Punten... ͡° ͜ʖ ͡°
Kencengin vomment atau ku tembak?!
•••
Yoongi sudah berjanji akan membawa Jimin ke lapangan tembak sekedar mengasah kemampuan Jimin dalam memegang senjata.
Selepas menyelesaikan pekerjaan lantas Jimin berjalan dengan semangat ke belakang bangunan ruang introgasi.
Di lihatnya sudah ada Yoongi yang berdiri menyandarkan punggung pada tembok beton ruang introgasi, sedang menunduk dan menendang-nendang kecil kerikil menggunakan pantofel yang dipakainya.
Seulas senyuman Jimin berikan, lalu memeluk tubuh Yoongi erat. "Yoongi, maaf ya membuatmu menunggu lama."
Yoongi mengecup bibir Jimin saat profil wajah yang terkasih terangkat sedikit menengadah, "tidak apa-apa sayangku."
Obsidian segelap malam milik Yoongi bergerak liar ke sekeliling bangunan yang ada di situ, 'baguslah tempat ini cukup sepi hahahahaha,' batin Yoongi, lantas ia mulai meraup bibir Jiminㅡmenghisapnya bergantian secara terburu-buru, dengan jemari turun merambat demi meremas pipi bokong Jimin.
"Anghh... Yoonhhh."
Sepersekon hilang akal, Yoongi menggesek kesejatiannya yang sudah terbangun dengan bagian selatanan Jimin.
"He-hentikan," si Dokter Park mendorong kecil dada bidang Yoongi; menciptakan benang saliva dari bilah bibir basah keduanya, "ayo kita ke lapangan tembak Yoon."
"Padahal aku sudah tidak tahan, sayang." Bisik Yoongi seduktif, sekilat mengulum daun telinga Jimin dari belakang.
"Ajarkan aku dulu, bagaimana caranya menggunakan senjata yang baik dan benar." Jimin membalikan tubuh, membuat punggungnya bergesekan dengan pintu gerbang lapangan tembak. "Lalu nanti malam akan ku bayar dengan tubuhku oke?"
Detik kemudian Yoongi hanya terkekeh gemas melihat Jimin yang berlari ke dalam selepas ia membuka gembok gerbang lapangan tembakㅡsengaja kembali dikunci dari dalam, agar tidak ada yang mengganggu aktifitas keduanya.
Di sudut lain Yoongi menghilang di balik kubikel tempat penyimpanan alat-alat khusus pelatihan menembak, sementara Jimin sedang menumpu pada meja kecil menghadap luasnya lapangan.
"Untuk pertama kalinya aku masuk ke lapangan ini kalau tidak di ajak olehmu." Ucap Jimin pada Yoongi yang sudah berdiri di sampingnya tanpa mengalihkan atensi.
"Kasihan sekali baby-ku." Balas Yoongi sekilat mengecup pipi Jimin.
Lantas setelahnya ia membuka tas perekat hitam berisi pistol dan alat-alat perlengkapan seperti beberapa peluru, pisir, handgun holster, pelindung mata dan penutup telinga. Semua itu di letakan di atas meja kecil yang ada di hadapan Jimin.
"Wah banyak sekali pistolnya, aku bingung harus memilih yang mana." Ujar Jimin yang terbelalak ketika melihat pistol itu berjajaran rapi di atas meja.
Yoongi yang di buat gemas oleh kelakuan Jimin pun hanya menggeleng kecil disertai senyuman gusi. "Pakai dulu holster nya, sayang."
Maka si Dokter Park pun menurut, hanya terdiam mematai lengan Yoongi yang melingkari perutnyaㅡmemasangkan holster, kemudian mengelus perut Jimin sensual dari balik kemeja tunic putih tipis yang membentuk tubuh.
Keduanya terlihat seperti pemeran film Titanic yang berdiri diatas stem kapal.
Detik kemudian Jimin sudah siap dengan pistol Daewoo K5, "tanganku bergetar, takut."
Yoongi mengecup pipi Jimin lalu setelahnya ia membantu memasangkan penutup telinga yang dipakai Jimin.
Menghabiskan setengah jam hingga Jimin sudah terbiasa dengan letusan peluru serta segala teknik yang Yoongi ajarkan padanya. Setelah magazine spring kembali di isi peluru dan dipasangkan ke dalam pistol, lalu Jimin mengokang slide seirama bidikan moncong Daewoo K5 yang di arahkan pada papan tembak.
Beberapa meter disampingnya, Yoongi bertepuk tangan bangga selepas Jimin menghabiskan peluru dalam magazine spring. "Kau belajar dengan cepat, sayang." Satu lumatan diberikan Yoongi untuk Jimin.
"Aku senang sekali belajar menembak seperti ini." Ucap Jimin antusias sementara Yoongi kembali merapikan peralatan yang sempat digunakan. "Terima kasih ya, Yoon."
"Bayarannya satu ronde, oke?" Balas Yoongi dengan mengusak surai Jimin yang sedang memeluk tubuhnya dari samping.
"Sekarang?"
"Iya, ayo quickie denganku."
