DASA (END)

By devitnask

3.7M 399K 315K

[COMPLETED] PART MASIH LENGKAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ R-16, Selfharm, Sex, Drunk, Violence, Suicide... More

DASA 00
DASA 01
DASA 02
DASA 04
DASA 05
DASA 06
DASA 07
DASA 08
DASA 09
DASA 10
DASA 11
DASA 12
DASA 13
DASA 14
DASA 15
DASA 16
DASA 17
DASA 18
DASA -
DASA 19
DASA 20
DASA 21
DASA 22
DASA 23
DASA 24
DASA 25
DASA 26
DASA 27
DASA 28
DASA 29
DASA 30
DASA 31
DASA 32
DASA 33
DASA 34
DASA 35
DASA 36
DASA 37
DASA 38
DASA 39
DASA 40
DASA 41
DASA 42
DASA 43
DASA 44
DASA 45
DASA 46
DASA 47
DASA 48
DASA 49
DASA 50
DASA 51
DASA 52
DASA 53
DASA 54
DASA 55
DASA 56
DASA 57
DASA 58
DASA 59
DASA 60
DASA ExChap : Unboxing
DASA ExChap : Together

DASA 03

74.9K 7.3K 2K
By devitnask

"Karna gue ga ada kegiatan, kita main yuk?" Elvan mengiring Asa keluar dari gedung sekolah, tangannya masih merangkul bahu Asa.

"Nggak bisa, El. Hari ini aku ada bimbel sampai jam tujuh, dan tentor privat di rumah sampai jam sepuluh malem."

"Bolos aja lah? Lo nggak belajar seharian juga gabakalan bego kalik."

"Nggak bisa, El. Nanti Papa marah lagi sama aku, nilai aku aja masih belum sempurna."

Mendengar itu, Elvan melepaskan rangkulannya pada bahu Asa. "Yaudah!"

Terselip rasa kekecewaan di dalam suara berat Elvan. Memang tidak terlalu kentara, namun sikapnya sangat jelas di mata Asa.

Elvan berjalan mendahului Asa, menyusuri selasar dengan langkah cepat menuju parkiran. Tampaknya, Elvan sedang merajuk.

"Percumah banget Elvan macarin lo," sindir Aurel yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Asa dengan kedua tangan terlipat di bawah dada.

"Lo bahkan nggak pernah ada buat Elvan di saat dia butuh lo. Elvan kena skors tiga hari gegara mukulin Rey, dia pasti butuh penghibur sekarang."

Aurel menatap Asa sinis, sangat dengki dan iri. "Tapi, pacarnya yang dia belain itu malah sibuk belajar."

Asa menatap sahabat Elvan sedari orok itu lekat-lekat. "Aurel--"

"Elvan buat gue aja ya?" tanya Aurel dengan entengnya.

"Lagian, gue kan yang selalu ada buat dia? Nggak kayak orang yang gue kenal." Aurel menatap Asa dari atas ke bawah, sangat jelas jika orang yang gue kenal itu merujuk pada Asa.

"Lo itu nggak guna jadi pacar, tau nggak? Gue heran, apa sih yang Elvan suka dari lo? Tt juga b aja."

Asa ingin membalas kata-kata mutiara Aurel, tetapi gadis berambut panjang dengan curly bagian bawah itu sudah lebih dulu pergi menyusul Elvan dan merangkul lehernya.

Terlihat sangat akrab.

Melihat Elvan tersenyum bersama Aurel saja, hati Asa terasa sangat panas. Mereka memang belum jauh, mungkin baru sepuluh meter.

Asa menimang selama beberapa saat, lalu kata-kata yang tidak pernah dia pikirkan itupun mencuat begitu saja.

"IYA, AKU MAU."

Suara lantang Asa membuat langkah kaki Elvan berhenti. Baik Elvan maupun Aurel, mereka langsung menoleh ke belakang.

Asa berlari mendekati Elvan dan memeluk lengan kanannya, berusaha menjauhkan Elvan dari Aurel. "Aku mau, main sama kamu."

"Serius?" Binar di mata Elvan terlihat begitu jelas. "Bimbel lo gimana?"

"Telat dikit nggapapa kok," balas Asa tanpa berpikir panjang.

Aurel menghela napas kesal seraya merotasikan bola matanya jengah. Gadis caper!

Kini Elvan mulai sibuk mengobrol bersama Asa, sampai-sampai Aurel yang masih stay di posisi tadi pun terlupakan di belakang sana.

Aurel tertawa singkat, kemudian menyunggingkan senyum kecut. Aurel jelas sangat membenci Asa sejak gadis itu datang di kehidupan Elvan.

***

Bising suara beberapa orang yang sedang bermain game mendominasi ruangan berukuran enam puluh meter persegi itu.

Di warnet game online bernuansa gelap dekat sekolah, Asa duduk di kursi ujung samping Elvan yang duduk di kursi dekat dinding.

