[BL] Improvement [BaamxKhun]

By HeJunjie

35.4K 3.9K 1K

Fanfiction Tower of God Baam x Khun Original work belongs to SIU "ーapakau yakin? Bisa jadi masa depan yang ka... More

01
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14

02

3.3K 310 113
By HeJunjie

Ini dimulai sejak peperangan mereka melawan Corps empat untuk menyelamatkan Jinsung Ha. Saat itu adalah pertama kalinya Khun mengambil inisiatif untuk memeluknya terlebih dahulu. Baam akan berbohong jika dia bilang dia tidak merasakan apapun, itu nyaman dan hangat, dan Baam merasa jika dia bisa tinggal disana selamanya. Saat itu dia memandang Khun seperti salah satu dari orang terpenting dalam hidupnya, teman pertamanya, sahabatnya.

Kemudian hari berganti, lebih banyak pertarungan, lebih banyak perang, lebih banyak korban dan lebih banyak kehilangan. Ada saat-saat di mana dimana Baam frustasi, entah itu karna kehilangan teman atau hanya bawahan. Dia akan mengunci diri di kamarnya dan tidak membiarkan orang lain masuk. Biasanya Endorsi dan Yuri adalah orang yang akan menendang pintu hingga hancur dan kemudian menghiburnya dengan kata-kata, ー bagaimanapun Khun terlalu sopan untuk melakukan hal bar-bar seperti ituーTapi kemudian kata-kata penyemangat saja tidak lagi cukup dan pelukan Yuri juga menjadi hambar. Baam merasa kurang namun disaat bersamaan juga merasa haus akan sentuhan dari seseorang, sayangnya dia tidak dapat menebak siapa.

Khun datang mengantar makan malam, Baam membiarkannya masuk. Khun seperti biasa menanyakan kabarnya dan mencoba memberinya senyuman ramah, kemudian dia akan bertanya apakah dia butuh sesuatu. Baam tidak memikirkan apapun selain pelukan yang diberikan Khun hari itu, Jadi Baam memintanya lagi.

dia ingat Khun menegang sesaat karna permintaannya, sebelum berjalan lambat  dan dengan ragu-ragu mengulurkan tangan untuk menariknya dalam pelukan. Baam tidak melewatkan bagaimana pipi dan telinga Khun memerah, Itu imut. Hanya saja, saat itu dia hanya berpikir bahwa mungkin Khun demam karna wajahnya merah. Baam menutup matanya ketika tangan Khun melingkari pundaknya, dia juga balas memeluk pinggangnya. Kemudian dengan senang hati mengambil setiap kehangatan yang bisa dia dapat. Dia tidak pernah berpikir tentang bagaimana detak jantung Khun berpacu atau bagaimana jari-jari Khun tenggelam dengan intim dirambutnya.

Waktu terus bergulir, ada peperangan lain dan Baam kembali dilanda rasa bersalah untuk setiap nyawa yang hilang. Dia pergi menelusuri koridor alih-alih kembali ke kamar dan mengurung diri. dia ingin pelukan, dia ingin Khun memeluknya lagi. Dia menemukan sahabatnya sedang berdiskusi tentang apapun dengan Hwaryun di ruang rapat mereka, Khun menyadari kehadirannya dan memanggil namanya. Baam kalut, dia sedih dan lelah. Dia mengabaikan bagaimana Hwaryun yang memberinya tatapan aneh. Dia segera menabrak Khun dan tanpa berpikir panjang melingkarkan tangan di pinggangnya.

"Khun" dia berbisik lemah.

Baam merasakan keraguan ketika tangan Khun di sekeliling bahunya, Baam tidak begitu memikirkannya yang dia tau semuanya diklik dan dia merasa baru saja berada di tempat yang tepat. Ini terus berjalan seperti itu, biasanya Baam hanya datang ketika dia merasa sedih dan cemas, kemudian berubah menjadi setiap kali emosinya tidak stabil. Khun selalu menerimanya, dia tidak pernah menolak, lebih tepatnya Khun tidak pernah mengatakan tidak untuk apapun yang Baam minta. terkadang dia bahkan bersedia mengambil inisiatif terlebih dahulu.

Hari-hari mereka terus berlanjut, Baam semakin haus dengan sentuhan sahabatnya tanpa tau alasan sebenarnya. Pelukan-pelukan itu berubah dari keinginan menjadi kebutuhan, dia mulai mencari Khun lagi setelah pulang latihan, Dia bahkan tidak lagi memandang tempat dan privasi. dia sering membuat Khun tergagap ketika dia memeluknya di depan semua teman mereka saat makan malam. Bahkan dengan semua harga diri tinggi yang dimiliki khun dia masih membalas pelukannya.

Dia mulai memperhatikan hal-hal kecil diantara mereka. tentang bagaimana tubuh Khun lebih kecil dari tubuhnya sekarang, tentang tubuhnya yang lebih tinggi dan lebih berotot atau bagaimana bahunya lebih lebar dari milik sahabatnya. Tidak ada yang bisa menyalahkannya jika saat itu dia berpikir bahwa sahabatnya tampak lebih rapuh dari dirinya sendiri. Bukan berarti Khun lemah, Baam hanya berpikir bahwa dia perlu memperhatikan sahabatnya dengan lebih baik.