Obsidian Jimin membesar, "yang benar saja disini, nanti saja di apartementku ya aku janji."
"Jimin, hanya ada kita berdua disini." Sebelah lengan Yoongi menjinjing tas hitam berisi peralatan latihan tembak sementara sebelahnya lagi menarik lengan Jimin.
Hingga keduanya berakhir di dalam ruang loker tempat penyimpanan alat-alat penyokong. Tanpa basa basi lagi Yoongi segera menyudutkan kekasihnya, sementara jemarinya bergerilya meraba setiap inci tubuh Jimin.
"Suka hm?"
"Aahhh ya yahhh suka sekali uhhh."
Dicubitnya lagi puting Jimin yang masih bersembunyi di balik kemeja kerjanya. Ia tak tahan manakala bibir Yoongi bergerak menjilati leher Jimin. "Berlutut sayang." Titahnya.
Maka Jimin berlutut di hadapan Yoongi yang menggantikan posisinya; berdiri menyandarkan punggung pada pintu loker, dengan jemari sibuk membebaskan kesejatian Yoongi yang masih menciut.
Sepersekon kemudian ia melahap kesejatian Yoongi yang perlahan membesar hingga memenuhi rongga mulut Jimin, dikulum dengan manja sesekali maniknya beradu dengan si dominan yang sedang menggeram kenikmatan.
"Good sayang, kauㅡfuck!"
Dirasa penisnya sudah siap maka Yoongi menarik surai Jimin, kemudian ia tarik tubuh setengah bergairah itu kedalam pelukannya. Ia kembali mencium manis-nya dengan sarat nafsu yang tinggi. Lagi-lagi jemari Yoongi sibuk membuka paksa celana hitam Jimin beserta panties merah muda itu hingga setengah terlepas.
"Akh! MIN YOOMFGSI!"
"Tahan ughh kau masih saja sempit, sayang."
Tubuh si Dokter Park masih menegang manakala Yoongi dengan brutalnya memaksa untuk membobol anal Jimin yang belum dipersiapkan. Sementara bibir Jimin ia bungkam untuk meminimalisir teriakan kedua Jimin saat satu hentakan kencang di buat Yoongi sampai penisnya tertanam ke dalam lubang sempit Jimin.
Tanpa jeda ia mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat, sementara kedua lengannya memegang pinggul Jimin yang setengah menungging agar tidak jatuh terjembab. Wajahnya mendongak saat merasakan nikmatnya bercinta kembali, ia menggigit bibir kencang seirama gerakan yang di ciptakan.
Yoongi menggila demi mengejar pelepasan, birahinya bertambah tinggi saat rungu menangkap desahan keras dari bibir Jimin yang sedang meremat salah satu pintu loker demi mempertahankan posisinya.
"Ahhh ahhh Yoongi! Umhhh."
"Say it loud, baby Mochi."
"Nghhh Yoongh Yoongiehhh ahhhh."
Ponsel Yoongi berdering saat sedang nikmat-nikmatnya memompa anal Jimin dari belakang. Lantas detik kemudian ia merogoh kantung celana setelah berdecak kesal, obsidiannya menangkap nama kontak si pemanggil 'Kapten Kim calling.'
"Selamat sore, Detektif Min."
Sebelah telapak tangan nya membungkam bibir Jimin yang tidak kuat menahan desahan. "Ya, selamat sore juga Kapten."
"Ada hal penting yang mau aku bicarakan denganmu. Untuk itu aku menunggumu di ruanganku, Detektif Min." Perintah Seokjin mutlak.
Sementara Jimin menangis sebab tak tahan dengan kenikmatan yang di ciptakan Yoongi, gerakan memutar seduktif mampu membuat rektumnya menyempit seolah di aduk. Rintihan tangis Jimin masih bisa Yoongi dengar meskipun samar sebab berlomba-lomba dengan nafasnya yang memburu.
"Baik Kapten, sepuluh menit lagi aku akan ke ruanganmu."
Mau tak mau Yoongi mencabut kesejatiannya yang masih menegang belum pelepasan. Ia meninggalkan Jimin setelah mengusak surai kekasihnya itu di tikungan ruang introgasi.
Tbcㅡ
Jiwa kelelakiannya ketika memegang senjata lenyap begitu saja digantikan kegemoyann :')
Jimin dan aura semenya wkwk
Pertama-tama aku seneng, yang kedua aku seneng, yang ketiganya seneng banget hikseuuu book gajetot yang penuh totot totot 🌚🌚 ini udah 3k yang baca ㅠㅠㅠㅠㅠㅠ banyak makasih juga sama yang udah meramaikan lapak komentar /menangisdipundak yoongi,
daaannnnnn book ini rank nya naik teroosss 😭😭😭 dari ribuan ke ratusan, dari ratusan ke puluhan anjrot mantap betul gak tuh nyot? Mau nangis sampe meninggal aja pokoknya, karya laknatku bersatu sama karya-karya sunbaenim pecinya yoonmin garis hard uwu. Deep bow dulu bentar, pokoknya akueyo makasiheyoo ya saranghaeyo 💜💜💜💜💜💜💜