Setelah makan, Elvan mengajak Asa untuk menemaninya bermain game. Elvan sedang badmood hari ini, pria itu ingin melampiaskannya dengan hal-hal yang dia sukai.

Bosan? Tentu saja. Pasalnya, sejak tadi Asa hanya duduk dan memandangi Elvan bermain game.

Ya gimana lagi, Asa kan nggak bisa main game. Orang kesehariannya cuma belajar, belajar, dan belajar.

Berkali-kali Asa melihat arloji rose gold di pergelangan tangan kirinya, menghitung waktu yang sudah dia buang sia-sia hanya karena Elvan.

Asa mengigit bibir bawahnya, ini kali pertama dia membolos bimbel matematika. Asa hanya mampu merapal doa agar ayahnya tidak tahu.

"Lo bawa uang, kan?" tanya Elvan tiba-tiba.

Asa terdiam, pikirannya sibuk menerka-nerka akan reaksi Papa Liam saat tahu Asa membolos bimbel.

Rasa takut diam-diam menyergapnya, Asa terus mencakar-cakar pangkal kuku hingga sedikit terkelupas dan berdarah.

Kebiasaan yang selalu Asa lakukan ketika ia merasa cemas, seolah hal itu dapat meredakan perasaannya.

"Sa, lo bawa uang, kan? Bisa bayarin ini lagi? Dompet gue ketinggal di rumah."

Elvan lagi-lagi dikacangin. Pria dengan sweetband head hitam di kepalanya itu mulai berhenti bermain game dan beralih memperhatikan Asa.

"Sa?" Elvan lihat, tatapan Asa terus tertuju pada layar ponselnya yang menyala. Namun, gadis itu tidak melakukan pergerakan apapun.

Elvan menghela napas, dia langsung merebut ponsel putih bercase rose gold di tangan Asa secara paksa.

"El!" tegur Asa.

"Lo itu lagi sama gue! Jangan sibuk sama hal lain dong, gue nggak suka!"

"Tapi kamu juga sibuk main game--"

"Gue cuma mau, lo liat gue pas kita lagi barengan! Ngerti?!"

"Iyaa." Asa memasang wajah cemberut, tetapi berakhir dengan senyuman. "Maafin aku."

"Lo bawa uang, kan? Bisa bayarin ini?" Elvan mengedikkan kepala, menunjuk pc sebagai kode maksud dari ucapannya.

"Em." Asa mengangguk, lalu mengeluarkan dompetnya yang segera Elvan rebut.

Elvan mengambil tiga lembar uang seratus ribu, lalu mengembalikan dompet rose gold itu ke sang pemilik. "Thanks, baby!"

Elvan kembali sibuk bermain game. Asa terlihat sangat bosan, senyumnya yang baru saja mengembang mulai memudar lagi. Gadis itu pun menurunkan headphone yang bertengger di kepala Elvan.

"Kenapa sih?!" Elvan menoleh melihat Asa, ekspresinya terlihat agak kesal karena Asa mengganggu kesenangannya.

"Kapan pulang--"

"Bentar lagi, Sa. Bentar lagi selesai, nggak usah ganggu dulu bisa?"

Elvan kembali memakai headphone yang tersambung dengan komputer, lantas melanjutkan aktivitas kegemaran para kaum Adam.

Asa menghela napas pelan. "Dari tadi game mulu, gue nggak penting apa? Yang punya kesibukan nggak cuma elo, El?"

"Barusan lo bilang apa?" Elvan berhenti memencet keyboard, pria itu menurunkan headphone dan berakhir menggelantung di lehernya. "Gue?"

Asa berkedip samar. "Ah, maaf. Maksudnya aku," ralatnya.

"Gue nggak suka ya cara ngomong lo yang pakai lo-gue!"

"Tapi, kamu juga pakai lo-gue--"

"Itu nggak berlaku buat gue!" Lagi-lagi, toxicnya kumat. "Gue cuma mau lo pakai aku-kamu, sesusah itu?"

"Enggak, El."

"Diem bentar, abis ini gue selesai."

Di sela-sela waktu yang tersisa, Asa hanya mengamati layar komputer yang menampilkan permainan Elvan.

"Arghhh!" pekik Elvan, sepertinya ia kalah bermain. Cowok itu mendorong keyboard dan memundurkan kursi beroda.

Melihat Asa dengan fisik sempurna membuat pikiran Elvan melayang seketika. "Bosen?" tanyanya.

"Masih nanya," jawab Asa sedikit badmood.

Elvan memutar kursi beroda kecil itu menghadap Asa, lalu menepuk pahanya. "Sini! Duduk sini!"

"Ih, Elvan! Ngapain? Ini di warnet!"

"Lagi pada sibuk main game kalik, nggak ada yang bakalan merhatiin kita."