Dia mungkin tidak menyadari perubahannya, tapi teman-temannya melakukannya. Endorsi selalu mencibir saat dia berada terlalu dekat dengan Khun, Hatz dengan terang-terangan berkata bahwa dia menjadi sangat lengket seperti mereka bergabung di pinggul dan Hwaryun hanya tersenyum misterius pada Khun setiap kali Baam menghampirinya, seakan mereka saling berbicara hanya dengan tatapan dan Khun memerah seperti dia baru saja mengalami demam. Isu bertindak seperti orang tua yang bangga pada anaknya, yah mereka kebanyakan membicarakannya pada Khun alih-alih Baam sendiri. buruknya lagi Baam merasa seperti hanya dia didunia yang tidak mengerti tentang hal-hal yang mereka bicarakan.

XOXO

"Oi kura-kura hitam! Ayo bertarung denganku sekarang" Rak kembali menantang Baam ketika mereka berada di lantai dua.

"Tidak"

"Ayo bertarung!"

"Tidak"

"Ayo bertaー"

"Oi buaya, apa kau tidak melihat ada banyak orang disini? Mereka akan menantang Baam jika dia mengeluarkan senjatanya disiniー" Khun memberi Rak omelan panjang. Baam bersyukur dia memiliki Khun yang mau menggantikannya memberi penjelasan.

Seperti sebelumnya Lero ro datang melerai pertengkaran antara reguler, ujian selanjutnya masih dengan dinding Shinshu. Baam sejak awal tidak ingin tampil mencolok, jadi dia sudah memutuskan untuk pura-pura terlempar kebelakang bersama yang lain. Orang-orang mulai ribut tentang ujian yang tidak adil atau semacamnya. Baam memperhatikan sekeliling, dia mencari teman-temannya. Isu masih bersama Hatz dan Anaak, Serena tetap sekelompok dengan Laore dan Hoh.

Baam melihat Anaak melewati dinding Shinshu, kemudian Hatz, di susul Laore.

Rak juga berniat melewati dinding tapi dihentikan oleh Khun.

"Ada apa Tn.Khun? Kenapa tidak masuk?" Baam akhirnya bertanya, Khun menatap Baam dengan sedikit kekhawatiran di matanya.

"Baam apa kamu dapat melewati penghalang?"

Ah, jadi dia meragukannya?

Baam tersenyum lemah, namun dengan senang hati mengambil peluang, "mungkin aku bisa jika kita bergandengan tangan?" Dia mempelajari cara menggoda di kehidupan masa lalunya, tentu dia mempelajarinya untuk menggoda Aguero.

Yang tidak di harapkan Baam adalah Khun benar-benar terlihat memikirkannya, Baam tidak tau harus tertawa atau menangis. Apa dia terlihat begitu lemah? Yah dia tidak bisa menyalahkan siapapun tentang itu. Saat ini bukan hanya tubuhnya kurus tanpa satu pons ototpun, dia bahkan lebih pendek enam atau tujuh senti dari khun sendiri.

"Apa itu akan berhasil?" Khun berpikir terlalu dalam untuk sebuah lelucon.

"Tn.Khun tidak perlu khawatirkan, aku dapat melaluinya. Sekarang ayo pergi"
Ketiganya melewati penghalang dengan sedikit kendala di tas Manbarondena milik Khun, sepertinya dia masih berbuat curang di ujian ini.

Baam memasuki ruangan untuk ujian selanjutnya, dia meluangkan waktu untuk menyapa Lero ro dan berbincang ringan. Khun dan Rak pergi terlebih dahulu setelah Baam berjanji menyusul mereka secepat mungkin.

Khun masih duduk di pilar dekat kaca sementara Rak bersila di sampingnya.

Ujian selanjutnya adalah ujian langsung Hansung Yu, Tn.Kantong plastik masih memberi mereka bocoran ujian dan Khun masih menjadi Khun yang terjebak didalam pikirannya dan tidak mau mempercayai orang lain. Baam sebenarnya agak terluka dengan bagaimana Aguero belum mempercainya, jadi kali ini dia ingin membuat keputusan untuk Khun sebelum rak yang melakukannya.

Jadi dia meraih tangan si biru di satu menit terakhir dan membawanya kedepan pintu yang dia pilih secara acak. Baam akan membuka pintu, namun Khun menghentikannya.

"Baam ini bisa jadi jebakan" Khun memperingatkan, alis Baam terangkat, dia memiringkan kepala dan kemudian menatap Khun dengan penuh keyakinan.

"Tn.Khun beri aku sedikit kepercayaan" Baam tersenyum tulus dan menarik tangan Khun yang menghentikannya, kemudian menuntun tangan itu untuk mendorong pintu. Pintu terbuka di dua detik terakhir dan kemudian semua lampu merah berubah hijau, Khun tertegun.

"Yah selamat, kalian bertiga lulus untuk ujian selanjutnya." Hansung Yu berdiri dari tempatnya.

"Bagaimana kamu memilih pintu yang benar?" Khun bertanya dengan linglung.

"Sebenarnya pintu apapun yang kamu buka sebelum lima menit adalah pintu yang benar." Hansung Yu menjawab tanpa ditanya.

Khun segera menoleh dengan tidak percaya, Hansung Yu hanya tersenyum. "Apa luka yang di tinggalkan putri begitu dalam? Hanya berpikir saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah, dunia tidak menunggumu untuk mempercayai. Kamu butuh teman-teman yang memberimu pilihan. dan lagi...Sepertinya Dewaku ingin melindungimu." Alis Khun berkerut tidak mengerti, dia ingin bertanya apa maksudnya. Namun si kepala administrator ujian sudah berbalik dan menutup diskusi.

