanapun"

Tapi orang yang seharusnya pergi dari ruangaan malah berjalan kembali ke dalam ruangan, kemudian menjatuhkan diri disebelah tempat tidur anak itu...

Dia memeluk tubuh anak itu, kemudian menudukkan kepala di bahunya. Kalau di saat biasa, Type mungkin akan menendangnya, hanya saja sekarang anak itu tetap di tempat sambil mendengarnya berbisik;

"Tidak, tidak akan pergi... Bagaimanapun juga, tidak akan bisa melarikan diri, meski berlari sejauh apapun"

Mungkin Tharn memang tidak butuh permintaan maaf. Bagaimanapun juga, ekspresi yang diperlihatkannya sesaat membuatnya kembali berpikir...

Masih ada harapan

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis: M.A.M.E.

Thai-Indonesia: iu3a

*[1] ศรีธัญญา : Srithanya atau RS Srithanya. Rumah sakit jiwa terbesar di Thailand.

Continue Reading

You'll Also Like

6.5K 627 62
[BL] ! γ€ŠIt's Never Too Late For Sweetness》 Hanya bacaan pribadi buat dibaca offline Copas Google dan tidak diedit Dari raw China! 01(23)/08(01)/22(2...
5.3K 698 29
Penulis : ShiShi Penerjemah Inggris : @Rosy0513 Penerjemah Bahasa : @Miss_Recca_Hanabishi Sinopsis : Adalah BeiTang MinQian, seorang supermodel kelas...
719 57 14
Apakah kita memiliki hak untuk mengakhiri hidup kita sendiri? Tingkat kematian yang meningkat secara mencurigakan pada pasien terminal meninggalkan j...