Elvan mengedikkan kepala, menunjuk ke arah pahanya. Ekspresi Elvan sangat khas, membuat jantung Asa terpacu lebih cepat dari sebelumnya.

Elvan meletakkan ponsel Asa di samping keyboard komputer, kemudian menarik tangan gadis itu mendekat.

Elvan mendudukan Asa di atas pahanya. Kedua tangannya melingkar di perut Asa, sementara kepalanya menyandar di bahu belakang Asa.

"Gue nggak bakalan ninggalin lo, Sa," rayu Elvan, tangannya mulai menggerayangi paha Asa.

Asa memegang tangan Elvan, berusaha menghentikan gerakan Elvan yang membuatnya ketakutan.

"Tangan kamu masih sakit ya? Kayaknya tadi keras banget mukulin Rey sampai tangan kamu ikut-ikutan berdarah. Mendingan jangan banyak gerak dulu--"

"Ga banyak gerak kok," Elvan berbisik di telinga Asa, membuat gadis itu bergidik. "El, berhenti! Tolong jangan kayak gini!"

"Gue lagi badmood loh, Sa!" paksa Elvan sedikit kasar.

Asa menelan salivanya, terlalu sulit. Ia sendiri tidak tahu harus bagaimana, Asa hanya berharap Elvan akan segera berhenti.

"Kenapa suka banget sih mukulin Rey? Dia kan saudara kamu sendiri!"

"Karena dia berani sentuh lo!" Dalam sekali kesempatan, Elvan mengecup leher Asa berulangkali hingga Asa mendesah. "El--"

"Lo udah tau, kan? Siapapun yang berani sentuh kepunyaan Elvan, dia bakalan habis di tangan gue."

Cup! Cup! Cup! Elvan kembali menciumi leher Asa, sangat agresif, namun tidak meninggalkan bekas merah.

"Elvan udah, El! Ja-ngan--"

Tangan Elvan menarik tubuh Asa agar lebih dekat lagi, nafsunya membuncah. Elvan sedang kesal karena diskors dan kalah bermain game, lalu Asa adalah hal terindah yang bersarang di kepalanya.

"Jangan deket-deket Rey lagi ya? Gue nggak suka, hm?"

"Iya, El. Maafin a-ku--" Asa menjauhkan diri dari Elvan, namun Elvan berhasil menahan tangan Asa.

"Gue belum dapet apa-apa loh, Sa. Biarin gue seneng dulu hari ini ngapa?"

Drrrtt! Ponsel Elvan bergetar cukup lama, membuat Elvan berhenti melanjutkan niat bejatnya.

Sebuah telepon, dari.. Aurel.

Elvan tidak mengangkatnya, telpon itu langsung dia matikan. Asa baru saja ingin bertanya, tetapi Elvan sudah beranjak dari kursinya.

"Elvan, mau kemana?"

"Gue ada tugas kelompok sama Aurel," jawabnya sambil membereskan tas.

"Kalian kan nggak sekelas? Terus, kenapa telpon Aurel nggak diangkat?"

"Perlu banget emang gue jelasin?"

"Ya, enggak juga gapapa. Tapi nggak usah bohong juga lah, El."

"Gue mau clubbing sampai pagi, jadi jangan ganggu gue dulu!"

"Terus aku pulangnya gimana?"

"Lo bisa pulang sendiri, 'kan?" Elvan bergerak cepat memakai jaketnya. "Nggak usah manja, ojol banyak."

"Tapi kan tadi udah janji mau anterin aku pulang--"

"Gue cabut!" pamit Elvan pergi begitu saja meninggalkan gadis itu.

"El!" Asa hendak mengejar Elvan, namun dihentikan oleh Abang Warnet. "Neng, belum bayar ini dibayar dulu."

"Hah?"

TBC.

Plis, kalian para cewek jangan sampai kayak Asa ya. Sebucin-bucinnya kalian, jangan sampai mau dianuin ma pacar.

Sayangi diri kalian sendiri, kalian berhak nolak.

Cowok yang baik adalah mereka yang jagain kita, bukannya merusak dengan berlindung di balik kata-kata yang awalnya keliatan manis, tapi sebenernya cuma bullshit.

Ada yang nunggu next?

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 105K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
ROLANDARA By intanzs

Teen Fiction

14.2M 946K 46
⚠️PART MASIH LENGKAP Roland Gideon. Bad boy tapi suka susu strawberry. Emosian tapi pas dimarahin sama Adara malah kicep. Wajah nyalat tapi hati hell...
5.5M 270K 26
Bagaimana rasanya dijadikan bahan taruhan oleh dua orang lelaki tersohor di seluruh sekolah? Shakira Jasmine membenci Daniel Manggala Wdyatmaja saat...
4.2M 338K 61
(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) "Bisa gak sih kamu jangan cuek sama aku?!" "Ribet, mau putus?" Mengejar cinta pacarnya sendiri? Ini yang di alam...