"Khun ayo pergi" Baam menarik tangan Khun dan berjalan lebih cepat. Khun masih bingung namun mendapati ekspresi Baam berubah menjadi terganggu, dia mau tidak mau berpikir sesuatu yang di katakan Hansung Yu mengganggu rekannya.

"Baam, aku tidak bermaksud tidak mempercayaimu." Khun entah bagaimana merasakan dirinya perlu menjelaskan, dia merasa tidak nyaman jika Baam berpikir buruk tentangnya.

Suara Khun menyadarkan Baam dari lamunan, dia berhenti berjalan dan kemudian berbalik kearah Khun.

"Tidak masalah, mempercayai seseorang juga butuh waktu. kamu tidak perlu berusaha, aku akan membuktikan diriku pantas untuk dipercayai" Baam mempererat genggaman tangannya pada tangan Khun, matanya melembut dan bibirnya tersenyum tulus.

Khun merasa hatinya berdetak sedikit lebih cepat, meski hanya sesaat dia dapat melihat bayangan Maria pada Baam.

"Oi kura-kura! kenapa kalian lama sekali, Tn.Rak merasa lapar karna menunggu kalian!" Rak bersorak di ujung koridor, Khun secara alami menarik tangannya dari genggaman Baam. "Oi buaya berhenti membuat keributan!" Dia membalas dengan kesal.

"Bukan buaya, aku Rak Wraithwaiser!"

XOXO

"dan lagi... Sepertinya Dewaku ingin melindungimu"

Baam tenggelam dalam pikirannya, kata 'Dewa' yang di ucapkan Hansung Yu sudah pasti merujuk padanya. Baam merasa dingin setiap orang lain menyebutnya. 'Dewa', 'Slayer', 'Revolusi', 'monster', 'putra Arlene', 'Jyu Viole Grace', 'pahlawan menara', 'Irreguler' atau 'Raja berikutnya'. Ada begitu banyak panggilan hingga dia merasa sensitif dan tidak nyaman dengan seluruh sebutan.

Dia tau jika tidak ada takdir yang dibuat mudah untuknya, awalnya dia hanya ingin menjadi Reguler biasa, menaiki menara seperti semua orang dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama rekan-rekannya sebelum takdir kembali menuntunnya ke jalur yang sebenarnya. Tapi sepertinya jalannya masih sulit, Hansung Yu tampaknya mengingat masa lalu juga. Mungkin ada beberapa lagi di luar sana. Baam menarik nafas panjang, jika seperti ini nyawa teman-temannya hanya akan berada dalam bahaya. Ada banyak orang yang mengincar nyawa Jyu Viole Grace di luar sana, dia yang sekarang belum begitu kuat untuk mengalahkan tangker Top 300. Dia mungkin bisa mengandalkan pengendalian dan tekanan Shinshu, menetralisir kutukan dan mantra. Tapi tubuhnya saat ini sangat lemah, tingginya belum memadai dan tanpa duri Enryu. Jika itu Kallavan atau Zahart sendiri yang mengingatnya, dia mungkin di bawah ancaman kematian. Baam baik-baik saja jika hanya dia yang perlu berkorban, tapi teman-temannya kemungkinan besar akan terlibat bersama. Dan Baam egois karna dia masih menginginkan mereka, dia menolak melepaskannya. Tidak dengan temannya dan juga tidak untuk Aguero-nya, di berusaha kerasa untuk menjaga mereka dan mereka semua adalah miliknya.

"Oi kura-kura biru, aku juga haus, belikan aku minuman itu."

Baam menyadari dirinya melamun saat mendengar Rak mengeluh, Khun duduk di atas Rak, memandangi lingkungan dengan bosan.

"Beli sendiri buaya" jawab si biru malas.

"Tidak masalah, aku akan mengambilnya." Baam berjalan kemesin penjual minuman. Isu menghampirinya seperti dulu, memberi gestur persahabatan dan dengan ramah memperkenalkan diri dan rekan-rekannya.

"Panggil aku the Leader!" Rak menjawab dengan bangga.

"Aku Khun, panggil saja mahluk ini buaya" Khun menunjuk Rak dengan seringai.

Pembicaraan mereka berhenti dengan kedatang Lero ro, Baam Ranker dan di sambut ramah oleh Lero ro. Pria itu mengumumkan tentang ujian bonus.

Baam dan kelompoknya tetap mengikuti ujian, meski Baam sama sekali tidak memiliki niat untuk naik kelantai berikutnya lebih dulu. Dan lagi dia akan bertemu Rachel dan Ghost di ujian ini, Baam benar-benar mempertimbangkan untuk membunuh gadis itu nanti.

Ujian bonus adalah Crown Game, Lero ro menjadi penilai dari ujian, namun kali ini dengan tambahan Hansung Yu, pria licik itu sebenarnya mengajukan diri untuk mengawasi ujian secara langsung. Sekali lagi Baam mengonfirmasi bahwa salah satu mantan gurunya itu memang mengingat masa lalu.

Lero ro menjelas detail dan peraturan ujian, sementara seluruh perserta menyimak dari dalam tempat starter.

"Mengikuti ujian ini di awal permainan hanya akan merugikan, kita akan keluar di dua pertandingan terakhir. Apa kau dengar buaya!"

Setelah memperingatkan Rak Khun duduk dan melipat tangannya di dada, matanya terfokus menatap lantai.
ーah... dia sedang berada dalam mode berfikir, Baam memandangi Khun dari tempatnya berdiri. Setelah menghabiskan begitu banyak waktu bersama Khun di kehidupan sebelumnya, Baam telah menghafal kebiasaan yang dimiliki tunangannya. Dia mungkin tidak bisa mengerti pola pikir Khun yang sangat rumit seperti yang di lakukan Hwaryun, tapi Baam terampil membaca emosi yang berkelebat di wajah dingin dan datar milik Khun. Aguero-nya selalu mencoba menyentuh sesuatu ketika di merenung atau mengingat masa lalu, entah itu menyatukan tangannya atau menutupi wajahnya. Belakangan dia selalu mengotak atik cincinnya ketika dia gugup. Khun akan menurunkan kelopak matanya saat dia berpikir dan selalu menyerigai ketika rencananya rumit yang dia buat berhasil, atau bagaimana matanya akan menyala jika dia mendapat jawaban atau menyelesaikan teka-teki dengan kesulitan tingkat S. Dia memiliki banyak gestur untuk mengekspresikan emosinya namun gerakan ini terlalu kasat mata untuk diperhatikan, namun Baam sebenarnya benar-benar berusaha keras untuk mempelajari dan menghafalnya. Khun mengatakan bahwa dia aneh karna terlihat seperti mencoba menguntitnya, Baam hanya menjawab dengan jujur bahwa dia peduli pada Khun dan ingin mengenalnya lebih baik. juga karna tidak adil bagi Khun untuk membacanya seperti buku terbuka sementara dia tidak mengenal Khun seperti Khun melakukannya. pada akhirnya Khun hanya tersenyum dan memberinya ciuman panjang sebagai balasan.

Memikirkan ciuman kecelakaan Meraka di lantai dua hanya meningkatkan suasana hati Baam.

Tim Isu adalah yang pertama keluar, Mereka bertiga mungkin adalah adalah salah satu dari tim terkuat di lantai saat ini.

Baam tidak meragukan kekuatan Anaak dengan Green April, Hatz adalah salah satu reguler paling kuat meski tidak berasal dari sepuluh keluarga besar dan Isu punya keterampilan beladiri meski tidak begitu kuat, dia juga memiliki kecerdasan yang menutupinya.

Khun di sisi lain menganalisis pertarungan, menatap pada pembantaian yang saat ini terjadi pada tim lawan oleh Anaak sendiri, mereka lolos babak pertama.

Seperti Itu sampai Laore memutuskan untuk menyerang.

Pria itu terbangun dengan gulungan ke samping, menggunakan selimutnya untuk membelokkan serangan Green April yang menyebar ketika Laore menembakkan meriam Shinshu miliknya satu per satu dalam serangan yang konstruktif, menangkap Anak lengah ketika dia hampir terjungkal dari tahta.

"Oh, dia kesal." Khun berkomentar dengan minat.

Anaak mendarat dengan berbahaya di atas takhta, memegang mahkotanya ketika dia memandang Laore dengan niat membunuh. 

"Ignite"

Green April membentang dan bercabang menjadi strip sempit, membuat sulur seperti hidup saat naik ke atas Laore dan timnya. Dia menurunkan senjatanya, dan gelombang kejut yang dihasilkannya cukup untuk membuat Reguler yang tersisa terbang.

"Ada apa, Bam?"Khun mengalihkan pandangannya dari pertempuran ke arah rekan satu timnya.

Bam berjuang untuk menahan Black March karena gemetar dengan kekuatan. Butuh waktu sedetik sebelum Khun mengerti apa yang terjadi. "Seri Tiga Belas Bulan beresonansi satu sama lain?"

"Tn.Khun menghindar!” Bam memperingatkannya, alisnya berkerut sedikit kesal karna black march tidak mau mendengarkan perintah.

ruang tunggu mereka bersinar tepat sebelum gerbang meledak. Debu memenuhi ruang, Khun meraba gagang pisau dari tasnya, bersiap untuk serangan.

"Siapa yang melakukan itu?" Rak berdiri dibelakang mereka.

Khun menegang ketika debu di sekitar gerbang perlahan-lahan mengendap, memperlihatkan kadal yang dimahkotai. Anaak menatap Bam dengan sesuatu yang mirip kemarahan dan kecurigaan.

"Kamu ... kenapa kamu memiliki Black March?" Anaak bertanya. matanya menatap tajam pada Bam. "Kau tidak layak menerima pedang itu."

Bam hanya balas menatap anak tanpa niat membantah.

“Sekarang, serahkan black march padaku. Anda seharusnya tidak memiliki senjata itu. " Gadis itu menuntut.

“maaf tapi pedang ini di pinjamkan padaku, aku tidak bisa menyerahkannya padamu." Baam tidak goyah saat berbicara, dia sudah bertekad untuk mengembalikan pedang ini sejak awal.

"Jika kamu tidak memberikannya kepadaku, maka aku tidak punya pilihan selain membunuhmu."

"Itu juga tidak mungkin."

"Minggir." Anaak memperingatkan, mengangkat Green April di atas kepalanya.  Senyum di wajahnya tidak melakukan apa pun untuk meredakan kekhawatiran yang semakin besar.

"Cukup. Saya tidak akan membiarkan perilaku ini lagi." Lero Ro meraih Green April sebelum dia bisa membuat kerusakan nyata, Baam  menghela napas lega. bukan karna selamat, dia lega karna dia tidak perlu melukai Anaak.

"Segera kembali ke ruang tunggu Anda."

Ketidaksetujuan  tertulis dengan jelas di wajahnya Lero ro, Anaak kemudian mengarahkan pandangannya pada Bam dan Black March. 

"Hei namamu Baam bukan? mari bertaruh." Dia mulai, meredakan postur tubuhnya saat Lero Ro melepaskan cengkeramannya pada senjatanya. "Untuk Green April dan Black March." Dia menyarankan. Baam memiringkan kepalanya sambil mempertimbangkan.

"Tapi kamu mungkin akan kalah taruhan."

"heh, apakau berpikir dapat menang dengan mudah?." Anaak menyerigai.

Baam memberi Anaak senyum tulus, "jangan menilai seseorang dari penampilankan? Itu agak... Tidak sopan?."

"Lero ro, biarkan mereka bertaruh" suara Hansung Yu datang dari ujung lain ruangan. Khun menyipit sementara alis Baam berkedut, dia harusnya tau lebih baik, Hansung Yu selalu menjadikan segalanya sulit untuknya.

 Lero Ro mengangguk dan mengizinkan Anaak untuk menambahkan aturan tambahan untuk mendapatkan Black March, semua orang akan mencoba melakukan hal yang sama di beberapa titik, dan itu hanya akan membawa perhatian yang tidak perlu kepada kelompok mereka.

"Tapi pedangku milik nona Yuri, aku tidak bisa memberikannya pada orang lain.” Baam mencoba memaksa keberuntungannya.

"Apa kau takut kalah? Barusan kau berlagak kuat." Anaak jelas mencoba memprovokasinya.

"Jadi kau mengatakan kami lemah? Kami akan mengikuti taruhanmu." Rak berdiri menjulang di belakang mereka, merasa tersinggung karna anaak menganggap tim mereka lemah.

"Ya, kita akan mengikuti taruhannya" Khun yang sedari tadi diam menonton pertukaran diantara keduanya juga merasa kesal.

Karna Rak dan Khun sudah memilih jawaban untuknya Baam berhenti menjadi ragu, "baik, aku mengikuti taruhannya."

Anaak kembali ketempatnya, diikuti dengan rekan satu timnya yang lain. Lero ro kembali ke Lighthousenya.

"Tn.Rak, Tn.Khun aku minta maaf karna menyeret kalian kedalam masalah."

"Tidak masalah, lagi pula kita sudah menurunkan si kadal dari tahtah. Selain itu... Kamu luar biasa, kamu tak menyerahkan black march padahal nyawamu sedang terancam. Kamu masih berusaha menempati janjimu, aku mungkin tidak dapat melakukannya."

Baam merasa hatinya menghangat, sudut bibirnya merekah, tidak dapat menyembunyikan kebahagian.

Tiga kelompok lagi keluar dari ruang tunggu.

"Yang manapun boleh menyerang dulu, ayo bertarung!" Rak menantang Tim lain. Tiga orang dari kelompok lawan mulai bersaing menuju mahkota. Namun di gagalkan dengan angin topan yang berasal dari Manbarondena, Khun menyentuh mahkota lebih dulu, menyerigai malas pada peserta lain, si biru memasukkan mahkota kedalam tas untuk diduplikat, kemudian melempar mahkota palsu dan menyuruh yang lain untuk saling bertarung sementara dia dengan santai duduk di atas tahta, menonton yang saling bertarung satu sama lain.

Baam tau jika Aguero-nya lebih licik dari pada ular, tidak akan ada yang meragukannya. bakat dan kecerdasan adalah anugrah untuk hampir semua keturunan Khun Edhant, tumbuh di keluarga penuh pertikaian adalah apa yang membuat Khun menjadi Khun, tapi Baam masih mencintai Khun untuk siapa dia menjadi.

"Hei, apa kalian belum menyadarinya?" Khun menarik perhatian semua orang setelah membuat Baam menduduki tahta, mengeluarkan mahkota asli dari Manbarondena, kemudian mengeluarkan puluhan mahkota palsu.

"Beraninya kau mempermainkan kami?!" Seorang gadis dengan tongkat pengendali Shinshu berseru marah, diikuti dengan seruan kemarahan lainnya. Khun hanya mengibaskan rambutnya dengan santai, dia bahkan tidak mendengar satu omonganpun.

"Hei kalian semua, apa kalian mendengarnya, pertama kita singkirkan si biru itu dan rebut mahkotanya!!!" Reguler dengan tubuh menyerupai tupai memberi perintah. Semua peserta berbalik dan berlari kearah tahta, namun di hentikan Rak dengan satu gerakan dan di hempas kembali kebelakang dengan tombak merahnya.

"Dasar kura-kura bodoh" Rak menghembuskan nafas dari hidungnya dengan bangga.

"Baik, mahkota untuk kemenangan pertaー" Baam menghentikan Khun saat dia akan menaruh mahkota di kepalanya, lalu tanpa aba-aba meraih tangan Khun yang memegang mahkota, menyelipkan tangannya yang bebas di pinggang Khun, menumpu berat badan remaja lain di tubuhnya dan tanpa kesulitan memutar posisi mereka. Khun duduk di tahta dengan sedikit tercengang di wajahnya.

Baam mengambil mahkota dan menaruhnya di kepala Khun, memberinya senyum tulus dan baik hati.

"Tidak, ini harusnya mahkota untuk calon kepala keluarga berikutnya. Aku berjanji untuk membawamu sedekat mungkin dengan impianmu, aku akan mempertaruhkan segala yang kumiliki untukmu tn.Khun, karna kamu adalah teman pertamaku." Dan satu-satunya orang yang kucintai di dalam hidupku.

Khun menatap Baam dengan kejutan dimatanya, biner birunya melebar dan bibirnya sedikit terbuka, Namun tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Wajah mereka sangat dekat dan tubuh keduanya masih menempel, mereka bahkan dapat merasakan nafas satu sama lain di kulit masing-masing.

Baam tersadar dan melepas Khun dengan tergesa-gesa, kemudian berjalan kesisi lain tahta, dia tidak melewatkan bagaimana ujung telinga Khun memerah dan bagaimana dia memalingkan wajah, matanya tidak fokus, dia memandang kemanapun selain Baam. Baam tidak dapat membantu tapi mengangkat kedua tangannya untuk menutupi wajahnya yang ikut memerah karna malu. dia merasa terlalu maju untuk hubungan mereka berdua dan ciuman tidak di sengaja di lantai dua hanya menambah bahan bakar kedalam api.

"Apa kalian kura-kura perlu kamar untuk bicara?." Rak memperkeruh suasana, kali ini Khun bahkan ikut menutup wajahnya dengan tangan.

"Tidak!!" Mereka berdua menjawab hampir bersamaan.

Pertandingan ketiga kembali di menangkan oleh kelompok mereka dengan bantuan tim yang dibentuk Khun.

Kali ini Baam tidak lagi bersantai seperti sebelumnya, dia bersiap dan masuk dalam mode menyerang. Dia nyaris melupakan Rachel dan Ghost yang juga berada di sini, dua Irreguler lain selain dirinya. Baam mungkin harus mempertimbangkan untuk membunuh keduanya disini atau menunggu saat yang lebih tepat. Dia tidak akan menafikan keterlibatan Rachel di masa depan, dia pribadi tidak lagi menganggapnya sebagai sesuatu. Hubungan mereka sudah putus sejak Rachel membunuh Khun, wanita gila ini juga membunuh Akraptor dan Prince. Tidak ada cara bagi Baam untuk berdamai dengannya. Belum lagi semua kebaikan Rachel adalah palsu, tidak ada kebaikan apapun darinya. Khun bahkan berkata jika wanita ini memiliki jiwa busuk yang hanya membuat orang lain mengikuti keinginannya, tidak lebih dari seorang munafik yang tidak bisa melakukan apapun sendirian. (Yah, tentunya Baam mengabaikan kelicikan tunangannya sendiri, lagi pula baik Khun dan Rachel sama-sama manipulatif.)

"Baam ada apa?" Baam kembali tersadar dari lamunan, dia tidak nyaman jika harus merahasiakan sesuatu dari Khun, tapi dia juga tidak punya alasan untuk berbagi.

"Reguler dari area ujian lain, aku punya beberapa urusan dengan mereka."

"Kenalanmu?"

"Mn, salah satunya Rachel yang aku bicarakan."

"Wanita yang mengkhianatimu itu?."

"Aku... Tidak bisa membiarkannya menaiki menara."

"... Kamu memiliki dendam padanya?."

"Iya..., Tapi bukan itu masalahnya, Rachel bukan orang yang baik. Dia lebih berbahaya dari penampilannya, dan temannya yang lain... Aku perlu berurusan dengan keduanya."

Khun masih memberi Baam tatapan bertanya, namun memutuskan untuk tidak mencampuri urusan orang lain. Dia hanya khawatir Baam akan terluka, dia tidak bisa membantu banyak karna di batasi oleh singgasana.

Salah satu peserta dari kelompok lain berlari ke arah Baam, tampaknya berpikir bahwa Baam adalah sasaran lemah. Baam mempertimbangkan untuk mengandalkan Shinshu atau seni beladiri terlebih dahulu, dia tidak ingin tampil mencolok.

Saat pedang laki-laki berambut panjang menyabet ke arahnya Baam, mengelak dengan ringan. Dengan cepat mengambil keputusan untuk memperkuat Shinshu di seluruh tubuhnya dan menggunakan seni beladiri. Baam memukul pergelangan tangan reguler itu dengan ganggang Black march hingga pegangan pedangnya goyah, Baam mengambil kesempatan untuk memukul sikunya di bahu kiri dan menendang kaki reguler hingga dia berlutut dan merintih kesakitan, karna reguler itu adalah orang yang menyerang terlebih dahulu Baam tidak ragu menendang dada pria itu hingga terpental.

Seluruh orang di ruangan yang sejak awal meremehkan Baam terdiam, mereka terkejut bahwa tubuh lemah dan kurus seperti itu mampu melawan pria dengan tubuh yang lebih besar dari milikinya hanya dalam hitungan detik, Khun bahkan lebih terkejut.

Rak mengurus reguler lain yang menantangnya untuk bergulat. Dia memperhatikan gerakan rekan setimnya yang sekarang kembali fokus untuk menyerang lawan berikutnya.

"Kura-kura hitam memang pantas menjadi mangsaku!" Rak berkata dengan bangga ketika dia selesai melempar reguler lain.

Baam berniat menyerang Rachel terlebih dahulu namun di hentikan oleh kilatan pisau yang nyaris mengenai matanya, dia secara reflek mengelak dan mundur beberapa langkah. Ghost baru saja mengayunkan pisau pemotong daging.

Mata Baam menyipit, ini berbeda dengan yang terakhir kali, Ghost sama sekali tidak ikut campur dalam ujian Crown game di kehidupan lalu. Kenapa dia sekarang ikut mengambil andil.

Ghost sekali lagi mengayunkan pisaunya, kali ini lebih cepat dan akurat, Shinshu yang mengalir di pisaunya menjadi lebih tajam.

"Kenapa kamu menyerangku?" Baam bertanya.

Seakan kesurupan Ghost mulai menyerang membabi buta. Baam masih berusaha menghindar, dia mengenakan Black march untuk menghalangi beberapa tebasan yang tidak sempat dia hindari.

Di ujung lain Rak sibuk berurusan dengan Endorssi, tubuh Endorssi ringan dan gerakannya lincah, di tambah dengan posisinya sebagai putri Zahart. Mungkin hanya butuh waktu baginya untuk mengalahkan Rak.

Semburan Shinshu ungu tiba-tiba menyerbu kearah Baam, Baam mendengar teriakan khawatir Khun dari singgasana. Dia nyaris gagal menghindarinya, Shinshu itu mengenai ruang tunggu salah satu kelompok reguler, jeruji ruangan meledak dan teriakan reguler di dalamnya terdengar keras.

"Kau, apa kau berusaha menghancurkan tempat ini?!, Kau melukai orang yang tidak bersalah!" Baam menatap Ghost dengan tatapan tajam, sama sekali tidak menyukai cara Ghost yang melibatkan orang lain. Tapi Ghost tidak repot-repot menjawabnya dan terus menyerang sekitar.

Aliran Shinshu di dalam ruangan bergerak ke bola cahaya ungu di tangan Ghost.

Black hole sapphire , mata Baam melebar, sepertinya Ghost memang tidak peduli pada keselamatan reguler lain. Black hole sapphire dapat menyebabkan seluruh lantai ini runtuh, apa yang Ghost pikirkan!.

Seluruh peserta di ruangan dapat merasakan tekanan Shinshu yang luar biasa, Baam memperlebar jarak antara mereka, berusaha membuat menarik perhatian lawan kearahnya hingga meminimalisir korban.

Di sudut lain Endorsi berhasil lolos padi Rak dan bergerak kearah Khun, namun di halangi oleh Hwaryun. Rachel di sisi lain menjaga jarak dengan pertarungan antar mereka, namun juga yang paling dekat dengan tahta. Baam tidak dapat menyembunyikan kekesalannya, dia membenci Rachel dan segala jenis pengkhianatannya, melihat gadis itu berdiri terlalu dekat dengan Khun hanya membuatnya lebih khawatir.

Baam hampir kehilangan saat semburan Shinshu datang kearahnya, Baam menyipit kemudian mengulurkan tangannya. Shinshu itu sangat kuat hingga mendorong Baam lebih jauh, namun Baam memperdalam konsentrasi dan menghisap black hole sapphire tanpa sisa.

Asap yang mengikuti luncuran Shinshu membumbung tinggi, semua orang menahan nafas tanpa terkecuali. Ketika debu mereda mereka dapat melihat dengan jelas bahwa Baam masih berdiri di sana, aman tanpa satu goresanpun.

"Baam..."

"Kura-kura hitam"

Khun hanya menatap Baam dengan tidak percaya, Dia secara pribadi belum pernah melihat Shinshu yang sama mengerikan dengan itu sebelumnya, jika itu orang lain yang menahannya orang itu pasti akan lenyap Delam seketika. Jika ada yg mampu mengatasi itu, itu pasti para tangker atau kepala pengawas ujian. Namun yang menahannya adalah rekan setimnya  yang terlihat terlalu lemah, polos dan naif. Bukan hanya tidak terluka tapi juga melindungi reguler di dalam ruang tunggu. Itu ruangan Isu.

Khun bertanya-tanya mengapa dia melewatkan kekuatan sebesar itu sebelumnya.

"Aku tidak tau apa masalahmu, tapi caramu yang tidak mempedulikan orang-orang disekitar... Aku benar-benar tidak menyukainya." Suara Baam yang selalu lembut menjadi lebih monoton dan matanya menatap Ghost tanpa ekspresi. Geraman datang dari balik topeng Irreguler lain, tubuh Ghost bergetar dan aliran Shinshu berkumpul lagi.

"Hentikan saja..., Aku memiliki black march di tanganku saat ini, memotongmu menjadi dua bagian bukan masalah besar." Baam memberi peringatan, dia benci bagaimana dia harus mengekspos kekuatannya di depan umum, dia juga benci bagaimana binar licik dan senyum Hansung Yu di sebrang ruangan dan dia benci memperlihatkan Khun monster seperti apa dia.

Ghost tidak mengindahkan peringatannya dan terus maju, kali ini Shinshunya berputar  tidak terkendali. Tidak ada cara lain bagi Baam selain mempersiapkan pedangnya, black march, bantu aku lindungi semua orang. Pedang hitam bergetar sedikit sebagai jawaban.

"Aku mangandalkanmu, Ignite!" Aura hitam menyembur dari black march dan menyebar kesekitar, dua Shinshu yang sangat kuat menguar di seluruh ruangan. Aula bergetar karna tidak mampu menahan kedua Shinshu. Baam menggerakkan giginya, dia harus menyelesaikannya sebelum ruangan ini hancur.

Meriam Shinshu meluncur ke arahnya sekali lagi, Baam mengayunkan pedangnya, Shinshu hitam pekat membelah black hole sapphire menjadi dua, masing-masing cabangnya menabrak tepat di atas bangunan dan meninggalkan lubang. Baam tidak membuang kesempatan, dia memperkuat Shinshu di sekitar pijakan dan meluncur kearah ghost secepat kilat dan menendangnya hingga terpental kebelakang, kemudian mengayunkan black march sekali lagi dan memotongnya menjadi dua bagian.

Baam terengah-engah, dia mulai merasa kesakitan karna menanggung beban kekuatan black march dengan tubuhnya saat ini, dia perlu meningkatkan fisik lebih kuat lagi, setidaknya hingga tubuhnya tidak lagi menolak penguasaan Shinshu yang berlebihan. Baam memejamkan mata dan mengambil nafas dalam-dalam, dia beralih kearah Khun yang menatapnya dengan tercengang, kemudian dia menyadari bahwa seluruh tatapan menjadikannya pusat perhatian. Baam mengabaikan tatapan reguler lain, kemudian tatapannya jatuh pada Rachel yang dengan cepat menutupi wajahnya. Baam mengambil langkah dan berjalan kearahnya.

"Rachel, aku tidak bisa membiarkanmu menaiki menara." Semua kehangatan Baam di peras keluar, matanya menjadi semakin dan semakin kosong.

"B-Baam, kamu! Kamu tidak bisa melakukan ini!!" Rachel berteriak padanya, Baam mengabaikannya sepenuhnya.

"Aku tidak melakukan kesalahan apapun padamu, kamu tidak bisa melakukan ini padaku! Aku tidak melakukan apapun!!!" Gadis itu menangis dan Mundur setiap kali Baam melangkah kearahnya.

"Ya, kamu selalu seperti ini, berpura-pura baik dan lemah, lalu membunuh dan mengkhianati tanpa ragu, kemudian merengek dan bertindak seolah kau adalah korban." Suara Baam semakin dingin setiap detik.

"Baam..." Rachel Tersandung.

"Aku akan mematahkan kakimu, Aku akan berusaha membuatnya semudah mungkin."

Mata Rachel tersentak, ekspresi ngeri di wajahnya. 

"Jadi, kamu akan gagal lantai ini, dan meninggalkan memanjat menara. Aku akan bertanggung jawab untuk semua biayanya"

“T-tidak. Kamu tidak bisa melakukan ini padaku! ”

Suara dentuman lain datang dari belakang, kepala Baam berputar, tepat pada waktunya untuk melihat pisau pemotong daging terbang kearah tahta. Mata Bam melebar, Aguero.

"Khun awas!!!" Seru Bam, melonjak ke arah sosok berambut biru di atas takhta. Khun sudah berusaha bangkit, kemungkinan merasakan bahaya, namun ada keraguan diwajahnya. Sayangnya dia tidak mengambil keputusan cukup cepat untuk menghindar. Khun mengerang ketika pisau menyayat bahunya, cukup dalam hingga darah mengalir turun seperti sungai.

Murid-murid Baam melebar panik, ketakutan, dan ngeri. Dia meluncur kearah Khun yang nyaris terjatuh dari tahta, Lengannya melingkari Khun, dia memanggil namanya berulang kali, terlalu panik hingga tidak tau untuk melakukan apapun.

"Waktu habis, Pertandingan mahkota di menangkan oleh kelompok Baam, Khun dan Rak Wraithwaiser." Pengumuman memenuhi aula game.

Penglihatan Khun berkedip antara sadar dan tidak sadar, tusukan itu dalam dan rasa sakitnya menyengat, Namun tangan Baam yang bergetar tidak terkendali di tubuhnya membuatnya merasa lebih buruk. dia akan selamat, jadi Baam tidak perlu menangis untuknya.

"Khun tetap bersamaku,...ー"

Aguero, Aguero, kumohon padamu, jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu. Kesadaran Khun berkedip lagi, siapa? Siapa yang pernah mengatakan itu padanya sebelumnya?.

Khun menutup matanya, tidak sadarkan diri, Benar-benar melewatkan bagaimana Baam memanggilnya dengan nada dan nama yang sama dengan orang yang dia bayangkan.

XOXO

Aku ga sengaja ngepublish chapter dua kemaren, tapi aku tarik lagi soalnya belum di edit sama sekali, Baru update lagi hari ini.

Mengingat Chapter ToG yang baru sampai Arc perang melawan Kallavan dan ff ini punya alur cerita yang mengambil latar belakang yang jauh banget sebelum yang asli, jadi masa depan para karakter cuma karangan pribadi. Susah buat nebak jalan cerita buat chapter ToG selanjutnya, apalagi SIU suka alur cerita yang plotwice. Jalan ceritanya susah di tebak, aku juga ga bisa nebak apa Ghost atau Arkyung itu baik apa engga dan gimana Rachel buat kedepannya.

karakter Rachel ga bisa mati, yah meski author sama sekali ga suka dia. Kayaknya aku ga bisa bikin ff yang plotnya berlari terlalu jauh dari cerita asli.

Jadi mari kita putuskan bahwa AU ini berasal dari semesta lain dimana Baam sudah mengalah Zahart dan menjadi raja menara yang baru, tapi mungkin Baam menolak posisi itu dan memutuskan buat melanjutkan petualangan untuk memanjat menara hingga kepuncak.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Senin, 22 Juni 2020.

Continue Reading

You'll Also Like

99.6K 9.7K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
339K 28.1K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
85.8K 5.9K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
52.8K 473 5
well, y'know? gue fetish sama pipis dan gue lesbian, eh gue sekarang sepertinya bi, kontol dan memek ternyata NYUMS NYUMS Apa ya rasanya Mommy? juju...